• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL PENELITIAN

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin

Nilai kekasaran permukaan bahan resin akrilik polimerisasi panas diperoleh dengan menggunakan alat profile meter. Pada tabel 4, terlihat bahwa nilai terkecil kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat polietilen 1% (kelompok A) adalah 0,12 µm dan nilai terbesar adalah 0,16 µm, sementara nilai terkecil kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat polietilen 1% (kelompok B) adalah 0,12 µm dan nilai terbesar adalah 0,16 µm. Nilai terkecil dan terbesar kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan serat polietilen 1% terlihat sama.

Besar nilai rerata kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat polietilen 1% (kelompok A) adalah 0,14

µm dengan standar deviasi 0,01 µm. Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan nilai rerata kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas pada penelitian yang dilakukan oleh Arici dkk. (2013) dan Silva dkk. (2013) yaitu 0,06 µm dan 0,10 µm.48,49

Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan perlakuan pada tahap pemolesan. Pada penelitian ini, tahap pemolesan dilakukan dengan menggunakan kertas pasir dengan ukuran 150, 400, 600, 800 dan 1000, lalu dilanjutkan dengan penggunaan bubuk pumis dan polishing cloth.29,30,34 Sedangkan pada penelitian Silva dkk. tahap pemolesan dilakukan dengan menggunakan silicone sand papers dengan ukuran 180, 320, 600, 800, 1200 dan 2000, semakin halus kertas pasir yang digunakan maka akan semakin halus pula permukaannya, lalu dilanjutkan dengan penggunaan bubuk pumis dan bubuk kapur.47-50 Kedua bahan ini memiliki sifat abrasif. Penggunaan kertas pasir yang diikuti dengan penggunaan bubuk pumis dan dilanjutkan dengan bubuk kapur dapat menghasilkan permukaan yang lebih halus.47

Besar nilai rerata kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat polietilen 1% (kelompok B) adalah sebesar 0,14 µm dengan standar deviasi 0,01 µm. Nilai ini sesuai dengan nilai kekasaran permukaan yang dipertimbangkan ideal menurut Quirynen dkk., yaitu mendekati atau kurang dari 0,20 µm.19 Hal ini dapat disebabkan oleh ikatan yang baik antara serat polietilen dengan matriks polimer resin akrilik polimerisasi panas, sehingga tidak terjadi ekstrusi serat polietilen pada permukaan basis.17,39,42,47-50

5.2.2 Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Penambahan Serat Polietilen 1%

Pada tabel 5, terlihat bahwa nilai terkecil penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat polietilen 1% (kelompok A) adalah 20,38 µg/mm3 dan nilai terbesar adalah 25,47 µg/mm3

, sementara nilai terkecil penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat polietilen 1% (kelompok B) adalah 17,32 µg/mm3

dan nilai terbesar adalah 21,40 µg/mm3

mempengaruhi penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas antara lain difusi, besar daya penyerapan air dari bahan tersebut, luas permukaan, teknik pemolesan, dan kekasaran permukaan.3,20 Molekul air dapat menyebar ke matriks polimer karena diameter molekul air kurang dari 0,28 nm, lebih kecil dibanding jarak rantai polimer pada matriks polimer. Air tersebut meresap ke polimer melalui rantai yang tidak jenuh atau ketidakseimbangan kekuatan antar molekul dalam polimer.18,51 Kandungan monomer dari bahan resin akrilik polimerisasi panas yang bersifat hidrofilik juga dapat mempengaruhi penyerapan air.12,16

Besar nilai rerata penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat polietilen 1% (kelompok A) adalah 22,87 µg/mm3 dengan standar deviasi 1,25 µg/mm3

. Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan nilai rerata penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas pada penelitian yang dilakukan oleh Tuna dkk. (2008), yaitu 19,60 µg/mm3 dengan standar deviasi 0,08 µg/mm3

.34 Hal ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang digunakan. Pada penelitian ini, resin akrilik polimerisasi panas yang digunakan adalah merek QC20, sementara pada penelitan yang dilakukan oleh Tuna dkk., resin akrilik polimerisasi panas yang digunakan adalah merek Meliodent.34 Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan besar daya penyerapan airnya. Selain itu, bentuk dan ukuran sampel yang digunakan berbeda, yaitu bentuk sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel berbentuk silindris dengan ukuran (50 x 0,5) mm, sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian Tuna dkk. adalah sampel berbentuk batang uji dengan ukuran (20 x 20 x 1,5) mm.34

Besar nilai rerata penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat polietilen 1% (kelompok B) adalah 20,07 µg/mm3

dengan standar deviasi 1,24 µg/mm3

. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai rerata penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat polietilen pada penelitian yang dilakukan oleh Cheng dkk. (1993), yaitu sebesar 22,89 µg/mm3

. Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh perbedaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas

yang digunakan. Pada penelitian ini, resin akrilik polimerisasi panas yang digunakan adalah merek QC20, sementara pada penelitan yang dilakukan oleh Cheng dkk., resin akrilik polimerisasi panas yang digunakan adalah merek Trevalon. Perbedaan ini mungkin dapat disebabkan oleh perbedaan besar daya penyerapan airnya. Selain itu, bentuk dan ukuran sampel yang digunakan berbeda, yaitu bentuk sampel yang digunakan dalam penelitian Cheng dkk. adalah batang uji dengan ukuran (20 x 12 x 2,5) mm, sedangkan dalam penelitian ini digunakan sampel berbentuk silindris dengan ukuran (50 x 0,5) mm.17,52 Craig (2000) menyatakan bahwa penyerapan air pada resin akrilik dipengaruhi oleh besar daya penyerapan air dan luas permukaan dari bahan tersebut.54

Nilai rerata penyerapan air resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat polietilen 1% (kelompok B) tidak melebihi nilai penyerapan air yang diperbolehkan berdasarkan spesifikasi ISO 1567 : 1999, yaitu nilai penyerapan air resin akrilik polimerisasi panas harus lebih kecil daripada 32 µg/mm3

.23,30,34,37,51,53,54 Nilai ini juga sesuai dengan hasil penelitian terbaru dimana diperoleh nilai penyerapan air resin akrilik dari jenis yang berbeda berkisar 10-25 µg/mm3

.23,34,51

5.2.3 Pengaruh Penambahan Serat Polietilen 1% terhadap Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Dari hasil penelitian pada tabel 6 (kekasaran permukaan), terlihat tidak ada pengaruh penambahan serat polietilen 1% terhadap kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan p = 0,42 (p > 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan serat polietilen 1% aman untuk digunakan tanpa mengakibatkan peningkatan kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ladizesky dkk. (1993), yaitu serat polietilen yang ditambahkan pada resin akrilik polimerisasi panas, hasilnya menunjukkan tidak ada pengaruh penambahan serat polietilen terhadap kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik

polimerisasi panas.17 Tujuan penambahan serat polietilen pada resin akrilik polimerisasi panas adalah untuk meningkatkan sifat mekanis basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Sifat mekanisnya yang tinggi berasal dari gaya intramolekulnya yang sangat kuat dan juga disebabkan oleh derajat kristalisasi yang tinggi dari molekul polietilen. Hal ini menjadi alasan digunakannya serat polietilen sebagai bahan penguat pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Ikatan yang baik antara serat polietilen dengan matriks polimer resin akrilik polimerisasi panas mengakibatkan tidak ada serat polietilen yang ekstrusi pada permukaan basis, meskipun telah dilakukan pembesaran 400x dengan menggunakan mikroskop. Hal ini menyebabkan permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tidak bertambah kasar.17,38,39

5.2.4 Pengaruh Penambahan Serat Polietilen 1% terhadap Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Dari hasil penelitian pada tabel 7 (penyerapan air), terlihat ada pengaruh penambahan serat polietilen 1% terhadap penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan p = 0,01 (p < 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan penambahan serat polietilen 1% mengakibatkan penurunan nilai penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ladizesky dkk. (1993) dan Cheng dkk. (1993), yaitu terjadi penurunan nilai penyerapan air pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat polietilen.17,52 Hal ini dapat disebabkan serat polietilen memiliki sifat hidrofobik. Sifat hidrofobik pada serat polietilen ini akan menggantikan sifat hidrofilik pada resin akrilik, sehingga akan mengurangi penyerapan air. Hal ini dapat dilihat dari adanya hubungan berbanding terbalik antara konsentrasi serat yang ditambahkan dan penyerapan air. Hubungan berbanding terbalik antara konsentrasi serat dan penyerapan air ini menunjukkan bahwa semakin banyak konsentrasi serat yang ditambahkan maka penyerapan air akan semakin berkurang. Adhesi yang baik antara serat polietilen dengan matriks polimer, serat polietilen pada basis gigitiruan

terdistribusi dengan baik sehingga menyulitkan proses penetrasi molekul air ke dalam basis gigitiruan.17,42,52

5.2.5 Korelasi antara Kekasaran Permukaan dan Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dengan Penambahan Serat Polietilen 1%

Tabel 8 menunjukkan korelasi antara kekasaran permukaan dan penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat polietilen 1% adalah r = -0,31 dengan signifikansi P = 0,19 (P > 0,05). Hal ini menunjukkan nilai kekuatan hubungan antara kekasaran permukaan dan penyerapan air adalah sedang. Nilai koefisien korelasinya adalah negatif yang menunjukkan ada hubungan yang berlawanan arah antara kekasaran permukaan dan penyerapan air.

Korelasi antara kekasaran permukaan dan penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat polietilen 1% adalah r = 0,71 dengan signifikansi P = 0,01 (P < 0,05). Hal ini menunjukkan nilai kekuatan hubungan antara kekasaran permukaan dan penyerapan air adalah kuat. Nilai koefisien korelasinya adalah positif yang menunjukkan ada hubungan yang searah antara kekasaran permukaan dan penyerapan air.

Permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang kasar dapat menyebabkan peningkatan nilai penyerapan air. Kekasaran permukaan suatu bahan menunjukkan bahwa matriks bahan tersebut tidak tersusun teratur, sehingga memudahkan molekul air masuk ke dalam matriks.18,30,48-50 Pada penelitian ini bahan penguat serat polietilen yang ditambahkan tidak menambah kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Hal ini terjadi karena ikatan yang baik antara serat polietilen dengan matriks polimer resin akrilik polimerisasi panas yang mengakibatkan tidak ada ekstrusi serat pada permukaan basis. 17,38,3942,52 Permukaan yang halus serta serat polietilen yang terdistribusi dengan baik pada basis dapat menyulitkan proses penetrasi molekul air ke dalam basis gigitiruan sehingga mengurangi penyerapan air.

Kelemahan pada penelitian ini adalah kemungkinan posisi serat di dalam resin akrilik tidak terdistribusi merata pada saat pengepresan, dimana distribusi serat dalam resin akrilik menyebar atau bergeser ke arah lateral. Penyebaran ini menyebabkan berkurangnya konsentrasi serat pada resin akrilik polimerisasi panas. Hal ini mungkin menyebabkan besar nilai penyerapan air resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat polietilen 1% (kelompok B) berbeda pada setiap sampel.

Kelemahan lain pada penelitian ini yang dapat mempengaruhi kekasaran permukaan dan penyerapan air resin akrilik polimerisasi panas adalah tekanan yang tidak merata pada permukaan saat dilakukan pemolesan dengan menggunakan alat

rotary grinder. Tekanan yang tidak merata ini disebabkan oleh sulitnya mempertahankan distribusi tekanan yang merata sehingga setiap sampel mendapat tekanan yang berbeda. Hal ini terjadi karena adanya kesulitan saat memegang dan menekan sampel pada alat rotary grinder yang berputar dengan kecepatan 500 rpm. Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan pegangan pada sampel, tetapi untuk penggunaan pegangan ini harus dilakukan pengeboran pada titik tengah sampel, yang dapat mempengaruhi permukaan sampel sehingga peneliti memilih untuk tidak menggunakan pegangan sampel tersebut. Hal ini menyebabkan nilai kekasaran permukaan yang berbeda pada setiap sampel dalam satu kelompok yang sama, yang akan mempengaruhi sifat penyerapan air pada sampel penelitian.

Pengukuran kekasaran permukaan dilakukan sebanyak dua kali dan diperoleh nilai yang berbeda pada satu sampel. Hal ini mungkin disebabkan adanya garis-garis halus akibat pemolesan dan stylus melewati garis yang tidak sejajar dengan garis-garis halus pada permukaan sampel, dimana semakin sejajar garis pengukuran yang dilewati stylus dengan garis-garis halus pemolesan maka nilai kekasaran permukaan yang dihasilkan akan semakin kecil. Meskipun telah dilakukan usaha untuk memperhalus permukaan yakni dengan menambahkan ukuran kertas pasir pada tahap penghalusan, yang diikuti dengan penggunaan bubuk pumis untuk menghasilkan permukaan yang lebih halus.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Nilai rerata kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat polietilen 1% adalah 0,14 µm ± 0,01µm dan dengan penambahan serat polietilen 1% adalah 0,14 µm ± 0,01 µm.

2. Nilai rerata penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat polietilen 1% adalah 22,87 µg/mm3 ± 1,25 µg/mm3

dan dengan penambahan serat polietilen 1% adalah 20,07 µg/mm3 ± 1,24 µg/mm3

.

3. Tidak ada pengaruh penambahan serat polietilen 1%terhadap kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan p = 0,42 (p > 0,05).

4. Ada pengaruh penambahan serat polietilen 1% terhadap penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan p = 0,01 (p < 0,05).

5. Ada korelasi antara kekasaran permukaan dan penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat polietilen 1% dengan r = 0,71 dan P = 0,01 (P < 0,05).

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh penambahan serat polietien 1% terhadap kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan menggunakan SEM (Scanning Electron Microscopy) untuk melihat perlekatan resin akrilik polimerisasi panas dengan serat polietilen.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh penambahan serat polietien 1% terhadap sifat-sifat lain bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kusdhany LS. Gigitiruan, kapan anda memerlukannya?

2. Kratochvil FJ. Partial removable prostodontics. Philadelphia : WB Saunders Company, 1988: 10.

3. McCabe JF. Anderson’s applied dental materials. 6th ed. London: Blackwell Scientific Publications, 1985: 26, 83, 89-90.

4. Hatrick CD, Eakle WS, Bird WF. Dental materials: clinical applications for dental assistants and dental hygienists. 2nd ed. USA: Elsevier, 2011: 217-22.

5. Manappallil JJ. Basic dental materials. 2nd ed. New Delhi : Jaypee Brothers Medical Publishers (P), 1998: 98-101, 110, 118, 122-7.

6. Chandra S, Chandra S, Chandra R. A textbook of dental materials. 1st ed. New Delhi : Jaypee Brothers Medical Publishers (P), 2000: 113-4.

7. Zarb GA, Bolender CL, Eckert SE, et al. Prosthodontic treatment for edentulous patients: complete dentures and implant-supported prostheses. 12th ed. India: Elvesier, 2004: 191-4.

8. Van Noort R. Introduction to dental materials. 3rd ed. Sheffield : Elvesier Limited, 2007: 62, 216-223.

9. Combe EC. Notes on dental materials. 5th ed. Glasgow: Churcill Livingstone, 1986: 255-63.

10. Powers JM, Sakaguchi RL. Craig’s restorative dental materials. 9th ed. Oxford: Blackwell, 2008: 67-70.

11. Tandon R, Gupta S, Agarwi SK. Denture base material: From past to future Vol.2 Issue 2. Indina J Dent 2010: 33-9.

12. Anusavice KJ. Phillips’ science of dental materials. 11th ed. Missouri : Sanders Elsevier, 2003: 261, 722, 724, 727-8, 735, 737, 741-4.

13. El-Sheikh AM, Al-Zahrani SB. Causes of denture fracture : a survey. Saudi Dent J 2006; 18 (3): 149-51.

14. Mowade TK, Dange SP, Thakre MB, Kamble VD. Effect of fiber reinforcement on impact strength of heat polymerized polymethyl methacrylate denture base resin: in vitro study and SEM analysis. J Adv Prost 2012; 4: 30-6. 15. Ferasima R. Pengaruh penambahan serat kaca dan serat polietilen

terhadap kekuatan impak dan transversal pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Skripsi. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, 2013: 20-1, 54-5.

16. Karacaer O, Polat TN, Tezvergil A, Lassila LVJ, Vallittu PK. The effect of length and concentration of glass fibers on the mechanical properties of an injection- and a compression-molded denture base polymer. J Prost Dent 2003; 90: 385-93.

17. Ladizesky NH, Cheng YY, Chow TW, Ward IM. Acrylic resin reinforced with chopped high performance polyethylene fiber – properties and denture construction. Dent Mater 1993; 9: 128-35.

18. Vallittu PK, Narva KK, Miettien VM. Water sorption and effect of post-curing of glass fiber reinforced polymers. J Biomaterial 1999; 20: 1187-94.

19. Rahamneh A. Impact strength of acrylic resin denture base material after the addition of different fibers. Pakistan J Oral & Dent 2009; 29 (1) : 183. 20. Powers JM, Wataha JC. Dental materials: properties and manipulation.

9th ed. Missouri : Mosby Inc., 2008: 285-305.

21. Sousa C. Teixeira P. Influence of surface properties on the adhesion of staphylococcus epidermidis to acrylic and silicone. Int J Biomaterial 2009; 718017: 1-7.

22. Zortuk M, Kilic K, Uzun G, Ozturk A, Kesim B. The effect of different fiber concentrations on the surface roughness of provisional crown and fixed partial denture resin. Eur J Dent 2008; 2: 185-90.

23. Kamel S, Adel AM, El-Sakhawy M, Nagieb ZA. Mechanical properties and water absorption of low-density polyethylene/sawdust composites. J App Polimer Sci 2006; 107: 1337-42.

24. Wilson HJ, Mansfield MA, Heath JR, Spence D. Dental materials. 8th ed. Oxford: Blackwell Scientific Publication, 1987: 353-6, 371.

25. Elshereksi NW. Mechanical and environmental properties of denture base poly (methyl methacrylate) filled by barium titanate. Thesis. Penang: Universiti Sains Malaysia, 2006: 20-4.

26. Gunadi HA, Margo A, Burhan LK, Suryatenggara F, Setiabudi I. Buku ajar ilmu geligi tiruan sebagian lepasan jilid 1. Jakarta: Hipokrates, 1991: 218-9.

27. Kortrakulkij K. Effect of denture cleanser on color stability and flexural strength of denture base materials. Thesis. Thailand: Mahido University, 2008.

28. Ahmed SA, Hamouda IM. Effect of microwave energy on mechanical properties of acrylic resins. J Engineering and Applied Science 2003; 50(1): 149-51, 158-60.

29. Hilgenberg SP, Oreliana-Jimenez EE, Sepulveda-Navarro WF, et al. Evaluation of surface physical properties of acrylic resins for provisional prosthesis. Mat Res 2008; 11(3).

30. Rahal JS, Mequita MF, Heriques GE, et al. Influences of chemical and mechanical polishing on water absorption and solubility. Braz Dent J 2004, 15 (3).

31. Goguta L, Marsavina L, Bratu D, Topala F. Impact strength of acrylic heat curing denture base resin reinforced with e-glass fibers. TMJ 2006; 56 (1) : 1.

32. Sakado, Takatsu, Kawasaki. Mitutoyo: Surface tester profilometer. Catalog of surface tester, 2007 : 3-6.

33. Pires-de-Souza FCP, Panzeri H, Vieira MA, Garcia LFR, Consani S. Impact and fracture resistance of an experimental acrylic polymer with elastomer in different proportions. Material Res 2009; 12 (4) : 417.

34. Tuna SH, Keyf F, Gumus HA, Uzun C. The evaluation of water sorption/ solubility on various acrylic resins. European J of Dentistry 2008; 2: 191-7. 35. Vojdani M, Khaledi AAR. Transverse strength of reinforced denture

base resin with metal wire and e-glass fibers. J Dent 2006; 3 (4): 167-72.

36. Alla RK, Sajjan S, Alluri VR, Ginjupalli K, Upadhya N. Influence of fiber reinforcement on the properties of denture base resins. J Biomaterial and Nanobiotechnology 2013; 4: 91-7.

37. Yu SH, Lee Y, Oh SH, Cho HW, Oda Y, Bae JM. Reinforcing effects of different fibers on denture base resin based on the fiber type, concentration, and combination. J Dent Material 2012; 31 (6): 1039-46.

38. Belli S, Eskitascioglu G. Biomechanical properties and clinical use of a polyethylene fibre post-core material. Int Dent South Africa 2006; 8 (3): 20-6. 39. Sharma KG. Easily processable ultra high molecular weight

polyethylene with narrow molecular weight distribution. Thesis. Belanda: Universiteit Eindhoven, 2005: 1-33.

40. Ghani F, Moosa R. Effect of curing methods and temperature on porosity in acrylic resin denture bases. J Pak Dent Assoc 2012; 21 (03) : 127-35.

41. Ester AS. Pengaruh penambahan serat kaca pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas terhadap kekasaran permukaan dan penyerapan air. Skripsi. Medan : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, 2012 : 3, 42, 56.

42. Cheng JJ. Mechanical and chemical properties of high density polyethylene: effects of microstructure on creep characteristics. Thesis. University of Waterloo, 2008: 1-43.

44. Takabayashi Y. Characteristics of denture thermoplastic resins for non-metal clasp dentures. J Dent Material 2010; 29 (4): 353-61.

45. Hanafiah KA. Rancangan percobaan: percobaan dan aplikasi. Edisi ketiga. Jakarta : PT Rajagranfindo Perkasa, 2003: 9.

46. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2005: 156.

47. Rizzatti-Barbosa CM, Gabriotti MN, Silva-Concilio LR, Joia FA, Machado C, Ribeiro MC. Surface roughness of acrylic resins processed by microwave energy and polished by mechanical and chemical process. Braz J Oral Sci 2006; 5 (16) : 977-81.

48. Arici N, Ural C. The effects of a denture cleanser on the surface rouhgness of heat-cured and cold-cured acrylic resins.Turkish J Orthod 2013; 26:92–97.

49. Silva AMJD, Guerrero JG, Pinto LDR, Carvalho RM, Porto VC. Evaluation of surface roughness and color change of a light-cured and a heat-cured acrylic resins employed for fabrication of prosthetic bases after exposure to different types of disinfectants. J Research Dent2013; 1: 199-209.

50. Srividya S, Chandrasekharan K Nair, Jayakar Shetty. Effect of different polishing agents on surface finish and hardness of denture base acrylic resins: a comparative study. Int J Pros and Rest Dent 2011; 1 (1) : 7-11.

51. Polat TN, Karacaer O, Tezvergil A, Lassila LVJ, Vallittu PK. Water sorption, solubility and dimensional changes of danture base polymers reinforced with short glass fibers. J Biomaterials Applications 2003; 17: 321-335.

52. Cheng YY, Chow TW, Ladizesky NH. Denture base resin reinforced with high-performance polyethylene fiber: water sorption and dimensional changes during immersion. J Macromol Sci-Phys 1993; 32 (4): 433-81.

53. McCabe JF, Rusby S. Water absorption, dimensional change, and radial pressure in resin matrix dental restorative materials. J Biomaterials 2004; 25: 4001-7.

54. Craig RG, Powers JM, Wataha JC. Dental Material: properties and manipulation. 7th ed. India: Mosby, 2000: 264.

Lampiran 1 Data Penelitian

Kekasaran Permukaan

Uji kekasaran permukaan tanpa penambahan serat polietilen (kelompok A) No.

Sampel Kekasaran permukaan 1 Kekasaran permukaan 2 Rata – Rata (μm)

1. 0,14 + 0,15 0,17 + 0,14 0,15 2. 0,12 + 0,14 0,14 + 0,16 0,14 3. 0,14 + 0,16 0,14 + 0,12 0,14 4. 0,15 + 0,17 0,14 + 0,14 0,15 5. 0,14 + 0,15 0,16 + 0,15 0,15 6. 0,13 + 0,14 0,14 + 0,15 0,14 7. 0,13 + 0,12 0,14 + 0,13 0,13 8. 0,14 + 0,13 0,14 + 0,15 0,14 9. 0,16 + 0,15 0,15 + 0,14 0,15 10. 0,16 + 0,16 0,17 + 0,15 0,16** 11. 0,15 + 0,13 0,12 + 0,12 0,13 12. 0,13 + 0,14 0,13 + 0,12 0,13 13. 0,14 + 0,17 0,14 + 0,15 0,15 14. 0,12 + 0,11 0,13 + 0,12 0,12* 15. 0,14 + 0,13 0,15 + 0,14 0,14 16. 0,15 + 0,15 0,16 + 0,14 0,15 17. 0,13 + 0,14 0,14 + 0,15 0,14 18. 0,16 + 0,14 0,15 + 0,15 0,15 19. 0,14 + 0,15 0,13 + 0,14 0,14 20. 0,15 + 0,16 0,15 + 0,14 0,14 = 0,142

Uji kekasaran permukaan dengan penambahan serat polietilen 1% (kelompok B)

No.

Sampel Kekasaran permukaan 1 Kekasaran permukaan 2 Rata – Rata (μm)

1. 0,14 + 0,15 0,13 + 0,14 0,14 2. 0,13 + 0,14 0,13 + 0,12 0,13 3. 0,13 + 0,14 0,14 + 0,15 0,14 4. 0,15 + 0,16 0,15 + 0,14 0,15 5. 0,15 + 0,16 0,15 + 0,14 0,14 6. 0,12 + 0,12 0,13 + 0,11 0,12 7. 0,11 + 0,13 0,12 + 0,12 0,12 8. 0,17 + 0,15 0,14 + 0,14 0,15 9. 0,14 + 0,16 0,15 + 0,15 0,15 10. 0,17 + 0,16 0,16 + 0,15 0,16** 11. 0,12 + 0,13 0,14 + 0,13 0,13 12. 0,13 + 0,15 0,12 + 0,12 0,13 13. 0,11 + 0,12 0,13 + 0,12 0,12* 14. 0,16 + 0,15 0,15 + 0,14 0,15 15. 0,12 +0,14 0,14 + 0,16 0,14 16. 0,14 + 0,15 0,15 + 0,16 0,15 17. 0,13 + 0,14 0,14 + 0,15 0,14 18. 0,15 + 0,15 0,16 + 0,14 0,15 19. 0,16 + 0,16 0,15 + 0,17 0,16** 20. 0,12 + 0,14 0,16 + 0,14 0,14 = 0,1405

Penyerapan Air

Uji penyerapan air tanpa penambahan serat polietilen (kelompok A) No. Sampel Berat Awal (gr) Berat setelah divacum (M1) (gr) Berat setelah direndam 7 hari (M2) (gr) Berat setelah

divacum (M3) (gr) Water sorption (μg/mm

3 ) 1. 1,85 1,8495 2,035 2,012 0,023 23,44 2. 1,9 1,8995 2,051 2,027 0,024 24,46 3. 1,8 1,7995 2,019 1,997 0,022 22,42 4. 1,8 1,7995 2,023 2,003 0,020 20,38 5. 1,8 1,7995 2,017 1,996 0,021 21,40 6. 1,85 1,8495 2,037 2,014 0,023 23,44 7. 1,9 1,8995 2,043 2,022 0,021 21,40 8. 1,8 1,7995 2,005 1,983 0,022 22,42 9. 1,85 1,8495 2,040 2,018 0,022 22,42 10. 1,85 1,8495 2,039 2,016 0,023 23,44 11. 1,9 1,8995 2,0503 2,0273 0,023 23,44 12. 1,8 1,7995 2,02 1,998 0,022 22,42 13. 1,8 1,7995 2,015 1,993 0,022 22,42 14. 1,85 1,8495 2,05 2,026 0,024 24,46 15. 1,9 1,8995 2,0515 2,0295 0,022 22,42 16. 1,8 1,7995 2,013 1,992 0,021 21,40 17. 1,9 1,8995 2,037 2,015 0,022 22,42 18. 1,85 1,8495 2,035 2,012 0,023 23,44 19. 1,9 1,8995 2,0505 2,02555 0,024 24,46 20. 1,9 1,8995 2,049 2,0250 0,025 25,48 = 22,879

Uji penyerapan air dengan penambahan serat polietilen 1% (kelompok B) No. Sampel Berat Awal (gr) Berat setelah divacum (M1) (gr) Berat setelah direndam 7 hari (M2) (gr) Berat setelah divacum (M3) (gr) M2-M3 Water sorption (μg/mm3 ) 1. 1,9 1,8995 2,050 2,031 0,019 19,36 2. 1,9 1,8995 2,049 2,032 0,017 17,32 3. 1,85 1,8495 2,043 2,022 0,021 21,40 4. 1,9 1,8995 2,037 2,016 0,021 21,40 5. 1,9 1,8995 2,025 2,006 0,019 19,36 6. 1,85 1,8495 2,035 2,015 0,020 20,38 7. 1,85 1,8495 2,023 2,004 0,019 19,36 8. 1,9 1,8995 2,030 2,009 0,021 21,40 9. 1,9 1,8995 2,028 2,007 0,021 21,40 10. 1,8 1,7995 2,004 1,983 0,021 21,40 11. 1,85 1,8495 2,021 2,003 0,020 20,38 12. 1,9 1,8995 2,024 2,005 0,018 18,34 13. 1,9 1,8995 2,030 2,01 0,019 19,36 14. 1,8 1,7995 2,013 1,995 0,020 20,38 15. 1,9 1,8995 2,023 2,004 0,019 19,36 16. 1,9 1,8995 2,034 2,014 0,020 20,38 17. 1,85 1,8495 2,015 1,995 0,020 20,38 18. 1,9 1,8995 2,037 2,016 0,021 21,40 19. 1,85 1,8495 2,009 1,988 0,021 21,40 20. 1,9 1,8995 2,018 1,999 0,019 19,36 = 20,074

Water sorption = Keterangan :

Water sorption : nilai penyerapan air (µg/mm3 )

M2 : berat sampel sesudah perendaman (µg)

M3 : berat sampel sesudah perendaman dan sesudah dikeringkan dengan desiccator vacuum (µg)

V : volume (mm3), yaitu πr2x t, dimana π = 3,14

Dokumen terkait