• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekuatan Hukum Pemeriksaan Setempat dalam Pembuktian Perkara Perdata Di Pengadilan Negeri Polewali Mandar Di Pengadilan Negeri Polewali Mandar

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

B. Kekuatan Hukum Pemeriksaan Setempat dalam Pembuktian Perkara Perdata Di Pengadilan Negeri Polewali Mandar Di Pengadilan Negeri Polewali Mandar

Dalam suatu pembuktian perkara perdata di kenal dengan beberapa alat bukti yang dijelaskan dalam pasal 1866 KUHPerdata yaitu Alat bukti surat, saksi,

7

http://repositori.uin-alauddin.ac.id/1978/1/RAHMAT%20BUNYADRI.pdf. Tgl 02 Mei 2018.16.24 WITA

persangkaan, pengakuan, dan sumpah. Walaupun pemeriksaan setempat tidak dikategorikan sebagai alat bukti yang dijelaskan dalam KUHPerdata namun pemeriksaan setempat ini memegang peran yang sangat penting dalam pembuktian perkara perdata itu sendiri.

Pemeriksaan setempat seyogyanya merupakan bagian dari proses pembutian yang berperan untuk menerangkan suatu perkara yang sedang diadili yang yang obyek adalah merupakan benda yang tidak bisa dibawa dan dihadirkan dalam persidangan (tanah). Oleh karena terkadang ada perkara yang secara bukti otentik (surat) berbeda dengan yang ada dilapangan. Seperti contoh kasus dibawah ini yang di adili dan diperiksa di Pengadilan Negeri Polewali Mandar.

Kasus Posisi

Gambaran umum mengenai kasus ini dimulai dengan gugatan yang diajukan oleh pengugat yaitu Hj. Belo Ittang binti Abdullah , Hasanuddin bin Abdullah dan DRS. H. Badaruddin bin Abdullah terhadap tergugat yaitu kepala dinas pendidikan pemuda dan olaraga kabupaten Polewali Mandar dan kepala sekolah dasar inpres No 044 kampung baru , dikatakan bahwa pengugat memiliki tanah warisan seluas ±2.025 M²/± 45 x 45 M² terletak dijalan poros Polman-Majene, dusun Galung Tulu Kec. Balanipa kabupaten Polewali Mandar dengan batas-batas sebagai berikut : a. Sebelah Utara : jalan poros Polman- Majene

b. Sebelah Timur : rumah Jalil, Ami, Saiful , Ismail

c. Sebelah selatan : tanah milik para penggugat /Kalong (Daenna Masura) d. Sebelah barat : tanah Ruhani/Ahmad

Tentang Duduk Perkara

Pengugat adalah ahli waris tanah dari alm. Kalobang Daenna Masura (saudara kandung dari ibu pengugat) yang memiliki objek sengketa saat ini. Pada sekitar tahun 1979-1980 Kepala desa setempat bertemu dengan pengugat untuk meminjam objek sengketa tersebut untuk di bangun sebuah sekolah dasar, para pengugatpun meminjamkan tanah tersebut dengan syarat jika pengugat sudah pembutuhkannya maka objek sengketa dikembalikan kepada pemiliknya yaitu pihak pengugat namun dalam eksepsi tergugat menjelaskan bahwa saat itu kepala desa tidak meminjam tetapi meminta kepada St. Riamani ( ibu kandung pengugat) dan St. Riamani memberikan tanah tersebut tanpa syarat apapun.

Tentang Perimbangan Hukum

Untuk mengetahui batas-batas dan letak tanah objek sengketa maka majelis hakim melakukan pemeriksaan setempat namun ditemukan perbedaan pendapat mengenai luas objek sengketa dimana piha pengugat dengan isi gugatannya mengatakan bahwa tanah objek sengketa tersebut seluas ±2.025 M² sedangkan tergugat menyatakan bahwa objek sengketa adalah ±2.205 M², dikarenakan perbedaan tersebut maka pihak tergugat mengajukan pemeriksaan setempat kedua dengan menghadirkan Badan Pertahanan Nasional selaku lembaga yang bertugas melaksanakan tugas pemerintah di bidang pertanahan.

Dari hasil pemeriksaan setempat kedua tersebut di temukan bahwa luas tanah objek sengketa yang sebenarnya adalah 2.045 M² yang mana luas tanah tersebut berbeda dengan versi pengugat maupun tergugat. Dan ditemukan perbedaan batas-batas objek sengketa, dimana dalam surat gugatannnya batas-batas sebelah selatan adalah tanah milik para pengugat / Kalobang sedangkan hasil pemeriksaan setempat sebelah

selatan adalah tanah milik Hamzah, tanah milik, Rusdi, tanah milik Haruna. Selain itu berdasarkan hasil pengukuran Badan Pertahanan Nasional terdapat tanah milik Rusdi seluas 17 M² yang masuk kedalam objek sengketa yang digugat oleh para pengugat sedangkan ternyata bahwa Rusli tidaklah ditarik sebagai pihak tergugat dalam perkara aquo.

Dengan pertimbangan-pertimbangan oleh majelis hakim dan mengingat dan memperhatiakn ketentuan-ketentuan dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan maka majelis hakim memutuskan

1. Menyatakan gugatan para pengugat tidak dapat diterima

2. Menghukum para pengugat untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp. 866.000,-

Dalam perkara ini telah sejalan dengan yurisprudensi putusan Mahkamah Agung No. 81 K/Sip/1971 tanggal 9 juli 1973 dengan kaidah hukum yang menyatakan “karena , setelah diadakannya pemeriksaan setempat oleh pengadilan negeri atas perintah Mahkamah Agung, tanah yang dikuasai tergugat ternyata tidak sama batas-batas dan luasnya dengan yang tercantum dalam gugatan, gugatan harus dnyatakan tidak diterima”. Putusan Mahkamah agung No. 565 K/Sip/1973 tanggal 21 agustus 1974 yang menyatakan “kalau objek sengketa tidak jelas, maka gugatan tidak dapat diterima”, putusan Mahkamah Agung No. 1149 K/Sip/1973 tanggal 17 April 1979 yang menyatakan “bila tidak jelas batas-batas tanah sengketa, maka Gugatan tidak dapat diterima” dan putusan Mahkamah Agung No. 621 K/Sip/1975 tanggal 25 mei 1977 yang menyatakan “karena ternyata sebagian objek yang disengketakan pengugat tidak lagi dikuasai oleh tergugat tetapi telah menjadi m ilik pihak ketiga, maka berdasarkan hukum objektif , pihak ketiga tersebut harus ikut digugat.

Kasus ini membuktikan bahwa pemeriksaan setempat adalah merupakan upaya/peran dalam pembutian untuk mmebuktikan kebenaran materil yang tidak diungkapkan didalam surat.

Yahya Harahap dalam buku mengungkapan Jika tidak dilakukan pemeriksaan setempat maka bisa saja terjadi non-executable atau tidak dapat di eksekusinya suatu perkara , putusan perkara tersebut hanya sebuah putusan yang berada di atas kertas semata, dikarenakan bisa saja letak, batas, ukuran atau luas objek sengekta yang dijelaskan dalam gugatan berbeda dengan objek sesungguhnya.

Jika kita mengkontekskan hal ini pada teori pembuktian yang telah dipaparkan pada BAB II Tinjauan Teoritis tentang kekuatan hukum pembuktian .maka sejatinya kekuatan hukum pemeriksaan setempat termasuk didalam kekuatan pembuktian bebas (vrijbewijskracht). Hal ini dikarenkan penilaian terhadap alat bukti pemeriksaan setempat diserahkan sepenuhnya kepada majelis hakim.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, di peroleh kesimpulan terkait pemeriksaan setempat sebagai salah satu upaya untuk mempermudah membuktikan perkara perdata, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam penerapan pemeriksan setempat di Pengadilan Negeri Polewali Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat sudah terlaksana cukup baik hal ini data dilihat berdasarkan data perkara yang melaksanakan pemeriksaan setempat.

2. Kekuatan hukum pemeriksaan setempat adalah bersifat Vrij bewijskracht atau pembuktian bebas, semua di serahkan sepenuhnya kepada majelis hakim.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat diajukan oleh penulis terhadap masalah dalam tulisan ini ialah sebagai berikut :

1. Pengadilan negeri Polewali perlu mengadakan sosialisasi atau penjabaran di papan pengumuman mengenai proses pemeriksaan setempat itu sendiri sehingga antara masyarakat awam dan pihak pengadilan tidak terjadi kesalahpahaman yang kadang mempersulit jalannya proses penyelesaian perkara.

2. Pengadilan Negeri Polewali setiap mengadakan PS untuk membawa aparat keamanan untuk menjaga kesterilan saat proses PS berlangsung.