• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelemahan dalam Pembagian Kerja dan Hubungan Kewenangan

BAB 4 Penyelenggara Pemilu dalam Fakta

4.2. Kelemahan dalam Pembagian Kerja dan Hubungan Kewenangan

Secara perundangan, pembagian kerja dan hubungan kewenangan antara KPU, KPU Provinsi, dengan KPU Kabupaten/Kota secara eksplisit disebutkan dalam UU Nomor 15 Tahun 2011. KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota memiliki tugas dan kewenangan serta kewajiban masing-masing dalam penyelenggaraan 3 jenis pemilu yaitu pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD; Pemilu presiden dan wakil presiden; dan Pemilu gubernur, bupati/wali kota. Distribusi masing-masing tugas dan kewenangan serta kewajiban yang harus dijalankan KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/ Kota untuk masing-masing pemilu tersebut adalah:

Tabel 4: Jumlah Tugas dan Kewenangan serta Kewajiban KPU dalam Empat Jenis Pemilu

Bentuk Otoritas

KPU Provinsi (pasal 9) KPU Kabupaten/ Kota (pasal 10)

Pileg Pilpres Pilgub Pilbup/

pilwali Pileg Pilpres Pilgub

Pilbup/ Pilwali Tugas dan Kewenangan 18 (ayat 1) 17 (ayat 2) 20 (ayat 3) 0 16 (ayat 1) 13 (ayat 2) 20 (ayat 3)

Kewajiban 8 (ayat 4) 12 (ayat 4)

KPU Provinsi memiliki tugas dan kewenangan yang harus dikoordinasikan dengan KPU Kabupaten/Kota untuk pemilu Legislatif, Pilres-Wapres, Pilgub dan Pilbup. KPU Provinsi juga wajib mengendalikan semua proses tahapan tiga jenis pemilu tersebut agar berlangsung sesuai jadwal dan prosedur. Demikian pula dengan KPU Kabupaten/ Kota memiliki tugas dan kewenangan yang harus diimplementasikan berdasarkan perencanaan dan pedoman teknis dari KPU Provinsi untuk semua jenis pemilu yang ada. Untuk mencapai hubungan tugas dan kewenangan yang efektivitas antara KPU Provinsi dengan KPU kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan pemilu dibutuhkan koordinasi antara dua penyelenggara pemilu ini.

● Identifikasi masalah yang muncul dalam hubungan antara KPU Provinsi dengan KPU Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan tiga jenis pemilu di atas adalah: ● Koordinasi antara KPU Provinsi dengan KPU Kabupaten/Kota dalam penetapan

DPS dan pemutakhiran DPT belum maksimal. Sesuai Pasal 9 ayat (1) huruf d, KPU Provinsi menerima daftar pemilih dari KPU Kabupaten/Kota. Namun dalam tahapan ini KPU Provinsi harus menunggu hasil pemutakhiran data pemilih dari KPU

Kemitraan bagi Pembaruan T

ata Pemerintahan Indonesia

Kabupaten/Kota. Sementara KPU Kabupaten/Kota juga terkendala masalah SDM dalam pemutakhiran data pemilih.

● Masalah birokrasi kesekretariatan KPU Provinsi dengan kesekretariatan KPU Kabupaten/Kota yang belum efektif merespon kebutuhan pemutakhiran data pemilih. KPU Kabupaten/Kota lemah dalam memobilisasi kesekretariatan karena kendala koordinasi dengan Kasek KPU Kabupaten/ Kota sebagai atasan langsung staf kesekretariatan.

● Kemampuan koordinasi dan pengendalian tahapan pemilu terkait sosialisasi penyelenggaraan pemilu kepada masyarkat antara KPU Provinsi dengan KPU Kabupaten/Kota kepada masyarakat masih lemah.

● Layanan informasi yang memudahkan pemilih terdaftar yang bermasalah masih kurang.

● KPU Provinsi dalam hal-hal teknis dan operasional terkendala oleh birokrasi KPU Kabupaten/Kota yang sangat bergantung pada dukungan staf kesekretariatan. Staf kesekreriatan tidak mudah dimobilisasi karena mereka harus berkoordinasi dengan kepala sekretariat KPU Kabupaten/Kota sebelum melaksanakan kebijakan yang dibuat komisioner.

Masalah-masalah di atas sudah masuk dalam monitoring Bawaslu dan jajarannya sehingga setiap peluang pelanggaran administratif dalam dengan tahapan pemilu menjadi kewenangan Bawaslu untuk mengingkatkan dan membuat rekomendasi kepada KPU atau KPUD untuk menyelesaikannya. Karena itu diperlukan penguatan personil SDM KPUD sebagai pelaksanan operasional terbanyak dari pelaksanaan pemilu (pemilu bupati/walikota) agar mereka semakin profesional dalam menyelenggarakan pemilu. Penguatan SDM yang dimaksud adalah staf KPUD harus orang-orang yang terlatih dalam masalah kepemiluan sehingga mampu melaksanakan secara teknis penyelenggaraan pemilu di daerah.

Bidang tugas dan kewenangan yang diberikan undang-undang kepada KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan pemilu di daerah ini menggambarkan bahwa tumpuan pelaksaaan pemilu ada pada komisioner dan staf KPU di daerah. Tumpuan tugas yang banyak pada KPU daerah ini harus diikuti dengan penyiapan undang-undang penyelenggara pemilu yang baru, yang secara spesifik memperkuat posisi KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dan perangkat staf pendukungnya sebagai penyelenggara pemilu yang profesional.

Pembagian kerja dan hubungan kewenangan antara KPU Provinsi dengan KPU Kabupaten/Kota seharusnya berpedoman pada ketentuan Pasal 22E ayat (5) UUD 1945, yaitu pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat

Kemitraan bagi Pembaruan T

ata Pemerintahan Indonesia

nasional, tetap, dan mandiri, khususnya KPU yang bersifat nasional. Bersifat nasional berarti KPU merupakan satu-satunya penyelenggara Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.48 Pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota juga dibentuk KPU tetapi merupakan bagian dari KPU dan tunduk dan bertanggungjawab kepada KPU. Pasal 9 UU Nomor 8 Tahun 2012 menjabarkan tugas dan kewenangan KPU Provinsi dalam menyelenggarakan pemilu legislatif, presiden dan wakil presiden, gubernur, bupati dan walikota. Pada intinya, tugas dan kewenangan KPU Provinsi terhadap KPU Kabupaten/Kota adalah memastikan perencanaan, program anggaran, pedoman teknis yang menjadi patokan tata kerja KPU Kabupaten/Kota, pendaftaran pemilih dan pemuktakhiran data pemilih berjalan sesuai jadwal. Dalam hal ini, fungsi koordinasi dan kendali harus dilakukan oleh KPU Provinsi terhadap kinerja KPU Kabupaten/ Kota. KPU Provinsi dapat menggunakan kewenangannya untuk mengendalikan dan mengkoordinasikan tata kerja untuk memastikan semua tahapan pemilu berjalan sesuai jadwal dan ketentuan.49 Demikian pula KPU Kabupaten/Kota harus konsisten menjalankan tugas, kewenangan dan kewajibannya sebagai penyelenggara pemilu di dearahnya. Namun jika dalam koordinasi antara KPU Provinsi dengan KPU Kabupaten/ Kota terjadi hal-hal yang sifatnya mengganggu tahapan pemilu yang ditimbulkan dari pihak KPU kabupaten/Kota, maka KPU Provinsi dapat menggunakan kewenangannya untuk melakukan penindakan kepada penyelenggara di tingkat KPU Kabupaten/Kota.50

Kelemahan lain dalam hubungan hierarki antara KPU dengan KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota sebagaimana dijabarkan dalam UU Nomor 15 Tahun 2011 adalah KPU ‘kehilangan kewenangan’ terhadap KPU Kabupaten/Kota dan Panitia Pelaksana. KPU bersifat nasional dan hierarkis berarti KPU merupakan satu-satunya penyelenggara Pemilu di seluruh wilayah NKRI, sedangkan KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, dan Panitia Pelaksana (PPK, PPS, dan KPPS) merupakan bawahan KPU. Bila KPU Provinsi mengangkat anggota dan ketua KPU Kabupaten/Kota atau mengkoordinasi dan mengendalikan KPU Kabupaten/Kota haruslah atas nama KPU karena KPU Provinsi tidak memiliki eksistensi sendiri dan karena mendapatkan kewenangan itu dari KPU sebagai atasan. Karena itu kalau KPU Provinsi lalai dalam mengawasi dan mengendalikan KPU Kabupaten/Kota dalam wilayahnya, KPU memiliki kewenangan untuk mengendalikan bahkan mengambil-alih. Bila KPU Kabupaten/Kota mengangkat anggota dan ketua PPK, PPS, dan KPPS haruslah atas nama KPU karena KPU Kabupaten/Kota tidak memiliki eksistensi sendiri dan karena mendapatkan kewenangan itu dari KPU. KPU Provinsi dapat mengambil alih pelaksanaan tugas PPK misalnya bila KPU Kabupaten/Kota lalai atau tidak mampu mengatasi persoalan di wilayahnya. Akan tetapi KPU Provinsi harus mendapat mandat dari KPU untuk mengambil alih kasus tersebut. Karena itu KPU memiliki tugas melakukan supervisi, pembinaan, bahkan pengendalian terhadap KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan KPPS. Karena rentang kendali

48 Pada negara federal terdapat dua KPU, yaitu KPU Federal yang menyelenggarakan pemilihan penyelenggara negara tingkat federal, dan KPU Negara Bagian yang menyelenggarakan pemilihan umum penyelenggara negara Bagian, Kota dan County. Kedua KPU ini tidak memiliki hubungan organisatoris.

49 Pasal 9 ayat 1 huruf c UU Nomor 15 Tahun 2011

Kemitraan bagi Pembaruan T

ata Pemerintahan Indonesia

yang begitu panjang, maka KPU mendelegasikan pelaksanaan tugas dan kewenangan itu kepada badan penyelenggara di bawahnya tanpa mengurangi tanggung jawab KPU dalam memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan tugas tersebut.

4.3. Pembagian Kerja dan Hubungan Kewenangan antara para anggota