• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelembagaan Pengelola Zakat a)Peran pemerintah

TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar Manajemen

D. Pengelolaan Zakat

3. Kelembagaan Pengelola Zakat a)Peran pemerintah

Pemerintah dalam pengelolaan zakat mempunyai peran sebagai regulator, motivator, fasilitator dan koordinator.35 Sebagai regulator yaitu pemerintah

34

Eri Sudewo, Manajemen Zakat: Tinggalkan 15 Tradisi, Terapkan 4 Prinsip Dasar (Ciputat: IMZ, 2004), h. 47.

35

25

berkewajiban untuk menyiapkan peraturan dan petunjuk yang mengatur tentang pengelolaan zakat yang sesuai dengan ketentuan undang-undang ataupun ketentuan agama, motivator yaitu pemerintah melaksanakan beberapa program seperti sosialisasi dan orientasi kepada pihak yang terkait, fasilitator yaitu pemerintah menyiapkan fasilitas penunjang operasional zakat, sedangkan koordinator yaitu bagaimana cara pemerintah untuk mengkoordinasikan semua lembaga pengelola zakat di semua tingkatannya.

b) Badan Amil Zakat

Badan Amil Zakat (BAZ) merupakan organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah yang terdiri dari masyarakat dan pemerintah dengan tugas mengumpul, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai ketentuan syariat agama.

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang berkedudukan di Ibu Kota Negara. Pembentukan Badan Amil Zakat Nasional disahkan dengan keputusan Presiden Republik Indonesia yang susunan kepengurusannya diusulkan oleh Menteri Agama RI. Kepengurusan BAZNAS terdiri atas dewan pertimbangan, komisi pengawas dan badan pelaksana.

Beberapa persyaratan/kriteria yang harus dipunyai oleh pengurus BAZNAZ dalam pasal 11 antara lain:

1) Warga Negara Indonesia 2) Beragama Islam

3) Bertakwa kepada Allah SWT 4) Berakhlak Mulia

5) Berusia Minimal 40 Tahun 6) Sehat Jasmani dan Rohani

7) Tidak Menjadi anggota Partai Politik

9) Tidak Pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 tahun.

Dalam buku Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Lembaga Pengelola Zakat yang dikeluarkan oleh Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf (2003) dikemukakan sususan Organisasi Pengelola Zakat, diantaranya:

1. Susunan Organisasi/pengurus Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) terdiri atas Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas dan Badan Pelaksana a. Dewan Pertimbangan sesuai dengan KMA No. 373 tahun 2003 tentang

pelaksananaan Undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat terdiri atas seorang ketua, seorang wakil ketua, seorang sekertaris, seorang wakil sekertaris, dan sebanyak-banyaknya 10 orang anggota. b. Komisi Pengawas terdiri atas seorang ketua, seorang wakil ketua,

seorang sekertaris, seorang wakil sekertaris, dan sebanyak-banyaknya 10 orang anggota.

c. Badan Pelaksana terdiri atas seorang ketua umum, dua orang ketua, seorang sekertaris umum, dua orang sekertaris, seorang bendahara, devisi pengumpulan, devisi pendistribusian, devisi pendayagunaan dan devisi pengembangan.36

Dari penjelasan di atas, susunan Organisasi/Pengurus Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sudah tersusun secara sistematis beserta keanggotaan dan devisi yang ada.

Adapun uraian tugas pokok pengurus Badan Amil Zakat (BAZ) 1. Dewan Pertimbangan

a. Dewan Pertimbangan memberikan pertimbangan kepada badan pelaksana baik diminta maupun tidak dalam pelaksanaan tugas organisasi.

36

Departemen Agama RI, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Lembaga Pengelola Zakat (tt, tp, 2003), h. 6.

27

b. Dewan Pertimbangan Mempunyai Tugas :

1) Menetapkan garis-garis kebijakan Badan Amil Zakat bersama Komisi Pengawas dan Badan Pelaksana

2) Mengeluarkan fatwa syari‟ah baik diminta maupun tidak diminta, berkaitan dengan hukum zakat yang wajib diikuti oleh Pengurus Badan Amil Zakat

3) Memberikan pertimbangan, saran dan rekomendasi kepada Badan Pelaksana dan Komisi Pengawas

4) Menampung, mengolah dan menyampaikan pendapat umat tentang pengelolaan zakat

2. Komisi Pengawas

a. Komisi Pengawas melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan tugas Badan Pelaksana dalam pengelolaan zakat

b. Komisi Pengawas mempunyai tugas :

1) Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan

2) Mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan 3) Mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana,

yang mencakup pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan 4) Melakukan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syari‟ah dan

peraturan perundang-undangan

5) Menunjuk akuntan publik untuk melakukan audit pengelolaan keuangan zakat

3. Badan Pelaksana

a. Badan Pelaksana melaksanakan kebijakan-kebijakan Badan Amil Zakat dalam program pengumpulan, penyaluran dan pendayagunaan

1) Membuat rencana kerja yang meliputi rencana pengumpulan, penyaluran dan pendayagunaan zakat

2) Melaksanakan operasional pengelolaan zakat sesuai rencana kerja yang telah disahkan dan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan 3) Membentuk dan mengumpulkan Unit Pengumpulan Zakat sesuai

wilayah operasional

4) Menyusun laporan tahunan

5) Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat sesuai tingkatannya

6) Bertindak dan bertanggungjawab untuk dan atas nama Badan Amil Zakat baik ke dalam maupun ke luar.37

Dengan demikian Lembaga Pengelola Zakat dapat mengoptimalkan dana zakat dan mendayagunakan dana zakat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4. UPZ BAZNAS (Unit Pengumpulan Zakat)

UPZ BAZNAS adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh Badan Amil Zakat dengan tugas mengumpulkan zakat di desa/kelurahan, instansi-instansi pemerintah dan swasta, baik dalam negeri maupun luar negeri. Pendiriannya diamanatkan dalam UU No. 23 Tahun 2011 dan peraturan BAZNAS No. 2 Tahun 2016.38

UPZ BAZNAS melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS pun terbagi atas beberapa bagian yaitu, BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota yang dapat membentuk UPZ pada instansi pemerintah, badan usaha milik Negara, badan usaha milik daerah, perusahaan swasta, dan perwakilan Republik Indonesia

37

Departemen Agama RI, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Lembaga Pengelola Zakat (tt, tp, 2003), h. 8-10.

38Iswanto, “BAZNAS Meresmikan Unit Pengumpulan Zakat mesjid Istiqlal”. http://Istiqlal.Id/Kabar/Peresmian-Unit-Pengumpulan-Zakat-Upz-Masjid-Istiqlal (13 Oktober 2018).

29

di luar negeri serta dapat membentuk UPZ pada tingkat Kecamatan, Kelurahan atau nama lainnya, dan tempat yang lain pula.

Adapun beberapa fungsi yang dilakukan oleh Unit Pengumpulan Zakat yaitu:

a) Perencanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat b) Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat c) Pengendalian pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat d) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelola zakat.

Unit pengumpul zakat melakukan pengumpulan dana zakat, infaq, sedekah, hibah, wasiat, waris dan kafarat di unit masing-masing, dengan menggunakan formulir yang dibuat oleh Badan Amil Zakat kemudian hasilnya disetorkan kepada bagian pengumpul Badan Pelaksana Badan Amil Zakat karena Unit Pengumpul Zakat tidak bertugas untuk mendayagunakan.39 Dengan adanya UPZ para Amil zakat dapat meminimalisir penghimpunan-penghimpunan zakat yang ada, dan tidak akan ada lagi yang bersifat bebas.

39

Departemen Agama RI, Peraturan Perundang-undangan Pengelolaan Zakat (Jakarta: tp, 2007), h. 59.

30 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang lebih dikenal dengan istilah naturalistic inqurry (ingkuiri alamiah).40 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak mengadakan perhitungan dengan angka-angka, karena penelitian kualitatif adalah penelitian yang memberikan gambaran tentang kondisi secara faktual dan sistematis mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang dimiliki untuk melakukan akumulasi dasar-dasarnya saja.41

Dengan demikian, berdasarkan beberapa pandangan di atas maka penelitian kualitatif dalam tulisan ini dimaksudkan untuk menggali suatu fakta, dan memberikan penjelasan terkait berbagai realita yang ditemukan. Oleh karena itu, peneliti langsung mengamati peristiwa-peristiwa di lapangan yang berhubungan langsung dengan Manajemen Pengelolaan Zakat yang terdapat pada UPZ BAZNAS Masjid Istiqlal Jakarta.

2. Lokasi Penelitian

Ada tiga unsur penting yang dipertimbangan dalam menetapkan lokasi penelitian yaitu: tempat, pelaku dan kegiatan.42 Oleh karena itu, yang dijadikan tempat/lokasi penelitian yaitu BAZNAS Istiqlal Jakarta. Karena dalam penelitian ini membahas tentang Implementasi Manajemen Pengelolaan ZIS pada UPZ BAZNAS Masjid Istiqlal Jakarta.

40

Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdaya Karya, 1995), h. 15.

41

Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 11.

42

31

Dokumen terkait