• Tidak ada hasil yang ditemukan

 Kelas I - - -  Kelas II - - -  Kelas III - - -  Kelas III A 57,693 - -  Kelas III B - 99,080 -  Kelas III C - - -

 Kelas tidak dirinci - - 888,411

Jumlah 57,693 99,080 888,411

Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010

2.8

KONDISI PEREKONOMIAN

Kondisi Sektor Pertanian Tanaman Pangan

Pertanian tanaman pangan merupakan salah satu sektor dimana produk yang dihasilkan menjadi kebutuhan pokok hidup rakyat, Sebanyak 14% atau 14,568 Ha termasuk lahan sawah, sehingga Kabupaten Banjarnegara juga memproduksi tanaman pangan seperti padi sawah, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang hijau, dan kedelai.

Kabupaten Banjarnegara memiliki lahan non pertanian lebih besar daripada lahan pertanian yaitu 86% atau 92,403 Ha. Luas panen padi Kabupaten Banjarnegara sebesar 25,436 Ha, terdiri dari 23,634 Ha sawah basah dan 1,802 Ha sawah kering (padi gogo), Jumlah produksi padi sawah di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010 adalah 134,879,1 ton yang tersebar pada seluruh kecamatan kecuali Batur, Jumlah produksi terbesar terdapat di Kecamatan Mandiraja sebesar 18,237,2 ton dan jumlah produksi terkecil terdapat di Kecamatan Pejawaran karena tidak memiliki lahan pertanian sawah, Sedangkan untuk padi gogo jumlah produksinya adalah 6,061,15 ton dan ada beberapa kecamatan yang tidak mengasilkan padi gogo, diantaranya Banjarnegara, Sigaluh, Madukara, Banjarmangu, Wanadadi, Karangkobar, Pagentan, Pejawaran, Batur, Wanayasa, Kalibening dan Pandanarum.

Tanaman palawija yang terdapat di Kabupaten Banjarnegara antara lain jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang kedelai, kacang tanah dan kacang hijau, Jumlah produksi tanaman palawija antara lain jagung sebesar 92,859,92 ton dari 25,792 Ha luas panen yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, Produksi tanaman Ubi Kayu sebesar 243,297,25 ton dari 11,142 Ha, Produksi tanaman Kacang Tanah sebesar 4,917,55 ton dari 4,273 Ha, Produksi tanaman Kedelai sebesar 139,76 ton dari 149 Ha.

Sedangkan jumlah produksi tanaman ubi jalar sebesar 3,956,40 ton dari 291 Ha serta jumlah produksi kacang hijau 10,95 ton dengan luas lahan 10 Ha.

Tanaman Sayuran

Kondisi tanaman sayur-sayuran di Kabupaten Banjarnegara terdiri atas bawang daun, kentang, kubis, petsai/sawi, wortel, kacang merah, kacang panjang, cabe, tomat, buncis, ketimun, labu siam, kangkung, bayam, petai, jengkol, mlinjo dan terong.

Tanaman Buah-buahan

Kabupaten Banjarnegara menghasilkan buah-buahan dalam jumlah yang cukup besar, Jenis buah-buahan yang ada di Kabupaten Banjarnegara dan produksinya dalam tahun 2007 adalah; Pisang (10,566,200 Kg), Salak (193,644,800 Kg), Nenas (51,100 Kg), Jambu Biji (284,700 Kg), Pepaya (1,333,800 Kg), Durian (1,586,000 Kg), Rambutan (7,970,600 Kg), duku (306,900 Kg), Jeruk siam (13,516 Kg), Mangga (4,997 Kg), Manggis (307 Kg), Alpukat (606 Kg), Belimbing (303 Kg), Jambu Air (378 Kg), Sawo (721 Kg), Sirsak (340 Kg), Melinjo (4,722 Kg) dan Sukun (1,300 Kg).

Kondisi Peternakan

Kondisi peternakan di Kabupaten Banjarnegara dikelopokan menjadi 3 jenis, yaitu ternak besar (kuda, sapi potong, sapi perah dan kerbau), ternak kecil (kambing dan domba) dan ternak unggas dan kelinci (ayam, itik, puyuh, unggas lainnya dan kelinci), Ternak sapi potong kerbau, kuda, kambing dan domba tersebar di seluruh kecamatan, begitu juga dengan ternak unggas juga tersebar di seluruh kecamatan.

2.9

TATA RUANG WILAYAH

Berdasarkan potensi dan karakteristik yang dimiliki oleh wilayah Kabupaten Banjarnegara, diantaranya adalah sebagai daerah agraris yang memiliki sumberdaya manusia yang cukup, dan memiliki beberapa produk unggulan, seperti; produk pertanian padi, perikanan, peternakan, tanaman sayuran, dan lain-lain, Berdasarkan Rencana tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banjarnegara, tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah “mewujudkan

ruang Kabupaten berbasis pertanian dan pariwisata yang unggul dalam sistem wilayah terpadu dan berkelanjutan”,

Perwujudan tujuan ini merupakan upaya untuk mewujudkan wilayah pembangunan yang berkembangan dengan mempertimbangkan potensi daerah dengan memperhatikan kelestarian

1. Pengembangan pertanian; sektor pertanian merupakan sektor yang paling penting di Kabupaten Banjarnegara, pengembangan sektor ini harus dioptimalkan agar dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk,

2. Pengembangan pariwisata; potensi pariwisata di Kabupaten Banjarnegara sangat beragam dan potensial dikembangkan sebagai ikon daerah,

3. Sistem wilayah terpadu; pengembangan wilayah Kabupaten Banjarnegara dilakukan melalui keterpaduan kawasan perdesaan dan perkotaan,

4. Berkelanjutan; karakter wilayah Kabupaten Banjarnegara yang terdiri atas hulu (kawasan bagian Utara) dan hilir (kawasan bagian tengah-selatan) membutuhkan penanganan alam yang tepadu dengan prinsip kelestarian lingkungan,

Kebijakan penataan ruang Kabupaten Banjarnegara untuk mewujudkan tujuan penataan ruang tersebut, meliputi :

a. Pengembangan pusat-pusat pelayanan mendorong pertumbuhan dan pemerataan perkembangan wilayah;

b. Peningkatan keterhubungan kawasan perkotaan –perdesaan; c. Pengembangan prasarana wilayah Kabupaten;

d. Pengendalian alih fungsi lahan pertanian produktif; e. Pengembangan pariwisata alam dan buatan;

f. Pengembangan kawasan perkotaan yang mampu berfungsi sebagai pusat pemasaran hasil komoditas Kabupaten;

g. Peningkatan pengelolaan kawasan lindung;

h. Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung lingkungan hidup dan daya tampung lingkungan hidup; dan

i. Pengembangan kawasan strategis Kabupaten,

2.9.1 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Banjarnegara

Berdasarkan hasil analisa tentang struktur wilayah, Kabupaten Banjarnegara dibagi menjadi beberapa hirarki, Hirarki perkotaan tersebut dibentuk oleh perkembangan dan pertumbuhan perkotaan itu sendiri, Sedangkan, perkembangan dan pertumbuhan perkotaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : kependudukan, kelengkapan fasilitas dan aksesibilitas, Pada variabel kependudukan pendekatan yang digunakan adalah jumlah, kepadatan penduduk dan penduduk menurut tingkat pendidikan, Pada variabel kelengkapan fasilitas, yang diperhitungkan adalah fasilitas yang memiliki skala pelayanan wilayah (kecamatan, sub wilayah, wilayah), meliputi fasilitas perekonomian (perdagangan dan jasa) dan fasilitas sosial (pendidikan dan kesehatan), Pada variabel kelengkapan aksesibilitas, yang diperhitungkan adalah kondisi jalan dan kelas jalan,

Dalam suatu wilayah pengembangan akan terdapat banyak kota dengan berbagai ukuran, Untuk mengarahkan pembangunan dari suatu wilayah, maka perlu dikenal dengan baik bagaimana peranan kota-kota tersebut termasuk hirarkinya di dalam suatu wilayah, Untuk menentukan hirarki kota-kota dalam suatu wilayah dengan cara meninjau jumlah pelayanan yang

dapat diemban oleh sebuah kota, Hirarki kekotaan tersebut terdiri atas Hirarki I meliputi Kecamatan Mandiraja, Banjarnegara, Madukara, Karangkobar, Purworejo Klampok, dan Kalibening, Hirarki Kota II Kecamatan Purwonegoro, Bawang dan Rakit, Hirarki III meliputi Kecamatan Susukan, Banjarmangu dan Wanayasa, Selanjutnya, Hirarki IV meliputi Kecamatan Pagedongan, Sigaluh, Wanadadi, Pagentan, Pejawaran, Batur dan Punggelan, Pada hirarki V hanya terdapat Kecamatan Pandanarum,

Dengan mempertimbangkan kondisi wilayah Kabupaten Banjarnegara, maka untuk memudahkan dalam dalam pembagian sistem pusat pelayanan, maka akan ditentukan pula sistem perwilayahan pembangunan dalam Satuan Wilayah Pembangunan berdasarkan keterkaitannya dengan sistem pelayanan,

Dalam dokumen BAB 2 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANJARNEGARA (Halaman 33-36)

Dokumen terkait