• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelelahan Otot

Dalam dokumen PENGARUH ANGKAT ANGKUT TERHADAP KELELAH (Halaman 41-57)

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Angkat-Angkut

2. Kelelahan Otot

a. Pengertian Kelelahan Otot

Kelelahan adalah merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot Gradjean dalam Fisioterapi (2010). Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Menurut Astrand, Rodalh dan Pulat dalam Tarwaka (2010), Kelelahan subjektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila rata-rata beban kerja melebihi 30-40% dari tenaga aerobik maksimal. Kontraksi kuat otot yang berlangsung lama mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot Guyton, dalam Suma’mur (2009) sedangkan menurut (Clarisa VS, 2010), mengatakan bahwa kelelahan otot adalah suatu kondisi yang dihasilkan dari kontraksi otot yang kuat dan berkepanjangan. Menurut A.M. Sugeng Budiono, dkk. (2000), gejala kelelahan otot dapat terlihat dan tampak dari luar (external signs). Dalam beberapa pekerjaan, kelelahan otot ditandai dengan:

digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id

1) Menurunnya ketinggian beban yang mampu diangkat 2) Merendahnya kontraksi dan relaksasi

3) Interval antara stimuli dan awal kontraksi menjadi lebih lama. Selain gejala tersebut di atas, kelelahan otot juga ditandai dengan melemahnya kemampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaanya dan meningkatnya kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja dan akibat fatalnya adalah terjadinya kecelakaan kerja (A.M. Sugeng Budiono, dkk., 2000).

Menurut Anies (2002), dalam upaya menghadapi kelelahan otot dapat dilakukan beberapa cara yaitu:

1) Seleksi yang baik (dipilih tenaga kerja yang berkondisi prima) 2) Pengaturan jadwal dan istirahat

3) Ruang istirahat (agar tenaga kerja tidak beristirahat di sembarang tempat)

b. Teori-teori tentang Kelelahan Otot.

Sampai saat ini masih berlaku dua teori kelelahan otot yaitu teori kimia dan teori syaraf pusat. terjadinya Pada teori kimia yaitu berkurangnya cadangan energi dan bertambahnya produk metabolit di dalam serat otot, yang merupakan penyebab hilangnya efisiensi pada otot yang mengalami kelelahan dan bahwa perubahan fisik listrik yang teramati di otot dan saraf merupakan masalah nomor dua. Sedangkan pada teori Saraf Pusat yaitu melihat perubahan kimia

commi t to

digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.idpada otot yang mengalami kelelahan hanyalah sebagai pemicu

digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id

Perubahan kimia itu mengakibatkan dihantarkannya impuls-impuls saraf melalui saraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Impuls-impuls aferen ini menghambat pusat-pusat di otak yang bertanggung jawab bagi pengendalian gerakan yang menyebabkan frekuensi potensial kegiatan pada sel-sel saraf menjadi berkurang. Menurut Guyton dalam Tarwaka (2010), bahwa berkurangnya frekuensi ini lebih lanjut menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot serta perlambatan gerakan-gerakan atas perintah kemauan.

c. Tanda-tanda Kelelahan Otot Tanda-tanda tersebut meliputi:

1) Berkurangnya kemampuan untuk berkontraksi.

2) Bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi.

3) Memanjangnya waktu laten, yaitu waktu diantara perangsangan dan saat mulai kontraksi Grandjean dalam Fisioterapi (2010).

d. Faktor Penyebab Kelelahan Otot

Dalam suatu kegiatan yang membutuhkan kontraksi otot, dimana kontraksi otot rangka yang lama dan kuat dan proses metabolisme tidak mampu lagi meneruskan supplay energi yang dibutuhkan serta untuk membuang metabolisme, khususnya asam

commi t to

digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.idlaktat. Jika asam laktat yang banyak (dari penyediaan ATP)

terkumpul, otot akan kehilangan kemampuannya. Terbatasnya aliran darah pada otot (ketika berkontraksi), otot menekan pembuluh darah dan

digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id

membawa oksigen juga semakin memungkinkan terjadinya kelelahan (Gempur Santoso, 2004). Kelelahan otot di sebabkan oleh menurunya kekuatan otot itu tersendiri, selain itu faktor kondisi sakit fisik atau kurangnya kepercayaan diri Suma’mur (2009). Selain itu faktor-faktor terjadinya kelelahan otot diantaranya: penurunan glikogen otot, berkurangnya aliran darah ke otot, dan lain - lain. Kontraksi otot secara garis besar terjadi melalui dua mekanisme, yaitu aerob dan anaerob. Mekanisme anaerob pada kontraksi otot berlangsung pada dua menit pertama sedangkan mekanisme aerob berlangsung setelah mekanisme anerob (Clarisa VS, 2010).

Sedangkan menurut Jefri (2010), banyak faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan otot diantaranya: penurunan glikogen otot, berkurangnya aliran darah ke otot. Namun sebagian besar kelelahan otot disebabkan oleh ketidakmampuan proses kontraksi dan metabolik serat-serat otot untuk terus memberikan hasil kerja yang sama. Kontraksi otot secara garis besar terjadi melalui dua mekanisme, yaitu: aerob dan anaerob. Mekanisme anaerob pada kontraksi otot berlangsung pada dua menit pertama sedangkan mekanisme aerob berlangsung setelah mekanisme anerob.

Waters dan Bhattacharya dalam Tarwaka (2004), berpendapat lain, bahwa kontraksi otot baik statis maupun dinamis dapat menyebabkan kelelahan otot setempat. Kelelahan tersebut terjadi pada

commi t to

digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.idwaktu ketahanan otot terlampaui. Waktu ketahanan otot

digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id

pada jumlah tenaga yang dikembangkan oleh otot sebagai suatu prosentase tenaga maksimum yang dapat dicapai oleh otot. Kemudian pada saat kebutuhan metabolisme dinamis dan aktivitas melampaui kapasitas energi yang dihasilkan oleh tenaga kerja, maka kontraksi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan terjadi

Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya kelelahan otot karena komponen lain disebabkan oleh :

1) Hipoglikemia

2) Penipisan glikogen hati 3) Dehidrasi

4) Kehilangan elektrolit 5) Hipertermia

6) Kebosanan atau psikologis (Pusat Informasi Ilmu Fisioterapi,

2010).

Pekerjaan angkat-angkut akan dapat menyebabkan penurunan kondisi fisik pekerja yang menimbulkan kelelahan karena pengerahan tenaga, sikap tubuh yang dipaksakan dan gerakan berulang yang dapat mengakibatkan cedera, energi terbuang secara percuma dan waktu kerja tidak efisien. Namun demikian, secara umum kemampuan pekerja untuk melakukan pekerjaanya sangat bervariasi karena adanya perbedaan, seperti :

digilib.uns.ac.id

commi t to

digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id

Usia perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi kondisi fisik, mental, kemampuan kerja dan tanggung jawab seseorang (Malayu Hasibuan, 2000). Usia yang bertambah tua akan diikuti oleh kekuatan dan ketahanan otot yang menurun (Tarwaka,

2004). Pada usia muda proses-proses di dalam tubuh sangat besar dan kemudian menurun lambat-lambat menurut umur (Suma’mur P.K., 1996). Karyawan muda umumnya mempunyai fisik yang lebih kuat, dinamis dan kreatif, tetapi cepat bosan. Karyawan yang umurnya lebih tua kondisi fisiknya kurang, tetapi bekerja ulet (Malayu Hasibuan, 2000). Bertambahnya umur akan diikuti penurunan: Volume O2 max, tajam penglihatan, pendengaran, kecepatan membedakan sesuatu, membuat keputusan dan mengingat jangka pendek (Tarwaka, 2004).

b) Jenis Kelamin

Pria dan wanita berbeda dalam kemampuan fisiknya, kekuatan kerja ototnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat melalui ukuran tubuh dan kekuatan otot dari wanita relatif kurang jika dibandingkan pria. Kemudian pada saat wanita sedang haid yang tidak normal (dysmenorrhoea), maka akan dirasakan sakit sehingga akan lebih cepat lelah (Suma’mur P.K., 1996).

digilib.uns.ac.id

commi t to

perpustakaan.uns.ac.id Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun negatif. Akan memberikan pengaruh positif bila semakin

digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id

lama seseorang bekerja maka akan berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya akan memberikan pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan menimbulkan kelelahan dan kebosanan. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Secara garis besar masa kerja dapat dikategorikan menjadi tiga (Budiono, 2003), yaitu :

a. Masa kerja < 6 tahun b. Masa kerja 6-10 tahun c. Masa kerja >10 tahun

Faktor-faktor lain yang menimbulkan kelelahan otot juga disebabkan oleh :

a) Tekanan

Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. b) Getaran

Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul nyeri otot Suma’mur, dalam Tarwaka (2004). c) Mikroklimat

Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan

commi t to

digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.idpekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai

digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id

menurunya kekuatan otot Astrand dan Rodhl dan Pulat dan Wilson dan Corlett dalam Tarwaka dkk (2004). Beban kerja pada suatu waktu tertentu mengakibatkan berkurangnya kinerja otot, gejala yang ditunjukkan juga berupa pada makin rendahnya gerakan. Keadaaan ini tidak hanya disebabkan oleh suatu sebab tunggal seperti terlalu kerasnya beban kerja, namun juga oleh tekanan– tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada suatu masa yang panjang.

d) Kondisi psikologis.

Tekanan–tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada suatu masa yang panjang. Keadaan seperti ini yang berlarut–larut mengakibatkan memburuknya kesehatan, yang disebut juga kelelahan klinis atau kronis. Perasaan lelah pada keadaan ini kerap muncul ketika bangun di pagi hari, justru sebelum saatnya bekerja, misalnya berupa perasaan kebencian yang bersumber dari perasaan emosi (Sugeng Budiono, dkk, 2002). e. Pengukuran Kelelahan Otot Tangan

Timbulnya kelelahan otot bersumber dari penurunan kekuatan otot itu sendiri Suma’mur (2009). Dan ada beberapa cara yang telah diperkenalkan dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan resiko kemampuan mengenggam. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit

commi t to

digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.idkarenan melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja,

digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id

harapan dan toleransi kelelahan Waters dan Anderson dalam Tarwaka (2010) mengelompokan alat ukur yang digunakan secara ergonomik seperti berikut :

1) Hydraulic hand dynamometer dengan merk jamar dimana digunakan sesuai standar dalam dunia industri selama 35 tahun terakhir (Preston,1992). Pengukuran dilakukan pada tenaga kerja sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan angkat-angkut di unit logistik, untuk mengetahui perbedaan tingkat kelelahan otot sebelum dan sesudah bekerja, dengan cara memegang dan ditekan pada handle logam Hydraulic hand dynamometer yang mana ketika ditekan dengan tangan, jarum angka bergerak menunjuk sesuai tingkatan kekuatan otot pada angka dengan satuan Kg. Dengan norma dan klasifikasi kekuatan peras otot tangan sebagai berikut :

Ta b e l 2. K l a s i f i k a s i K e ku a t a n O tot Peras Tangan

No N ila i S at uan Kla s if ika s i

1 55.50 > Kg Baik Sekali

2 46.5-55.00 Kg Baik

3 36.50-46.00 Kg Sedang

4 27.50-36.00 Kg Kurang

5 <27 Kg Sangat Kurang

Sumber : Soekarno,1992. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi. 2) Metode analitik Nordic Body Map (NBM) yakni pengukuran

kelelahan pada sistem otot rangka dalam bidang ergonomi mengalami satu kesulitan dalam satu kendala yang cukup serius yang sampai saat ini tidak ada cara pengukuran langsung terhadap

digilib.uns.ac.id

commi t to

perpustakaan.uns.ac.id

luasnya aspek kelelahan. Tidak ada pengukuran yang bersifat mutlak terhadap kelelahan (Tarwaka, 2004). Menurut Kroemer dalam Indra (2007), kuesioner nordic merupakan kuisioner yang paling sering digunakan untuk mengetahui ketidaknyamanan atau kesakitan pada tubuh. Kuesioner ini sudah cukup terstandarisasi dan tersusun rapi. Kuesioner ini dikembangkan oleh Kourinka dan Dickinson dalam Indra (2007), dan dimodifikasi oleh Survei ini menggunakan banyak pilihan jawaban yang terdiri dari 2 bagian yaitu bagian umum dan terperinci. Bagian umum menggunakan gambar dari tubuh yaitu dilihat dari bagian depan dan belakang, kemudian dibagi menjadi 9 area utama. Responden yang mengisi kuesioner diminta untuk memberikan tanda ada tidaknya gangguan pada bagian area tubuh tersebut Kroemer dalam Indra (2007). Suatu bagian yang spesifik dalam daftar pertanyaan nordic terpusat pada area tubuh dimana gejala gangguan bagian area tubuh tersebut paling umum dijumpai seperti leher atau punggung. Pertanyaan lain yang biasa ditanyakan adalah sifat alamiah keluhan, jangka waktu dan kebiasaan manusia Kroemer, dalam Indra (2007).

3. Pengaruh Beban Angkat-Angkut terhadap Kelelahan otot

Dalam dokumen PENGARUH ANGKAT ANGKUT TERHADAP KELELAH (Halaman 41-57)

Dokumen terkait