• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PONDASI RAKIT/PELAT (RAFT FONDATION)

V.4. Kelebihan dan Kurangan Pondasi Rakit

 Pondasi rakit sangat bagus digunakan pada tanah yang banyak

mengandung air misalnya seperti tanah rawa.

 Apabila terjadi banjir pondasi ini sedikit terakat, tetapi tidak mengalami

pergeseran dan apabila banjir telah surut pondasi tersebut kembali ke posisinya semula.

 Struktur pada pondasi rakit mengalami deformasi yang tidak sama

akibat beban yang bekerja, sehingga pondasi ini termasuk struktur yang fleksibel.                    

 Pondasi ini cocok digunakan pada bangunan yang memiliku luasan yang luas.

 Biaya pembuatan pondasi ini lebih murah dari pembuatan pondasi batu

kali

 Penurunan pada pondasi rakit bersamaaan

V.4.2. Kekurangan Pondasi Rakit

Apabila tidak menggunakan grand anchor pondasi tersebut akan

terangkat dan menyebabkan bangunan pondasi bergerak.

 Pondasi ini kurang bagus dibangun pada tanah jenis keras

 Kurang efektif apabila digunakan di kedalaman > 6 m

V.5. Lokasi Tanah yang Cocok untuk Pondasi Rakit

Pondasi rakit atau pelat digunakan pada lapisan tanah lunak yang daya dukungnya kecil atau jika beban bangunan pada kolom bangunan cukup besar, maka bila digunakan pondasi telapak terpisah untuk setiap kolom bangunan, jumlah luas dari pondasi itu lebih besar dari setengah luas bangunan sehingga akan lebih praktis untuk menggunakan pondasi plat menyeluruh seluas bangunan.

Pada lapisan tanah yang tidak homogen atau jika terdapat lensa tanah lunak pada lapisan tanah yang agak padat. Sehingga bila menggunakan kaki pondasi terpisah sendiri maka mungkin ada pondasi yang berdiri di atas bagian tanah yang lemah dan dapat menimbulkan penurunan setempat yang lebih besar dan akan mengakibatkan terjadi penurunan yang tidak merata pada bangunan.

Perhitungan pondasi rakit atau pelat sama dengan perhitungan plat atap bangunan, hanya dibalik dengan menganggap tumpuan di atas sedang dari bawah ada beban merata atau desakan tanah pada plat pondasi. Jika beban kolom bangunan tidak besar, maka pelat pondasi dapat dibuat sama tebal pada seluruh luas bangunan. Tetapi bila beban kolom bangunan cukup besar maka pada tempat tempat dibawah kolom pelat pondasi harus dipertebal, penambahan tebal pelat pondasi dapat ke atas maupun ke bawah.

Pondasi pelat penuh dari beton bertulang dibuat seluas ukuran gedung yang direncanakan, akan tetapi dapat juga diberi lubang di tengah ruang masing masing. Berbeda dengan pondasi setempat atau pondasi lajur, pondasi pelat beton bertulang membagi beban bangunan secara merata ke tanah

V.6. Keterkaitan Pondasi Rakit dengan Konstruksi yang Digunakan

Pondasi pelat lebih baik digunakan pada bangunan dengan dimensi luas, jenis tanah yang banyak mengandung air.

Hal – hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pondasi rakit, antara lain :

                   

34

 Kondisi proyek

 Muka air tanah

Berikut ini diperlihatkan beberapa gambar kondisi di lapangan pada saat pemasangan pondasi rakit.

Gambar 5.3. Lokasi Pemasangan Pondasi Rakit

Gambar 5.4. Pemasangan Standing Support

Gambar 5.5. Pemasangan Tulangan Bagian Atas

                   

Gambar 5.6 Siap Pengecoran

V.7. Tinjauan Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Rakit

Pekerjaan Raft fondation memiliki beberapa tahapan pekerjaan terdiri dari : a. Pekerjaan persiapan

b. Pekerjaan lantai kerja dan bekisting permanent yang terbuat dari batako c. Pekerjaan GA vertical

d. Pekerjaan Tulangan

e. Pekerjaan chemical anchor dan water stop f. Pekerjaan bekisting ( pemasangan stop cor ) g. Pengecoran f’c = 30 MPa dan test therma couple h. Pembongkaran Bekisting i. Pemeliharaan beton.                    

36 Tidak

Ya

Gambar 5.7. Diagram Alir Pekerjaan Raft Fondation Mulai

Lantai Kerja dan bekisting permanent Ground Anchor Vertical Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan Tulangan

- Pengukuran / Penandaan Besi Tulangan ( sesuai Shop Drawing )

- Pemotongan Besi Tulangan - Pembengkokan Besi Tulangan - Merakit Besi Tulangan ( cek jarak,

panjang penyaluran, ikatan tulangan ) - Beton Decking

Pekerjaan Bekisting ( Pemasangan stop cor

)

Checklist bersama

Apakah besi sudah sesuai SD dan raft siap dicor ?

Pekerjaan Chemical

Anchor dan water stop

Pekerjaan Pengecoran - Persiapan pengecoran - Penuangan beton

- Pemadatan Beton ( digetarkan ) - Pemberian Floor Hardener

Test therma couple Suhu max = 90ºC Suhu min = 67 ºC ∆ < 20 ºC Selesai Pemeliharaan Beton                    

a. Pekerjaan Persiapan

Beberapa hal yang dipersiapkan sebelum melaksanakan pekerjaan Raft fondation yaitu persiapan alat, bahan dan tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 5.1. berikut.

Tabel 5.1. Persiapan pekerjaan raft fondation

Alat Bahan Tenaga Kerja

- Concrete Pump - Vibrator

- Concrete mixer

- Alat bantu pertukangan

- Solar - Batako - Kawat - Besi - Operator alat - Pekerja terampil

- Pekerja setengah terampil - Mandor

- Surveyor

b. Pekerjaan Pembuatan Lantai Kerja dan Bekisting Permanent yang Terbuat Dari Batako

Pekerjaan pembuatan lantai kerja mulai dikerjakan setelah pekerjaan galian tanah layer 3 selesai dikerjakan. Lantai kerja merupakan dasar basement yang memiliki elevasi – 11.55 m. Proyek ini menggunakan raft fondation sebagai pondasi bangunan, jadi harus ada lantai kerja dimana lantai kerja dibuat dengan menggunakan batako sebagai bekisting permanent.

Tahap pembuatan lantai kerja yaitu pemasangan batako, lantai kerja di timbun oleh tanah lalu dipadatkan dengan menggunakan backhoe sebelum lantai kerja dicor karena ada penurunan elevasi pada lantai kerja yang akan dibuat kolom, setelah itu baru pengecoran dilakukan. Pemasangan lantai kerja dapat dilihat pada gambar 5.8. Lantai kerja ditimbun oleh tanah dan dipadatkan dengan menggunakan backhoe dapat dilihat pada gambar 5.9, sedangkan pekerjaan pengecoran dapat dilihat pada gambar 5.10. berikut.

Gambar 5.8. Pemasangan Lantai Kerja Gambar 5.9 Pemadatan Lantai Kerja

                   

38

Gambar 5.10. Pengecoran Lantai Kerja

c. Pekerjaan GA vertical

Pekerjaan GA vertical dikerjakan setelah pekerjaan lantai kerja selesai dikerjakan. Tahapan pekerjaan GA vertical terdiri dari pekerjaan pengeboran, fabrikasi strand, cleaning dan desanding, Install strand, grouting, pasang plat dan angker block, stressing, pemotongan strand dan grouting finish pada lantai. Pekerjaan GA vertical lebih jelas telah diuraikan dalam sub bab sebelumnya. Pekerjaan GA vertical dapat dilihat pada gambar 5.11. berikut.

Gambar 5.11. GA Vertical yang Sudah Selesai d. Pekerjaan Tulangan

Pekerjaan tulangan raft fondation dimulai dengan pabrikasi. Pabrikasi tulangan dilakukan di los pekerja, diameter tulangan utama yang digunakan sesuai dengan bar bending schedule (BBS). Tahapan pekerjaan pembesian Raft fondation adalah sebagai berikut:

1) Penyimpanan baja tulangan

Penyimpanan baja tulangan akan lebih jelas dibahas pada sub bab berikutnya.

2) Mempelajari gambar rencana atau shop drawing

                   

3) Pemotongan tulangan

Pemotongan tulangan akan lebih jelas dibahas pada sub bab berikutnya. 4) Pembengkokan tulangan

Pembengkokan tulangan akan lebih jelas dibahas pada sub bab berikutnya. 5) Perakitan baja tulangan

Baja diangkat oleh tower crane dari los pekerja ke lokasi pekerjaan raft fondation, setelah itu tulangan dirangkai sesuai dengan SD. Pada saat perakitan tulangan raft fondation, dirakit pula tulangan utama kolom. Tulangan utama kolom dirakit setelah tulangan raft fondation hampir selesai dirakit. Elevasi tulangan raft fondation harus sesuai dengan rencana, maka digunakan beton decking atau beton tahu untuk menjaga tulangan utama tetap pada posisinya.

Beton decking itu sendiri dibuat dengan campuran pasir beton dan semen dengan tebal 7 cm. Tebal raft fondation adalah 1.35 m dan area pembuatan kolom adalah 1.75 m, untuk menjaga jarak ketebalan digunakan cakar ayam. Pada saat perakitan tulangan raft foundation juga dipasang kawat harmonika untuk menjaga beton supaya tidak melebar pada saat pengecoran. Perakitan tulangan raft foundation dapat dilihat pada gambar 5.12, beton decking dapat dilihat pada gambar 5.13 dan kawat harmonika dapat dilihat pada gambar 5.14. berikut.                    

40

Gambar 5.13. Beton Decking Gambar 5.14. Kawat Harmonika

Setelah pekerjaan selesai, dilakukan pengecekan terhadap diameter tulangan, jumlah tulangan, jarak antar tulangan dan panjang penyaluran tulangan, serta ikatan tulangan.

e. Pekerjaan chemical anchor dan water stop

Chemical anchor dipasang pada D-Wall sebagai penyambung antara D-Wall dengan raft fondation. Water stop dipasang supaya tidak ada kebocoran pada beton, sehingga air pada beton masuk ke dalam water stop. Pemasangan chemical anchor ditampilkan pada gambar 5.15. dan water stop dapat dilihat pada gambar 5.16. berikut.

Gambar 5.15. Pemasangan Chemical Anchor

                   

Gambar 5.16. Pemasangan Water Stop f. Pekerjaan bekisting

Pekerjaan bekisting Raft foundation hanya dikerjakan pada pinggir – pinggir saja, karena bekisting pada Raft foundation berfungsi sebagai stop cor. Bekisting terbuat dari papan phenolite film atau multiplek yang tebalnya ± 12 mm. Setelah pekerjaan bekisting selesai dilakukan pengecekan terhadap kekokohan bekisting, kelurusan bekisting, jika bekisting sudah memenuhi maka sudah siap untuk pengecoran. Pemasangan bekisting raft fondation dapat dilihat pada gambar 5.17. berikut.

                   

42

g. Pekerjaan pengecoran dan test therma couple

Pengecoran Raft fondation di proyek ini dibagi dalam beberapa zone, karena untuk mengefisiensikan waktu, serta agar volume pengecoran tidak terlalu besar.

Dalam pelaksanaannya ada beberapa hal yang dilakukan, diantaranya: 1) Pengujian beton

- Slump test

Slump test diuji pada saat concrete mixer tiba di proyek sebelum pengecoran. Setiap satu concrete mixer melakukan satu kali pengujian slump test.

Slump test dilakukan langsung dilapangan untuk mengetahui konsistensi atau workability beton yang akan digunakan. Pengujian slump test dapat dilakukan pada gambar 5.18. berikut.

Gambar 5.18. Slump Test - Uji kuat tekan beton

Pengujian kuat tekan beton dilakuan dengan cara menghitung kekuatan tekan beton yang berasal dari sample yang diambil pada saat pengecoran. Sample beton biasanya berupa silinder yang memiliki diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, dapat dilihat pada gambar 5.19. Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada saat umur beton 7 hari dan 28 hari.

                   

Gambar 5.19. Pengujian Kuat Tekan Beton 2) Penuangan beton pada cetakan

Pengecoran dilakukan pada malam hari, karena suhu dan cuaca relatif stabil. Sebelum pengecoran raft fondation dikerjakan, untuk menyambungkan beton lama dengan beton baru maka digunakan bonding agent pada dinding atau bagian pinggir beton lama. Area yang akan dicor harus ditutupi terpal karena beton menggunakan admixture atau bahan tambah serta floor hardener. Beton disalurkan dari concrete mixer ke concrete pump, kemudian disalurkan lagi melalui pipa ke area yang akan dicor. Tinggi jatuh

                   

44

concrete mixer ke concrete pump dapat dilihat pada gambar 5.20. dan penuangan beton dapat dilihat pada gambar 5.21. berikut.

Gambar 5.20. Beton Disalurkan dari Concrete Mixer ke Concrete Pump

Gambar 5.21. Penuangan Beton

3) Pemadatan beton

Beton yang sudah dituang, lalu digetarkan dengan menggunakan vibrator, supaya tidak keropos. Setelah cetakan terisi penuh, permukaan beton langsung dirapihkan dan diratakan dengan menggunakan ruskam sehingga merata. Pemadatan beton menggunakan vibrator dapat dilihat pada gambar 5.22. berikut.                    

Gambar 5.22. Pemadatan Beton

4) Pelaksanaan floor hardener

Floor hardener merupakan suatu bahan sejenis semen yang digunakan pada lantai. Penggunaan bahan ini dimaksudkan untuk memperkeras lapisan atas atau permukaan beton dan sebagai bahan finishing lantai. Selain itu, digunakan pada daerah yang banyak mengalami gesekan atau benturan seperti pada tempat parkir kendaraan. Metode pelaksanaan floor hardener terdiri dari :

1. Untuk mendapatkan permukaan yang rata maka pelaksanaan pengecoran harus dilakukan dengan mengikuti relat yang telah disiapkan dengan pengukuran menggunakan theodolite yang continue pada seluruh permukaan lantai.

2. Jidar atau ruskam sebaiknya menggunakan bahan yang kuat dan kaku ( alumunium box )

3. Floor hardener mulai ditaburkan secara manual setelah air yang naik ke permukaan tidak terlihat lagi. Pemakaiannya dengan dosis 4 kg/m² atau sesuai dengan yang disyaratkan.

4. Penaburan awal menggunakan sekitar 2/3 bagian dari dosis, lalu ditaburkan secara merata pada seluruh permukaan, dapat dilihat pada gambar 5.23. dan dibiarkan sampai meresap pada permukaan setelah itu diratakan secara manual.

                   

46

Gambar 5.23. Penaburan floor hardener

h. Pembongkaran Bekisting

Setelah beton sudah mengeras maka cetakan bekisting dibuka. Pembongkaran bekisting raft fondation dikerjakan jika umur beton sudah mencapai ≥ 24 jam (dilaksanakan pekerjaan ini di karenakan sistem pengecoran raft foundation per zone, jadi bekisting berfungsi sebagai stop cor).

i. Pekerjaan Perawatan Beton

Perawatan pada beton dilakukan untuk menjaga mutu beton, dan supaya beton tidak retak setelah pengecoran. Perawatan beton pada daerah raft fondation yaitu menggunakan sterofoam atau triplek setelah selesai pengecoran. Perawatan beton menggunakan sterofoam ditampilkan pada gambar 5.24. berikut.

Gambar 5.24. Perawatan Beton

                   

BAB VI

BEBERAPA CONTOH KASUS TERKAIT KEGAGALAN PONDASI DANGKAL

VI.1. Kegagalan Soft Story

Soft story menunjuk kepada kondisi keruntuhan gedung (biasanya berlantai lebih dari satu) di mana lantai di bawah lebih “lunak” daripada lantai di atasnya, atau kebalikannya, lantai di atas lebih “keras” atau kaku dibanding lantai di bawahnya. Berikut ini adalah gambar beberapa bangunan yang mengalami kegagalan karena pengaruh soft story.

Gambar 6.1. Bangunan di Atas Terpisah dengan Ruko di Kiri-Kanannya

Gambar 6.2. Lantai 1 Seolah-olah Tenggelam ke Dalam Tanah Solusi :

- Untuk permasalahan pondasi seperti diatas antara lain adalah dengan memperbesar ukuran pondasi atau memperbaiki kondisi tanah lunak. - Padatkan permukaan tanah di bawah pondasi yang baru dengan cara

manual atau dengan bantuan mesin stamper sehingga daya dukung

                   

48

- Jika tingginya kuat tekan air tanah merupakan penyebab terjadinya soft story diatas sehingga menyebabkan pondasi bergerak yang akhirnya dapat menyebabkan bangunan menjadi miring, maka solusi yang dapat dilakukan adalah dengan memasang Grand Anchor pada pondasi tersebut, sehingga pondasi yang akan terangkat tertahan oleh anchor yang tertanam di dalam tanah.

VI.2. Beberapa Kasus lain yang Biasa Terjadi pada Pondasi Dangkal

a. Kasus : Terjadinya penurunan tanah yang tidak bersamaan sehingga ketinggian pondasi yang berbeda mengakibatkan struktur bangunan tersebut menjadi tidak stabil

Solusi :

Membuat galian pondasi lebih dalam dari galian pondasi biasanya dan Agar Kegagalan fungsi pondasi dapat dihindari, maka pondasi Bangunan harus diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras, padat, dan kuat mendukung beban bangunan tanpa menimbulkan penurunan yang berlebihan.

b. Kasus : Terjadinya kenaikan muka air tanah yang mengakibatkan terangkatnya sloof yang membuat bangunan tersebut tidak stabil

Solusi :

Dengan menambah tulangan As’ pada sloof

c. Kasus : Penggunaan pemasangan batu kali yang tidak bertekstur kasar membuat pasangan pondasi menerus menjadi tidak kokoh

Solusi:

Gunakan pondasi batu pecah yang memiliki tekstur kasar serta telah dicuci bersih agar tidak adanya lumpur yang melekat pada permukaan batu pecah tersebut.

d. Kasus : Terjadinya kemungkinan retak pada pondasi yang diakibatkan perbedaan kondisi tanah.

Solusi:

Dalam pembuatan pondasi menerus perlu dihindari penempatan pondasi diatas tanah lembek karena pondasi menerus merupakan jenis pondasi dangkal yang sangat berpengaruh terhadap perubahan kondisi tanah.

                   

Gambar 6.3. Retak pada Pondasi Akibat Perbedaan Kondisi Tanah

e. Kasus : Retaknya pondasi yang terjadi karena berada di tepi tebing atau perubahan elevasi tanah yang curam.

Solusi:

Bentuk pondasi yang digunakan seharusnya berbentuk trapesium agar momen penahan tanah yang diberikan pondasi akan lebih besar dibandingkan dengan pondasi yang berbentuk persegi. Seperti tampak pada gambar berikut.

Gambar 6.4. Bentuk Pondasi Trapesium

                   

50

f. Kasus : Adanya beban geser pada pondasi yang disebabkan oleh gaya tekan tanah dan akibat transfer beban angin pada dinding.

Solusi :

Dengan memperbesar dimensi pondasi dan memperhitungkan beban dinding yang akan ditahan oleh pondasi.

g. Kasus : Tergulingnya bangunan dimana pondasi bersama bangunan tercabut dari tanah.

Solusi:

Memilih tanah yang mengandung kadar kohesif sehingga memberikan kelekatan pada pondasi, sehingga ikatan antara pondasi dengan tanah lebih kuat. Jangan mendirikan bangunan diatas tanah organik.

h. Kasus : Terguncangnya pondasi akibat adanya getaran yang besar sehingga struktur pondasi tidak stabil.

Solusi:

Memberikan perkuatan yang lebih terhadap pondasi dengan memberikan ram kawat untuk menyelimuti selimut pondasi agar ketika terjadi guncangan, struktur pondasi masih memiliki ikatan dengan pondasi lain.

i. Kasus : Hancurnya pondasi akibat beban bangunan yang terlalu besar. Solusi:

Mempertimbangkan beban hidup dan beban mati yang diterima agar pondasi mampu menopang dengan mempertimbangkan faktor beban hidup,mati, daya dukung tanah dan material yang digunakan.

j. Kasus : Retaknya pondasi akibat pencampuran adukan yang tidak sesuai. Solusi:

Gunakan pencampuran yang adukan beton yang homogen dengan mempertimbangkan faktor air semen dan kebersihan agregat dimana kadar lumpur suatu agregar tidak boleh dari 0.002 mm.

k. Kasus : Rumah tidak mempunyai pondasi yang cukup dalam. Kedalaman pondasi sangatlah penting dalam menahan goyangan gelombang akibat gempa bumi. Jika kedalaman pondasi itu dangkal, maka pergeseran bangunan rumah sangat mudah terjadi apabila ada gempabumi. Semakin dalam pondasi, maka semakin bagus. Tetapi, kita juga harus memperhatikan kehematan biaya dalam pembangunan pondasi ini. Haruslah bisa memperkirakan tingkat ke efektifitasan pembangunan pondasi bangunan.

                   

Gambar 6.5. Kegagalan Pondasi Akibat Pondasi yang Tidak Cukup Dalam Solusi :

 Perlu adanya ikatan antara tulangan dengan pondasi, yang berbentuk angkur

ataupun cakar ayam.

Gambar 6.6. Ikatan Antara Tulangan dengan Pondasi yang Berbentuk Angkur

                   

52

 Tidak hanya tulangan yang diberikan ikatan berupa angkur di pondasinya,

tetapi sloof-nya juga diberikan.

Gambar 6.7. Ikatan Antara Sloof dengan Pondasi

 Perlu adanya sloof diatas pondasi untuk mengikat antar kolom dan juga

tulangan.

Gambar 6.8. Sloof Diatas Pondasi untuk Mengikat Antar Kolom dan Tulangan                    

 Pada tulangan kolom, bila perlu diberikan ikatan segitiga agar sloof dan tulangan tidak bergeser.

Gambar 6.9. Ikatan Segitiga antar Sloof dan Tulangan

 Angkur seharusnya mempunyai panjang yang cukup

Gambar 6.10. Angkur Sebagai Pengikat Antara Pondasi dan Sloof

l. Kasus : Karena kondisi Indonesia yang beriklim tropis dengan curah hujan dan kelembaban yang tinggi maka bangunan-bangunan di Indonesia rawan bocor dan rembes pada lantai, dinding, dan plafon.

                   

54 Solusi :

Untuk mencegah bocor dan rembes pada lantai maka pada bagian sub-structure (bagian struktur yang terletak di bawah permukaan tanah seperti pondasi dan sloof) perlu di-waterproofing dengan trasraam.

Trasraam adalah adukan semen dengan campuran 1 bagian semen dan 2 bagian pasir yang digunakan sebagai lapisan anti bocor pada pondasi, sloof, dan juga dinding kamar mandi. Setelah pondasi selesai di-waterproofing, galian pondasi dapat ditutup kembali (diurug) dan tanah sekitarnya dapat diratakan untuk persiapan tahap pembangunan selanjutnya.

                   

DAFTAR PUSTAKA

“Bangunan Tahan Gempa”,

http://blog.unila.ac.id/setyantonkc/files/2010/02/bangunan-tahan-gempa.pdf Mekanika Tanah 2 ,”Mekanika Tanah Pondasi dangkal” Braja M Das

“Memilih Sistem Pondasi” http://wiryanto.blogdetik.com/memilih-sistem-pondasi.

“Pondasi Dangkal” http://scribd.com/doc/pondasi-dangkal.

“Pondasi Menerus” http://jevuska.com/topic/pondasi-menerus.html. “Pondasi”, http://imoelsker.files.wordpress.com/2010/01/pondasi.doc “Pondasi-1”,

http://file.upi.edu/Direktori/E%20- %20FPTK/JUR.%20PEND.TEKNIK%20SIPIL/196012241991011%20-%20NANDAN%20SUPRIATNA/KB%20D-3/Pondasi-1.pdf

Pondasi Setempat ”PONDASI DANGKAL”, http://konstruksi-wisnuwijanarko.blogspot.com/2008/06/pondasi-dangkal.html

Pondasi Setempat “Studi Kelayakan Metode Pondasi Setempat Dengan Preloaded Bulb dari Sisi Teknis, Biaya dan Waktu”,

http://www.researchgate.net/publication/40995871_Studi_kelayakan_metod e_pondasi_setempat_dengan_preloaded_bulb_dari_sisi_teknis_biaya_dan_ waktu

Pondasi Setempat “Tag Bearing”, http://www.citeulike.org/tag/bearing Pondasi Setempat “Tag Bearing”,

http://djavanesse.blogspot.com/2009/06/pondasi.html

“Teknik Pondasi” http://wikipedia.org/wiki/Teknik_Pondasi.

                   

Dokumen terkait