• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

4. Kekeruhan

5) Rasa tidak berasa

6) Suhu oC suhu udara ± 30

b) Parameter Kimiawi 1) Alumunium mg/l 0,2 2) Besi mg/l 0,3 3) Kesadahan mg/l 500 4) Khlorida mg/l 250 5) Mangan mg/l 0,4 6) pH 6,5 – 8,5 7) Seng mg/l 3 8) Sulfat mg/l 250 9) Tembaga mg/l 2 10) Amonia mg/l 1,5

G. Kerangka Berpikir

Pencemaran dalam suatu lingkungan dapat terjadi akibat kondisi lingkungan yang buruk, misalnya dari aktivitas manusia di lingkungan tersebut. Bentuk aktivitas yang sering dijumpai yaitu seperti MCK (mandi, cuci dan kakus), mencuci baju, mencuci piring. Kegiatan semacam ini akan menghasilkan limbah yang sebagian besar bercampur dengan air tanah. Sehingga air tanah akan dapat dipengaruhi oleh sifat-sifat biologi, kimia dan fisika yang akan menyebabkan tingginya zat-zat pencemar.

Tingginya zat-zat pencemar dapat mengindikasi hadirnya bakteri pencemar yang hidup pada air yang kotor, misalnya bakteri golongan coli. Golongan bakteri coli dapat digunakan sebagai jasad indikator di dalam substrat air. Menurut Suriawiria (1993), menyatakan bahwa Escherichia coli dapat dijadikan indikator adanya jasad patogen di dalam air. Sifat-sifat bakteri golongan coli antara lain bakteri gram negatif berbentuk batang, tidak membentuk spora dan mampu memfermentasikan kaldu laktosa pada temperature 37◦C dengan membentuk asam dan gas di dalam waktu 48 jam.

Banyak sumur warga Dasa Wisma RT 2, Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul berwarna kuning dan menimbulkan bau khas yang “amis”. Hal ini diduga mengandung cemaran kimia berupa besi (Fe). Beberapa sumur warga juga berdekatan dengan septick tank dengan jarak rata-rata 7 meter sampai 10 meter. Dengan jarak yang dekat seperti itu, diduga air sumur mengandung pencemaran biologis bakteri Escherichia coli.

Kehadiran bakteri Escherichia coli dalam air sumur dapat disebabkan adanya cemaran dari tinja kotoran manusia ataupun hewan berdarah panas yang masuk ke dalam air sumur melalui resapan air tanah. Apabila pada air sumur

warga Dasa Wisma RT 2, Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul ditemukan bakteri ini, maka bakteri Escherichia coli dapat dijadikan sebagai indikator adanya jasad-jasad patogen. Dasar pernyataan ini sesuai dengan Pelezar (1958) yang menyatakan, bahwa bakteri Escherichia coli dan kelompok bakteri coli lainnya hampir memenuhi persyaratan sebagai indikator pencemaran tinja yang dapat diandalkan.

H. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir yang dikaitkan dengan landasan teori penelitian, air sumur warga Dusun Ngentak, Dasa Wisma RT 2, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul dapat dihipotesiskan sebagai berikut. 1. Air sumur yang berwarna kekuningan dan bau khas yang “amis” menunjukan

adanya bahaya pencemaran kimia yang berupa besi (Fe).

2. Letak beberapa sumur yang berdekatan dengan septic tank, dapat diduga menyebabkan pencemaran biologis bakteri Escherichia coli.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian terdiri dari kata “methodolgy” yang berarti ilmu tentang jalan yang ditempuh untuk memperoleh pemahaman tentang sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya (Hatimah, 2007: 83). Beberapa aspek yang terdapat di dalamnya meliputi jenis penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, sampel penelitian, teknik pengolahan data serta analisis data. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian studi kasus.

B. Sampel Penelitian

Sampel yang diambil berupa air sumur warga Dasa Wisma RT 2, Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. Sampel air sumur diambil secara stratified random sampling. Metode pengambilan sampel ini memperhatikan strata (tingkatan) dalam populasi dan memberikan pada tiap-tiap sampel punya peluang sama untuk diambil secara acak pada tiap kuadran, sehingga dapat terpilih sebagai sampel. Setelah mendapatkan jumlah total sampel sumur, kemudian memberikan penomoran pada masing-masing sumur di setiap kuadran. Teknisnya membuat lintingan kertas yang berisi nomor-nomor yang berjumlah sama dengan jumlah total nomor yang ditempel pada masing-masing kuadran. Setelah itu secara acak diambil lintingan kertasnya. Nomor kertas yang terambil merupakan nomor sampel dari tiap kuadran.

Pengambilan air sampel dilakukan secara aseptis. Alat-alat seperti botol gelap, penutup botol, tali dan pemberat yang digunakan untuk mengambil sampel

air harus disterilkan terlebih dahulu. Pada saat pengambilan sampel, dengan membasahi alkohol 96 % terlebih dahulu di sekeliling mulut botol, lalu tutup botol dibuka, kemudian botol dimasukkan ke dalam sumur. Setelah itu, secepat mungkin botol kembali ditutup untuk mencegah kontaminasi dari luar.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2013 hingga 20 September 2013. Tempat penelitian in situ akan dilaksanakan di wilayah Dasa Wisma RT 2, Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. Penelitian pemeriksaan laboratorium akan dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Gading dan di Laboratorium Biologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Kampus III Paingan, Maguwoharjo, Sleman.

D. Alat dan Bahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa peralatan untuk memperoleh data. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :

1. cawan petri 10. test-KIT

2. bunsen 11. pH meter

3. pipet ukur 12. spektrofotometer

4. tabung reaksi 13. turbidimeter

5. gelas benda 14. termometer

6. autoklaf 15. erlenmeyer

7. jarum ose 16. botol gelap

8. beker glass 17. mikroskop cahaya

Penelitian ini menggunakan beberapa bahan untuk memperoleh data. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :

1. TBX (Trypton Bile-X Glucuronide) 6. cat gram B lugol’s iodine

2. aquades 7. cat garm C aceton-alkohol

3. alkohol 96% 8. cat gram D safranin

4. ECB (Escherichia coli Broth) 5. cat gram A Hucker’s cristal violet E. Prosedur Kerja

1. Penelitian Pendahuluan

Observasi objek dilakukan untuk memperoleh informasi tentang sumur-sumur yang akan diambil sampel airnya dan keadaan lingkungan sekitar sumur-sumur. 2. Sampling

Pengambilan sampel air yang akan diteliti diambil dari 8 sumur. Jumlah sampel yang diambil dari jumlah total populasi sumur warga Dasa Wisma RT 2, Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. 3. Pengukuran Parameter Fisik dan Kimia

a. Suhu

Pengukuran suhu udara dilakukan in situ. Cara kerja untuk mengukur suhu sebagai berikut.

1. Gantungkan termometer di udara selama 5 menit 2. Ambil 1 ember air sumur

3. Benamkan termometer ke dalam air selama ± 5 menit 4. Amati skala Termometer

b. Kekeruhan

Pengukuran kekeruhan berdasarkan pada prinsip persebaran sinar. Cara kerja untuk mengukur kekeruhan sebagai berikut.

1. Standarkan turbidimeter

2. Siapkan satu buah botol sampel air

3. Masukan tabung kuvet yang berisi 25 ml air sampel 4. Amati skala dalam turbidimeternya

c. Bau, Rasa dan Warna

Untuk pengukuran bau, rasa dan warna dilakukan in situ. Dilakukan dengan pengambilan sampel dan pengukuran dilakukan secara fisiologis.

d. Pengukuran pH

Pengukuran pH dilakukan in situ. Cara kerja untuk mengukur derajat pH sebagai berikut.

1. Ambil 1 ember air sumur

2. Celupkan alat pH meter elektrik ke dalam sampel air sumur 3. Biarkan selama ± 5 menit dan amati skala pH meternya e. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen/ DO)

Pengukuran DO dilakukan in situ. Cara kerja untuk mengukur Oksigen Terlarut sebagai berikut.

1. Ambil 1 ember air sumur

2. Celupkan alat DO meter ke dalam sampel air sumur 3. Biarkan selama ± 5 menit

f. Ammonia

Pengukuran amonia dilakukan di Laboratorium Biologi. Cara kerja untuk mengukur amonia sebagai berikut.

1. Ambil 10 ml sampel

2. Masukkan ke dalam tabung reaksi Photometer Wastewater 3. Biarkan selama ± 5 menit dan amati skalanya

g. Nitrit (NO2)

Pengukuran nitrit dilakukan di Laboratorium Balai Kesehatan Gading. Cara kerja untuk mengukur nitrit sebagai berikut.

1. Ambil 50 ml sampel

2. Masukan ke dalam Erlenmeyer 100 ml 3. Tambahkan 2 ml reagen warna

4. Tunggu paling lama 10 menit dan tidak lebih dari 2 jam 5. Masukkan ke dalam kuvet pada spektrofotometer 6. Ukur serapannya pada panjang gelombang spektrum h. Nitrat (NO3)

Pengukuran nitrat dilakukan di Laboratorium Balai Kesehatan Gading. Cara kerja untuk mengukur nitrat sebagai berikut.

1. Ambil 10 ml sampel dan masukan ke dalam gelas piala 100 ml 2. Tambahkan 2 ml NaCl 30% dan 10 ml H2SO4 95%

3. Dikocok hingga homogen

4. Tambahkan 0,5 larutan Brusin-Asam Sulfanilat 5. Rendam dalam air sampai temperatur kamar 6. Masukkan ke dalam kuvet pada Spektrofotometer 7. Ukur serapannya pada panjang gelombang spectrum

i. Alkalinitas

Pengukuran alkalinitas dilakukan in situ. Cara kerja untuk mengukur alkalinitas sebagai berikut.

1. Ambil sampel sebanyak 5ml

2. Tetesi phnolftelein sebanyak 1 tetes

3. Campur perlahan sampai larutan berubah menjadi warna pink/merah 4. Suntikkan HI 3811-0 secara perlahan

5. Kocok sampai warna larutan menjadi pudar 6. Amati skala pada suntikan lalu hasil dikali 300 j. Iron (Fe)

Pengukuran iron dilakukan in situ. Cara kerja untuk mengukur Iron (Fe) sebagai berikut.

1. Ambil 10 ml sampel

2. Beri HI 3834 kemudian dikocok

3. Masukkan dalam komprator selama 4 menit dan amati skalanya k. Hardness (Kesadahan)

Pengukuran hardness dilakukan in situ. Cara kerja untuk mengukur kesadahan sebagai berikut.

1. Ambil 5 ml sampel dan tetesi buffer sebanyak 5 tetes

2. Campurkan perlahan dan tetesi calmagite indicator sebanyak 1 tetes hingga berwarna merah keunguan

3. Suntikkan HI 3812 secara perlahan sambil dikocok hingga berwarna biru

4. Pembuatan Media

Pembuatan media tanam untuk bakteri dilakukan di laboratorium Balai Kesehatan Gading. Pembuatan media dilakukan dengan cara aseptis. Media-media yang dibuat adalah :

a. Escherichia coli Broth (ECB). Cara pembuatannya sebagai berikut. 1. Masukkan sebanyak 40 g ECB dalam 1 liter aquadest

2. Larutkan tanpa pemanas

3. Masukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 10 ml yang dilengkapi tabung Durham

4. Sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 100ºC selama 30 menit 5. Dinginkan segera sampai suhu 25 oC

b. TBX (Trypton Bile-X Glucuronide). Cara pembuatannya sebagai berikut. 1. Sebanyak 1 g TBX, masukkan dalam 1 liter aquadest

2. Larutkan dengan pemanas

3. Dinginkan segera sampai suhu 37 oC.

4. Siapkan cawan petri untuk teknik spread plate dan pour plate 5. Uji Parameter Biologis

Dalam pemeriksaan bakteri Escherichia coli ini menggunakan metode MPN (Most Probable Number). Tahapan-tahapan uji bakteriologis ini sebagai berikut, yakni :

a. uji pendugaan b. uji penegasan c. uji pelengkap

a. Uji Pendugaan

Beberapa teknik dalam uji pendugaan dengan kontrol positif E.coli 25922 dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut, yakni :

1. Inokulasikan 1 ml sampel air ke dalam medium fermentasi laktosa Escherichia coli Broth dengan pengenceran cair 10x secara aseptis 2. Inkubasikan pada temperatur 44o C selama 48 jam

3. Hasil positif adanya E.coli ditandai dengan kekeruhan pada medium pengenceran dan terbentuknya gas

b. Uji Penegasan

Cara mengetahui morfologi koloni bakteri pada cawan petri menggunakan teknik Streak Plate dengan kontrol positif ATCC E.coli 25922, dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut.

1. Inokulasikan sampel pada cawan petri berisi medium TBX (Trypton Bile-X Glucuronide)

2. Inokulasi dengan teknik streak plate menggunakan jarum ose 3. Inkubasikan pada suhu 44oC selama 24 jam

4. Hasil positif ditandai dengan munculnya koloni hijau

Cara mengetahui morfologi koloni bakteri pada cawan petri menggunakan teknik Pour Plate, dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut.

1. Masukan 1 ml sampel ke dalam cawan petri steril

2. Tuangkan medium TBX (Trypton Bile-XGlucuronide) pada cawan petri 3. Inokulasi dengan teknik poor plate

4. Inkubasikan pada suhu 44oC selama 24 jam

c. Uji Pelengkap

Teknik dalam uji pelengkap pada pengecatan gram dengan kontrol positif E.coli 25922, dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut.

1. Siapkan gelas benda 2. Bersihkan dengan alkohol

3. Lewatkan di atas nyala lampu spritus

4. Ambil secara aseptik satu ose suspensi isolat bakteri 5. Letakkan pada gelas benda lalu dikering-anginkan

6. Isolat difiksasi dengan melewatkannya di atas nyala api lampu spritus 7. Tetesi dengan cat Gram A (Hucker’s crystal violet)

8. Diamkan selama 1 menit

9. Cuci preparat dengan air mengalir dan dikering-anginkan, 10.Tetesi preparat dengan larutan mordan Gram B (lugol’s iodine) 11.Diamkan selama 1 menit

12.Cuci preparat dengan air mengalir dan dikering-anginkan 13.Tetesi larutan peluntur Gram C (aceton-alcohol)

14.Diamkan 30 detik

15.Cuci preparat dengan air mengalir dan 16.Preparat dikering-anginkan

17.Beri cat penutup Gram D (safranin) selama 2 menit. 18.Cuci preparat dengan air mengalir dan dikering-anginkan. 19.Amati dengan mikroskop cahaya

20.Hasil positif bakteri gram negatif akan berwarna merah sedangkan bakteri gram positif akan tampak berwarna violet-biru

d. Bagan Teknik Isolasi Bakteri Escherichia coli

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi. Observasi ini berupa wawancara secara langsung dengan pemilik objek penelitian dan melihat secara langsung kondisi lingkungan. Kemudian dalam mendapatkan validitas data dilanjutkan pada uji kualitas air secara fisik, kimia dan biologi. Uji kualitas air ini berupa pengukuran dan pengamatan berdasarkan tabel parameter kualitas air minum.

G. Analisis Data

Dalam menganalisis data pada penelitian ini menggunakan 2 metode yang berbeda. Metode-metode yang digunakan sebagai berikut.

1. Analisis data untuk parameter biologis dengan metode MPN (Most Probable Number. Tujuan metode ini adalah untuk mengetahui jumlah bakteri yang terdapat dalam sampel uji.

2. Analisis data pada uji parameter fisika dan parameter kimia dengan menggunakan metode pendekatan induktif dari hasil pengukuran dan pengamatan. Tujuan dari metode ini adalah mengambil kesimpulan dari

data-SAMPEL A SAMPEL B

PENGENCERAN 10x UJI PENDUGAAN

UJI PENEGASAN UJI PELENGKAP

SAMPEL C SAMPEL D SAMPEL E SAMPEL F SAMPEL G SAMPEL H

data yang bersifat khusus, yang diperoleh dari fakta atau peristiwa yang konkrit (Sutrisno, 1986).

Data yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran dibuat dalam bentuk diagram batang kemudian dibandingkan dengan baku mutu air minum sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 serta dikaitkan dengan teori-teori, jurnal dan penemuan yang nyata yang disajikan secara dekriptif.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian studi kasus ini yaitu Test-KIT, Photometer Wastewater, Turbidimeter, Spektrofotometer, Termometer air, Mikroskop Cahaya, pH meter, DO meter dan table data.

Instrument penelitian yang digunakan memiliki ketentuan sebagai berikut. 1. Test-KIT dengan merk HANNA INSTRUMENT type HI3817

2. Photometer Wastewater dengan merk HANNA INSTRUMENT type HI83214 3. Turbidimeter dengan merk HACH type 2100N

4. Spektrofotometer dengan merk ZIMADZU type 1700 5. Termometer air type 1 per 1 oC

6. pH meter dengan merk HANNA INSTRUMENT type HI98107 7. DO meter dengan merk HANNA INSTRUMENT type HI9142

Tabel data yang digunakan sebagai acuan untuk mendata hasil uji dari setiap parameter yang diukur. Tabel data disesuaikan dengan pedoman Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010.

Tabel 3.1. Data Pengukuran Parameter Uji Air Sumur

Jenis Parameter Satuan Kadar

a) Parameter Fisik 1) Bau 2) Warna 3) Kekeruhan NTU 4) Rasa 5) Suhu oC b) Parameter Kimiawi 1) Besi mg/l 2) Kesadahan mg/l 3) pH 4) Amonia mg/l

5) Nitrat (sebagai NO3-) mg/l 6) Nitrit (sebagai NO2-) mg/l c) Parameter Biologis

I. Tabel 3.2 Agenda Pelaksanaan Penelitian

BULAN

1 2 3

MINGGU MINGGU MINGGU

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Penelitian pendahuluan

Uji Parameter Fisik Dan Parameter Kimia

Pembuatan Media Agar Uji Parameter Biologis

Pembuatan Tabel Parameter dan Pengambilan Data

Analisis Data

36 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan pengukuran parameter fisik, kimia dan biologis dari sampel air sumur warga Dasa Wisma RT 2, Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, diperoleh hasil pada tabel-tabel berikut.

Tabel 4.1. Hasil uji parameter fisik (lampiran 1)

NO Parameter Fisika Sampel A B C D E F G H 1 Bau + + + + + + + + 2 Rasa + + + + + + + + 3 Warna ku-ning be-ning ku-ning ke-ruh ku-ning be-ning ku-ning ke-ruh ku-ning ke-ruh ku-ning be-ning ku-ning be-ning ku-ning be-ning 4 Kekeruhan (NTU) 32,0 20,0 12,7 18,6 14,2 15,6 10,0 6,4 5 Suhu 29oC 28,5 o C 29 o C 28oC 28oC 29oC 28,5 o C 29 o C Keterangan : Tanda (+) pada bau menunjukan bahwa air tersebut memiliki bau, seperti bau amis. Tanda (+) pada rasa menunjukan bahwa air tersebut memiliki rasa. Tanda (-) menunjukan bahwa sampel tidak memiliki bau dan rasa.

Tabel 4.2. Hasil uji parameter kimia (lampiran 2) No Parameter Kimia Sampel A B C D E F G H 1 Besi (mg/L) 2 1 3 3 2 1 1 1 2 Kesadahan (mg/L) 180 270 960 120 150 360 180 60 3 DO (mg/L) 7 6 9 8 7 8 8 12 4 Alkalinitas (mg/L) 300 900 600 450 300 600 600 150 5 pH 8,0 7,9 7,8 8,0 7,8 7,9 8,0 7,9 6 Amonia (mg/L) - - - - - - - - 7 Nitrit(NO2) (mg/L) 0,003 0,302 0,003 0,106 0,084 0,020 0,018 0,003 8 Nitrat(NO3 ) (mg/L) 1,418 3,380 0,022 3,444 1,285 0,084 0,138 1,368

Keterangan : Tanda (-) pada amonia menunjukan bahwa air tersebut tidak mengandung amonia.

Tabel 4.3. Hasil pengukuran uji parameter biologis (lampiran 3)

No Parameter Biologi

Jumlah bakteri Escherichia coli per 100ml sampel

A B C D E F G H

1 Replikasi 1 0 0 0 2 0 2 0 0

2 Replikasi 2 0 0 0 2 0 2 0 0

3 Replikasi 3 0 0 0 2 0 2 0 0

B. Pembahasan

Pengukuran parameter fisik, kimia dan biologis dari sampel A, sampel B, sampel C, sampel D, sampel E, sampel F, sampel G dan sampel H menunjukkan hasil dengan angka yang bervariasi. Hasil penelitian dapat dianalisa lebih lanjut secara deskriptif dengan mengacu pada baku mutu air minum Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010.

1. Bau

Bau merupakan parameter penting dalam kualitas air minum. Secara fisik, bau pada air dapat dirasakan dengan indera pembau. Dari hasil pengujian sampel air pada sumur A, sumur B, sumur C, sumur D, sumur E, sumur F, sumur G dan sumur H dapat dinyatakan bahwa air dari setiap sumur mempunyai bau yang khas seperti terlihat pada tabel 4.1 yang menunjukan tanda positif. Bau yang timbul dapat terjadi karena kadar besi (Fe) yang tinggi di dalam air sumur sehingga menimbulkan bau.

Hasil analisis secara langsung (in situ ) terhadap semua lokasi secara kualitatif berbau amis. Hasil analisis tersebut memperlihatkan bahwa pada setiap sumur, mempunyai bau yang tidak memenuhi persyaratan baku mutu air minum Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010.

2. Rasa

Pada rasa dan bau mempunyai keterkaitan yang erat. Rasa dan bau pada air biasanya terjadi bersama-sama. Hal ini terjadi karena adanya rasa dan bau dapat disebabkan oleh beberapa bahan organik yang membusuk, tipe-tipe mikrobia tertentu, organisme mikroskopik, persenyawaan kimia berupa zat aktif. Namun,

intensitas bau dan rasa tergantung pada lingkungan, sehingga hasil yang diperoleh tidak mutlak (Sutrisno, 1991)

Secara fisik, air dapat dirasakan oleh lidah. Rasa pada air menandakan terjadinya percemaran tertentu dalam air, meski tidak ada satuan pengukurnya. Dari hasil pengujian sampel air pada sumur A, sumur B, sumur C, sumur D, sumur E, sumur F, sumur G dan sumur H diperoleh hasil positif, karena air sumur mempunyai rasa seperti yang ditunjukan dalam tabel 4.1.

Menurut ketentuan tentang baku mutu air minum dari Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010, air sumur yang diteliti mempunyai rasa. Jadi, hal ini tidak memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan.

. 3. Warna

Air sumur yang berwarna kuning bening maupun berwarna kuning keruh dapat sebagai petunjuk, bahwa air sumur tersebut mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan yang sekaligus mempengaruhi nilai estetika pada air. Warna pada air biasanya dipengaruhi oleh masuknya zat terlarut yang datang dari asal sumber air baku seperti unsur kimia organik dan anorganik. Unsur kimia tersebut dapat diakibatkan oleh kadar besi (Fe) yang tinggi dalam air sumur, sehingga air dapat berwarna kuning (World Poultry, Vol 25 No. 3, 2009)

Dari hasil pengamatan secara in situ, seperti (pada tabel 4.1), semua sampel uji berwarna kuning (lampiran 4). Dapat terlihat bahwa pada air sumur A berwarna kuning bening, pada air sumur B berwarna kuning keruh, pada air sumur C berwarna kuning bening, pada air sumur D berwarna kuning keruh, pada air sumur E berwarna kuning keruh, pada air sumur F berwarna kuning bening, pada

air sumur G berwarna kuning bening, dan pada air sumur H berwarna kuning keruh.

Hasil pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa warna pada air sumur diakibatkan oleh kadar besi yang tinggi dari lahan di sekitar sumur maupun dalam sumur. Sehingga ketika ada resapan air yang masuk ke dalam sumur, unsur besi (Fe) dapat ikut masuk dan bercampur dengan air yang ada di sumur. Dari data yang diperoleh, air pada sumur-sumur yang diteliti tidak memenuhi persyaratan baku mutu air minum yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 karena mempunyai warna.

4. Kekeruhan

Kekeruhan pada air sumur menunjukkan bahwa air mempunyai kandungan partikel dan bahan tersuspensi yang tinggi, sehingga memberikan warna atau rupa air yang kotor (APHA, 1976; Davis dan Cornwell, 1991 dalam Effendi 2003).

Hasil pengukuran menggunakan alat turbidimeter di laboratorium (lampiran 5), menunjukan tingkat kekeruhan sampel A sebanyak 32,0 NTU, sampel B sebanyak 20,0 NTU, sampel C sebanyak 12,7 NTU, sampel D sebanyak 18,6 NTU, sampel E sebanyak 14,2 NTU, sampel F sebanyak 15,6 NTU sampel G sebanyak 10,0 NTU, dan sampel H sebanyak 6,4 NTU (lihat diagram 4.1.4).

Menurut Yusup (2012), kekeruhan dapat terjadi akibat kehadiran zat organik yang terurai secara halus, jasad-jasad renik, lumpur, tanah liat dan zat koloid. Menurut Slamet (1996), banyaknya zat padat tersuspensi akan mendukung perkembangbiakan bakteri. Semakin jernih air maka akan menghambat perkembangbiakan bakteri yang mungkin ada dalam air.

Berdasarkan hasil yang ditunjukan diagram 4.1.4 semua sampel yang diuji mempunyai tingkat kekeruhan tidak memenuhi baku mutu air minum dari Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 karena melebihi batas persyaratan yang hanya 5 NTU. Hal ini disebabkan oleh sumbangan dari berbagai senyawa organik seperti bakteri dalam air sumur tersebut serta senyawa anorganik yang berasal dari pelapukan dan logam di dalam air sumur yang bercampur dengan air dan menyebabkan kepadatan partikel-partikel di dalam sumur semakin rapat.

5. Suhu

Menurut Odum (1971) dalam Sundra (1997), fluktuasi suhu perairan diakibatkan oleh komposisi substrat, kekeruhan, curah hujan, angin dan reaksi-reaksi kimia dari penguraian sampah di dalam air.

Hasil pengukuran suhu secara langsung di lapangan (in situ) menggunakan termometer, untuk semua sampel air tidak didapatkan hasil dengan perbedaan fluktasi suhu yang sangat mencolok dengan rentan perbedaan 0,5 oC – 1 oC seperti yang ditunjukan pada diagram 4.1.5. Suhu pada sampel A sebesar 29oC, sampel B

32 20 12.7 18.6 14.2 15.6 10 6.4 5 0 5 10 15 20 25 30 35 NTU Jenis Sampel

Diagram 4.1.4. Tingkat Kekeruhan

sampel A

sampel B

sampel C

sebesar 28,5oC, sampel C sebesar 29oC, sampel D sebesar 28oC, sampel E sebesar 28oC, sampel F sebesar 29oC, sampel G sebesar 28,5oC, sampel H sebesar 29oC. Dari delapan sampel air sumur, didapatkan rata-rata suhu sebesar 28,6 oC.

Menurut persyaratan baku mutu air minum sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010, derajat maksimun untuk suhu berkisar antara 26 oC - 30 oC. Jadi suhu dari setiap masing-masing sampel air sumur serta rata-rata suhunya dapat dikatakan sudah memenuhi persyaratan baku mutu air

Dokumen terkait