• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

C. Perubahan Kualitas Air

8. Kesadahan

10.mikrobiologis 1. Suhu

Suhu merupakan besaran fisika yang menyatakan derajat panas suatu zat. Alat untuk mengukur suhu disebut termometer. Pada termometer, zat yang paling banyak digunakan adalah alkohol dan raksa. Pengukuran suhu diperlukan karena suhu mempengaruhi reaksi kimia perairan dan juga kelarutan beberapa zat di dalam air serta perkembangan mikroorganisme. Adanya suhu menunjukkan kecenderungan aktivitas-aktivitas kimiawi dan biologis, pengentalan, tekanan uap,

tegangan permukaan dan nilai-nilai penjenuhan dari benda-benda padat dan gas. Menurut Odum (1971) dalam Sundra (1997), fluktuasi suhu perairan diakibatkan oleh komposisi substrat, kekeruhan, curah hujan, angin dan reaksi-reaksi kimia dari penguraian sampah di dalam air.

2. Kekeruhan/Turbiditas

Kekeruhan air atau sering disebut turbiditas adalah salah satu parameter uji fisik dalam analisis air. Tingkat kekeruhan air umumnya akan diketahui dengan besaran NTU (nephelometer turbidity unit) setelah dilakukan uji aplikasi menggunakan alat turbidimeter. Besaran kekeruhan air minum yang memenuhi syarat kesehatan berdasarkan acuan yang berlaku adalah tidak lebih dari 5 NTU, secara visual kekeruhan air ini tidak akan terlihat oleh mata. Atas dasar pengalaman bahwa setelah melebihi dari 10 NTU kekeruhan air akan nampak secara visual. Kekeruhan terjadi disebabkan oleh kehadiran zat organik yang terurai secara halus, jasad-jasad renik, lumpur, tanah liat dan zat koloid atau benda terapung yang tidak mengendap dengan segera. (Yusup, 2012). Semakin jernih air maka akan menghambat perkembangbiakan bakteri yang mungkin ada dalam air. Selain itu dalam air yang keruh akan sulit dilakukan desinfeksi karena mikroba akan terlindungi zat tersuspensi tersebut (Slamet, 1996).

3. Warna, Bau dan Rasa

Warna, bau dan rasa adalah beberapa parameter uji fisik dalam analisis air yang dapat diketahui menggunakan panca indra manusia. Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Air yang layak untuk diminum biasanya tidak memberikan rasa. Air yang berasa dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat

yang dapat membahayakan kesehatan (Slamet, 1996). Adanya bau dan rasa pada air minum akan mengurangi daya tarik masyarakat untuk mengkonsumsi air tersebut. Bau dan rasa biasanya terjadi bersama-sama dan disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk.

4. Alkalinitas

Alkalinitas merupakan penyangga (buffer) perubahan pH air dan indikasi kesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan (Alaerts & Ir. S. Sumetri. S, 1987).

Alkalinitas mampu menetralisir keasaman di dalam air. Alkalinitas optimal pada nilai 90-150 ppm. Alkalinitas rendah diatasi dengan pengapuran dosis 5 ppm. Secara khusus alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pembufferan dari ion bikarbonat, ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan keasaman dan menaikkan pH.

5. pH

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Air minum sebaiknya netral, tidak asam atau basa. Hal ini untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat. Air adalah bahan pelarut yang baik. Jika dibantu dengan pH yang tidak netral maka dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang ada di dalam air (Slamet, 1996). Nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air, serta mencirikan suatu pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan. Adanya karbonat, hidroksida dan bikarbonat akan menaikkan

kebasaan air, sementara adanya asam-asam mineral bebas dan asam karbonat akan menaikkan asam (Purnama, 1997).

6. Dissolved Oxygen (Oksigen Terlarut)

Oksigen terlarut atau DO merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi yang menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan bahwa air memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air telah tercemar. Oksigen terlarut akan menentukan apakah perubahan biologi berlangsung secara aerob atau anaerob (Purnama, 1997).

DO juga dapat digunakan untuk mengevaluasi kekuatan pencemaran limbah baik domestik maupun industri. Jika ditinjau dari segi air minum, kadar DO rendah tidak menimbulkan masalah, namun berdampak pada aktivitas bakteri pengurai bahan organik. Aktivitas bakteri dengan tingginya oksigen terlarut dapat berperan dalam menguraikan bahan-bahan organik menjadi komponen yang lebih sederhana sehingga menjadi senyawa yang tidak berbahaya lagi. Namun apabila oksigen terlarut rendah, maka bakteri tidak dapat bekerja dalam menguraikan bahan-bahan organik (Purnama, 1997).

7. Unsur (N)

Nitrogen adalah nutrien penting dalam kehidupan mahluk hidup. Proporsi unsur nitrogen di dalam air yang tercemar dapat berupa nitrogen organik dan nitrogen ammonia. Senyawa nitrogen organik dapat ditransformasi menjadi nitrogen ammonia dan dioksidasi menjadi nitrogen nitrit dan nitrat dalam sistem biologis (Saeni, 1989).

Amonia (NH3), nitrit (NO2-) dan nitrat (NO3-) merupakan senyawa-senyawa yang mengandung unsur nitrogen (N). Unsur N sebagai salah satu unsur makro yang penting dibutuhkan untuk petumbuhan suatu organisme. Di dalam perairan, kebanyakan senyawa-senyawa nitrogen dijumpai dalam bentuk organik dan anorganik (Mahida, 1997).

8. Kesadahan

Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah.

Air yang mempunyai tingkat kesadahan terlalu tinggi sangat merugikan karena dapat menimbulkan karatan (korosi) pada peralatan yang terbuat dari besi, sabun kurang membusa dan menimbulkan endapan atau kerak dalam wadah pengolah.

Berdasarkan jenisnya, tingkat kesadahan air dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

a. kesadahan sementara (temporer) b. kesadahan tetap (permanen) a. Kesadahan Sementara

Kesadahan sementara disebabkan oleh garam-garam karbonat ( CO3+) dan bikarbonat (HCO3-) dari Ca dan Mg. Garam karbonat merupakan garam yang tidak larut, sedangkan garam bikarbonat merupakan garam yang dapat larut. Garam karbonat dengan adanya air dan karbondioksida di udara membentuk

garam bikarbonat yang dapat dapat larut dalam air. Semakin tinggi kadar CO2 di udara maka semakin tinggi pula kelarutannya sehingga air semakin sadah.

b. Kesadahan Tetap

Kesadahan tetap disebabkan oleh adanya garam-garam klorida (Cl-) dan sulfat (SO42-) dari Ca dan Mg. Kesadahan yang disebabkan oleh garam-garam tersebut bersifat tetap dan sangat sulit dihilangkan. Berdasarkan sifat kesadahannya, air dapat dibedakan menjadi 4 golongan pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Derajat kesadahan air berdasarkan kandungan CaCO3 (Masudah, 2003) No Derajat Kesadahan Kandungan CaCO3 (mg/L)

1 Lunak 0-75

2 Agak Sadah 76-150

3 Sadah 151-300

4 Sangat Sadah > 300

Dokumen terkait