• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2. Kelelahan Kerja

a. Definisi Kelelahan Kerja

Masalah kelelahan oleh banyak orang masih di anggap sebagai soal biasa, padahal pengaruhnya tidak hanya membatasi kemampuan seseorang untuk melanjutkan aktifitas kerja akan tetapi juag masalah ketelitian kerja yang sudah tentu akan menyangkut banyak hal, antara lain keselamatan kesehatan dan kerja serta efisiensi dan produktifitas. Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Mustafa, 2002).

Kelelahan kerja adalah keadaan karyawan yang mengakibatkan terjadinya penurunan vitalitas dan produktifitas kerja akibat faktor pekerjaan. Kelelahaan ada dua macam yaitu kelelahan fisiologi yaitu kelelahan yang disebabkan oleh faktor fisik seperti suhu, bahan kimia, golongan hewan, konstruksi psikologik yaitu kelelahan yang disebabkan oleh faktor psikologi (Riyadina, 1996).

commit to user b. Mekanisme Kelelahan Kerja

Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subjektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja. Kelelahan mudah ditiadakan dengan istirahat, tetapi jika dipaksakan terus kelelahan akan bertanbah dan sangat menganggu. Kelelahan sama halnya dengan lapar dan haus adalah mekanisme pendukung kehidupan. Istirahat sebagai usaha pemulihan dapat dilakukan dengan berhenti kerja sewaktu-waktu sebentar sampai dengan tidur malam hari (Sumardiyono, 2008).

Macam-macam kelelahan menurut ahli fisiologik yaitu kelelahan otot yang ditunjukan oleh adanya kelelahan dengan gejala kesakitan yang akut, yang sebabkan oleh karena ketegagan otot yang barlebihan serta kelelahan umum yaitu kelelahan dengan adanya penurunan kesiagaan dalam penggunaan energi (Grandjean, 1993).

Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu : 1) Kelelahan Otot

Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri yang terdapat pada otot yang disebabkan oleh akumulasi asam laktat dalam otot dan aliran darah yang mengurangi kapasitas kerja otot.

2) Kelelahan Umum

Kelelahan umum adalah suatu perasaan kelelahan yang menyebar yang disertai adanya penurunan kesiagaan dan kelambatan pada setiap aktivitasnya. Kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja.

Di samping kelelahan otot dan kelelahan umum, Grandjean (1988) juga mengklasifikasikan kelelahan ke dalam 7 bagian yaitu:

1) Kelelahan visual, yaitu meningkatnya kelelahan mata.

2) Kelelahan tubuh secara umum, yaitu kelelahan akibat beban fisik yang berlebihan.

3) Kelelahan mental, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh pekerjaan mental atau intelektual.

4) Kelelahan syaraf, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh tekanan berlebihan pada salah satu bagian sistem psikomotor, seperti pada pekerjaan yang membutuhkan keterampilan. 5) Pekerjaan yang bersifat monoton.

6) Kelelahan kronis, yaitu kelelahan akibat akumulasi efek jangka panjang

7) Kelelahan sirkadian, yaitu bagian dari ritme siang-malam, dan memulai periode tidur yang baru.

commit to user

c. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kelelahan Kerja

Faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara atau mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan diluar tekanan

(cancel out stress). Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur

malam, tetapi periode istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran (Grandjean dalam Tarwaka, 2004). Faktor-faktor penyebab kelelahan adalah :

1) Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental

2) Lingkungan kerja : ikim kerja, penerangan, kebisingan, getaran dan lain-lain.

3) Problem fisik : tanggung jawab, kekuatiran, konflik 4) Kenyerian dan kondisi kesehatan

5) Circadian rhythm 6) Nutrisi

Kelelahan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut (Suma’mur, 2009) :

1) Usia

Pada usia meningkat akan diikuti dengan proses degenerasi dari organ, sehingga dalam hal ini kemampuan organ akan menurun. Dengan menurunnya kemampuan organ, maka hal ini akan menyebabkan tenaga kerja akan semakin mudah mengalami kelelahan.

2) Jenis Kelamin

Pada tenaga kerja wanita terjadi siklus setiap bulan di dalam mekanisme tubuhnya, sehingga akan mempengaruhi turunnya kondisi fisik maupun psikisnya, dan hal itu menyebabkan tingkat kelelahan wanita lebih besar dari pada tingkat kelelahan tenaga kerja laki-laki.

3) Penyakit

Penyakit akan menyebabkan Hipo/hipertensi suatu organ, akibatnya akan merangsang mukosa suatu jaringan sehingga merangsang syaraf-syaraf tertentu. Dengan perangsangan yang terjadi akan menyebabkan pusat syaraf otak akan terganggu atau terpengaruh yang dapat menurunkan kondisi fisik seseorang.

4) Keadaan Psikis Tenaga Kerja

Keadaan psikis tenaga kerja yaitu suatu respon yang ditafsirkan bagian yang salah, sehingga merupakan suatu aktivitas secara primer suatu organ, akibatnya timbul ketegangan-ketegangan yang dapat meningkatkan tingkat kelelahan seseorang.

5) Beban Kerja

Pada pekerjaan yang terlalu berat dan berlebihan akan mempercepat kontraksi otot tubuh, sehingga hal ini dapat mempercepat pula kelelahan seseorang. Beban kerja meliputi :

commit to user

iklim kerja, penerangan, kebisingan, debu dan lain-lain.

Menurut Siswanto (2001) faktor penyebab kelelahan kerja berkaitan dengan :

1) Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi, variasi kerja dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi dengan pekerjaan.

2) Faktor Psikologis, misalnya rasa tanggung jawab dan khawatir yang berlebihan, serta konflik yang kronis/menahun.

3) Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja.

4) Status kesehatan (penyakit) dan status gizi.

5) Monoton (pekerjaan/lingkungan kerja yang membosankan). d. Gejala-gejala kelelahan kelelahan kerja

1) Gejala-gejala yang berakibat pada pekerjaan dan lingkungannya. Seperti penurunan perhatian dan kesiagaan, cara berfikir lambat, kegiatan fisik

2) Gejala umum yang sering menyertai gejala-gejala diatas ialah sakit kepala, vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung, kehilangan nafsu makan,dan tidak dapat tidur (Riyadina, 1996).

Kelelahan yang berlarut-larut akan menimbulkan suatu keadaan yang disebut kelelahan kronik, kelelahan ini terjadi tidak

hanya pada sore hari setelah bekerja tetapi bahkan juga terasa sebelum mulai bekerja dan kadang-kadang juga di sertai malas. Kelelahan yang disebabkan oleh karena kerja statis berbeda dengan kerja dinamis. Pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga 50% dari kekuatan maksimum otot hanya dapat bekerja selama 1 menit, sedangkan pada pengerahan tenaga < 20% kerja fisik dapat berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga otot statis sebesar 15-20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika pembebanan berlangsung sepanjang hari (Ashitra, 2005).

e. Pengukuran Kelelahan Kerja

Tidak satupun ukuran yang mutlak dalam pengukuran kelelahan. Menurut eksperimen yang pernah dilakukan, sejauh ini pengukuran kelelahan hanya mampu mengukur beberapa manifestasi atau “indicator” kelelahan saja (Budiono, 2000).

Berikut merupakan alat-alat yang digunakan untuk mengukur kelelahan kerja:

1) Reactiontimer

Merupakan alat untuk mengukur tingkat kelelahan berdasarkan kecepatan waktu reaksi seseorang terhadap rangsang cahaya (sensor cahaya) dan rangsang suara (sensor suara).

Pada keadaan yang sehat tenaga kerja akan lebih cepat merespon rangsang yang diberi dan seseorang yang telah

commit to user

mengalami kelelahan akan lebih lama merespon rangsang yang diberi (Koesyanto dan Tunggul, 2005).

Menurut Setyawati dalam Tarwaka (2004) melaporkan bahwa dalam uji waktu reaksi ternyata stimuli terhadap cahaya lebih signifikan daripada stimuli suara.

Menurut Herry Koesyanto dan Eram Tunggul P. (2005) tingkat kelelahan kerja dapat diklasifikasikan berdasarkan waktu reaksi yang diukur dengan reaction timer yaitu :

(a) Normal (N) dengan waktu reaksi 150.0-240.0 milidetik. (b) Kelelahan Kerja Ringan (KKR) dengan waktu reaksi >

240.0 - < 410.0 milidetik.

(c) Kelelahan Kerja Sedang (KKS) dengan waktu reaksi 410.0 - < 580.0 milidetik.

(d) Kelelahan Kerja Berat (KKB) dengan waktu reaksi > 580.0 milidetik.

Menurut Grandjean (1988) proses penerimaan rangsangan terjadi karena setiap rangsang yang datang dari luar tubuh akan melewati sistem aktivitas, yang kemudian secara aktif menyiagakan korteks bereaksi. Dalam hal ini sistem aktivasi retrikulasi befungsi sebagai distributor dan amplifier sinyal-sinyal tersebut. Pada keadaan lelah secara

terjadi perubahan pengarahan sehingga tubuh tidak secara cepat menjawab sinyal-sinyal dari luar .

2) Kuesioner

Menurut Muflichatun (2006), perasaan kelelahan secara subyektif dapat diketahui dengan menggunakan IFRC (Subjective Self Rating Test – Industrial Fatigue Research

Comitee) dari Jepang, yang merupakan salah satu pengukuran

dengan menggunakan kuesioner, yang dapat mengidentifikasi tingkat kelelahan subyektif.

f. Penanggulangan Kelelahan Kerja

1) Lingkungan kerja bebas dari zat berbahaya, penerangan memadai, sesuai dengan jenis pekerjaan yang dihadapi, maupun pengaturan udara yang adekuat, bebas dari kebisingan, getaran, serta ketidaknyamanan.

2) Waktu kerja diselingi istirahat pendek dan istirahat makan 3) Kesehatan umum dijaga dan dimonitor

4) Pemberian gizi kerja yang memadai sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja

5) Beban kerja berat tidak berlangsung lama

6) Tempat tinggal diusahakan sedekat mungkin dengan tempat kerja, kalau perlu bagi tenaga kerja dengan tempat tinggal jauh diusahakan transportasi dari perusahaan.

commit to user

7) Pembinaan mental secara teratur dan berkala dalam rangka stabilitas kerja dan kehidupannya

8) Disediakan fasilitas rekreasi, waktu rekreasi dan istirahat dilaksanakan dengan baik.

9) Cuti dan liburan diselenggarakan dengan sebaik-baiknya 10) Diberikan perhatian khusus pada kelompok tertentu seperti

tenaga kerja beda usia, wanita hamil dan menyusui, tenaga kerja dengan kerja gilir di malam hari, tenaga kerja baru pindahan.

11) Mengusahakan tenaga kerja bebas alkohol, narkoba dan obat berbahaya.

12) Pengaturan waktu kerja yang diselingi dengan beberapa kali istirahat, yaitu untuk kegiatan yang dikualifikasikan ringan atau moderat akan memerlukan waktu istirahat kurang lebih 10-19 menit yang dijadwalkan pada pagi atau siang hari, diluar jadwal makan siang pada periode waktu kerjanya.

Dokumen terkait