• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA STRUKTUR DAN POLA PEMANFAATAN RUANG

HIRARKI JARINGAN JALAN NASIONAL

D. Kelas Terminal

Terminal adalah prasarana angkutan umum sebagai tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Pada dasarnya terminal merupakan tempat pergantian jenis sarana transportasi darat. Terminal ini dapat berupa tempat khusus dengan berbagai kelengkapannya atau hanya berupa tempat pemberhentian kendaraan saja. Penyediaan fasilitas ini disesuaikan dengan kebutuhan pelayanannya.

Dalam pengembangan fasilitas transportasi di Kabupaten Nias ditetapkan bahwa terminal regional (skala) kabupaten diarahkan di Kecamatan Gunungsitoli sedangkan terminal kecamatan diarahkan berada pada setiap ibukota kecamatan. Adapun rencana pengembangan terminal dimaksud mencakup :

1. Pembangunan terminal regional (kabupaten) dimaksudkan untuk melayani jalur transportasi regional antar Kabupaten (Gunungsitoli – Teluk Dalam) dan antar kecamatan;

2. Pembangunan terminal kecamatan dimaksudkan untuk melayani jalur transportasi dalam kabupaten (Ibukota Kabupaten dengan Ibukota Kecamatan);

5.3 RENCANA POLA PEMANFAATAN RUANG

Rencana pemanfaatan ruang/penggunaan tanah merupakan cerminan secara fisik dari rencana penetapan kegiatan-kegiatan pada wilayah perencanaan, atau pengalokasian elemen-elemen penunjang yang ditampung di wilayah perencanaan beserta kebutuhan ruangannya. Pemanfaatan ruang oleh setiap kegiatan diatasnya diselaraskan dengan kebutuhan ruang setiap elemen dan kondisi fisik wilayah (kesesuaian dan kemampuan wilayah). Rencana pemanfaatan ruang di Kabupaten Nias dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Setiap kawasan akan terbagi lagi menurut fungsinya masing-masing. Secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :

5.3.1 Rencana Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung terdiri dari Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya

5.3.1.1 Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya

Kawasan lindung yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya terdiri dari Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Bergambut, dan Kawasan Resapan Air. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kawasan Hutan Lindung

Kawasan hutan lindung di Kabupaten Nias terdapat seluas 81.753 Ha, yang pada umumnya terdapat pada kawasan bagian tengah Pulau Nias, seperti Kecamatan : Ulugawo, Somolo-molo, Mau, Gido, Lolofitu Moi, Gunungsitoli Idanoi, Hili Srangkai, Hiliduho, Buto Mozoi, Alasa Talumuzoi, Togala Oyo, Gunungsitoli, Mandrehe, Mandrehe Utara, Ulu Moro’o, Afulu dan Lahewa.

Pengembangan kawasan hutan lindung, dilakukan dengan :

9 Dilakukannya pendelinasian kawasan yang ditetapkan sebagai hutan lindung sesuai rencana pemanfaatan ruang;

9 Menghindari kegiatan budidaya di kawasan hutan lindung yang dapat merusak fungsi lindung dan menimbulkan degradasi lingkungan sementara ataupun permanen;

9 Melakukan perlindungan terhadap flora dan fauna yang ada di hutan lindung tersebut;

9 Pembatasan dan relokasi kegiatan budidaya yang sudah ada dari hutan lindung ke lahan yang sesuai dengan peruntukannya dalam rencana pemanfaatan ruang;

9 Penetapan enclave bagi kegiatan budidaya di kawasan hutan lindung guna menghindari kegiatan budidaya;

9 Penegasan status lahan kawasan lindung oleh instansi terkait sehingga jelas dan tegas peruntukannya dan keberadaannya terlindungi;

9 Reboisasi terhadap hutan lindung atau lahan yang telah ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung sehingga sesuai dengan fungsinya.

2. Kawasan Bergambut

Kawasan bergambut adalah kawasan yang unsur pembentuk tanahnya sebagian besar berupa sisa-sisa bahan organik yang tertimbun dalam waktu yang lama. Kriteria yang digunakan dalam penetapan kawasan bergambut adalah : tanah bergambut dengan ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat di bagian hulu sungai dan rawa.

Berdasarkan kriteria tersebut maka Kawasan Bergambut yang terdapat di Kabupaten Nias terdapat di Kecamatan Bawolato, Idanogawo, Tuhemberua, Lotu dan Lahewa Timur.

Kawasan Bergambut dilakukan dengan mengendalikan hidrologi wilayah, yang berfungsi sebagai penghambat air dan pencegah banjir, serta melindungi ekosistem yang khas di kawasan yang bergambut.

3. Kawasan Resapan Air

Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air. Kriteria yang digunakan dalam penetapan kawasan resapan air adalah curah hujan yang tinggi, struktur tanah yang mudah meresapkan air dan bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran. Berdasarkan kriteria tersebut maka Kawasan Resapan Air yang terdapat di Kabupaten Nias pada umumnya terdapat pada daerah pegunungan pada kawasan bagian tengah di Kabupaten Nias (pada umumnya terdapat pada kawasan hutan lindung).

5.3.1.2 Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan lindung yang termasuk pada kawasan perlindungan setempat adalah sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar waduk/danau dan kawasan sekitar mata air. Dari ke empat kawasan perlindungan setempat tersebut, arahan alokasinya di Kabupaten Nias dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Sempadan Pantai

Sempadan pantai adalah kawasan tertentu di sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Kriteria yang digunakan adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

Kawasan sempadan pantai yang terdapat di Kabupaten Nias terdapat pada seluruh kecamatan yang berada di sepanjang pantai Pulau Nias, seperti Kecamatan Bawolato, Idanogawo, Gido, Gunungsitoli Idanoi, Gunungsitoli Selatan, Gunungsitoli, Gunungsitoli Utara, Tuhemberua, Sawo, Lotu, Lahewa Timur, Lahewa, Afulu, Alasa, Tugala Oyo, Moro’o, Mandrehe Barat dan Kecamatan Sirombu.

9 Pengembangan sabuk pohon (buffer zone) disepanjang pantai untuk mengurangi resiko apabila terjadi tsunami;

9 Pengembangan sabuk pohon dapat dilakukan dengan reboisasi terhadap hutan bakau datau budidaya perkebunan kelapa disepanjang pantai;

9 Memberikan status hukum yang jelas terhadap sempadan pantai; 9 Pengendalian perkembangan perkampungan di sepanjang pantai; 9 Rehabilitasi kawasan hutan bakau yang sudah mengalami kerusakan.

2. Sempadan Sungai

Sempadan sungai adalah lahan di kiri dan kanan sungai yang dapat dipengaruhi oleh keadaan air sungai. Lebar sempadan sungai menurut Keppres No. 32 tahun 1990 adalah ; sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar dan 50 meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar permukiman. Untuk sungai di kawasan permukiman, sempadan sungai dapat diperkirakan berdasarkan lebar dan kedalaman sungai. Namun secara garis besar dapat ditetapkan sebesar 10 – 15 meter untuk sungai besar dan 1- 3 meter untuk sungai kecil.

Untuk lebih jelasnya mengenai arahan sempadan sungai di Kabupaten Nias dapat dilihat pada Tabel V.3

TABEL V.3