• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE INQUIRY BERBASIS MEDIA PEMBELAJARAN SIMULASI PhET (CIRCUIT CONSTRUCTION KIT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA DI SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU KELAS X SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH METODE INQUIRY BERBASIS MEDIA PEMBELAJARAN SIMULASI PhET (CIRCUIT CONSTRUCTION KIT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA DI SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU KELAS X SKRIPSI"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE

INQUIRY

BERBASIS MEDIA

PEMBELAJARAN SIMULASI PhET (

CIRCUIT

CONSTRUCTION KIT

) TERHADAP PRESTASI BELAJAR

FISIKA DI SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU KELAS X

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh: Onto Kisworo NIM: 081424029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PENGARUH METODE

INQUIRY

BERBASIS MEDIA

PEMBELAJARAN SIMULASI PhET (

CIRCUIT

CONSTRUCTION KIT

) TERHADAP PRESTASI BELAJAR

FISIKA DI SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU KELAS X

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh: Onto Kisworo NIM: 081424029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

vii ABSTRAK

Onto Kisworo. 2012. Pengaruh Metode Inquiry Berbasis Media Pembelajaran Simulasi PhET (Circuit Construction Kit) Terhadap Prestasi Belajar Fisika di SMA Pangudi Luhur Sedayu Kelas X Tahun Ajaran 2011/2012. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui dengan metode inquiry

berbasis media simulasi PhET dapat meningkatan prestasi belajar siswa dan (2) untuk mengetahui terdapat perbedaan signifikan atau tidak antara siswa memakai simulasi komputer dengan siswa yang memakai alat laboratorium tentang materi Hukum Ohm. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Sedayu.

Sampel penelitian adalah 66 siswa yang terdiri dari 32 siswa kelas XB dan 34 siswa kelas XC. Kelas XB menjadi kelompok Kelas Laboratorium dan kelas XC menjadi kelompok Kelas Simulasi. Kelompok Kelas Simulasi diberitreatment

dengan melakukan praktikum sendiri-sendiri menggunakan simulasi komputer PhET dan kelompok Kelas Laboratorium diberi treatment dengan melakukan praktikum menggunakan alat-alat laboratorium secara berkelompok. Siswa kelompok Kelas Simulasi melakukan praktikum dengan menjalankan komputer sendiri.

Sebelum melakukan praktikum, kedua kelompok diuji dengan tes awal. Setelah diberitreatmentsiswa diuji dengan tes akhir. Tes awal dan tes akhir sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan metode inquiryberbasis media simulasi PhET, hasil skor yang diperoleh kelompok Kelas Simulasi perlu diuji dengan statistik Paired T-Test dan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET (Circuit Construction Kit) dengan metode eksperimen di laboratorium menggunakan statistik T-test Independent.

Hasil penelitian adalah (1) metode inquiry berbasis media simulasi PhET (Circuit Construction Kit) dapat meningkatan prestasi belajar siswa, ditunjukkan

dengan signifikansi (p = 0,000 < α = 0,05) dan rerata skor (skor rerata tes awal

(9)

viii ABSTRACT

Onto Kisworo. 2012. The Effect of Inquiry–based Method Using Simulation PhET (Circuit Construction Kit) Use on The Tenth Grade Students’ Learning Achievement Physics in Pangudi Luhur Sedayu Senior High School. Physics Education Study Program, Department of Mathematical and Natural Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

The research was intended to know (1) whether the inquiry-based PhET

computer simulations could improve students’ learning achievement and (2)

whether the result of the achievement test Ohm Law concepts showed a significant difference between the student who used computer simulations and those who used laboratory equipments. This research was quantitative research which was conducted inPangudi Luhur Sedayuhigh school.

The research sampels were 66 students of tenth grade students, consisting of 32 students from XB and 34 students from XC. Students while XC was the simulation class. The simulation class was given a treament to practice using PhET computer simulation, while the laboratory class was aksed to practice using laboratory equipments in group. The simulation class conducted practice by operating the computer simulation by themselve.

Prior to the practice both groups were given pretest. After the treatment, both of groups were given a posttest. The pretest and posttest had been verified for their validity and reliability.

A paired t-test was employed to know the improvement of the students’

learning achievment, while an independent t-test was using to find out the significant difference in the result achievement tests on Omh Law concepts between students in the simulation group and those using laboratory equipments.

The result showed that (1) the inquiry-based method using PhET computer

simulation could increase students’ learning achievement; and (2) there was a

significant difference between the inquiry-based method using PhET computer simulation and the laboratory equipment method. Inquiry–based method using

simulation PhET performed better in improving students’ learning achievement

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengajukan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika. Begitu besar bantuan dan dukungan yang sangat berguna bagi kemajuan penulis untuk berkarya menjadi seorang guru. Penulis mengucapkan terima kasih, kepada:

1. Drs. A. Atmadi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika yang mengarahkan dengan baik.

2. Rohandi, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar membimbing dan memberikan nasehat-nasehat yang berguna dalam penulisan skripsi maupun dalam menjadi seorang guru.

3. Br. Agustinus Mujiya, S.Pd, FIC, selaku Kepala Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur sedayu yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Pangudi Luhur Sedayu dan menerima penulis dengan ramah.

4. FX. Purwonggo, S.Pd, selaku guru fisika Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur Sedayu yang membimbing selama persiapan penelitian.

5. Agustinus Suradi, S.Kom, selaku guru komputer Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur Sedayu yang membantu kesiapan komputer selama penelitian.

6. Guru-guru dan Karyawan Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur sedayu yang ramah.

7. Siswa-siswi kelas XB dan XC SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Pelajaran 2011/2012 yang cukup antusias dalam penelitian.

8. Theresia Gusti Putu Yuniari dan teman-teman Pendidikan Fisika yang memberikan dukungan.

(11)

x

Semoga kebaikan dari pihak-pihak tersebut mendapatkan pahala dari Tuhan Yang Maha Esa dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca.

(12)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... .... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...… ii

HALAMAN PENGESAHAN...… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...…... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... vi

ABSTRAK...… vii

ABSTRACT...…... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI...… xi

DAFTAR TABEL……….. xiv

DAFTAR GAMBAR……….. xv

DAFTAR LAMPIRAN……….. xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Rumusan Masalah……… 4

C. Tujuan Penelitian………. 4

D. Batasan Masalah……….. 4

(13)

xii

BAB II LANDASAN TEORI………...……… 6

A. MetodeInquiry………. 6

B. Simulasi Komputer PhET (Circuit Construction Kit).……… 7

C. Metode Eksperimen di Laboratorium………...………. 14

D. Pengertian Belajar……….... 16

E. Pengertian Konsep………...………. 16

F. Prestasi Belajar………. 17

G. Hukum Ohm………. 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………...……….. 19

A. Desain Penelitian……….. 19

B. Sampel………. 19

C. Treatment………. 20

1. Treatment pada Kelompok Kelas Laboratorium………. 20

2. Treatment pada Kelompok Kelas Simulasi………. 21

D. Instrumen………. 23

E. Uji Instrumen………..……. 25

F. Metode Pengumpulan Data………..…… 28

G. Metode Analisis Data………..……. 30

BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA………...……… 32

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian………...………... 32

1. Pelaksanaan Pembelajaran di Laboratorium………... 32

2. Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Simulasi PhET….…... 33

B. Hasil Penelitian………...………... 35

1. Kelompok Kelas Laboratorium………...………... 35

a. Tes Awal……….……...………... 35

(14)

xiii

c. Hasil Uji T-Test……….……...………... 37

d. Paparan Kualitatif Selama Proses Belajar di Laboratorium……. 38

e. Pembahasan……….……...………... 42

2. Kelompok Kelas Simulasi………...………... 44

a. Tes Awal……….……...………... 44

b. Tes Akhir……….……...………... 44

c. Hasil Uji T-Test……….……...………... 45

d. Paparan Kualitatif Selama Proses Belajar Menggunakan Simulasi……….……...………... 46

e. Pembahasan……….……...……….... 50

C. Perbedaan antara Metode Eksperimen di Laboratorium dengan Metode InquiryBerbasis Media Pembelajaran Simulasi PhET………... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..………...………. 59

A. Kesimpulan………..………...………... 59

B. Saran………....………...………... 60

DAFTAR PUSTAKA………...………...………. 62

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Materi Hukum Ohm...…... 25

Tabel 2: Hasil Output SPSS 16 Deskripsi Tes Awal Kelompok Kelas Laboratorium... 35

Tabel 3: Hasil Output SPSS 16 Deskripsi Tes Akhir Kelompok Kelas Laboratorium... 36

Tabel 4: Hasil T-Test Kelompok Kelas Laboratorium...……... 37

Tabel 5: Hasil Output SPSS 16 Deskripsi Tes Awal Kelompok Kelas Simulasi... 44

Tabel 6: Hasil Output SPSS 16 Deskripsi Tes Akhir Kelompok Kelas Simulasi... 44

Tabel 7: Hasil T-Test Kelompok Kelas Simulasi...………... 45

Tabel 8: Hasil T-Test Tes Awal Kedua Kelompok... 52

Tabel 9: Hasil T-Test Tes Akhir Kedua Kelompok... 53

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Tampilan simulasiCircuit Construction Kit..………...…... 9

Gambar 2: Grafik hubungan antara V dan I...………... 18

Gambar 3: Tampilan simulasi pada layar monitor dan fungsinya..…... 22

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Silabus...………...…... 65

Lampiran 2: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas XB....………... 66

Lampiran 3: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas XC....………... 73

Lampiran 4: Lembar Kerja Siswa Kelas XB....…...……... 80

Lampiran 5: Lembar Kerja Siswa Kelas XC....………... 83

Lampiran 6: Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Kelas XB....………... 86

Lampiran 7: Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Kelas XC....………... 89

Lampiran 8: Soal Tes Awal (Pre-test)... 92

Lampiran 9: Soal Tes Akhir (Post-test)....………... 94

Lampiran 10: Kunci Jawaban Tes....………... 96

Lampiran 11: Hasil Skor Kelompok Kelas Laboratorium dan Kelompok Kelas Simulasi....……...…... 98

Lampiran 12: Analisis Validitas Isi....……...…... 99

Lampiran 13: Analisis Reliabilitas....………... 100

Lampiran 14: Lembar Observasi....………... 103

Lampiran 15: Hasil Observasi....………... 104

Lampiran 16: Hasil Wawancara....…....…...…... 106

Lampiran 17: Penilaian Rater 1....………... 109

(18)

xvii

Lampiran 19: Surat Ijin Penelitian....………... 115

Lampiran 20: Soal Latihan Simulasi PhET...………... 116

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan di SMA telah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) sehingga tujuan pendidikan di SMA lebih menekankan

kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa setelah mengalami pembelajaran.

Penekanan pada kompetensi sangat penting dalam pendidikan di SMA,

khususnya dalam pendidikan fisika. Tekanan kompetensi sangat menuntut guru

fisika untuk kreatif dalam memilih metode pembelajaran yang benar-benar dapat

meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa secara signifikan. Dengan

demikian sangat penting bagi guru fisika untuk berusaha mengembangkan proses

belajar mengajar (PBM) yang dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar

siswa.

Dalam hal pengembangan minat dan prestasi belajar fisika masih menjadi

perhatian sekolah. Suparno (2008: 2) memaparkan bahwa kebanyakan siswa

mengatakan fisika itu menakutkan, sulit dipelajari, banyak hitungan dan rumus.

Keingintahuan siswa dalam belajar fisika pada dasarnya besar dan dapat dipupuk

dengan proses pembelajaran yang mendukung terciptanya minat pada fisika.

Namun, apabila media pembelajaran yang dipakai masih kurang memfasilitasi

(20)

terkikis dan hilang. Keasyikan dalam mempelajari konsep-konsep fisika juga

akan hilang.

Dari hasil observasi awal dan wawancara guru di lokasi penelitian

ditemukan bahwa metode ceramah masih sering digunakan di sekolah. Guru

memaparkan bahwa metode eksperimen di laboratorium juga diterapkan di

sekolah walau tidak sering. Contoh yang telah dilaksanakan adalah praktikum

tentang Kalor. Untuk praktikum tentang Hukum Ohm juga pernah dilakukan.

Selama observasi awal ditemukan bahwa sekolah memiliki keterbatasan alat

sehingga praktikum dilakukan secara berkelompok. Keadaan demikian

menjadikan proses inkuiri dalam praktikum belum optimal bagi setiap siswa.

Dalam pendidikan sains, pembelajaran menggunakan metode inquiry di laboratorium merupakan hal utama untuk dikembangkan.

Di lokasi penelitian, kelengkapan infrastruktur yang dimiliki sekolah

antara lain tersedianya laboratorium komputer. Keadaan ini sangat

memungkinkan untuk pengembangan pembelajaran sains dengan

mengoptimalkan laboratorium komputer dalam bentuk virtual lab. Hal ini sekaligus dapat mengoptimalkan keterbatasan alat laboratorium. Metode

pembelajaran inquiry secara virtual lab dengan simulasi komputer memungkinkan untuk dilaksanakan di sekolah karena di sekolah telah memiliki

laboratorium komputer yang cukup bagi setiap siswa. Maka dengan adanya

kemajuan teknologi informatika dapat digunakan untuk mendukung kemajuan

pendidikan fisika. Simulasi komputer diharapkan dapat semakin memfasilitasi

(21)

Salah satu simulasi komputer adalah simulasi Circuit Construction Kit

yang dikembangkan oleh Physics Education Technology(PhET). Simulasi PhET

adalah simulasi yang dapat menunjang pembelajaran, seperti memberikan

kesempatan belajar tentang konsep-konsep fisika dengan nyaman, menantang dan

tepat (Wieman, Adams & Perkins, 2008: 682-683). Simulasi PhET dapat menjadi

alat yang sangat membantu dalam pengajaran fisika namun perlu diperhatikan

dalam mendesain, menguji, dan menggunakannya secara efektif dengan

kompetensi pedagogik (Wieman, Perkins & Adams, 2008: 398). Dengan

demikian, guru fisika dapat merencanakan pembelajaran dan mengembangkan

proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar

siswa.

Dengan melihat hal-hal di atas, dalam penelitian ini media pembelajaran

simulasi PhET (Circuit Construction Kit) dengan penekanan pada model inkuiri sains diimplementasikan untuk melihat sejauh mana peningkatan prestasi belajar

siswa tentang materi Hukum Ohm. Di samping itu pembelajaran fisika

menggunakan model eksperimen di laboratorium fisika juga diimplementasikan

dalam penelitian ini. Dengan mengimplementasikan kedua model itu diharapkan

hasil penelitian dapat memberi gambaran tentang peningkatan pemahaman siswa

dan melihat berbagai hal terkait dengan optimalisasi proses pembelajaran dalam

(22)

B. Rumusan Masalah

1. Apakah metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET

(Circuit Construction Kit) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang materi Hukum Ohm?

2. Apakah ada perbedaan prestasi siswa yang signifikan antara siswa

metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET (Circuit Construction Kit) dan siswa metode eksperimen di laboratorium?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui, apakah metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET (Circuit Construction Kit) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang materi Hukum Ohm.

2. Mengetahui, apakah ada perbedaan prestasi siswa yang signifikan antara

siswa metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET

(Circuit Construction Kit) dan siswa metode eksperimen di laboratorium.

D. Batasan Masalah

Dalam penelitian yang dilakukan, metode eksperimen di laboratorium

dilaksanakan di laboratorium fisika dengan langkah dan prosedur yang

mengikuti langkah inkuiri sains namun dilaksanakan dengan menggunakan

alat yang terbatas dan kualitas peralatan sangat sederhana dan belum

(23)

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi siswa SMA

Manfaat yang dapat diambil bagi siswa adalah siswa mengalami

peningkatan prestasi belajar tentang materi Hukum Ohm dengan metode

inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET (Circuit Construction Kit).

2. Manfaat bagi Sekolah

Dengan metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET (Circuit Construction Kit) ini dapat dijadikan alternatif pilihan dalam

mengajar.

3. Manfaat bagi peneliti

Manfaat bagi peneliti adalah dengan adanya kegiatan meneliti, semakin

(24)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. MetodeInquiry

Suparno (2007: 65) menjelaskan metode inquiry (penyelidikan) adalah

salah satu metode mengajar yang sangat konstruktivistis, di mana dalam metode

pengajaran menggunakan pendekatan induktif dalam menemukan pengetahuan

dan berpusat pada keaktifan siswa. Siswa diminta belajar mandiri. Belajar

mandiri mengandalkan inisiatif pribadi dalam mendiagnosis kebutuhan belajar,

merumuskan tujuan belajar, mendayagunakan sumber-sumber belajar, baik yang

berupa materi atau yang berasal dari orang lain, memilih dan menerapkan strategi

belajar tertentu dan mengevaluasi hasil belajar (Sudarmanto, 1993: 2-3).

Model inquiry yang dipakai adalah guided inquiry (penyelidikan terarah). Guru banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk baik lewat prosedur dan

pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses inquiry (Suparno, 2007: 68).

Setiap siswa diberikan lembar kerja siswa (LKS) untuk membantu mengarahkan

siswa dalam menyelidiki suatu hal. Bahan yang disajikan adalah bahan setengah

jadi. Jadi siswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terstruktur.

Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut diharapkan siswa dapat

(25)

Kindsvatter, Wilen, & Ishler (1996: 263-267) menjelaskan

langkah-langkah dalam melakukan metode inquiry dalam Suparno (2007: 66-67) yaitu

pertama menentukan persoalan yang ingin dipecahkan dengan metode inquiry. Langkah berikutnya siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara tentang

persoalan itu. Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan

data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar

atau tidak. Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk dapat

membuktikan hipotesis benar atau tidak. Dari data dikelompokkan dan dianalisis,

kemudian diambil kesimpulan dengan generalisasi. Setelah diambil kesimpulan

dicocokan dengan hipotesis, apakah hipotesis diterima atau tidak.

B. Simulasi Komputer PhET (Circuit Construction Kit)

Physics Education Technology (PhET) menciptakan simulasi interaktif dengan tujuan untuk meningkatkan minat siswa dan proses pembelajaran

(Wieman & Perkins, 2006: 290). Simulasi interaktif adalah simulasi yang

memberikan informasi kepada pelajar tentang suatu objek atau kejadian yang

dilandasi oleh asas-asas ilmu (Alessi & Trollip, 2001: 217). Simulasi interaktif

lebih menekankan cara bagaimana pelajar berinteraksi dengan simulasi. Pelajar

menjalankan simulasi dengan memilih nilai-nilai untuk berbagai parameter,

mengamati kejadian yang terjadi, menterjemahkan hasil, dan kemudian

(26)

Lebih dari 80 simulasi telah dikembangkan. Simulasi dapat diunduh secara

gratis lewat internet di alamat http://phet.colorado.edu. Wieman et al. (2010:

225) menjelaskan bahwa keunikan simulasi adalah dapat digunakan dalam

beberapa metode pembelajaran, seperti ceramah dengan demonstrasi, pekerjaan

rumah (PR), kelompok belajar dan eksperimen.

Simulasi Circuit Construction Kit adalah salah satu simulasi laboratorium dari PhET (dapat dilihat pada Gambar 1). Dalam simulasi Circuit Construction

Kit terdapat tempat bagi siswa untuk merangkai rangkaian listrik sederhana. Jadi, siswa dapat merangkai komponen-komponen, seperti bola lampu, hambatan,

baterai, saklar dan kabel. Tayangan nyata voltmeter dan ampermeter digunakan

untuk mengukur tegangan dan arus listrik. Dalam simulasi ditayangkan aliran

elektron yang melewati rangkaian dan sekaligus tetap dapat mengatur hambatan

pada komponen (termasuk bola lampu) atau tegangan baterai pada saat elektron

mengalir. Simulasi juga menayangkan peristiwa baterai terbakar bila arus sangat

besar. Elektron yang bergerak dalam rangkaian, cahaya lampu dan energi yang

hilang, sesuai dengan Hukum Kirchoff. Perkins et al. (2006: 18) menjelaskan

bawah simulasi secara khusus dibuat dengan desain yang mendukung siswa untuk

mengkonstruksi sebuah pemahaman konsep fisika melalui penelusuran.

Alessi & Trollip (2001: 214) menjelaskan simulasi tidak hanya tiruan

sebuah kejadian; simulasi juga menyederhanakan kejadian tersebut dengan

mengabaikan, mengubah, menambah bagian kecil-kecil atau menonjolkan.

Dengan model penyederhanaan ini, pelajar dapat memecahkan persoalan, belajar

(27)

bagaimana untuk mengaturnya, atau belajar bagaimana tindakan yang harus

dilakukan bila berada pada situasi yang berbeda. Jadi tujuannya adalah untuk

membantu pelajar membangun pengetahuan mereka sendiri dari sebuah kejadian

atau langkah-langkah, memberikan kesempatan bagi mereka untuk menjelajahi,

berlatih, menguji, mengembangkan pengetahuan secara aman dan tepat.

Simulasi Circuit Construction Kit telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia sehingga memberikan kemudahan bagi siswa untuk mengerti

nama-nama dari berbagai ikon pada simulasi. Dalam menampilkan simulasi ini bila

tidak terkoneksi dengan internet diperlukan program Java. Program Java harus

diinstall terlebih dahulu. Program Java dapat diunduh secara gratis melalui

internet di alamat http://java.com/en/download/index.jsp.

(28)

Suparno (2007: 108) menjelaskan secara sederhana, simulasi komputer

adalah model pembelajaran menggunakan program komputer untuk

mensimulasikan beberapa percobaan fisika, tidak lewat percobaan di

laboratorium, tetapi lewat monitor komputer dan siswa dapat mempelajari dari

simulasi itu. Dalam simulasi fisika, sebuah objek atau peristiwa fisika

ditayangkan kembali lewat layar komputer, memberikan sebuah kesempatan bagi

pengguna untuk mempelajarinya (Alessi & Trollip, 2001: 215). Dalam simulasi

itu siswa dapat memanipulasi berbagai variabel, mengumpulkan data,

menganalisis data dan mengambil kesimpulan. Dengan proses belajar seperti ini

tampak jelas bahwa simulasi komputer merupakan pembelajaran yang

konstruktivis karena siswa berproses sendiri membangun pengetahuan mereka

(Suparno, 2007: 108).

Beberapa keuntungan pembelajaran menggunakan simulasi komputer,

sebagai berikut:

1. Wieman et al. (2010: 225) menjelaskan bahwa simulasi dapat digunakan

dengan beberapa metode pembelajaran, seperti ceramah dengan

demonstrasi, sebagai pekerjaan rumah (PR), kelompok belajar dan

eksperimen.

2. Keunggulan simulasi komputer sebagai alat pembelajaran daripada dunia

nyata adalah dapat menyembunyikan atau menonjolkan, bisa mengatur

waktu dan pengguna baru dapat merasakan hal yang sama seperti

(29)

3. Dapat mensimulasikan percobaan yang sulit dan alatnya mahal dengan

cara yang murah.

4. Natural feedbackdalam simulasi adalah umpan balik dari simulasi yang mirip atau serupa dengan apa yang terjadi di dunia nyata. Keuntungan

natural feedback adalah lebih menyenangkan, lebih menantang, lebih menarik, dan dapat meningkatkan transfer belajar (Alessi & Trollip,

2001: 254-256).

5. Artificial feedback dapat juga ditunjukkan dengan teks peringatan, yang tidak terjadi di dunia nyata (Alessi & Trollip, 2001: 254).

6. Umpan balik langsung yang diberikan oleh simulasi kepada pengguna

sekalipun berupa artificial, hal ini berguna untuk mencegah terjadinya kesalahan dan meningkatkan efisiensi pembelajaran (Alessi & Trollip,

2001: 256).

7. Kejadian mikro dapat diperlihatkan simulasi sehingga siswa lebih ingin

tahu untuk memperbaiki konsepnya menjadi lebih lengkap.

8. Penggunaan simulasi komputer ini sangat menguntungkan karena siswa

dapat melakukannya sendiri berkali-kali. Dengan demikian mereka dapat

mengerti konsep yang dipelajari secara tepat (Suparno, 2007:108).

9. Para ahli miskonsepsi menemukan bahwa simulasi komputer dapat

membantu menghilangkan miskonsepsi siswa karena siswa dapat

membandingkan pemikirannya yang tidak benar dengan simulasi yang

(30)

10. Perkins et al. (2006: 22) menjelaskan bahwa dengan simulasi ini siswa

dapat melakukan penelusuran dan mengkonstruksi pemahaman konsep

fisika dengan peralatan yang ideal sebelum melakukan eksperimen

dengan peralatan yang sesungguhnya.

Simulasi komputer juga dapat digunakan sebagai pengganti percobaan di

laboratorium karena berbagai alasan yaitu:

1. Alessi & Trollip (2001: 226-228) menjelaskan keuntungan belajar lewat

simulasi komputer daripada dunia nyata, sebagai berikut:

a. Keamanan saat melakukan eksperimen.

b. Dapat mengatur waktu dengan mempercepat proses kejadian yang

membutuhkan waktu lama bila terjadi di dunia nyata. Dan dapat

diperlambat untuk melihat gerakan yang di dunia nyata sangat cepat

dan sulit untuk diamati.

c. Kerapkali penting untuk belajar bagaimana sepakat dengan

peristiwa-peristiwa yang jarang ditemui. Di dalam simulasi, hal ini

dapat terjadi dan dapat diulang-ulang seperlunya untuk memastikan

bahwa pelajar dapat sepakat dengan peristiwa itu.

d. Karena simulasi adalah penyederhanaan dari dunia nyata, maka

simulasi menjadi lebih bermanfaat untuk dipelajari daripada

beberapa lingkungan di dunia nyata. Situasi dunia nyata penuh

dengan ganguan yang sifatnya tidak dapat dihindari. Dengan hal

seperti ini maka tidak mengherankan bila butuh waktu lama untuk

(31)

e. Perbedaan jenis kerumitan adalah jumlah dari variabel dalam sebuah

kejadian. Kejadian-kejadian dalam ilmu pengetahuan alam (IPA)

memiliki ratusan variabel di dunia nyata dan menyebabkan dampak

yang berkaitan antara satu variabel dengan variabel yang lain.

Simulasi setuju hanya dengan variabel yang lebih penting, hal ini

memberikan pengaruh yang besar pada hasil belajar. Sebagai alat

pengajaran suatu penyederhanaan dari dunia nyata sering bermanfaat

karena pelajar cenderung bingung dengan banyaknya jumlah

variabel yang harus dijaga.

f. Simulasi lebih baik daripada alat yang sesungguhnya. Karena

simulasi lebih murah, dapat digunakan kapan saja, dan dapat

diulang-ulang.

g. Simulasi juga lebih dapat dikontrol daripada dunia nyata. Sudah

disebutkan bahwa simulasi bukan hanya sebuah tiruan dari dunia

nyata, tetapi penyederhanaan dari dunia nyata. Hal-hal di dunia nyata

bersifat tidak dapat dihindari, kesemuannya jelas termasuk

bagian-bagian kecil sehingga dunia nyata tidak bisa untuk dikontrol.

Penyederhanaan juga menguntungkan, seperti seseorang belajar

lebih cepat bila bagian-bagian kecil di awal petunjuk dihilangkan.

2. Alatnya tidak lengkap sehingga percobaan tidak berjalan dengan baik.

3. Simulasi Circuit Construction Kit dapat menggantikan alat-alat di laboratorium untuk memahami suatu konsep rangkain DC (Tarekegn,

(32)

4. Proses merangkai dan membuat percobaan berfungsi kadang memakan

waktu sangat lama dan lambat, sehingga tidak efektif dalam

menanamkan suatu konsep. Siswa cenderung lebih banyak melakukan

penelusuran menggunakan simulasi daripada peralatan laboratorium

(Wieman & Perkins, 2006: 292).

5. Beberapa peralatan laboratorium sangat mahal atau bahkan tidak

mungkin disediakan untuk setiap sekolah, sehingga percobaan tidak

dapat dibuat.

Kelemahan pembelajaran menggunakan simulasi PhET adalah skill

motorik mengenai cara merangkai alat dan melakukan pengukuran menggunakan

alat ukur listrik akan hilang.

C. Metode Eksperimen di Laboratorium

Suparno (2007: 77-80) menjelaskan metode eksperimen adalah metode

mengajar yang mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian,

pengecekan bahwa teori yang sudah dibicarakan itu memang benar. Sering

disebut metode laboratorium karena percobaan biasanya dilakukan di

laboratorium. Namun dalam praktek dapat juga guru melakukan eksperimen

untuk menemukan teori atau hukum yang belum ditemukan, dan siswa diminta

untuk menemukan. Sudah tentu guru tahu teori atau hukum sebelumnya dan bagi

(33)

Model eksperimen yang dipakai adalah eksperimen terbimbing. Setiap

siswa diberikan lembar kerja siswa (LKS) untuk membantu mengarahkan siswa

dalam menyelidiki suatu hal. Bahan yang disajikan adalah bahan setengah jadi.

Jadi siswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terstruktur. Dengan

menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut diharapkan siswa dapat memahami

suatu objek kajian tertentu.

Keuntungan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen,

sebagai berikut:

1. Merupakan metode pembelajaran yang konstruktivis karena siswa dapat

membangun pengetahuan dengan melakukan eksperimen;

mengidentifikasi masalah, membuat hipotesis, melakukan percobaan,

mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat kesimpulan.

2. Siswa mendapat skill motorik mengenai cara merangkai alat dan menggunakan alat ukur listrik, seperti voltmeter dan ampermeter.

Kelemahan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen,

sebagai berikut:

1. Alatnya tidak lengkap sehingga percobaan tidak berjalan dengan baik.

2. Proses merangkai dan membuat percobaan berfungsi kadang memakan

waktu sangat lama dan lambat, sehingga tidak efektif dalam

(34)

3. Beberapa peralatan laboratorium sangat mahal atau bahkan tidak

mungkin disediakan untuk setiap sekolah, sehingga percobaan tidak

dapat dilaksanakan.

D. Pengertian Belajar

Sudarmanto (1993: 2) menjelaskan belajar merupakan usaha

menggunakan setiap sarana atau sumber, baik di dalam maupun di luar pranata

pendidikan, guna perkembangan dan pertumbuhan pribadi. Kegiatan belajar

adalah aktivitas yang memanfaatkan energi yang ada guna menyerap pegetahuan.

Kegiatan belajar mempunyai tujuan untuk memperoleh suatu informasi,

pemahaman, atau suatu ketrampilan. Sudarmanto (1993: 12) menjelaskan hasil

belajar dapat tercapai bila masalah fasilitas tidak timbul karena fasilitas yang

nyaman untuk belajar dapat mempermudah dalam berkonsentrasi. Namun, bila

timbul masalah pada fasilitas belajar maka waktu dan tenaga akan terbuang untuk

mengurusi hal tersebut.

E. Pengertian Konsep

Berg (1991: 8) menegaskan kembali dalam kajian Ausubel (1978: 105)

pengertian tentang konsep adalah benda-benda, kejadian-kejadian, situasi-situasi,

atau ciri-ciri yang memiliki ciri-ciri yang khas dan terwakili dalam setiap budaya

oleh suatu tanda atau simbol. Konsep menurut Suyono (2011: 145) adalah suatu

(35)

F. Prestasi Belajar

Prestasi belajar atau pencapaian belajar merupakan salah satu faktor yang

diperhitungkan dalam penilaian. Nilai prestasi merupakan tingkatan-tingkatan

siswa sejauh mana telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Suharsimi, 2009:

276).

Data hasil belajar adalah keterangan kuantitatif mengenai hasil belajar

siswa. Data hasil belajar dihasilkan dari pengukuran tes hasil belajar yang

menghasilkan skor. Pengumpulan hasil belajar dilakukan dengan mengubah

jawaban peserta tes ke dalam ukuran kuantitatif berdasarkan aturan skoring yang

ditetapkan (Purwanto, 2009: 193).

G. Hukum Ohm

George Simon Ohm, seorang ilmuwan kebangsaan Jerman, pada tahun

1826 menemukan hubungan antara besarnya tegangan dan kuat arus listrik yang

mengalir pada suatu rangkaian listrik. Selanjutnya penemuan dinamakan dengan

Hukum Ohm, yang dinyatakan sebagai berikut:

Kuat arus listrik yang terjadi pada suatu penghantar berbanding lurus

dengan tegangan kedua ujung penghantar.

(36)

Konstanta yang menyatakan perbandingan antara tegangan dan arus, oleh

Ohm dinyatakan sebagai hambatan yang dimiliki oleh penghantar dan diberi

simbol R. Jadi, persamaan 1 dapat ditulis menjadi:

= R ...(2)

atau

V = IR ...(3)

Keterangan:

V = tegangan (volt, V).

I = arus (amper, A).

R = hambatan penghantar (ohm,Ω ).

Hubungan antara tegangan V dan arus I, sebagaimana dinyatakan dalam

Hukum Ohm, dapat dinyatakan dengan diagram V-I. Karena hubungan antara V

dengan I linear maka diagram V-I cenderung garis lurus, seperti dilukiskan pada

Gambar 2.

I V

0

(37)

19

BAB III

METODOLOGI

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan berupa riset quasi eksperimen yaitu

desainStatic Grup Pre-test-Post-test.

B. Sampel

Sampel dalam penelitian adalah siswa SMA Pangudi Luhur Sedayu

kelas XB dan XC. Kelas XB sebagai kelompok Kelas Laboratorium dan kelas

XC sebagai kelompok Kelas Simulasi. Jumlah sampel yang memenuhi untuk

kelompok Kelas Laboratorium ada 32 siswa dan jumlah sampel yang

memenuhi untuk kelompok Kelas Simulasi ada 34.

O X1 O

Pre-test Treatment1 Post-test

O X2 O

(38)

C. Treatment

1. Treatment pada Kelompok Kelas Laboratorium

Kelompok Kelas Laboratorium diberi treatment yaitu dengan mengajar siswa tentang materi Hukum Ohm menggunakan metode

eksperimen di laboratorium (dengan alat yang terbatas dan belum

terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika yang memadai). Siswa

melakukan praktikum Hukum Ohm dengan menggunakan alat laboratorium

dibantu dengan LKS (dapat dilihat pada lampiran 4). Penggunaan LKS

dimaksudkan agar dapat membantu mempermudah siswa dalam melakukan

percobaan dan menganalisis data. Sebelum praktikum, siswa tidak diberi

pelatihan penggunaan alat. Hal ini dilakukan karena; 1) dalam setiap

praktikum hukum Ohm di SMA, guru tidak memberikan pelatihan cara

penggunaan alat-alat karena dirasa waktu cukup dan 2) siswa sudah terbiasa

dengan alat-alat praktikum (seperti baterai, lampu dan kabel) dan juga pernah

mendapat pelajaran tentang alat-alat listrik di SMP.

Sebelum memulai pembelajaran, guru menjelaskan pengetahuan

prasyarat yaitu cara pengukuran menggunakan alat ukur listrik voltmeter dan

ampermeter. Setelah penjelasan dari guru, siswa melakukan praktikum

Hukum Ohm secara berkelompok. Di dalam kelompok, siswa

mengidentifikasi masalah dan merumuskan hipotesis. Kemudian siswa

mencari dan mengumpulkan data untuk membuktikan apakah hipotesis

mereka benar atau tidak. Data selanjutnya dikelompokkan dan dianalisis

(39)

hipotesis, apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak. Kemudian LKS

dikumpulkan dan guru menutup proses belajar mengajar.

2. Treatment pada Kelompok Kelas Simulasi

Kelompok Kelas Simulasi diberi treatment yaitu dengan mengajar

siswa tentang materi Hukum Ohm menggunakan metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET. Guru mengajar siswa tentang Hukum

Ohm dengan menggunakan simulasi komputer PhET dibantu dengan LKS

(dapat dilihat pada lampiran 5). Penggunaan LKS dimaksudkan agar dapat

membantu mempermudah siswa dalam melakukan percobaan dan

menganalisis data. Sebelum melakukan praktikum Hukum Ohm

menggunakan simulasi komputer PhET, siswa diberi pelatihan terlebih

dahulu. Pelatihan tentang penggunaan simulasi diberikan oleh peneliti. Hal ini

dilakukan agar siswa memahami berbagai ikon dalam tampilan simulasi pada

layar monitor dan fungsinya dalam simulasi. Siswa diberi pedoman

penggunaan berbagai ikon simulasi dan fungsinya pada saat pelatihan (dapat

dilihat pada lampiran 21). Tampilan simulasi pada layar monitor dan

(40)

Gambar 3. Tampilan simulasi pada layar monitor dan fungsinya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa melakukan praktikum secara

mandiri dengan pendampingan guru. Guru bertindak sebagai pengajar saat

melakukan praktikum menggunakan simulasi. Setiap siswa memakai satu

komputer dan menjalankan simulasi PhET (Circuit Construction Kit)sendiri. Siswa dibantu dengan LKS saat melakukan praktikum. Sebelum memulai

simulasi, siswa mengidentifikasi masalah dan diminta untuk mengajukan

hipotesis tentang persoalan itu. Kemudian siswa mencari dan mengumpulkan

data untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau tidak. Data

selanjutnya dikelompokkan dan dianalisis untuk dirumuskan kesimpulan.

Kesimpulan hasil analisis dicocokan dengan hipotesis, apakah hipotesis dapat

diterima atau ditolak. Kemudian LKS dikumpulkan dan guru menutup proses

belajar mengajar.

Tempat siswa membuat rangkaian

(41)

D. Instrumen

Instrumen yang digunakan berupa soal-soal esai (uraian bebas) sebagai

pre-test dan post-test (soal-soal dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9). Tes esai menurut Suparno (2010: 59) yaitu tes yang berbentuk pertanyaan dengan jawaban

bebas. Keuntungan bentuk tes seperti ini adalah siswa dapat bebas mengeluarkan

gagasannya sehingga dapat diketahui sejauh mana siswa memahami persoalan.

Instrumen diberikan kepada siswa sebanyak dua kali yaitu tes awal (

pre-test) dan tek akhir (post-test). Tes awal dan tes akhir dibuat serupa dan memiliki bobot yang sama.

1. Tes Awal(pre-test)

Tes awal berjumlah 10 butir soal uraian. Tes ini diberikan kepada

siswa sebelum guru memberikantreatment. Hal ini untuk mengukur seberapa

jauh pengetahuan awal siswa. Isi pokok tes adalah materi-materi Hukum Ohm

yaitu hubungan antara tegangan, arus listrik dan hambatan, menentukan besar

arus listrik, menentukan besar tegangan, menentukan besar hambatan, bentuk

grafik Hukum Ohm, pengertian grafik Hukum Ohm, menyatakan kemiringan

grafik Hukum Ohm dan menentukan kemiringan grafik Hukum Ohm. Tes

awal untuk kelompok Kelas Laboratorium dilaksanakan pada hari Rabu

tanggal 2 Mei 2012 dan tes awal untuk kelompok Kelas Simulasi

dilaksanakan pada hari Senin tanggal 30 April 2012. Skor tes awal yang

(42)

2. Tes Akhir(post-test)

Tes akhir berjumlah 10 butir soal uraian. Tes ini diberikan kepada

siswa setelah guru memberikan treatment. Hal ini untuk mengukur ada atau tidaknya peningkatan prestasi belajar siswa setelah diberi treatment. Isi pokok tes adalah materi-materi Hukum Ohm yaitu hubungan antara tegangan, arus

listrik dan hambatan, menentukan besar arus listrik, menentukan besar

tegangan, menentukan besar hambatan, bentuk grafik Hukum Ohm,

pengertian grafik Hukum Ohm, menyatakan kemiringan grafik Hukum Ohm

dan menentukan kemiringan grafik Hukum Ohm. Tes akhir untuk kelompok

Kelas Laboratorium dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 9 Mei 2012 dan tes

akhir untuk kelompok Kelas Simulasi dilaksanakan pada hari Jumat tanggal

11 Mei 2012. Skor tes akhir yang diperoleh kedua kelompok terlampir pada

lampiran 11.

3. Kompetensi Dasar dan Indikator Instrumen

Kompetensi dasar : 5.2 Mengidentifikasikan penerapan listrik sederhana

DC dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator :

1.1 Siswa memahami konsep Hukum Ohm.

1.2 Siswa menggunakan rumus Hukum Ohm.

(43)

4. Kisi-kisi Instrumen

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Materi Hukum Ohm.

No Indikator

Syarat instrumen yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur yaitu

memiliki validitas, reliabilitas, pratikebel (praktis dan mudah digunakan) atau

tidak membuang uang, waktu dan tenaga (Suharsimi, 2009: 57-63).

Dalam hal ini instrumen akan menentukan kualitas data yang dikumpulkan

sehingga instrumen diujicobakan terlebih dahulu. Uji instrumen meliputi uji

(44)

1. Uji Validitas

Validitas mengukur atau menentukan apakah suatu tes sungguh

mengukur apa yang mau diukur, yaitu apakah sesuai dengan tujuan. Validitas

menunjukkan kesesuaian, penuh arti, bergunanya kesimpulan yang dibuat

peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan. Kesimpulannya valid bila sesuai

dengan tujuan peneliti. Validitas yang digunakan adalah Content Validity

yaitu mengukur apakah isi dari instrumen yang digunakan akan sungguh

mengukur isi domain yang mau diukur (Suparno, 2010: 68).

Cara mencari validitas isi adalah dengan dua orang ahli diminta

menilai kesesuaian materi butir dengan kisi-kisinya pada 10 butir instrumen.

Penilaian dilakukan dengan menentukan pilihan pada pilihan yang tersedia

yaitu “tidak sesuai”, “ragu”, “sesuai”. Skoring dilakukan dengan memberikan

skor -1 pada respon “tidak sesuai”, 0 pada respon “ragu”, dan +1 pada respon

“sesuai”.

Perhitungan korelasi dilakukan dengan rumus product moment, sebagai berikut (Purwanto, 2007: 127):

= (∑ ) − (∑ )(∑ )

∑ − (∑ ) × ∑ − (∑ )

keterangan : N = jumlah butir soal.

X = skor yang diberikan rater 1.

(45)

Hasil korelasi skor kedua rater menunjukkan indeks korelasi hitung.

Hasil dikonfirmasikan tabel pada N = 10 dan α = 5%. Bila indek korelasi >

harga tabel maka dalam hal isi intrumen itu valid karena ada kesepakatan

diantara para rater dalam hal materi yang diukur oleh instrumen.

Hasil korelasi kedua rater menunjukkan indeks korelasi hitung sebesar

1,0. Hasil konfirmasi tabel N = 10 dan = 0,05 menunjukkan harga tabel

sebesar 0,632. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa dalam hal isinya

instrumen tersebut valid karena adanya kesepakatan antara kedua rater dalam

hal materi yang diukur oleh instrumen. Instrumen juga dinilai untuk beberapa

aspek, seperti bahasa dan kalimat tanya. Hasil penilaian kedua rater adalah

sangat baik. Hasil perhitungan validitas terlampir pada lampiran 12.

2. Uji Reliabilitas

Cara mencari reliabilitas untuk keseluruhan butir soal tes bentuk

uraian adalah dengan rumusAlpha, sebagai berikut (Suharsimi, 2009: 109):

=

− 1× 1 −

di mana: = koefisien reliabilitas yang dicari.

∑ = jumlah varians skor tiap-tiap item.

= varians total.

(46)

Koefisien reliabilitas dikonsultasikan dengan r product moment

(Suharsimi, 2006: 188). Jika rhit > rtabel maka hasil pengukuran instrumen

berkorelasi signifikan. Hal ini menunjukkan adanya kosistensi sehingga tes

hasil belajar dapat dikatakan reliabel (Purwanto, 2009: 180).

Hasil Uji reliabilitas yang dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 4

April 2012 di kelas XI IPA SMA Pangudi Luhur Sedayu. Kemudian

menggunakan rumus Alpha maka diperoleh koefisiensi reliabilitas (r ) =

0,471. Dari tabel person diketahui rtabel = 0,381, karenar > rtabelmaka secara

signifikan dikatakan reliabel. Hasil perhitungan reliabilitas terlampir pada

lampiran 13.

F. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau

keterangan-keterangan sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan mendukung

penelitian (Hasan, 2002: 83). Data diambil pada jam pelajaran dan di luar jam

pelajaran fisika.

Metode pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut (Suharsimi,

(47)

1. Penggunaan Tes

Tes digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya

kemampuan objek yang diteliti. Instrumen yang berupa tes dapat mengukur

kemampuan dasar dan pencapaian pemahaman.

2. Metode Observasi

Metode observasi dilakukan dengan mengamati langsung keaktifan

siswa dan bagaimana suasana selama proses belajar fisika. Terdapat pengamat

yang mengamati di dalam kelas. Aspek-aspek yang diamati yaitu banyaknya

pertanyaan siswa, jumlah siswa yang bertanya dan siswa yang menjawab

pertanyaan. Pengamatan dilakukan berdasarkan lembar observasi.

3. Metode Pengumpulan dan Pemeriksaan Dokumen

Metode pengumpulan dan pemeriksaan dokumen yang berupa

dokumen tertulis yaitu LKS dan dokumen visual yaitu video selama

pembelajaran berlangsung. Pemeriksaan dokumen tertulis bertujuan untuk

mengetahui apakah siswa melakukan proses belajar, seperti membuat

hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dengan menjawab

pertanyaan-pertanyaan dan merumuskan kesimpulan. Pemeriksaan video saat

pembelajaran bertujuan untuk melihat kembali proses belajar mengajar yang

(48)

4. Metode wawancara

Metode wawancara dilakukan setelah siswa mengerjakan tes akhir

dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk memperoleh

informasi tentang keadaan siswa yang sebenarnya. Pertanyaan-pertanyaan

meliputi, apakah dengan metode pembelajaran ini memudahkan siswa dalam

memahami materi Hukum Ohm, siswa diminta memberikan contoh-contoh

dan penjelasan.

Setiap kelompok diambil 3 siswa untuk diwawancarai. Dengan

kriteria yaitu siswa yang memperoleh skor post-test tertinggi, skor post-test

10 atau mendekati 10 dan skorpost-testterendah.

G. Metode Analisis Data 1. Analisis Bentuk Tes

Langkah-langkah dalam melakukan analisis data bentuk tes, sebagai

berikut:

a. Untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan prestasi belajar

siswa pada kelompok Kelas Simulasi dan kelompok Kelas

Laboratorium, pasangan data hasil tes awal dan tes akhir

masing-masing kelompok diuji dengan statistik Paired T-Test menggunakan

(49)

b. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan signifikan antara metode

inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET (Circuit

Construction Kit) dengan metode eksperimen di laboratorium (dengan alat yang terbatas dan belum terstandarisasi sebagai peralatan

laboratorium fisika yang memadai), sebagai berikut:

1) Terlebih dahulu hasil tes awal yang diperoleh kedua kelompok

perlu diuji dengan statistik T-test independent. Hal ini bertujuan

untuk mengetahui apakah kedua kelompok mempunyai

kemampuan awal yang sama atau tidak sebelum kedua kelompok

diberitreatmentdengan metode yang berbeda.

2) Bila kedua kelompok mempunyai kemampuan yang sama maka

hasil tes akhir yang diperoleh kedua kelompok diuji dengan

statistik T-test independent menggunakan program SPSS 16.

Setelah diuji dengan statistik T-test independent dan hasilnya

terdapat perbedaan atau signifikan. Dapat disimpulkan bahwa

perbedaan yang terjadi disebabkan oleh pengaruh metode yang

(50)

2. Analisis Data Kualitatif

Terdapat beberapa data tambahan, seperti hasil pengamatan, hasil

pemeriksaan dokumen tertulis, rekaman video, dan wawancara. Data

tambahan bertujuan untuk mengetahui hal-hal baik dan hal-hal yang perlu

perhatian guru selama proses belajar mengajar. Hal-hal tersebut seperti ada

atau tidak pertanyaan konsep yang berkembang, dinamika belajar yang

terjadi, interaksi-interaksi yang terjadi selama proses pembelajaran, apakah

metode tersebut memudahkan siswa dalam belajar dan kendala-kendala yang

(51)

33

BAB IV

DATA DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

1. Pelaksanaan Pembelajaran di Laboratorium

Sebelum pelaksanaan pembelajaran menggunakan alat laboratorium,

peneliti menyiapkan peralatan dibantu oleh laboran fisika. Peneliti mengecek

peralatan dan mencoba membuat rangkaian dengan tujuan untuk mengetahui

sulit atau tidak dalam membuat rangkaian. Proses pelaksanaan pembelajaran

Hukum Ohm pada tanggal 3 Mei 2012. Pertama-tama guru membagi siswa

menjadi 5 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6 sampai 7 orang. Alat-alat

praktikum sebelumnya sudah disiapkan di atas meja. Setelah siswa duduk

pada kelompok masing-masing. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

rangkaian dan langkah-langkah dalam melakukan praktikum. Guru

memberikan penjelasan tentang dasar teori yang melandasi percobaan yang

akan dilakukan siswa dan menjelaskan cara pengukuran menggunakan

ampermeter dan voltmeter. Setelah guru merasa bahwa siswa sudah bisa

melakukan percobaan, guru membagikan LKS kepada siswa. Peneliti

membantu menjelaskan bagaimana mengisi LKS kepada siswa. Siswa

berkerjasama melakukan praktikum. Setiap kelompok membuat rangkaian,

mengukur dan menganalisis data. Guru berkeliling melihat cara bagaimana

(52)

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang cara

pengukuran dan berdiskusi mengenai data yang diperoleh. Setelah selesai

melakukan praktikum dan menganalisis data, siswa diminta untuk

mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan. Guru selanjutnya menutup

proses belajar mengajar.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Simulasi PhET

Sebelum pelaksanaan pembelajaran menggunakan simulasi komputer,

peneliti memberikan pelatihan penggunaan simulasi kepada siswa. Proses

pelaksanaan pelatihan di hari pertama selama 1 jam pelajaran pada tanggal 30

April 2012. Peneliti membagikan pedoman cara penggunaan berbagai ikon

simulasi dan fungsinya kepada setiap siswa. Siswa mengikuti dengan

membaca dan memcoba-coba simulasi. Guru juga ikut membantu dalam

pelatihan dengan mendampingi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa.

Guru juga ikut mencoba membuat rangkaian bersama siswa. Peneliti

berkeliling dan membantu siswa yang masih kesulitan. Pada saat sebagian

besar siswa sudah bisa menggunakan dan merangkai. Kemudian siswa diberi

soal, namun waktu tidak cukup sehingga dibahas pada pertemuan selanjutnya.

Pelatihan kedua pada tanggal 4 Mei 2012 selama 1 jam pelajaran. Peneliti

membuka pelajaran dan memberikan soal kepada siswa. Siswa mengerjakan

dengan tenang. Peneliti berkeliling dan membantu bila ada siswa yang

kesulitan. Beberapa siswa yang cepat selesai mengerjakan soal kemudian

mencoba-coba simulasi. Setelah siswa selesai mengerjakan soal kemudian

(53)

Proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan simulasi PhET pada

tanggal 7 Mei 2012, pertama-tama guru membuka pelajaran dan menjelaskan

tujuan praktikum. Kemudian guru menjelaskan dasar teori dan

langkah-langkah dalam melakukan praktikum Hukum Ohm kepada siswa. Guru

mengajukan pertanyaan-pertanyaan konsep kepada siswa. Kemudian guru

meminta siswa melakukan praktikum sesuai dengan LKS dan membagikan

LKS. Peneliti membantu menjelaskan bagaimana mengisi LKS kepada siswa.

Setiap siswa menjalankan simulasi dengan satu komputer. Siswa dengan

tenang mengerjakan praktikum menggunakan simulasi. Pada akhir pelajaran,

LKS dikumpulkan kepada guru.

B. Hasil Penelitian

1. Kelompok Kelas Laboratorium a. Tes Awal

Deskripsi hasil tes awal yang diperoleh kelompok Kelas

Laboratorium, sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Output Deskripsi SPSS 16.

Hasil analisis pada Tabel 2 menunjukkan hasil penelitian berupa

(54)

diperoleh siswa adalah 3,5 dan skor tertinggi adalah 18,5. Skor rerata tes

awal adalah 13,06 dan standar deviasi adalah 3,71. Skor rerata memberi

gambaran mengenai pemahaman konsep Hukum Ohm sebelum siswa

mengalami proses belajar menggunakan metode eksperimen di

laboratorium (dengan alat yang terbatas dan belum terstandarisasi sebagai

peralatan laboratorium fisika yang memadai).

b. Tes Akhir

Deskripsi hasil tes akhir yang diperoleh kelompok Kelas

Laboratorium, sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Output Deskripsi SPSS 16.

Hasil analisis pada Tabel 3 menunjukkan hasil penelitian berupa

skor siswa kelas XB SMA Pangudi Luhur Sedayu. Skor terendah yang

diperoleh siswa adalah 3,5 dan skor tertinggi adalah 18. Skor rerata tes

akhir adalah 14,39 dan standar deviasi adalah 3,32. Skor rerata memberi

gambaran mengenai pemahaman konsep Hukum Ohm yang diperoleh

siswa setelah mengalami proses belajar menggunakan metode eksperimen

di laboratorium (dengan alat yang terbatas dan belum terstandarisasi

(55)

c. Hasil Uji T-Test

Untuk mengetahui apakah metode eksperimen di laboratorium

(dengan alat yang terbatas dan belum terstandarisasi sebagai peralatan

laboratorium fisika yang memadai) dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa tentang materi Hukum Ohm maka skor tes awal dan skor tes akhir

yang diperoleh kelompok Kelas Laboratorium perlu diuji dengan statistik

Paired T-Test. Hasil uji t-test untuk dua kelompok yang dependent

menggunakan program SPSS 16 (confidence interval 95%), sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil T-Test Kelompok Kelas Laboratorium.

Hasil analisis (dapat dilihat pada Tabel 4) diperoleh besar t =

-2,180 dan besar probabilitas = 0,037. Besar probabilitas yang diperoleh (p

= 0,037) < = 0,05 maka signifikan. Berarti terdapat perbedaan rerata

(56)

pre-test dan skorpost-test. Maka dapat disimpulkan bahwa setelah mengalami proses belajar menggunakan metode eksperimen di laboratorium (dengan

alat yang terbatas dan belum terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium

fisika yang memadai) terdapat peningkatan prestasi belajar siswa tentang

materi Hukum Ohm, ditunjukkan dengan skor rerata post-testlebih tinggi daripada skor reratapre-test.

d. Paparan Kualitatif Selama Proses Belajar di Laboratorium

Selain pengambilan data berupa tes juga menggunakan observasi,

pemeriksaan dokumen tertulis, rekaman video dan wawancara. Hasil

analisis dari data-data tambahan diperoleh hal-hal baik dan hal-hal yang

perlu perhatian guru selama proses belajar di laboratorium.

Hal-hal baik selama proses belajar di laboratorium adalah metode

eksperimen di laboratorium (dengan alat yang terbatas dan belum

terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika yang memadai) dapat

memfasilitasi siswa untuk secara nyata berinteraksi dengan fenomena

kelistrikan yang dapat dijelaskan melalui Hukum Ohm. Interaksi langsung

ini ditunjukkan dengan dinamika belajar siswa selama pembelajaran

menggunakan alat laboratorium. Pertama siswa diberikan pengetahuan

prasyarat tentang cara bagaimana merangkai dan membaca alat ukur

listrik. Siswa bekerjasama dalam kelompok untuk membuat rangkaian dan

mencoba mengukur menggunakan alat ukur listrik, ditunjukkan dengan

(57)

voltmeter secara paralel kemudian membacanya sesuai dengan yang

diajarkan oleh guru. Siswa kurang yakin dengan cara merangkai alat ukur

dan bagaimana cara membacanya, ditunjukkan dengan banyak siswa yang

bertanya kepada guru tentang rangkaian dan bagaimana cara membacanya.

Selanjutnya siswa mencoba menganalisis masalah dan membuat hipotesis.

Saat siswa diberikan permasalahan terlihat bahwa siswa aktif, hal ini

ditunjukkan dengan siswa berdiskusikan dengan teman anggota kelompok.

Selanjutnya siswa mencoba merangkai rangkaian seperti pada gambar di

LKS. Siswa kurang berani dalam membuat rangkaian, ditunjukkan dengan

banyak siswa yang bertanya kepada guru tentang bagaimana cara membuat

rangkaian. Siswa mengikuti langkah-langkah dalam percobaan,

ditunjukkan dengan siswa merangkai rangkaian dengan satu baterai

terlebih dahulu dan mengamati terjadinya perubahan arus maupun

tegangan dari sebuah perlakuan yang dapat dibaca pada alat ukur listrik.

Siswa membaca hasil pengukuran dari alat ukur listrik, ditunjukkan

dengan siswa membaca angka yang ditunjuk oleh jarum alat ukur listrik

(ampermeter dan voltmeter) dan membaginya dengan skala terbesar

kemudian dikalikan batas ukur namun ada kelompok yang masih kurang

yakin dengan cara mengukur, ditunjukkan dengan banyak siswa masih

bertanya kepada guru bagaiamana cara mengukur menggunakan alat ukur

listrik. Siswa kurang yakin dengan hasil pengukuran yang diperoleh,

ditunjukkan dengan setiap perwakilan kelompok mengkonsultasikan hasil

(58)

data, ditunjukkan dengan siswa tidak mengubah-ubah data yang diperoleh.

Siswa memasukan data dalam tabel pada LKS, ditunjukkan dengan di

LKS banyak siswa memasukan data pada tabel. Data-data tersebut dibuat

grafik oleh siswa, ditunjukkan dengan empat kelompok membuat grafik

hubungan tegangan dan arus listrik pada LKS. Siswa menganalisis atau

mencari penjelasan (arti) dari data-data tersebut, ditunjukkan dengan

hampir seluruh siswa berdiskusi dengan anggota kelompok. Kelompok

yang tidak yakin dalam menganalisis kemudian mengkonsultasikannya

kepada guru, ditunjukkan dengan siswa menemui guru dan

mengkonsultasikan hasil analisis kelompok. Terakhir siswa merumuskan

kesimpulan dari data tersebut, ditunjukkan dengan empat kelompok

membuat kesimpulan. Kelompok yang tidak yakin dengan kesimpulan

yang telah dibuat dan mengkonsultasikan kepada guru, ditunjukkan

dengan perwakilan kelompok menemui guru dan mengkonsultasikannya,

salah satu contoh yaitu siswa menjelaskan bahwa data mereka

menunjukkan arus yang semakin kecil.

Selain hal-hal baik juga terdapat hal-hal yang perlu perhatian guru

selama proses belajar menggunakan alat laboratorium (dengan alat yang

terbatas dan belum terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika

yang memadai), seperti kesiapan siswa, alat-alat praktikum, dan waktu

yang tersedia untuk siswa memahami konsep Hukum Ohm. Sebelum

memulai pembelajaran tampak siswa kurang mengindahkan peraturan

(59)

kelompok dan tampak beberapa siswa meletakan kepalanya di atas meja

setelah masuk ruang laboratorium. Alat-alat laboratorium yang belum

terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika yang memadai, seperti

kabel yang panjang, tidak semua kelompok memakai kabel berwarna

hitam dan merah, satu kabel dengan kabel yang lain sulit kontak karena

harus dipegangi, baterai satu dengan baterai yang lain sulit kontak karena

harus dipegangi, dan terdapat alat ukur listrik yang sulit dipindahkan dari

batas ukur tertentu ke batas ukur yang lain. Alat-alat laboratorium yang

terbatas dan tidak terstandarisasi menyulitkan siswa selama praktikum

(memunculkan masalah teknis), ditunjukkan dengan siswa butuh waktu

lama untuk merangkai dan membuat percobaan dapat berfungsi. Interaksi

belajar yang terjadi kurang mendukung untuk memahami konsep Hukum

Ohm (hanya untuk mengatasi masalah-masalah teknis pengoperasian

jalannya eksperimen) sehingga banyak waktu yang dihabiskan siswa untuk

bisa merangkai rangkaian mengakibatkan kurangnya waktu untuk

memikirkan atau memahami konsep Hukum Ohm, ditunjukkan dengan

terdapat satu kelompok yang tidak sempat membuat grafik, menganalisis

data dan membuat kesimpulan pada LKS. Pemahaman konsep Hukum

Ohm yang diperoleh siswa belum optimal, ditunjukkan dengan terdapat

empat kelompok yang masih salah dalam merumuskan kesimpulan di LKS

dan sebagian besar siswa yang belum bisa menjawab dengan benar pada

soal uraian tentang grafik Hukum Ohm masih belum dapat mengerjakan

(60)

laboratorium (dengan alat yang terbatas dan belum terstandarisasi sebagai

peralatan laboratorium fisika yang memadai).

e. Pembahasan

Kelompok yang mengalami proses belajar menggunakan metode

eksperimen di laboratorium terdapat peningkatan prestasi belajar tentang

materi Hukum Ohm dari skor rerata dan signifikansi. Skor rerata tes awal

adalah 13,06 dan skor rerata tes akhir adalah 14,39. Besar probabilitas

yang diperoleh adalah 0,037 dengan tingkat kepercayaan 95%.

Walaupun eksperimen di laboratorium fisika dilakukan dalam

keadaan keterbatasan alat dan kurang terstandarisasi memadai, penerapan

metode ini menunjukkan hasil yang baik dalam peningkatan prestasi

belajar. Pengalaman belajar siswa melalui penerapan metode eksperimen

di laboratorium dapat mengajak siswa untuk secara nyata berinteraksi

dengan fenomena Hukum Ohm dan juga menjadi alat yang membantu

untuk menemukan konsep Hukum Ohm. Hasil ini mengindikasikan bahwa

penting bagi guru untuk mengutamakan metode eksperimen di

laboratorium dalam pembelajaran fisika. Hal ini ditegaskan oleh Rohandi

(1998: 112) dalam kajian beberapa peneliti (Driver, 1983; Osborne &

Freyberg, 1985; Cross, 1996; Hardy & Fleer, 1996; Santa & Alvermann,

1991) bahwa bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran sains adalah

(61)

yang merupakan hal utama untuk dikembangkan. Selain dapat

meningkatkan prestasi belajar, hasil penelitian menunjukkan juga bahwa

metode eksperimen di laboratorium (walaupun dilakukan dalam

keterbatasan alat dengan kualitas peralatan yang kurang memadai) juga

dapat mengembangkan skill motorik mengenai cara merangkai alat dan melakukan pengukuran menggunakan alat ukur listrik, dapat

mengembangkan interaksi antara guru dan murid, dapat mengembangkan

interaksi antara murid dan murid, dapat memberikan pengalaman belajar

melalui metode ilmiah (proses inkuiri), dan dapat mengembangkan sikap

kejujuran siswa saat memperoleh data.

Walaupun hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan

prestasi, namun peningkatan tersebut belum maksimal sebagaimana yang

diharapkan. Hal ini terlihat dari skor rerata yang diperoleh setelah

mengalami proses belajar menggunakan metode eksperimen di

laboratorium sangat kecil. Keadaan demikian diduga disebabkan karena

timbul kesulitan-kesulitan selama proses belajar di laboratorium dengan

peralatan yang terbatas dan kualitas yang belum memadai.

Kesulitan-kesulitan yang timbul dapat mempengaruhi proses belajar siswa secara

optimal. Misalnya banyak waktu digunakan hanya untuk mengatasi

masalah-masalah teknis pengoperasian jalannya eksperimen. Proses

belajar untuk membangun pemahaman yang baik belum sepenuhnya

optimal, banyak diskusi terjadi hanya untuk menyelesaikan masalah teknis

(62)

2. Kelompok Kelas Simulasi a. Tes Awal

Deskripsi hasil tes awal yang diperoleh kelompok Kelas Simulasi,

sebagai berikut:

Tabel 5. Hasil Output Deskripsi SPSS 16.

Hasil analisis pada Tabel 5 menunjukkan hasil penelitian berupa

skor siswa kelas XC SMA Pangudi Luhur Sedayu. Skor terendah yang

diperoleh siswa adalah 1 dan skor tertinggi adalah 16. Skor rerata tes awal

adalah 11,93 dan standar deviasi adalah 3,88. Skor rerata memberi

gambaran mengenai pemahaman konsep Hukum Ohm sebelum mengalami

proses belajar menggunakan metode inquiry berbasis media pembelajaran

simulasi PhET.

b. Tes Akhir

Deskripsi hasil tes akhir yang diperoleh kelompok Kelas Simulasi,

sebagai berikut:

(63)

Hasil analisis pada Tabel 6 menunjukkan hasil penelitian berupa

skor siswa kelas XC SMA Pangudi Luhur Sedayu. Skor terendah yang

diperoleh siswa adalah 4 dan skor tertinggi adalah 20. Skor rerata tes akhir

adalah 16,13 dan standar deviasi adalah 3,56. Skor rerata memberi

gambaran mengenai pemahaman konsep Hukum Ohm setelah mengalami

proses belajar menggunakan metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET.

c. Hasil Uji T-Test

Untuk mengetahui apakah metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

tentang materi Hukum Ohm maka skor tes awal dan skor tes akhir yang

diperoleh kelompok Kelas Simulasi perlu diuji dengan statistik Paired

T-Test. Hasil uji t-test untuk dua kelompok yang dependent menggunakan program SPSS 16(confidence interval 95%), sebagai berikut:

Gambar

Gambar 2: Grafik hubungan antara V dan I...........................……….............
Gambar 1. Tampilan simulasi Circuit Construction Kit.
Gambar 2.V
Gambar 3. Tampilan simulasi pada layar monitor dan fungsinya.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh variabel waktu dan pH terhadap kadar karboksil, swelling power, solubility pada proses oksidasi, dan memperoleh kondisi

relevantnog pozitivnog zakonodavstva opisuje se organizacija državne uprave, poslovi koji se obavljaju u tijelima državne uprave, nadzor kojem tijela državne uprave podliježu

Penelitian ini meberikan masukan kepada anak usia dini pendidikan lingkungan, dalam hal ini pendidikan kasus di gradell dasar untuk memberikan perhatian yang tinggi terhadap

(empat puluh sembilan juta sembilan ratus delapan puluh ribu rupiah) Waktu Pelaksanaan : 30 (Tiga puluh) Hari Kalender.. Email

3) This line is oblique. 4) These lines are curved. 5) These two lines are parallel. They are equidistans at all. points. 7) The broken line

z Contoh: volume penjualan 30 hari terakhir, tingkat Contoh: volume penjualan 30 hari terakhir, tingkat inflasi 10 tahun terakhir, laba perusahaan 5 tahun inflasi 10 tahun

Kabag Dalpers Biro SDM Polda Bali AKBP I Gede Adhi Mulyawarman, S.I.K., M.H. selaku Sekretaris Panda

Produksi jagung di Jawa Tengah setiap tahun rata-rata mengalami kenaikan yang disebabkan oleh konsumsi jagung yang tiap tahunya juga mengalami peningkatan. Konsumsi