• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA

B. Hasil Penelitian

1. Kelompok Kelas Laboratorium

Deskripsi hasil tes awal yang diperoleh kelompok Kelas Laboratorium, sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Output Deskripsi SPSS 16.

Hasil analisis pada Tabel 2 menunjukkan hasil penelitian berupa skor siswa kelas XB SMA Pangudi Luhur Sedayu. Skor terendah yang

diperoleh siswa adalah 3,5 dan skor tertinggi adalah 18,5. Skor rerata tes awal adalah 13,06 dan standar deviasi adalah 3,71. Skor rerata memberi gambaran mengenai pemahaman konsep Hukum Ohm sebelum siswa mengalami proses belajar menggunakan metode eksperimen di laboratorium (dengan alat yang terbatas dan belum terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika yang memadai).

b. Tes Akhir

Deskripsi hasil tes akhir yang diperoleh kelompok Kelas Laboratorium, sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Output Deskripsi SPSS 16.

Hasil analisis pada Tabel 3 menunjukkan hasil penelitian berupa skor siswa kelas XB SMA Pangudi Luhur Sedayu. Skor terendah yang diperoleh siswa adalah 3,5 dan skor tertinggi adalah 18. Skor rerata tes akhir adalah 14,39 dan standar deviasi adalah 3,32. Skor rerata memberi gambaran mengenai pemahaman konsep Hukum Ohm yang diperoleh siswa setelah mengalami proses belajar menggunakan metode eksperimen di laboratorium (dengan alat yang terbatas dan belum terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika yang memadai).

c. Hasil Uji T-Test

Untuk mengetahui apakah metode eksperimen di laboratorium (dengan alat yang terbatas dan belum terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika yang memadai) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang materi Hukum Ohm maka skor tes awal dan skor tes akhir yang diperoleh kelompok Kelas Laboratorium perlu diuji dengan statistik Paired T-Test. Hasil uji t-test untuk dua kelompok yang dependent

menggunakan program SPSS 16 (confidence interval 95%), sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil T-Test Kelompok Kelas Laboratorium.

Hasil analisis (dapat dilihat pada Tabel 4) diperoleh besar t = -2,180 dan besar probabilitas = 0,037. Besar probabilitas yang diperoleh (p = 0,037) < = 0,05 maka signifikan. Berarti terdapat perbedaan rerata skor yang signifikan pada kelompok Kelas Laboratorium antara skor

pre-test dan skorpost-test. Maka dapat disimpulkan bahwa setelah mengalami proses belajar menggunakan metode eksperimen di laboratorium (dengan alat yang terbatas dan belum terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika yang memadai) terdapat peningkatan prestasi belajar siswa tentang materi Hukum Ohm, ditunjukkan dengan skor rerata post-testlebih tinggi daripada skor reratapre-test.

d. Paparan Kualitatif Selama Proses Belajar di Laboratorium

Selain pengambilan data berupa tes juga menggunakan observasi, pemeriksaan dokumen tertulis, rekaman video dan wawancara. Hasil analisis dari data-data tambahan diperoleh hal-hal baik dan hal-hal yang perlu perhatian guru selama proses belajar di laboratorium.

Hal-hal baik selama proses belajar di laboratorium adalah metode eksperimen di laboratorium (dengan alat yang terbatas dan belum terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika yang memadai) dapat memfasilitasi siswa untuk secara nyata berinteraksi dengan fenomena kelistrikan yang dapat dijelaskan melalui Hukum Ohm. Interaksi langsung ini ditunjukkan dengan dinamika belajar siswa selama pembelajaran menggunakan alat laboratorium. Pertama siswa diberikan pengetahuan prasyarat tentang cara bagaimana merangkai dan membaca alat ukur listrik. Siswa bekerjasama dalam kelompok untuk membuat rangkaian dan mencoba mengukur menggunakan alat ukur listrik, ditunjukkan dengan siswa secara berkelompok merangkai ampermeter secara seri dan

voltmeter secara paralel kemudian membacanya sesuai dengan yang diajarkan oleh guru. Siswa kurang yakin dengan cara merangkai alat ukur dan bagaimana cara membacanya, ditunjukkan dengan banyak siswa yang bertanya kepada guru tentang rangkaian dan bagaimana cara membacanya. Selanjutnya siswa mencoba menganalisis masalah dan membuat hipotesis. Saat siswa diberikan permasalahan terlihat bahwa siswa aktif, hal ini ditunjukkan dengan siswa berdiskusikan dengan teman anggota kelompok. Selanjutnya siswa mencoba merangkai rangkaian seperti pada gambar di LKS. Siswa kurang berani dalam membuat rangkaian, ditunjukkan dengan banyak siswa yang bertanya kepada guru tentang bagaimana cara membuat rangkaian. Siswa mengikuti langkah-langkah dalam percobaan, ditunjukkan dengan siswa merangkai rangkaian dengan satu baterai terlebih dahulu dan mengamati terjadinya perubahan arus maupun tegangan dari sebuah perlakuan yang dapat dibaca pada alat ukur listrik. Siswa membaca hasil pengukuran dari alat ukur listrik, ditunjukkan dengan siswa membaca angka yang ditunjuk oleh jarum alat ukur listrik (ampermeter dan voltmeter) dan membaginya dengan skala terbesar kemudian dikalikan batas ukur namun ada kelompok yang masih kurang yakin dengan cara mengukur, ditunjukkan dengan banyak siswa masih bertanya kepada guru bagaiamana cara mengukur menggunakan alat ukur listrik. Siswa kurang yakin dengan hasil pengukuran yang diperoleh, ditunjukkan dengan setiap perwakilan kelompok mengkonsultasikan hasil pengukuran yang diperoleh kepada guru. Siswa jujur saat memperoleh

data, ditunjukkan dengan siswa tidak mengubah-ubah data yang diperoleh. Siswa memasukan data dalam tabel pada LKS, ditunjukkan dengan di LKS banyak siswa memasukan data pada tabel. Data-data tersebut dibuat grafik oleh siswa, ditunjukkan dengan empat kelompok membuat grafik hubungan tegangan dan arus listrik pada LKS. Siswa menganalisis atau mencari penjelasan (arti) dari data-data tersebut, ditunjukkan dengan hampir seluruh siswa berdiskusi dengan anggota kelompok. Kelompok yang tidak yakin dalam menganalisis kemudian mengkonsultasikannya kepada guru, ditunjukkan dengan siswa menemui guru dan mengkonsultasikan hasil analisis kelompok. Terakhir siswa merumuskan kesimpulan dari data tersebut, ditunjukkan dengan empat kelompok membuat kesimpulan. Kelompok yang tidak yakin dengan kesimpulan yang telah dibuat dan mengkonsultasikan kepada guru, ditunjukkan dengan perwakilan kelompok menemui guru dan mengkonsultasikannya, salah satu contoh yaitu siswa menjelaskan bahwa data mereka menunjukkan arus yang semakin kecil.

Selain hal-hal baik juga terdapat hal-hal yang perlu perhatian guru selama proses belajar menggunakan alat laboratorium (dengan alat yang terbatas dan belum terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika yang memadai), seperti kesiapan siswa, alat-alat praktikum, dan waktu yang tersedia untuk siswa memahami konsep Hukum Ohm. Sebelum memulai pembelajaran tampak siswa kurang mengindahkan peraturan ketertiban kelas, ditunjukkan dengan siswa gaduh pada saat pembagian

kelompok dan tampak beberapa siswa meletakan kepalanya di atas meja setelah masuk ruang laboratorium. Alat-alat laboratorium yang belum terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika yang memadai, seperti kabel yang panjang, tidak semua kelompok memakai kabel berwarna hitam dan merah, satu kabel dengan kabel yang lain sulit kontak karena harus dipegangi, baterai satu dengan baterai yang lain sulit kontak karena harus dipegangi, dan terdapat alat ukur listrik yang sulit dipindahkan dari batas ukur tertentu ke batas ukur yang lain. Alat-alat laboratorium yang terbatas dan tidak terstandarisasi menyulitkan siswa selama praktikum (memunculkan masalah teknis), ditunjukkan dengan siswa butuh waktu lama untuk merangkai dan membuat percobaan dapat berfungsi. Interaksi belajar yang terjadi kurang mendukung untuk memahami konsep Hukum Ohm (hanya untuk mengatasi masalah-masalah teknis pengoperasian jalannya eksperimen) sehingga banyak waktu yang dihabiskan siswa untuk bisa merangkai rangkaian mengakibatkan kurangnya waktu untuk memikirkan atau memahami konsep Hukum Ohm, ditunjukkan dengan terdapat satu kelompok yang tidak sempat membuat grafik, menganalisis data dan membuat kesimpulan pada LKS. Pemahaman konsep Hukum Ohm yang diperoleh siswa belum optimal, ditunjukkan dengan terdapat empat kelompok yang masih salah dalam merumuskan kesimpulan di LKS dan sebagian besar siswa yang belum bisa menjawab dengan benar pada soal uraian tentang grafik Hukum Ohm masih belum dapat mengerjakan setelah mengalami proses belajar menggunakan metode eksperimen di

laboratorium (dengan alat yang terbatas dan belum terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika yang memadai).

e. Pembahasan

Kelompok yang mengalami proses belajar menggunakan metode eksperimen di laboratorium terdapat peningkatan prestasi belajar tentang materi Hukum Ohm dari skor rerata dan signifikansi. Skor rerata tes awal adalah 13,06 dan skor rerata tes akhir adalah 14,39. Besar probabilitas yang diperoleh adalah 0,037 dengan tingkat kepercayaan 95%.

Walaupun eksperimen di laboratorium fisika dilakukan dalam keadaan keterbatasan alat dan kurang terstandarisasi memadai, penerapan metode ini menunjukkan hasil yang baik dalam peningkatan prestasi belajar. Pengalaman belajar siswa melalui penerapan metode eksperimen di laboratorium dapat mengajak siswa untuk secara nyata berinteraksi dengan fenomena Hukum Ohm dan juga menjadi alat yang membantu untuk menemukan konsep Hukum Ohm. Hasil ini mengindikasikan bahwa penting bagi guru untuk mengutamakan metode eksperimen di laboratorium dalam pembelajaran fisika. Hal ini ditegaskan oleh Rohandi (1998: 112) dalam kajian beberapa peneliti (Driver, 1983; Osborne & Freyberg, 1985; Cross, 1996; Hardy & Fleer, 1996; Santa & Alvermann, 1991) bahwa bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran sains adalah menempatkan aktivitas nyata anak dengan berbagai objek yang dipelajari

yang merupakan hal utama untuk dikembangkan. Selain dapat meningkatkan prestasi belajar, hasil penelitian menunjukkan juga bahwa metode eksperimen di laboratorium (walaupun dilakukan dalam keterbatasan alat dengan kualitas peralatan yang kurang memadai) juga dapat mengembangkan skill motorik mengenai cara merangkai alat dan melakukan pengukuran menggunakan alat ukur listrik, dapat mengembangkan interaksi antara guru dan murid, dapat mengembangkan interaksi antara murid dan murid, dapat memberikan pengalaman belajar melalui metode ilmiah (proses inkuiri), dan dapat mengembangkan sikap kejujuran siswa saat memperoleh data.

Walaupun hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan prestasi, namun peningkatan tersebut belum maksimal sebagaimana yang diharapkan. Hal ini terlihat dari skor rerata yang diperoleh setelah mengalami proses belajar menggunakan metode eksperimen di laboratorium sangat kecil. Keadaan demikian diduga disebabkan karena timbul kesulitan-kesulitan selama proses belajar di laboratorium dengan peralatan yang terbatas dan kualitas yang belum memadai. Kesulitan-kesulitan yang timbul dapat mempengaruhi proses belajar siswa secara optimal. Misalnya banyak waktu digunakan hanya untuk mengatasi masalah-masalah teknis pengoperasian jalannya eksperimen. Proses belajar untuk membangun pemahaman yang baik belum sepenuhnya optimal, banyak diskusi terjadi hanya untuk menyelesaikan masalah teknis bagaimana melakukan percobaan.

2. Kelompok Kelas Simulasi

Dokumen terkait