• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.3. Kelompok umur

Berdasarkan metode Bhatacharya, maka di dapat kurva normal yang menggambarkan jumlah kohort dari sebaran frekuensi panjang yang ada. Pada Gambar 6 terlihat bahwa pada tanggal 16 Februari 2010 hingga 28 Maret 2010, ikan selar mengalami pertumbuhan panjang, dilihat dengan pergeseran modus ke arah kanan dan perubahan ukuran panjang ikan untuk tiap waktu pengambilan contoh.

22

Selanjutnya hasil analisis sebaran kelompok ukuran ikan selar setiap pengambilan contohnya disajikan pada Tabel 3.

6 Februari 2010

16 Februari 2010

26 Februari 2010

18 Maret 2010

28 Maret 2010

Gambar 6. Frekuensi panjang ikan selar (Caranx leptolepis) periode bulan Februari hingga bulan Maret 2010

n = 117

n = 69

n = 54

n = 28 n = 73

Tabel 3. Sebaran kelompok ukuran ikan selar (Caranx leptolepis) setiap pengambilan contoh

4.1.4. Hubungan panjang dan bobot

Hubungan panjang dan bobot ikan selar menghasilkan satu nilai b untuk tiap pengambilan contoh yang tertangkap di perairan Teluk Jakarta (Tabel 4). Pengambilan contoh pertama hingga kelima menunjukkan tipe pertumbuhan allometrik negatif, yaitu laju pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan bobot. Hal ini didukung setelah dilakukan uji t pada selang kepercayaan 95% terhadap nilai b (Lampiran 2 sampai dengan Lampiran 6).

Tabel 4. Hubungan panjang bobot ikan selar (Caranx leptolepis) setiap pengambilan contoh

Pengambilan

contoh Waktu n a b R

2

r ket

1 6 Februari 2010 117 16x10-4 1.9560 0.6430 0.8018 allometrik negatif 2 16 Februari 2010 73 5x10-5 2.6288 0.9611 0.9804 allometrik negatif 3 26 Februari 2010 69 48x10-4 1.7831 0.6131 0.7830 allometrik negatif 4 18 Maret 2010 54 7x10-5 2.5593 0.8759 0.9359 allometrik negatif 5 28 Maret 2010 28 35x10-3 2.7150 0.8690 0.9322 allometrik negatif

4.1.5. Perameter pertumbuhan

Parameter pertumbuhan diduga dengan metode plot Ford-Walford. Metode ini merupakan salah satu metode yang paling sederhana dalam menduga parameter pertumbuhan dengan interval waktu pengambilan contoh yang sama (King 1995) dan memerlukan data panjang rata-rata ikan dari setiap kelompok ukuran panjang (Sparre & Venema 1999).

Persamaan pertumbuhan Von Bartalanffy yang terbentuk untuk ikan selar adalah Lt = 282.980 (1-e[-0.3100(t+0.1547)]). Panjang maksimum ikan yang tertangkap di

Pengambilan

contoh waktu

mean ± s.d indeks

separasi

kelompok ukuran 1 kelompok ukuran 2

1 6 Februari 2010 194.50±14.00 163.53±10.50 2.52

2 16 Februari 2010 157.60±12.97 124.27±5.94 3.53

3 26 Februari 2010 164.50±10.62

-4 18 Maret 2010 166.60±6.81 122.65±6.75 6.48

24

Teluk Jakarta yang di daratkan di Muara angke adalah 270 mm, dengan nilai panjang asimtotik (infinitif) sebasar 282.98 dan nilai koefisien pertumbuhan (K) sebesar 0.31 per tahun. Nilai t0 didapatkan secara empiris yaitu -0.15. Pada Gambar 7 terlihat bahwa laju pertumbuhan ikan selar tidak sama selama rentang hidupnya. Ikan yang berumur muda memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan yang berumur tua.

Gambar 7. Kurva pertumbuhan Von Bartalanffy ikan selar di Teluk Jakarta

4.1.6. Faktor kondisi

Selama waktu pengamatan, faktor kondisi ikan selar di perairan Teluk Jakarta berkisar antara 0.6945-1.5329. Kisaran faktor kondisi ikan selar untuk tiap pengambilan contoh disajikan pada Tabel 5. Fluktuasi nilai faktor kondisi selama penangkapan dapat dilihat pada Gambar 8.

Tabel 5. Kisaran nilai faktor kondisi ikan selar (Caranx leptolepis) setiap pengambilan contoh di perairan Teluk Jakarta

Pengambilan

contoh waktu Faktor kondisi

1 6 Februari 2010 0.7527-1.5392 2 16 Februari 2010 0.9571-1.2410 3 26 Februari 2010 0.7676-1.2387 4 18 Maret 2010 0.6945-1.2954 5 28 Maret 2010 0.9203-1.3703 L Lt = 282.980 (1-e[-0.31(t+0.15)])

Gambar 8. Faktor kondisi ikan selar (Caranx leptolepis)

26 Februari 2010 FK rata-rata 6 Februari 2010 26 Februari 2010 16 Februari 2010 28 Maret 2010 18 Maret 2010

26

4.1.7. Mortalitas dan laju eksploitasi

Pendugaan konstanta laju mortalitas total (Z) ikan selar dilakukan dengan kurva hasil tangkapan dilinearkan berbasis data panjang. Kurva hasil tangkapan dapat dilihat pada Gambar 9.

Untuk pendugaan laju mortalitas alami digunakan rumus empiris Pauly (Sparre & Venema 1999) dengan suhu rata-rata permukaan perairan Teluk Jakarta 28.950C (Praseno & Kastoro 1980). Hasil analisis dugaan laju mortalitas dan laju eksploitasi ikan selar dapat dilihat pada Tabel 6.

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 t(L 1+ L 2/2) ln   [C (L 1 ,L 2 )/ d t]

Gambar 9. Kurva hasil tangkapan yang dilinearkan berbasis data panjang (■ : titik yang digunakan dalam analisis regresi untuk menduga Z)

Tabel 6. Laju mortalitas dan laju eksploitasi ikan selar

Parameter Nilai (per tahun)

Mortalitas total (Z) 2.2510

Mortalitas alami (M) 0.0739

Mortalitas penangkapan (F) 2.1771

Laju mortalitas total (Z) ikan selar adalah 2.2510 per tahun dengan laju mortalitas alami sebasar 0.0739 pertahun, sedangkan untuk laju eksploitasi yaitu sebesar 96.72%.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Sebaran frekuensi panjang

Total ikan selar contoh adalah sebanyak 341 ekor dengan Jumlah ikan yang banyak tertangkap terdapat pada selang panjang 154-164 mm, yaitu sebanyak 80 ekor. Panjang maksimum ikan yang tertangkap adalah sebesar 270 mm. Menurut data fishbase.org panjang maksimum ikan selar adalah sebesar 22 cm (220 mm). Perbedaan ukuran panjang total ini dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan seperti perbedaan lokasi pengambilan contoh ikan. Spesies yang sama tetapi hidup di lokasi perairan yang berbeda akan mengalami pertumbuhan yang berbeda pula, karena adanya perbedaan faktor dalam dan faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan ikan tersebut. Menurut Effendie (1997), faktor dalam yang mempengaruhi pertumbuhan ikan antara lain keturunan, jenis kelamin, umur, parasit dan penyakit. Sedangkan faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah suhu dan makanan. Analisis frekuensi panjang digunakan dalam menentukan parameter petumbuhan yaitu dengan mengelompokkan ikan dalam kelas-kelas panjang dan menggunakan modus panjang kelas tersebut agar kelompok umur ikan dapat diketahui. Kelompok umur ikan dijelaskan pada sub bab selanjutnya.

4.2.2. Kelompok umur

Kelompok ukuran ikan dipisahkan dengan menggunakan metode Bhatacharya. Berdasarkan grafik sebaran ukuran panjang ikan selar (Gambar 6) terlihat adanya pergeseran ukuran panjang. Pergeseran dimulai dari sebaran panjang pada tanggal 16 Februari 2010 hingga tanggal 28 Maret 2010. Pada tanggal 6 Februari sebaran frekuensi kelas panjang bergeser ke arah kiri. Pergeseran kelompok umur yang terjadi pada tanggal 28 Februari dan 28 Maret ke arah kanan menunjukkan adanya pertumbuhan, sedangkan pada tanggal 8 Februari pergeseran

28

kelas panjang ke arah kiri. Hal ini dapat diduga karena adanya rekruitmen atau ikan telah mengalami pemijahan. Namun untuk menentukan musim pemijahan dan rekruitmen ikan selar di Teluk Jakarta perlu dilakukan kajian yang lebih lanjut.

Dalam pemisahan kelompok ukuran ikan dengan metode Bhatacharya sangat penting untuk memperhatikan nilai indeks separasi yang diperoleh. Clark (1981) in

Sparre & Venema (1999) menjelaskan bahwa indeks separasi merupakan kuantitas yang relevan terhadap studi bila dilakukan kemungkinan bagi suatu pemisahan yang berhasil dari dua komponen yang berdekatan, bila indeks separasi kurang dari dua (S.I < 2), maka tidak mungkin dilakukan pemisahan di antara dua kelompok ukuran, karena terjadi tumpang tindih yang besar antara kelompok ukuran tersebut. Berdasarkan Tabel 3, nilai indeks separasi dari hasil analisis pemisahan kelompok ukuran ikan selar sebasar 2.52, 3.53, 6.48 dan 4.87. hal ini menunjukkan bahwa hasil pemisahan kelompok ukuran ikan selar dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. Umumnya ikan selar memiliki dua kelompok umur, dimana panjang ikan dari umur yang sama cenderung membentuk suatu distribusi normal, sehingga dapat disimpulkan bahwa umur ikan selar yang tertangkap di Teluk Jakarta tidak melebihi dua tahun.

4.2.3. Hubungan panjang dan bobot

Analisis hubungan panjang bobot dilakukan untuk melihat pola pertumbuhan individu ikan selar di perairan Teluk Jakarta. Hubungan panjang bobot ikan selar di Teluk Jakarta adalah W = 0.00002 L2.833 dan persamaan untuk pola pertumbuhan ikan selar di Teluk Jakarta adalah log Log W = - 4.665 + 2.833Log L (Gambar 10). Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa setiap penambahan satu logaritma panjang akan menurunkan logaritma bobot ikan sebesar 2.858 gram. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 81.8%, hal ini berarti variasi bobot ikan selar yang terjadi akibat perubahan panjang dapat dijelaskan oleh formula tersebut sebesar 81.8%.

Nilai b yang diperoleh adalah sebesar 2.858 dan setelah dilakukan uji t (α=0.05) terhadap nilai b tersebut, diketahui bahwa ikan selar di Teluk Jakrata memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif yaitu pertambahan panjang lebih

cepat dari pertambahan bobot (Effendie 1997). Hal ini didukung pula dengan bentuk morfologi ikan selar yang relatif pipih (kurus).

W = 2E‐05L2.833 0 20 40 60 80 100 120 100 150 200 250 300 pa nja ng (mm) bo bot   (g r) L og W = 2.833L og L ‐ 4.665 R ² = 0.854 0.8 1.2 1.6 2.0 2.4 2.0000 2.1000 2.2000 2.3000 2.4000 2.5000 L og L Lo g   W (a) (b)

Gambar 10. Hubungan panjang-bobot ikan selar (Caranx leptolepis) di perairan Teluk Jakarta.

4.2.4. Perameter pertumbuhan

Pendugaan umur dan pertumbuhan ikan di daerah tropis lebih sulit dibandingkan dengan daerah subtropis. Metode yang digunakan untuk pendugaan umur pertumbuhan ikan di daerah tropis adalah melalui analisis frekuensi panjang. Panjang ikan akan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya umur, maka bisa dikatakan panjang merupakan fungsi umur dan secara sistematis untuk mengetahui umur bisa dilihat dari panjangnya. Ikan-ikan yang memiliki koefisien pertumbuhan (K) yang tinggi menyebabkan ikan tersebut cepat mati dikarenakan cepat mencapai panjang asimtotiknya. Ikan yang berumur panjang memiliki nilai k yang rendah sehingga memerlukan waktu yang lama untuk mencapai panjang asimtotiknya (Sparre & Venema 1999).

Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan ikan selar tidak sama selama rentang hidupnya. Ikan yang berumur muda mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan saat tua. Pada saat ikan selar berumur 36 bulan, secara teroritis panjang total ikan selar adalah 282.98 mm dengan nilai koefisien pertumbuhan ikan selar yang diperoleh sebesar 0.31 per tahun. Faktor

30

lingkungan perairan Teluk Jakarta diduga sangat berpengaruh bagi kecepatan pertumbuhan ikan selar dan juga ketersediaan makanan di parairan.

Parameter pertumbuhan dengan menggunakan model von Bartalanffy (K dan L) diduga dengan metode plot Ford-Walford dengan menggunakan data panjang rata-rata ikan dari setiap kelompok ukuran panjang. Persamaan pertumbuhan Von Bartalanffy yang terbentuk untuk ikan selar adalah Lt = 282.980 (1-e[-0.3100(t+0.1547)]) dengan koefisien pertumbuhan (K) ikan selar sebesar 0.31 per tahun dan panjang asimtotik sebesar 282.98 mm. Hasil analisis dari beberapa peneliti mengenai parameter pertumbuhan ikan selar dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Parameter pertumbuhan ikan selar (Caranx spp.) dari beberapa hasil penelitian

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, ikan selar di perairan Bengkulu memiliki nilai K sebesar 0.68 per tahun dan L sebesar 26.9 cm (269 mm). Perbedaan nilai yang diperoleh disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi adalah faktor genetik (perbedaan spesies), parasit dan penyakit. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh adalah kualitas perairan dan ketersediaan makanan (Effendie 1997). Menurut Moyle & Cech (2004) in Tutupoho (2008) bahwa pertumbuhan yang cepat dapat mengindikasikan kelimpahan makanan dan kondisi lingkungan yang sesuai. Sehingga diduga perbedaan nilai koefisien pertumbuhan dan nilai panjang asimtotik disebabkan karena adanya perbedaan genetik serta kondisi perairan yang berbeda.

Parameter pertumbuhan ini memegang peranan yang penting dalam pengkajian stok ikan. Salah satu aplikasi yang paling sederhana adalah untuk mengetahui panjang ikan pada saat umur tertentu atau dengan menggunakan invers

persamaan pertumbuhan Von Bartalanffy dapat diketahui umur ikan pada panjang

Sumber Spesies Tempat

Koefisien pertumbuhan (K) per

tahun

L

Boer et al. (1998) Caranx kalla Bengkulu 0.68 26.9 cm

tertentu, sehingga dalam penyusunan rencana pengelolaan perikanan lebih mudah dilakukan.

4.2.5. Faktor kondisi

Nilai faktor kondisi tertinggi selama penelitian terdapat pada awal pengambilan contoh yaitu berkisar antara 0.7527-1.5392 (Tabel 5) yang diduga merupakan periode pemijahan ikan selar tersebut. Nilai faktor kondisi ikan selar cukup fluktuatif. Fluktuasi ini diduga lebih dipengaruhi oleh aktivitas pemijahan dan umur yang berbeda-beda. Fluktuasi faktor kondisi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu diantaranya adalah perbedaan umur, TKG, kondisi lingkungan, dan ketersediaan makanan (Effendie 1979).

4.2.6. Mortalitas dan laju eksploitasi

Untuk pendugaan laju mortalitas alami ikan selar digunakan rumus empiris Pauly (Sparre & Venema 1999). Laju mortalitas total (Z) ikan selar sebesar 2.2510 per tahun dengan laju mortalitas alami (M) sebesar 0.0739 per tahun. Menurut Pauly (1980) in Sparre & Venema (1999), yang mempengaruhi mortalitas alami (M) adalah faktor panjang maksimum (L) dan laju pertumbuhan serta faktor lingkungan yaitu suhu perairan sebesar.

Perbandingan hasil analisis laju mortalitas ikan selar di perairan Teluk Jakarta dengan hasil penelitian di perairan Bengkulu dapat di lihat pada Tabel 8. Laju mortalitas tangkapan (F) ikan selar di perairan Teluk Jakarta lebih besar di bandingkan dengan laju mortalitas ikan selar di perairan Bengkulu. Hal ini di karenakan tangkapan di perairan Bengkulu belum dimaksimalkan, dan menurut Boer

et al. (1996) bahwa pemanfaatan ikan selar di perairan Bengkulu masih rendah dan pemanfaatannya masih dapat ditingkatkan. Sedangkan untuk penangkapan ikan selar di Teluk Jakarta sudah sangat banyak (over fishing). Hal ini ditunjang juga dengan nilai eksploitasi yang hampir mencapai 100% yaitu sebesar 96.72%. Perbedaan laju mortalitas penangkapan (F) juga di sebabkan oleh jumlah upaya yang terus dilakukan setiap tahunnya oleh nelayan di Teluk Jakarta. Laju mortalitas alami (M)

32

di perairan Teluk Jakarta lebih rendah di bandingkan dengan laju mortalitas alami (M) di perairan Bengkulu. Hal ini diduga karena perbedaan kualitas perairan terutama pada suhu perairan, karena salah satu faktor yang mempengaruhi laju mortalitas alami adalah suhu perairan. Menurut Pauly (1984), faktor lingkungan yang mempengaruhi nilai M adalah suhu rata-rata perairan selain faktor panjang maksimum secara teroritis (L) dan laju pertumbuhan. Ikan selar di perairan Bengkulu memiliki nilai K yang lebih besar dari pada ikan selar di perairan Teluk Jakarta, sehingga nilai M ikan selar di Perairan Bengkulu besar. Hal ini ditunjang dengan pernyataan Beverton & Holt (1957) yang menyatakan bahwa ikan yang pertumbuhannya cepat (nilai K tinggi) mempunyai nilai M tinggi dan begitu pula sebaliknya. Nilai M berkaitan dengan karena pemangsa ikan besar lebih sedikit dari pada ikan kecil.

Tabel 8. Laju mortalitas total (Z), laju mortalitas alami (M) dan laju mortalitas penangkapan (F) ikan selar dengan spesies yang berbeda.

Sumber Spesies Tempat

Laju mortalitas alami (M) per tahun Laju mortalitas penangkapan (F) per tahun

Boer et al. (1998) Caranx kalla Bengkulu 1.43 0.22

Damayanti (2010) Caranx leptolepis Teluk Jakarta 0.07 2.18

Berdasarkan hasil analisis juga diketahui laju eksploitasi ikan selar di perairan Teluk Jakarta sebesar 96.72%. Kematian ikan selar di perairan Teluk Jakarta lebih disebabkan oleh aktifitas penangkapan. Laju eksploitasi ikan selar yang besar di sebabkan oleh banyaknya permintaan pasar akan ikan selar dan tingkat konsumsi yang tinggi, sehingga penangkapan ikan selar terjadi tiap harinya oleh para nelayan. Nilai mortalitas penangkapan dipengaruhi oleh tingkat eksploitasi. Semakin tinggi tingkat eksploitasi di suatu daerah maka mortalitas penangkapannya semakin besar (Lelono 2007).

4.2.7. Implikasi bagi pengelolaan sumberdaya ikan selar di Teluk Jakarta

Dokumen terkait