• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perikanan di Indonesia yang multispesies menyebabkan satu jenis unit penangkapan ikan menangkap lebih dari satu jenis ikan dalam satu kali trip penangkapan. Namun, pancing tonda, yang termasuk alat tangkap selektif, dapat menentukan jenis ikan yang ditangkap dengan mengatur ukuran mata pancing yang digunakan. Pada kenyataannya, nelayan pancing tonda di PPP Labuhan Lombok tetap menangkap ikan jenis tuna dan tongkol dikarenakan pada daerah penangkapan ikan mereka terdapat pula kedua jenis ikan tersebut. Oleh sebab itu, dalam menganalisis usaha perikanan khusus ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur dirasa sangat sulit sehingga diasumsikan bahwa analisis usaha pada unit penangkapan pancing tonda yang dianalisis pada penelitian ini dianggap dapat pula mewakilkan analisis usaha perikanan cakalang. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa unit penangkapan pancing tonda di Kabupaten Lombok Timur menangkap ikan cakalang secara dominan. Namun, untuk lebih mengetahui secara

pasti kelayakan finansial dari usaha perikanan pancing tonda yang menangkap beberapa jenis ikan dengan kelayakan finansial dari usaha perikanan pancing tonda yang menangkap ikan cakalang saja, maka pada penelitian ini akan dibandingkan keduanya.

Perlu diinformasikan bahwa perbedaan dari usaha perikanan cakalang yang menangkap ikan multispesies (ikan jenis tuna, cakalang dan tongkol) serta usaha perikanan cakalang yang menangkap satu spesies ikan (ikan cakalang) terdapat pada penerimaan yang diperoleh, sedangkan biaya-biaya dan investasi yang dikeluarkan untuk kedua usaha tersebut adalah sama.

5.4.1 Analisis usaha 1) Analisis keuntungan

Analisis keuntungan dalam usaha perikanan cakalang dipengaruhi oleh total biaya yang digunakan untuk menangkap ikan cakalang serta total penerimaan yang diperoleh dari usaha penangkapan ikan cakalang tersebut. Pada umumnya, para pengusaha perikanan akan mencari keuntungan yang besar, dengan kata lain, para pengusaha perikanan tersebut akan berusaha mendapatkan penerimaan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.

(a) Biaya

Dalam usaha perikanan cakalang, biaya dibagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu biaya investasi, biaya tetap, dan biaya tidak tetap. Biaya investasi dalam usaha perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur terdiri dari biaya pembelian komponen investasi yang menunjang kegiatan usaha penangkapan ikan cakalang. Untuk biaya tetap pada usaha perikanan cakalang tersebut, terdiri dari biaya perawatan dan penyusutan untuk komponen investasi. Biaya tidak tetap usaha perikanan cakalang tersebut terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan operasional, biaya perbaikan alat tangkap, biaya tambat labuh, dan retribusi hasil tangkapan.

Total biaya investasi pada usaha perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur adalah Rp 222.250.000. Komponen investasi yang dibeli untuk kegiatan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur yaitu kapal, mesin utama, mesin bantu, lampu sebagai penerang, dan rumpon. Rincian nilai investasi

untuk usaha perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Komponen investasi untuk usaha perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur

No. Jenis Investasi Nilai Investasi

1. Kapal Rp 125.000.000 2. Mesin utama Rp 25.000.000 3. Mesin bantu Rp 25.000.000 4. Lampu Rp 2.250.000 5. Rumpon Rp 45.000.000 Total Rp 222.250.000

Komponen investasi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 9 memiliki umur teknis masing-masing yaitu kapal pancing tonda memiliki umur teknis 10 tahun, mesin utama dan mesin tambahan memiliki umur teknis 5 tahun, rumpon umur teknisnya 3 tahun, dan lampu memiliki umur teknis 2 tahun. Perlu diketahui bahwa alat tangkap pancing tonda tidak termasuk ke dalam komponen investasi karena alat tangkap pancing tonda yang dioperasikan di Kabupaten Lombok Timur, khusunya di PPP Labuhan Lombok, setiap ± 2 bulan sekali diganti dengan yang baru.

Total biaya tetap untuk usaha perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur yaitu Rp 58.525.000. Komponen biaya tetap untuk usaha perikanan cakalang tersebut terdiri dari biaya perawatan serta penyusutan untuk kapal, mesin utama, mesin bantu, rumpon dan lampu. Rincian dari komponen biaya tetap tersebut untuk jangka waktu satu tahun ditunjukkan pada Tabel 10.

Perawatan kapal pancing tonda dilakukan setiap 1,5 bulan sekali, dimana setiap kali perawatan, biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 700.000. Untuk perawatan mesin utama dan mesin bantu dilakukan setiap 1 bulan sekali dengan biaya sekali perawatan adalah Rp 450.000 untuk masing-masing mesin tersebut. Perawatan rumpon dilakukan setiap 1 tahun sekali atau setiap ada kerusakan pada beberapa komponen rumpon, dimana biaya perawatan tersebut diperkirakan sebesar Rp 3.500.000 per tahun.

Tabel 10 Komponen biaya tetap untuk usaha perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur

No. Komponen Biaya Tetap Nilai

1. Perawatan kapal Rp 5.600.000

2. Perawatan mesin utama Rp 5.400.000 3. Perawatan mesin bantu Rp 5.400.000

4. Perawatan rumpon Rp 3.500.000

5. Penyusutan kapal Rp 12.500.000

6. Penyusutan mesin utama Rp 5.000.000 7. Penyusutan mesin bantu Rp 5.000.000

8. Penyusutan lampu Rp 1.125.000

9. Penyusutan rumpon Rp 15.000.000

TOTAL Rp 58.525.000

Total biaya tidak tetap untuk usaha perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur adalah Rp 114.889.500. Adapun komponen untuk biaya tidak tetap diantaranya adalah biaya untuk kebutuhan bahan bakar, pelumas, es balok, perbekalan makanan, air bersih, umpan buatan, perbaikan/pembelian alat tangkap, biaya tambat labuh, dan retribusi hasil tangkapan. Nilai untuk kesemua biaya tetap tersebut terlihat pada Tabel 11. Perlu diinformasikan bahwa data pada Tabel 11 merupakan biaya tidak tetap untuk jangka waktu 1 tahun.

Tabel 11 Komponen biaya tidak tetap untuk usaha perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur

No. Komponen Biaya Tidak Tetap Nilai

1. Bahan bakar Rp 43.392.000 2. Pelumas Rp 1.840.000 3. Es Rp 24.000.000 4. Perbekalan makanan Rp 40.000.000 5. Air bersih Rp 10.000 6. Umpan buatan Rp 280.000

7. Perbaikan/pembelian alat tangkap Rp 2.880.000 8. Biaya tambat labuh Rp 40.000 9. Retribusi hasil tangkapan Rp 2.297.500

TOTAL Rp 114.889.500

Bahan bakar yang digunakan oleh kapal pancing tonda di Kabupaten Lombok Timur dalam satu kali trip penangkapan adalah 600 liter, dimana harga satuan dari bahan bakar solar yang digunakan tersebut adalah Rp 4.520/liter.

Pelumas atau oli yang digunakan dalam satu kali trip adalah 10 liter dengan harga satuannya yaitu Rp 23.000/liter. Usaha penangkapan ikan cakalang dengan menggunakan unit penangkapan pancing tonda membawa es balok dalam setiap trip penangkapannya, dimana es balok tersebut digunakan untuk menjaga kesegaran ikan cakalang selama berada di atas kapal. Kebutuhan es balok dalam satu kali trip untuk kegiatan penangkapan pancing tonda adalah 150 balok. Harga satuan untuk es balok di Kabupaten Lombok Timur, khususnya di PPP Labuhan Lombok adalah Rp 10.000/balok. Untuk penggunaan umpan, perikanan pancing tonda di Kabupaten Lombok Timur menggunakan umpan buatan yang biasanya terbuat dari kain sutra. Biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan umpan buatan tersebut yaitu Rp 70.000 setiap 2 bulan sekali.

Kegiatan tambat labuh di PPP Labuhan Lombok dikenai biaya, dimana biaya tersebut didasarkan pada ukuran kapal. Kapal yang berukuran < 10 GT dikenakan biaya Rp 1.500 sekali tambat labuh, sedangkan kapal yang berukuran > 10 GT dikenakan biaya Rp 2.500 sekali tambat labuh. Selain itu, hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Labuhan Lombok dikenakan retribusi sebesar Rp 25 per kilogram ikan yang didaratkan.

(b)Penerimaan

Penerimaan dari usaha perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur berasal dari hasil penjualan produksi yang dihasilkan. Seperti yang diketahui, bahwa perikanan di Indonesia bersifat multispesies. Oleh sebab itu, dalam usaha perikanan cakalang pun, produksi yang dihasilkan bukan hanya ikan cakalang saja. Terdapat beberapa jenis ikan lainnya yang ikut pula tertangkap oleh nelayan pancing tonda pada usaha perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur. Ikan jenis tersebut diantaranya tongkol, madidihang, setuhuk, dan beberapa jenis tuna lainnya. Oleh sebab itu, penerimaan pada usaha perikanan cakalang tersebut termasuk dari hasil penjualan ikan-ikan jenis tangkapan sampingan tersebut. Namun, sesuai dengan penjelasan diawal analisis ini, maka akan dilakukan perbandingan antara penerimaan pada usaha perikanan cakalang yang menangkap ikan multispesies (ikan jenis tuna, cakalang dan tongkol) dengan penerimaan pada usaha perikanan cakalang yang menangkap satu spesies ikan (ikan cakalang).

Penerimaan yang diterima oleh nelayan atau para pengusaha perikanan berbeda-beda berdasarkan musim penangkapan. Pada umumnya, musim penangkapan terdiri dari musim puncak, musim sedang, dan musim paceklik. Musim paceklik merupakan musim dimana ikan hasil tangkapan yang didaratkan berjumlah sangat minim dikarenakan adanya musim barat. Pada saat musim barat tersebut nelayan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur tidak melakukan kegiatan penangkapan ikan sama sekali karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan untuk melaut, sehingga penerimaan dari usaha perikanan cakalang tersebut hanya berasal dari nilai produksi saat musim puncak dan musim sedang. Penerimaan terbanyak diperoleh saat musim puncak.

Rata-rata penerimaan per tahun usaha perikanan cakalang yang menangkap ikan multispesies (ikan jenis tuna, cakalang dan tongkol) di Kabupaten Lombok Timur pada saat musim puncak mencapai Rp 1.026.000.000. Sedangkan rata-rata penerimaan per tahun usaha perikanan cakalang tersebut saat musim sedang yaitu Rp 216.600.000. Sehingga total penerimaan yang dihasilkan oleh usaha perikanan cakalang tersebut selama 1 tahun adalah Rp 1.242.600.000. Adapun rata-rata penerimaan usaha perikanan cakalang yang menangkap satu spesies ikan (ikan cakalang) pada saat musim puncak adalah Rp 420.000.000 dan pada saat musim sedang adalah Rp 80.000.000, sehingga total penerimaan dari usaha perikanan cakalang yang menangkap satu spesies ikan (ikan cakalang) adalah Rp 500.000.000.

(c) Keuntungan

Total penerimaan yang diperoleh dan total biaya yang dikeluarkan oleh nelayan perikanan cakalang akan dibagi dengan pemilik kapal pancing tonda. Adapun sistem bagi hasil antara nelayan dengan pemilik kapal yaitu nelayan yang bertugas sebagai nahkoda mendapatkan bagian 24%, nelayan-nelayan yang bertugas sebagai ABK mendapatkan bagian 40%, dan pemilik kapal mendapat bagian 36%. Berdasarkan sistem bagi hasil tersebut, maka total pengeluaran pemilik kapal, yang menangkap ikan cakalang dan jenis ikan lainnya, untuk upah nelayan dalam jangka waktu 1 tahun pada yaitu Rp 712.790.333. Sedangkan total pengeluaran pemilik kapal, yang hanya menangkap ikan cakalang, untuk upah nelayan dalam jangka waktu 1 tahun pada yaitu Rp 217.723.667.

Berdasarkan rincian total biaya yang dikeluarkan dan total penerimaan yang diperoleh dalam usaha perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat diketahui keuntungan yang diperoleh oleh pemilik kapal pancing tonda. Keuntungan tersebut merupakan hasil pengurangan antara total penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan. Sehingga diketahuilah bahwa keuntungan usaha perikanan cakalang yang menangkap ikan multispesies di Kabupaten Lombok Timur dalam jangka waktu 1 tahun sebesar Rp 353.395.167. Sedangkan keuntungan usaha perikanan cakalang yang menangkap satu spesies ikan (ikan cakalang) di Kabupaten Lombok Timur dalam jangka waktu 1 tahun sebesar Rp 108.861.833.

2) Analisis R/C

Analisis R/C digunakan untuk mengetahui seberapa besar penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan pada usaha perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur. Perhitungan nilai R/C diperoleh dengan membandingkan total penerimaan yang diperoleh dan total biaya yang dikeluarkan.

Hasil perhitungan untuk R/C pada usaha perikanan cakalang yang menangkap ikan multispesies (ikan jenis tuna, cakalang dan tongkol) di Kabupaten Lombok Timur yaitu 1,40. Nilai R/C tersebut memiliki arti bahwa setiap satuan rupiah total biaya yang dikeluarkan untuk usaha perikanan cakalang tersebut akan menghasilkan total penerimaan sebesar Rp 1,40. Adapun nilai R/C

untuk usaha perikanan cakalang yang menangkap satu spesies ikan (ikan cakalang) di Kabupaten Lombok Timur yaitu 1,28 yang berarti bahwa setiap satuan rupiah total biaya yang dikeluarkan untuk usaha perikanan cakalang tersebut akan menghasilkan total penerimaan sebesar Rp 1,28. Nilai R/C yang melebihi 1 menunjukkan bahwa kegiatan usaha perikanan cakalang yang menangkap ikan multispesies serta usaha perikanan cakalang yang menangkap satu spesies ikan di Kabupaten Lombok Timur memberikan keuntungan.

3) Analisis PP

Analisis PP digunakan untuk mengetahui periode waktu pengembalian investasi usaha perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur. Apabila periode waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian investasi semakin cepat, maka usaha perikanan cakalang tersebut semakin baik.

Hasil perhitungan untuk PP pada usaha perikanan cakalang yang menangkap ikan multispespies (ikan jenis tuna, cakalang dan tongkol) di Kabupaten Lombok Timur adalah 0,62 tahun atau sekitar 7,5 bulan. Hal ini berarti bahwa pada usaha perikanan cakalang tersebut dibutuhkan waktu kurang lebih 7,5 bulan untuk pengembalian nilai investasi yang telah dikeluarkan pada awal melakukan usaha tersebut. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi yang dikeluarkan pada usaha perikanan cakalang yang menangkap satu spesies ikan (ikan cakalang) di Kabupaten Lombok Timur adalah 2,04 tahun atau sekitar 24,50 bulan.

4) Analisis ROI

Analisis ROI digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keuntungan yang diperoleh dalam setiap rupiah investasi yang dikeluarkan pada awal usaha perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur. Perhitungan ROI

merupakan perbandingan antara nilai keuntungan yang diperoleh dan nilai investasi yang dikeluarkan pada awal usaha, dimana ROI dinyatakan dalam bentuk persentase.

Hasil analisis ROI pada usaha perikanan cakalang yang menangkap ikan multispesies (ikan jenis tuna, cakalang dan tongkol) di Kabupaten Lombok Timur menunjukkan hasil 160,36%. Hasil tersebut memiliki arti bahwa setiap rupiah yang diinvestasikan pada usaha perikanan cakalang tersebut akan memberikan keuntungan sebesar Rp 160,36. Sedangkan analisis ROI pada usaha perikanan cakalang yang menangkap satu spesies ikan (ikan cakalang) di Kabupaten Lombok Timur menunjukkan hasil 48,98% yang artinya adalah setiap rupiah yang diinvestasikan pada usaha perikanan cakalang tersebut akan memberikan keuntungan sebesar Rp 48,98.

5.4.2 Analisis investasi 1) Net Present Value (NPV)

Perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui nilai NPV melibatkan nilai

discount rate. Besarnya discount rate yang digunakan pada penelitian ini sebesar 10%, sesuai dengan nilai discount rate yang dianjurkan oleh Bank Indonesia (BI).

Nilai NPV untuk usaha perikanan cakalang yang menangkap ikan multispesies (ikan jenis tuna, cakalang, tuna) di Kabupaten Lombok Timur yaitu Rp 1.487.096.970. Hal ini memiliki arti bahwa usaha perikanan cakalang tersebut akan memberikan net benefit sebesar Rp 1.487.096.970 selama 10 tahun dengan nilai discount rate sebesar 10% per tahun. Sedangkan nilai NPV untuk usaha perikanan cakalang yang menangkap satu spesies ikan (ikan cakalang) di Kabupaten Lombok Timur yaitu Rp –763.206.061 yang artinya adalah usaha perikanan cakalang yang menangkap satu spesies ikan (ikan cakalang) akan mengalami kerugian sebesar Rp 763.206.061 selama 10 tahun dengan nilai

discount rate sebesar 10% per tahun.

2) Internal Rate of Return (IRR)

Nilai IRR dari usaha perikanan cakalang yang menangkap ikan multispesies (ikan jenis tuna, cakalang dan tongkol) di Kabupaten Lombok Timur adalah 12,19%. Nilai IRR tersebut berada di atas nilai discount rate (10%). Hal ini berarti bahwa usaha perikanan cakalang tersebut memberikan manfaat yang baik dari nilai investasi yang ditanamkan untuk usaha penangkapan ikan multispesies dengan menggunakan alat tangkap pancing tonda sebesar 12,19% tiap tahunnya selama 10 tahun. Sedangkan nilai IRR dari usaha perikanan cakalang yang menangkap satu spesies ikan (ikan cakalang) di Kabupaten Lombok Timur adalah 12% yang artinya bahwa usaha tersebut memberikan manfaat yang baik dari nilai investasi yang ditanamkan untuk usaha penangkapan satu spesies ikan dengan menggunakan alat tangkap pancing tonda sebesar 12% tiap tahunnya selama 10 tahun.

3) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Nilai Net B/C untuk usaha perikanan cakalang yang menangkap ikan multispesies di Kabupaten Lombok Timur sebesar 19,43. Nilai Net B/C tersebut memiliki arti bahwa selama 10 tahun pada nilai discount rate 10% setiap satu

rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan keuntungan bersih sebesar Rp 19,43. Sedangkan nilai Net B/C untuk usaha perikanan cakalang yang menangkap satu spesies ikan (ikan cakalang) di Kabupaten Lombok Timur adalah 5,16 yang memiliki arti bahwa selama 10 tahun pada nilai discount rate 10% setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan keuntungan bersih sebesar Rp 5,16.

5.4.3 Kelayakan finansial untuk usaha perikanan cakalang

Pada analisis usaha dan analisi investasi yang telah dijelaskan sebelumnya dilakukan perbandingan antara usaha perikanan cakalang yang menangkap ikan multispesies (ikan jenis tuna, cakalang, tongkol) serta usaha perikanan cakalang yang menangkap satu spesies ikan (ikan cakalang) di Kabupaten Lombok Timur Terdapat perbedaan yang diperoleh dari kedua jenis usaha perikanan cakalang tersebut pada hasil analisis usaha dan analisis investasi. Secara rinci, perbedaan tersebut ditunjukkan pada Tabel 12.

Tabel 12 Hasil analisis usaha dan analisis investasi pada dua jenis usaha perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur

No. Analisis Kelayakan

Finansial

Usaha Perikanan Cakalang

A B Analisis Usaha 1. Keuntungan Rp 353.395.167 Rp 108.861.833 2. R/C 1,40 1,28 3. PP 7,5 bulan 24,05 bulan 4. ROI 160,36% 48,98% Analisis Investasi 1. NPV Rp 1.487.096.970 Rp –763.206.061 2. IRR 12,19% 12% 3. Net B/C 19,43 5,16 Keterangan:

A = usaha perikanan cakalang yang menangkap ikan multispesies (ikan jenis tuna, cakalang dan tongkol)

B = usaha perikanan cakalang yang menangkap satu spesies ikan (ikan cakalang)

Pada Tabel 12 terlihat bahwa usaha perikanan cakalang yang menangkap satu spesies ikan di Kabupaten Lombok Timur memperoleh keuntungan, nilai R/C

dan nilai ROI lebih kecil dibandingkan usaha perikanan cakalang yang menangkap ikan multispesies di Kabupaten Lombok Timur. Selain itu, waktu

yang dibutuhkan untuk pengembalian sejumlah nilai investasi yang ditanamkan pada usaha perikanan cakalang yang menangkap satu spesies ikan lebih lama dibandingkan dengan usaha perikanan cakalang yang menangkap ikan multispesies di Kabupaten Lombok Timur. Sehingga berdasarkan analisis usaha dapat diketahui bahwa usaha perikanan cakalang yang menangkap ikan multispesies di Kabupaten Lombok Timur jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan usaha perikanan cakalang yang menangkap satu spesies ikan di Kabupaten Lombok Timur.

Pada hasil analisis investasi yang terlihat pada Tabel 12 diketahui bahwa usaha perikanan cakalang yang menangkap satu spesies ikan di Kabupaten Lombok Timur tidak memberikan keuntungan jika dijalankan dalam waktu 10 tahun atau dengan kata lain bahwa usaha tersebut memberikan kerugian dalam jangka waktu 10 tahun. Berbeda dengan usaha perikanan cakalang yang menangkap ikan multispesies yang memberikan keuntungan dalam jangka waktu 10 tahun. Sehingga, berdasarkan nilai NPV tersebut, dapat diketahui bahwa usaha perikanan cakalang yang menangkap satu spesies ikan di Kabupaten Lombok Timur tidak layak untuk dikembangkan, sedangkan usaha perikanan cakalang yang menangkap ikan multispesies di Kabupaten Lombok Timur layak untuk dikembangkan.

Perbandingan kelayakan finansial pada dua jenis usaha perikanan cakalang yang dilakukan pada penelitian ini pada dasarnya ingin menunjukkan bahwa usaha perikanan cakalang yang menangkap satu spesies ikan (ikan cakalang) tidak akan memberikan keuntungan dalam jangka waktu yang panjang. Hal tersebut dikarenakan harga jual ikan cakalang yang masih rendah, sehingga perlu adanya hasil tangkapan sampingan yang harga jualnya lebih tinggi dibandingkan ikan cakalang, seperti ikan jenis tuna. Oleh sebab itu, kegiatan nelayan pancing tonda di Kabupaten Lombok Timur yang menangkap ikan multispesies (ikan jenis tuna, cakalang dan tongkol) telah tepat. Namun, kegiatan penangkapan pancing tonda di Kabupaten Lombok Timur tetap dapat dikatakan sebagai usaha perikanan cakalang dikarenakan hasil tangkapan dominan dari nelayan pancing tonda tersebut yaitu ikan cakalang. Selanjutnya, hasil dan pembahasan untuk analisis- analisis berikutnya pada tesis ini akan menggunakan istilah usaha perikanan

cakalang di Kabupaten Lombok Timur, dimana maksudnya yaitu usaha perikanan cakalang yang menangkap ikan multispesies (ikan jenis tuna, cakalang dan tongkol).

Dokumen terkait