• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Kekurangan Penelitian

Kekurangan penelitian ini adalah kuisioner yang diberikan tidak lengkap seperti tidak adanya data tentang jenis pekerjaan pasien dan lamanya pasien menderita TB sehingga data yang diperoleh minim.

37

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Ada hubungan yang signifikan antara fungsi keluarga menurut APGAR dengan kepatuhan minum obat pada penderita tuberkulosis paru.

B. Saran

1. Peneliti selanjutnya disarankan agar menggunakan instrumen penelitian yang lebih lengkap dan desain penelitian yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

2. Peneliti selanjutnya dapat meneruskan penelitian ini dengan meneliti lebih lanjut kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini.

3. Peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat meniliti lebih lanjut terkait fungsi keluarga dengan kepatuhan pengobatan TB, sehingga dapat menjadi bahan untuk menambah referensi ilmiah mengingat masih kurangnya refensi-referensi terbaru.

38

Setiyohadi, A. Idrus, M. S. K, & S. Setiati, Ilmu Penyakit Dalam (4th ed., hal. 2230-2238). Jakarta: InternaPublishing.

Betteng, R., Pangemanan, D., & Muyulu, N. (2014). Analisis Faktor Resiko Penyebab Terjadinya Diabetes Melitus Tipe 2 pada Wanita Usia Produktif di Puskesmas Wawonasa. Jurnal e-Biomedik (eBM), vol 2 no 2.

Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Fisiologi (3th ed.). Jakarta: EGC.

Dahlan, M. S. (2013). Besar Sample Dan Cara Pengambilan Sample. Jakarta: Salemba Medika.

Determinants of Patient Adherence: a Review of Systematic review. (2013, Juli 25). Frontiers in Pharmacology.

Dhewi, G. I., Armiyati, Y., & Supriyono, M. (2011). Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Pasien dan Dukungan Keluarga dengan kepatuhan Minum Obat pada Pasien TB Paru di BKPM Pati.

Gebremariam, M. K., Bjune, G. A., & Frinch, J. C. (2010). Barriers and facilitators of Adherence to TB Treatment in Patient on Concominant TB and HIV Treatment: A Qualitative Study. BMC Public Health, 1.

Hayati, A. (2011). Evaluasi Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru Tahun 2010-2011 di Puskesmas kecamatan Pancoran Mas Depok. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Indonesia, Depok.

Hendiani, N., Sakti, H., & Widayanti, C. G. (2012). The Relationship Bertween Perceive Family Support as Drug Consumption Controller/ Pengawas Minum Obat (PMO)'s And Self Efficacy of Tuberculosis Patients in BKPM Semarang Region. Jurnal Psikologi, 1, 94-105.

Hudoyo, A. (2012, Maret). Sekali Lagi Tentang TB-MDR. Siapa yang Salah.

Jurnal Tuberkulosis Indonesia, VIII, ii.

Kardas, P., Lewek, P., & Matyjaszczyk, M. (2013). Determinants of Patient Adherence: a review of Systematic reviews. Frontiers in Pharmacology. Korua, E. S., Kapantow, N. H., & Kawatu, P. A. (2014). Hubungan Antara Umur,

Jenis Kelamin, Dan Kepadatan Hunian Dengan Kejadian Tb Paru Pada Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan.

39

Kurniawan, N., HD, S. R., & Indriyati, G. (2015). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis Paru. JOM, 1. Marta, O. F. (2012). Determinan Tingkat Depresi Pada Lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta selatan. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Indonesia, Depok.

Nezenega, Z. S., H, Y., & Tafere, T. E. (2013). Patient satisfication on tuberculosis treatment service and adherence to treatment in public health facilities of Sidama zone, South Ethiopia. BMC Health Service Research, 1.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurwidji, & Fajri, T. (2013). Hubungan Motivasi kesembuhan dengan Kepatuhan

Penatalaksanaan Pengobatan pada pasien TB Paru di Wilayah kerja Puskesmas Mojosari mojokerto. Medica Majapahit , 5.

Pasek, M. S., & Satyawan, I. M. (2013, April). Hubungan Persepsi dan Tingkat Pengetahuan Penderita TB dengan Kepatuhan Pengobatan di Kecamatan Buleleng. Jurnal Pendidikan Indonesia, II, 145.

PDPI. (2006). Tuberkulosis Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Diakses dari http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html.

Putri, W. A., & Permana, I. (2011). Hubungan antara Fungsi Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia di Kelurahan Wirobrajan Yogyakarta. Mutiara Medika.

Safri, F. M., Sukartini, T., & Ulfiana, E. (2013). Analisis Faktor Yang Berhubungan dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien TB Paru Berdasarkan Health Belief Model di Wilayah Kerja Puskesmas Umbulsari, Kabupaten Jember .

Septia, A., Rahmalia, S., & Sabrina, F. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat paa Penderita TB Paru. JOM PSKI, 1. Smilkstein, G. (1978). The Family APGAR: A Proposal fo a Family Function

Test and Its Use by Psysicians. The Journal of Family Practice, VI, 1231 . Sri Melati Munir, Arifin Nawas, Dianiati K Soetoyo. (2010, April). Pengamatan

Pasien Tuberkulosis Paru dengan Multidrug Resistant (TB-MRD) di Poliklinik Paru RSUP Persahabatan. Jurnal Respira Indonesia, XXX, 92.

Suherni, N. A., & Maduratna. (2013). Analisi Pengelompokan kecamatan di Kota Surabaya Berdasarkan Faktor Penyebab Terjadinya Penyakit Tuberkulosis.

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS, II, D13-D14.

Sulami, S., Prastiani, D. B., & Kastining. (2015). Hubungan Dukungan Emosional Keluarga dengan Kepatuhan Kunjungan Ulang Pasien Stroke di Poliklinik Saraf RSUD Dokter Soeselo Kabupaten Tegal.

Sutikno, E. (2011, Januari). Hubungan antara Fungsi Keluarga dan Kualitas Hidup Lansia. Jurnal Kedokteran Indonesia, II, 73-74.

Werdhani, R. A. (2010). Patofisiologi, diagnosis, dan klafisikasi Tuberkulosis.

Departemen ilmu kedokteran komunitas, okupasi, dan keluarga. Fkui. WHO. (2003). Adherence to Long Term Therapies: Evidence for Action.

123-137.

WHO. (2013). Global Tuberculosis Report. World Health Organization.

Widjanarko, B., Gompekman, M., Dijkers, M., & Werf, M. J. (2009). Factors that influence treartment adherence of tuberculosis patients living in Java, Indonesia. Dovepress, 231.

Lampiran 1

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN

Dengan hormat saya yang bertanda tangan dibawah ini, Nama : Agistha Nurhitha Arda Nandhi

NIM : 20120310032

Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang sedang melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Fungsi Keluarga Menurut Nilai Apgar Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis Pada Pasien Tuberkulosis Paru”. Pada penelitian ini akan dilakukan pengisian kuisioner pada semua responden.

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi bapak/ibu/saudara/saudari sebagai responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberika akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika tidak bersedia bapak/ibu/saudara/saudari berhak untuk menolak atau mengundurkan diri dari penelitian ini.

Apabila bapak/ibu/saudara/saudari bersedia menjadi responden, maka saya meminta kesediannya untuk menandatangi persetujuan / inform consent menjadi responden dan menjawab pertanyaan yang ada. Atas perhatian dan kesedian bapak/ibu/saudara/saudari menjadi responden saya mengucapkan terimakasih.

Yogyakarta, ... 2015 Peneliti

Lampiran 2

INFORM CONSENT

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA

BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

Yang bertandatangan di bawah ini, saya: Nama :

Usia :

Saya telah membaca surat permohonan dan mendapatkan penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan oleh saudari Agistha Nurhitha Arda Nandhi, mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan judul “Hubungan Antara Fungsi Keluarga Menurut Nilai Apgar Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberculosis Pada Penderita Tuberculosis Paru”.

Saya telah mengerti dan memahami tujuan dan manfaat dari penelitian yang akan dilakukan. Saya mengerti dan yakin bahwa peneliti akan menghormati hak-hak saya dan menjaga kerhasiaan semua data yang diperoleh dari saya. Saya memutuskan bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Adakah bentuk kesediaan saya adalah untuk menjawab pertanyaan sesuai yang tercantum pada kuesioner penelitian.

Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui Yogyakarta, 2015 Peneliti,

Lampiran 3

KUESIONER KEPATUHAN MINUM OBAT TB

No. Pertanyaan Ya Tidak

1 Saya pernah lupa untuk meminum obat.

2 Saya pernah dengan sengaja tidak meminum obat. 3 Saya pernah mengurangi atau melebihikan jumlah butir

obat dari jumlah yang seharusnya saya minum.

4 Saya pernah tidak tepat waktu untuk meminum obat atau waktu untuk meminum obat selalu berubah-ubah.

5 Saya pernah minum obat tidak sesuai dengan frekuensi yang dianjurkan.

6 Saya pernah membuang obat TB paru.

7 Saya pernah telat untuk mengambil obat ke puskesmas dari waktu yang telah ditentukan.

8 Saya pernah telat untuk memeriksakan dahak ulang dari waktu yang telah ditentukan.

Keterangan :

Jenis ketidakpatuhan : Q1 : lupa minum obat

Q2 : sengaja tidak minum obat

Q3 : mengurangi dan melebihkan jumlah butir obat yang seharusnya diminum Q4 : tidak tepat waktu dalam minum obat atau waktu minum obat selalu berubah- ubah

Q5 : minum obat tidak sesuai dengan frekuensi yang dianjurkan Q6 : membuang obat

Q7 : telat untuk mengambil obat dari waktu yang ditentukan

Q8 : telat untuk memeriksakan ulang dahak dari waktu yang telah ditetapkan Skala penilaian (Q1-Q8)

0 : penah melakukan

0 : tidak prnah melakukan

Skor : status penilaian kepatuhan penderita TB paru 0-7 : tidak patuh

Lampiran 4

KUISIONER APGAR KELUARGA

Petunjuk : Berilah tanda check list(√) pada kolom jawaban yang tealh disediakan. Jawaban :

Selalu : jika pertanyaan tersebut selalu anda rasakan

Kadang-kadang : jika pertanyaan tersebut kadang-kadang anda rasakan Tidak perlu : jika pertanyaan tersebut tidak pernah anda rasakan

No. Pertanyaan Selalu

Kadang-kadang

Tidak pernah 1. Saya merasa puas jika keluarga dapat

membantu saya memecahkan masalah yang sedang saya hadapi.

2. Saya merasa puas atas cara keluarga membicarakan berbagai hal dan mau berbagi masalah dengan saya.

3. Saya merasa puas dengan cara keluarga menerima dan mendukung saya untuk melakukan aktivitas baru.

4. Saya merasa puas dengan cara keluarga mengungkapkan sikap dan respon terhadap emosi/ perasaan saya seperti kemarahan, kesedihan, dan cinta.

5. Saya puas dengan cara keluarga dan saya meluangkan waktu bersama.

Penilaian:

7-10 : Fungsi keluarga sehat

4-6 : Fungsi keluarga kurang sehat 0-3 : Fungsi keluarga tidak sehat

Lampiran 5

ANALISIS DATA

Data Univariat

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin jeniskelamin Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid laki-laki 40 71.4 71.4 71.4 perempuan 16 28.6 28.6 100.0 Total 56 100.0 100.0

Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai APGAR APGAR Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid fungsi keluarga sehat 39 69.6 69.6 69.6

fungsi keluarga kurang

sehat 12 21.4 21.4 91.1

fungsi keluarga tidak

sehat 5 8.9 8.9 100.0

Total 56 100.0 100.0

Karakteristik Responden Berdasarkan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis kepatuhan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid patuh 39 69.6 69.6 69.6 tidak patuh 17 30.4 30.4 100.0 Total 56 100.0 100.0

Data Bivariat

Hasil Analisis Bivariat Hubungan antara Skor APGAR dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis pada Penderita Tuberkulosis Paru

Hasil analisis korelasi bivariat spearman

kepatuhan * APGAR Crosstabulation Count APGAR Total fungsi keluarga sehat fungsi keluarga kurang sehat fungsi keluarga tidak sehat kepatuhan patuh 35 4 0 39 tidak patuh 8 4 5 17 Total 39 12 5 56 Correlations kepatuhan APGAR Spearman's rho kepatuhan Correlation Coefficient 1.000 .557**

Sig. (2-tailed) . .000

N 56 56

APGAR Correlation Coefficient .557** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 56 56

1

Treatment in Pulmonary Tuberculosis Patients

Hubungan Antara Fungsi Keluarga Menurut Nilai Apgar Dengan

Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberculosis pada Penderita Tuberculosis Paru

Agistha Nurhitha Arda Nandhi1, Denny Anggoro Prakoso2 1

Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY, 2Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat UMY

ABSTARCT

Background: Tuberculosis (TB) is still a health problem in Indonesia and in the world as the leading cause of death. The duration of TB treatment makes a lot of TB patients who discontinued treatment or drop out (defauledt). This cases impact with the increase in cases of germ resistance to standard treatment or multidrug-resistant (MDR). Many factors that affect the successful treatment of TB such as family that serves the health monitoring for each of its members. To assess perceptions of family members of a family function by examining satisfaction with family relationships developed assessment instrument called Family APGAR.

Methods: This study uses an analytical observation with cross sectional study design. Large sample studied as many as 56 people. The research instrument to assess family function was used APGAR Smilkstein questionnaires while to assess adherence treatment was using a questionnaire that had been tested for validity and reliability. Data were analyzed using the Spearman test.

Result: The value of P value = 0,000 which means there is a significant relationship between family function with medication adherence in patients with TB. R = 0.557 which means the relationship family function with anti-tuberculosis medication adherence in patients with pulmonary tuberculosis have the strength of the correlation was moderate, it is mean that the healthy family functioning in patients with tuberculosis will more closely in taking anti-tuberculosis drugs.

Conclusion: There was a significant relationship between family function according APGAR with medication adherence in patients with pulmonary tuberculosis.

2

INTISARI

Latar Belakang: Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan baik di Indonesia maupun di dunia sebagai penyebab utama kematian. Lamanya pengobatan TB membuat banyak penderita TB yang menghentikan pengobatan atau drop out (defauledt). Kasus drop out ini memberi dampak peningkatan kasus dengan kuman resistensi terhadap pengobatan standar atau yang disebut dengan multidrug-resistant (MDR). Banyak faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan TB salah satunya adalah keluarga yang berfungsi pemantauan kesehatan tiap anggotanya. Untuk menilai persepsi anggota keluarga dari fungsi keluarga dengan memeriksa kepuasannya terhadap hubungan keluarga dikembangkan instrumen penilaian yang disebut APGAR Keluarga (Family APGAR). Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasi analitik dengan desain penelitian

cross sectional. Besar sampel yang diteliti sebanyak 56 orang. Instrumen penelitian untuk menilai fungsi keluarga menggunakan kuesiner APGAR Smilkstein sedangkan untuk menilai kepatuhan pengobatan menggunakan kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitas. Analisa data menggunakan uji spearman.

Hasil: Didapatkan nilai p=0,000 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi keluarga dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB. Nilai r =0,557 yang berarti hubungan fungsi keluarga dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis pada penderita tuberkulosis paru memiliki kekuatan korelasi sedang, artinya semakin sehat fungsi keluarga pada penderita tuberkulosis maka akan semakin patuh dalam meminum obat anti tuberkulosis.

Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara fungsi keluarga menurut APGAR dengan kepatuhan minum obat pada penderita tuberkulosis paru.

3

Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan baik di Indonesia maupun di dunia sebagai penyebab utama kematian. Menurut laporan WHO dalam Global Tuberculosis Report 2013, pada tahun 2012 terdapat 8,6 juta kasus TB aktif di dunia (termasuk 320.000 diantaranya meninggal dengan HIV positif). Sembilan juta orang menderita TB termasuk 1,1 juta kasus di antaranya adalah pengidap HIV, 1,5 juta orang meninggal akibat TB, termasuk 360.000 antara orang-orang dengan HIV positif. Indonesia termasuk dalam lima negara dengan jumlah kasus insiden terbesar pada tahun 2012 sebanyak 0,4-0,5 juta kasus dan menempati peringkat ke 4 setelah India (2,0 juta-2,4 juta), China (0,9-1,1juta), Afrika Selatan (0,4-0,6 juta), dan kemudian Pakistan (0,3-0,5 juta).

Pengobatan penyakit TB memerlukan waktu selama 6 bulan, dan selama masa pengobatan tersebut banyak penderita yang menghentikan pengobatan ditengah jalan atau drop out (defauledt).

Kasus drop out ini memberi dampak peningkatan kasus dengan kuman resistensi terhadap pengobatan standar atau yang disebut dengan multidrug-resistant

(MDR).

Banyak faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan TB antara lain kepatuhan, pendidikan, persepsi, status sosial ekonomi penderita, petugas kesehatan di puskesmas (Pasek & Satyawan, 2013). Pada salah satu jurnal penelitian menyebutkan bahwa keyakinan dapat sembuh dari TB, tingkat keparahan penyakit dengan adanya infeksi HIV, dan dukungan dari keluarga dan tenaga kesehatan juga merupakan faktor dari kepatuhan suatu pengobatan TB (Gebremaria, dkk., 2010).

Dukungan keluarga memegang peran penting dalam keberhasilan pengobatan pasien TB paru dengan cara selalu mengingatkan penderita untuk selalu

teratur, pengertian yang dalam terhadap penderita yang sedang sakit dan memberi semangat agar tetap rajin berobat. Keluarga juga memilik fungsi dalam perawatan kesehatan (Sutikno, 2011), sehingga keluarga merupakan unit terdekat dalam pemantauan kesehatan tiap anggotanya. Untuk menilai persepsi anggota keluarga dari fungsi keluarga dengan memeriksa kepuasannya terhadap hubungan keluarga dikembangkan instrumen penilaian yang disebut APGAR Keluarga (Family APGAR). Instrumen ini terdiri dari lima parameter fungsi keluarga: kemampuan beradaptasi (adaptation), kemitraan (partnership), pertumbuhan

(growth), kasih sayang (affection), dan kebersamaan (resolve) (Sutikno, 2011).

Berdasarkan latar belakang diatas kepatuhan minum obat pada pasien tuberkulosis sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan pengobatan agar tidak menimbulkan efek negetif seperti timbulnya resistensi terhadap obat, penularan penyakit dan biaya pengobatan menjadi meningkat dan waktu yang lama untuk pengobatan, sehingga penelitian tentang hubungan fungsi keluarga menurut nilai APGAR dengan kepatuhan mimun obat anti tuberkulosis pada pasien tuberkulosis paru perlu untuk dilakukan. Metode Penelitian

Desain penelitian ini adalah cross sectional. Populasinya adalah semua penderita TB paru yang berobat di Puskesmas Kecamatan Campurdarat, Puskesmas Kecamatan Tanggunggunung, Puskesmas Kecamatan Pakel, Puskesmas Kecamatan Bandung, Puskesmas Kecamatan Kauman. Penelitian ini dilakukan selama bulan Agustus-Desember 2015. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 56 yang didapat dari rumus sebagai berikut:

4

Instrumen penelitian untuk menilai fungsi keluarga menggunakan kuesiner Smilkstein

sedangkan untuk menilai kepatuhan pengobatan menggunakan kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitas. Hasil Penelitian

Table 1.Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan Tabel 1, karakteristik responden dari penelitian ini adalah laki-laki sebanyak 40 orang (71%) dan perempuan sebanyak 16 orang (29%). Tabel 2.Distribusi mean dan standar

deviasi karakteristik responden berdasarkan umur Usia N 56 Mean 68 Min 18 Max 68 Std Deviation 12,599

Pada Tabel 2 di atas, hasil penelitian menggunakan statistik deskriptif didapatkan nilai rata-rata atau mean umur pasien TB paru adalah 40 tahun dan standar deviasi sebesar 12,599. Sedangkan umur terendah adalah 18 tahun dan umur tertinggi adalah 68 tahun.

Tabel 1.Distribusi frekuensi dan prosentase karakteristik responden berdasarkan skor APGAR

Berdasarkan Tabel 3, didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki fungsi keluarga sehat sebanyak 39 orang (70%), kurang sehat 12 orang (21%), dan tiak sehat 5 orang (9%).

Tabel 4.Distribusi frekuensi dan prosentase karakteristik responden berdasarkan kepatuhan pemakaian OAT

Berdasarkan Tabel 4, ditemukan bahwa jumlah responden yang patuh terhadap pengobatan TB paru lebih besar dibandingkan dengan responden yang tidak patuh. Responden yang patuh terhadap pengobatan sebanyak 39 orang (70%) dan tidak patuh sebanyak 17 orang (30%).

Pada hasil perhitungan hubungan antara skor APGAR dengan kepatuhan pemakaian OAT diketahui bahwa responden yang patuh dalam pengobatan dengan fungsi keluarga sehat sebanyak 35 Jenis

Kelamin Frekuensi Prosentase

Laki-laki 40 71% Perempuan 16 29% Total 56 100% Kepatuhan Frekuensi Prosentas e Patuh 39 70% Tidak patuh 17 30% Total 56 100% Skor APGAR Frekuensi Pros entas e Keluarga Sehat 39 70% Keluarga Kurang Sehat 12 21% Keluarga Tidak Sehat 5 9% Total 56 100 %

5

fungsi keluarga kurang sehat sebanyak 4 orang, responden yang patuh dengan fungsi keluarga tidak sehat sebanyak 0 orang, responden yang tidak patuh dalam pengobatan dengan fungsi keluarga sehat sebanyak 4 orang, responden yang tidak patuh dalam pengobatan dengan fungsi keluarga kurang sehat sebanyak 8 orang, dan responen yang tidak patuh dalam pengobatan dengan fungsi keluarga tidak sehat sebanyak 5 orang. Hasil analisa menggunakan korelasi spearman

didapatkan nilai p=0,000 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi keluarga dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB. Nilai r =0,557 yang berarti hubungan fungsi keluarga dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis pada penderita tuberkulosis paru memiliki kekuatan korelasi sedang, artinya semakin sehat fungsi keluarga pada penderita tuberkulosis maka akan semakin patuh dalam meminum obat anti tuberkulosis.

Diskusi

Responden dalam penelitian ini mememiliki rata-rata usia 40 tahun. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kurniawan, dkk (2015) dan Dhewi, dkk (2011) rata-rata penderita TB paru terjadi pada usia produktif (15-50 tahun). Hal ini diperkirakan karena kelompok usia reproduktif mempunyi mobilitas yang cukup tinggi sehingga kemungkinan untuk terpapar kuman Mycobacterium tuberculosis paru lebih besar, selain itu reaksi endogen cenderung terjadi pada usia produktif.

Berdasarkan data yang diperoleh prosentase penderita TB paru lebih banyak banyak pada jenis kelamin laki-laki dari pada perempuan. Hal serupa juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Korua, dkk (2014) dan Nurwidji, dkk (2013) yang menunjukkan bahwa laki-laki lebih berpeluang menderita TB paru

tersebut dikaitkan dengan kebiasaan laki-laki yang sering merokok dan mengkonsumsi alkohol sehingga menurunkan sistem pertahanan tubuh.

Berdasarkan data karakteristik responden berdasarkan skor APGAR, 70% responden menunjukkan fungsi keluarga sehat. Fungsi keluarga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lingkungan sosial yang meliputi interaksi keluarga dengan tetangganya, keaktifan keluarga mengikuti kegiatan-kegiatan masyarakat. Fungsi keluarga juga dipengaruhi oleh kultur daerah setempat, agama yang dianut, pendidikan, dan ekonomi. Bila ekonomi rendah maka fungsi keluarga tidak akan sehat karena anggota keluarga akan kesulitan untuk mendapatkan tempat tinggal yang sehat, pendidikan yang memadai dan pelayanan kesehatan yang maksimal sehingga mengakibatkan kualitas hidup anggota keluarganya tidak baik (Sutikno, 2011).

Berdasarkan data yang diperoleh sebanyak 70% responden patuh terhadap pengobatan. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan pengobatan salah satunya adalah persepsi pasien tentang penyakit tersebut. Berdasarkan pengamatan di lapangan pada saat penelitian, responden mengaku takut apabila tidak meminum obat teratur dan tidak sampai sembuh akan menyebabkan kematian. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Pasek, dkk (2013) bahwa pesepsi penderita TB mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan pengobatan. Menurut Kardas, dkk (2013) menyatakan bahwa tingkat keparahan penyakit memiliki efek positif pada kepatuhan. Hal ini juga didukung oleh Notoatmodjo dalam Safri, dkk (2013) yang mengemukakan bahwa tindakan individu untuk melakukan pengobatan dan pencegahan penyakit akan didorong oleh keseriusan penyakit tersebut terhadap individu atau masyarakat. Tindakan yang dilakukan penderita TB

6

paru dalam hal ini adalah patuh terhadap pengobatan mengingat TB paru adalah penyakit serius yang dapat menyebabkan kematian.

Terdapat hubungan positif antara fungsi keluarga dengan kepatuhan. Hal tersebut memiliki arti bahwa fungsi

adaptation, partnership, growth, affection

dan resolve juga baik.

Adaptation, merupakan

kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, serta menerima, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang lain, dalam hal ini berarti keluarga ikut serta membantu dan memberi dukungan pasien untuk patuh minum obat. Partnership,

menggambarkan komunikasi, saling

Dokumen terkait