PENGARUH
INTERSTOCK
TERHADAP PERTUMBUHAN
VEGETATIF JERUK BESAR (
Citrus grandis
(L.) Osbeck)
KULTIVAR NAMBANGAN DAN CIKONENG
Oleh
Anto Sugianto A34301048
PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH
INTERSTOCK
TERHADAP PERTUMBUHAN
VEGETATIF JERUK BESAR (
Citrus grandis
(L.) Osbeck)
KULTIVAR NAMBANGAN DAN CIKONENG
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
Anto Sugianto A34301048
PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
ANTO SUGIANTO. Pengaruh Interstock terhadap Pertumbuhan Vegetatif Jeruk Besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) kultivar Nambangan dan Cikoneng. (Dibimbing oleh SLAMET SUSANTO).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Interstock terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) kultivar Nambangan dan Cikoneng yang dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan pada bulan Nopember 2004 – Juni 2005.
Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dua faktor. Faktor pertama adalah batang atas yang terdiri dari kultivar Nambangan (V1) dan kultivar Cikoneng (V2). Faktor kedua adalah jenis Interstock yaitu : Flying Dragon (I1), Troyer (I2), Citrumelo (I3), dan Rangpur lime (I4), diulang sebanyak 4 kali.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya, tanaman telah berumur 2 tahun saat dipindahkan ke drum. Batang bawah Javansche Citroen telah disambung dengan Interstock terpilih. Hasil okulasi ini juga telah disambung dengan batang atas kultivar Nambangan dan Cikoneng dengan cara okulasi (chip budding). Bibit yang sebelumnya ditanam di dalam polybag, dipindahkan ke wadah drum diameter 60 cm, tinggi 40 cm dengan media yang baru yaitu : campuran tanah, arang sekam, dan pupuk kandang (2:1:1). Pemindahan tanaman ke dalam drum dilakukan pada 2-3 januari 2005.
Penyiraman bibit dilakukan setiap satu hari sekali sebanyak 3 liter air untuk tiap bibit dalam drum. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk NPK 15:15:15 sebanyak 15 g yang diberikan pada minggu ke-1 setiap bulannya dan diberikan pupuk daun pada minggu ke-3 setiap bulannya sebanyak 2 ppm.
Secara umum batang atas Nambangan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dan lebih besar dibandingkan batang atas Cikoneng. Jenis Interstock
Flying Dragon bersifat menghambat pertumbuhan batang atas, sebaliknya
Interstock Citrumelo bersifat memacu pertumbuhan batang atas. Sementara itu,
Interstock Troyer dan Rangpur Lime bersifat intermediate berada diantara sifat
Flying Dragon dan Citrumelo. Pertumbuhan tanaman batang atas Nambangan dengan Interstock Citrumelo cenderung lebih cepat dan lebih besar dari kombinasi perlakuan yang lain.
Judul
: PENGARUH INTERSTOCK TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF JERUK BESAR (Citrus grandis (L.) Osbeck) KULTIVAR NAMBANGAN DAN CIKONENG Nama : Anto Sugianto
NRP : A34301048
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc NIP. 131 578 794
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Lepang Besar Kota Bumi, Lampung Utara pada
tanggal 01 Nopember 1984. Penulis adalah anak terakhir dari empat bersaudara dari Bapak Udin A. dan Ibu Sulaida.
Tahun 1995 penulis lulus dari SDN 01 Lepang Besar, kemudian pada tahun 1998 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 08 Bandar Lampung. Selanjutnya pada tahun 2001 penulis lulus dari SMUN 09 Bandar Lampung. Tahun 2001 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
UMPTN. Penulis diterima sebagai mahasiswa Hortikultura, Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjabat sebagai ketua divisi beasiswa SCFC (Student's Centre For Charity) BEM Faperta IPB 2002/2003. Penulis juga pernah menjadi humas pada kepanitiaan Festival Tanaman ke XXV
Himagron (Himpunan Mahasiswa Agronomi) Faperta IPB 2004/2005. Pada tahun 2004 penulis berhasil mendapatkan penghargaan Outstanding Academic
Excellence Odd Semester. Selanjutnya Penulis pernah menjadi Asisten Praktikum
mata kuliah Hortikultura dan Dasar-dasar Hortikultura semester genap 2004/2005. Pada semester ganjil 2005/2006 menjadi Asisten Praktikum mata kuliah
KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke hadirat Allah SWT karena atas karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Pengaruh Interstock terhadap
Pertumbuhan Vegetatif Jeruk Besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) Kultivar Nambangan dan Cikoneng. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc selaku dosen pembimbing skripsi atas
bimbingan yang diberikan selama penelitian berlangsung hingga tulisan ini dibuat.
2. Prof. Dr. Ir. G. A. Wattimena, MSc dan Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS sebagai dosen penguji atas petunjuk yang diberikan.
3. Dr. Ir. Aris Munandar, MS selaku dosen pembimbing akademik.
4. Keluarga tercinta, Bapak, Umak, Bang Imam, Yuk Lina, Bang Iwan, Yuk Eni, Yuk Dian, Berlin, Arung, Calvin, Puput dan Akbar, atas kasih sayang yang diberikan selama ini, i love you so much...
5. Teman-teman seperjuangan Angkatan’38 Hortikultura : Encep, Fajar, Hendi, Mono, Rully, Aldi, Felix, Devis, Surya, Syamsul, Jimmy, Sun-sun,
Ita, Ara, Turi, Gina, Leli, Mami, Herlin, Puput, Zaqi, Tince, Maya dan lain-lain yang saya cintai dan banggakan.
6. Teman-teman satu bimbingan Bhayu, Rohma dan Veti. 7. Anak-anak kosan Pondok Delapan (plus) atas kebersamaannya. 8. Mas Gandi dan seluruh staf kebun percobaan IPB Cikabayan. 9. Mbak Sri dan Mas Herik atas saran-sarannya.
10. Pihak-pihak yang telah membantu penyelesain skripsi ini
Akhirnya, semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat khususnya petani, civitas akademik dan penulis sendiri.
Bogor, Oktober 2005
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian... 3
Hipotesis ... 4
TINJAUAN PUSTAKA... 5
Deskripsi Jeruk Besar ... 5
Jeruk Besar Nambangan ... 6
Jeruk Besar Cikoneng ... 6
Javansche Citroen... 7
Jenis Interstock... 7
Flying Dragon... 7
Troyer... 7
Citrumelo... 8
Rangpur Lime... 8
Okulasi dengan Interstock... 8
METODOLOGI...10
Waktu dan Tempat ... 10
Bahan dan Alat ... 10
Metode Penelitian... 10
Pelaksanaan ... 11
Pengamatan ... 12
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13
Keadaan Umum Penelitian... 13
Tinggi Tanaman ... 14
Jumlah Daun...16
Luas Daun ... 17
Diameter Batang Bawah, Interstock, dan Batang Atas ... 18
Jumlah Tunas ... 21
Panjang Tunas ... 22
Cabang Sekunder... 23
Pembahasan... 25
KESIMPULAN DAN SARAN ... 29
Kesimpulan ... 29
Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA ... 30
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Rata-rata Tinggi Tanaman Jeruk Besar Nambangan (V1) dan Cikoneng (V2) pada Berbagai Perlakuan ... 15 2. Rata-rata Jumlah Daun Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng
pada Berbagai Perlakuan ... 16 3. Rata-rata Luas Daun Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada
Berbagai Perlakuan... 17 4. Rata-rata Diameter Batang Bawah Jeruk Besar Nambangan dan
Cikoneng pada Berbagai Perlakuan ... 19 5. Rata-rata Diameter Interstock Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng
pada Berbagai Perlakuan ... 20 6. Rata-rata Diameter Batang Atas Jeruk Besar Nambangan dan
Cikoneng pada Berbagai Perlakuan ... 21 7. Rata-rata Jumlah Tunas Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng
pada Berbagai Perlakuan ... 22 8. Rata-rata Panjang Tunas Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng
pada Berbagai Perlakuan ... 23 9. Rata-rata Jumlah Cabang Sekunder Jeruk Besar Nambangan dan
Cikoneng pada Berbagai Perlakuan ... 24
Lampiran
1. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap Pertumbuhan Tinggi Tanaman... 33 2. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap
Jumlah Daun Tanaman ... 34 3. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap
Luas Daun Tanaman... 35 4. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap
Diameter Batang Bawah Tanaman... 36 5. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap
Diameter Interstock Tanaman ... 37 6. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap
7. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap Jumlah Tunas Tanaman ... 38 8. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap
Panjang Tunas Tanaman... 39 9. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Keragaan Jeruk Besar Nambangan (V1) dan Cikoneng (V2) Berbagai
Interstock; I1 = F. Dragon; I2 = Troyer; I3 = Citrumelo; I4 = R. Lime
pada 23 MSP ... 13 2. Rata-rata Tinggi Tanaman terhadap Batang Atas Nambangan dan
Cikoneng pada Berbagai Perlakuan ... 14 3. Rata-rata Tinggi Tanaman terhadap Berbagai Interstock... 15 4. Keragaan Interstock Tanaman; V1 = Nambangan; V2 = Cikoneng;
I1 = F. Dragon; I2 = Troyer; I3 = Citrumelo; I4 = R. Lime pada 23 MSP ... 27
PENGARUH
INTERSTOCK
TERHADAP PERTUMBUHAN
VEGETATIF JERUK BESAR (
Citrus grandis
(L.) Osbeck)
KULTIVAR NAMBANGAN DAN CIKONENG
Oleh
Anto Sugianto A34301048
PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH
INTERSTOCK
TERHADAP PERTUMBUHAN
VEGETATIF JERUK BESAR (
Citrus grandis
(L.) Osbeck)
KULTIVAR NAMBANGAN DAN CIKONENG
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
Anto Sugianto A34301048
PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
ANTO SUGIANTO. Pengaruh Interstock terhadap Pertumbuhan Vegetatif Jeruk Besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) kultivar Nambangan dan Cikoneng. (Dibimbing oleh SLAMET SUSANTO).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Interstock terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) kultivar Nambangan dan Cikoneng yang dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan pada bulan Nopember 2004 – Juni 2005.
Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dua faktor. Faktor pertama adalah batang atas yang terdiri dari kultivar Nambangan (V1) dan kultivar Cikoneng (V2). Faktor kedua adalah jenis Interstock yaitu : Flying Dragon (I1), Troyer (I2), Citrumelo (I3), dan Rangpur lime (I4), diulang sebanyak 4 kali.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya, tanaman telah berumur 2 tahun saat dipindahkan ke drum. Batang bawah Javansche Citroen telah disambung dengan Interstock terpilih. Hasil okulasi ini juga telah disambung dengan batang atas kultivar Nambangan dan Cikoneng dengan cara okulasi (chip budding). Bibit yang sebelumnya ditanam di dalam polybag, dipindahkan ke wadah drum diameter 60 cm, tinggi 40 cm dengan media yang baru yaitu : campuran tanah, arang sekam, dan pupuk kandang (2:1:1). Pemindahan tanaman ke dalam drum dilakukan pada 2-3 januari 2005.
Penyiraman bibit dilakukan setiap satu hari sekali sebanyak 3 liter air untuk tiap bibit dalam drum. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk NPK 15:15:15 sebanyak 15 g yang diberikan pada minggu ke-1 setiap bulannya dan diberikan pupuk daun pada minggu ke-3 setiap bulannya sebanyak 2 ppm.
Secara umum batang atas Nambangan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dan lebih besar dibandingkan batang atas Cikoneng. Jenis Interstock
Flying Dragon bersifat menghambat pertumbuhan batang atas, sebaliknya
Interstock Citrumelo bersifat memacu pertumbuhan batang atas. Sementara itu,
Interstock Troyer dan Rangpur Lime bersifat intermediate berada diantara sifat
Flying Dragon dan Citrumelo. Pertumbuhan tanaman batang atas Nambangan dengan Interstock Citrumelo cenderung lebih cepat dan lebih besar dari kombinasi perlakuan yang lain.
Judul
: PENGARUH INTERSTOCK TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF JERUK BESAR (Citrus grandis (L.) Osbeck) KULTIVAR NAMBANGAN DAN CIKONENG Nama : Anto Sugianto
NRP : A34301048
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc NIP. 131 578 794
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Lepang Besar Kota Bumi, Lampung Utara pada
tanggal 01 Nopember 1984. Penulis adalah anak terakhir dari empat bersaudara dari Bapak Udin A. dan Ibu Sulaida.
Tahun 1995 penulis lulus dari SDN 01 Lepang Besar, kemudian pada tahun 1998 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 08 Bandar Lampung. Selanjutnya pada tahun 2001 penulis lulus dari SMUN 09 Bandar Lampung. Tahun 2001 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
UMPTN. Penulis diterima sebagai mahasiswa Hortikultura, Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjabat sebagai ketua divisi beasiswa SCFC (Student's Centre For Charity) BEM Faperta IPB 2002/2003. Penulis juga pernah menjadi humas pada kepanitiaan Festival Tanaman ke XXV
Himagron (Himpunan Mahasiswa Agronomi) Faperta IPB 2004/2005. Pada tahun 2004 penulis berhasil mendapatkan penghargaan Outstanding Academic
Excellence Odd Semester. Selanjutnya Penulis pernah menjadi Asisten Praktikum
mata kuliah Hortikultura dan Dasar-dasar Hortikultura semester genap 2004/2005. Pada semester ganjil 2005/2006 menjadi Asisten Praktikum mata kuliah
KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke hadirat Allah SWT karena atas karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Pengaruh Interstock terhadap
Pertumbuhan Vegetatif Jeruk Besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) Kultivar Nambangan dan Cikoneng. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc selaku dosen pembimbing skripsi atas
bimbingan yang diberikan selama penelitian berlangsung hingga tulisan ini dibuat.
2. Prof. Dr. Ir. G. A. Wattimena, MSc dan Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS sebagai dosen penguji atas petunjuk yang diberikan.
3. Dr. Ir. Aris Munandar, MS selaku dosen pembimbing akademik.
4. Keluarga tercinta, Bapak, Umak, Bang Imam, Yuk Lina, Bang Iwan, Yuk Eni, Yuk Dian, Berlin, Arung, Calvin, Puput dan Akbar, atas kasih sayang yang diberikan selama ini, i love you so much...
5. Teman-teman seperjuangan Angkatan’38 Hortikultura : Encep, Fajar, Hendi, Mono, Rully, Aldi, Felix, Devis, Surya, Syamsul, Jimmy, Sun-sun,
Ita, Ara, Turi, Gina, Leli, Mami, Herlin, Puput, Zaqi, Tince, Maya dan lain-lain yang saya cintai dan banggakan.
6. Teman-teman satu bimbingan Bhayu, Rohma dan Veti. 7. Anak-anak kosan Pondok Delapan (plus) atas kebersamaannya. 8. Mas Gandi dan seluruh staf kebun percobaan IPB Cikabayan. 9. Mbak Sri dan Mas Herik atas saran-sarannya.
10. Pihak-pihak yang telah membantu penyelesain skripsi ini
Akhirnya, semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat khususnya petani, civitas akademik dan penulis sendiri.
Bogor, Oktober 2005
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian... 3
Hipotesis ... 4
TINJAUAN PUSTAKA... 5
Deskripsi Jeruk Besar ... 5
Jeruk Besar Nambangan ... 6
Jeruk Besar Cikoneng ... 6
Javansche Citroen... 7
Jenis Interstock... 7
Flying Dragon... 7
Troyer... 7
Citrumelo... 8
Rangpur Lime... 8
Okulasi dengan Interstock... 8
METODOLOGI...10
Waktu dan Tempat ... 10
Bahan dan Alat ... 10
Metode Penelitian... 10
Pelaksanaan ... 11
Pengamatan ... 12
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13
Keadaan Umum Penelitian... 13
Tinggi Tanaman ... 14
Jumlah Daun...16
Luas Daun ... 17
Diameter Batang Bawah, Interstock, dan Batang Atas ... 18
Jumlah Tunas ... 21
Panjang Tunas ... 22
Cabang Sekunder... 23
Pembahasan... 25
KESIMPULAN DAN SARAN ... 29
Kesimpulan ... 29
Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA ... 30
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Rata-rata Tinggi Tanaman Jeruk Besar Nambangan (V1) dan Cikoneng (V2) pada Berbagai Perlakuan ... 15 2. Rata-rata Jumlah Daun Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng
pada Berbagai Perlakuan ... 16 3. Rata-rata Luas Daun Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada
Berbagai Perlakuan... 17 4. Rata-rata Diameter Batang Bawah Jeruk Besar Nambangan dan
Cikoneng pada Berbagai Perlakuan ... 19 5. Rata-rata Diameter Interstock Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng
pada Berbagai Perlakuan ... 20 6. Rata-rata Diameter Batang Atas Jeruk Besar Nambangan dan
Cikoneng pada Berbagai Perlakuan ... 21 7. Rata-rata Jumlah Tunas Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng
pada Berbagai Perlakuan ... 22 8. Rata-rata Panjang Tunas Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng
pada Berbagai Perlakuan ... 23 9. Rata-rata Jumlah Cabang Sekunder Jeruk Besar Nambangan dan
Cikoneng pada Berbagai Perlakuan ... 24
Lampiran
1. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap Pertumbuhan Tinggi Tanaman... 33 2. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap
Jumlah Daun Tanaman ... 34 3. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap
Luas Daun Tanaman... 35 4. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap
Diameter Batang Bawah Tanaman... 36 5. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap
Diameter Interstock Tanaman ... 37 6. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap
7. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap Jumlah Tunas Tanaman ... 38 8. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap
Panjang Tunas Tanaman... 39 9. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Keragaan Jeruk Besar Nambangan (V1) dan Cikoneng (V2) Berbagai
Interstock; I1 = F. Dragon; I2 = Troyer; I3 = Citrumelo; I4 = R. Lime
pada 23 MSP ... 13 2. Rata-rata Tinggi Tanaman terhadap Batang Atas Nambangan dan
Cikoneng pada Berbagai Perlakuan ... 14 3. Rata-rata Tinggi Tanaman terhadap Berbagai Interstock... 15 4. Keragaan Interstock Tanaman; V1 = Nambangan; V2 = Cikoneng;
I1 = F. Dragon; I2 = Troyer; I3 = Citrumelo; I4 = R. Lime pada 23 MSP ... 27
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jeruk Besar (Citrus Grandis (L.) Osbeck) merupakan buah nasional yang mempunyai prospek pengembangan yang cukup cerah. Permintaan terhadap jeruk ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Harjadi (1989), permintaan jeruk meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya pendapatan dan kesadaran gizi masyarakat serta kemajuan sektor pariwisata dan industri olahan yang pesat.
Jeruk besar mempunyai keunggulan komparatif karena beberapa kultivar hanya ditemukan di Indonesia, namun sebagian telah hilang karena pelestariannya kurang diperhatikan maupun karena serangan penyakit (Susanto, 2000). Dua diantara kultivar yang masih dibudidayakan adalah jeruk besar Cikoneng dan Nambangan. Kultivar Nambangan adalah satu-satunya jeruk besar yang
berkembang pesat dan menguasai pasar Jeruk besar di Jakarta dan sekitarnya (Poerwanto et al., 2002). Kultivar Cikoneng pernah popular di kabupaten Sumedang, tetapi hampir punah karena serangan Citrus Vien Phloem
Degeneration (CVPD) (Susanto, 2000).
Jeruk besar cukup populer di dalam dan luar negeri, mempunyai
karasteristik yang khas yaitu ukurannya besar, rasanya segar dan daya simpannya lama (Setiawan dan Sunarjono, 2003). Jeruk ini juga memiliki banyak manfaat yaitu: daging buahnya yang mengandung banyak air dapat langsung dimakan atau dicampur dengan rujak, kadang-kadang sari buahnya diekstrak. Kulit buahnya yang berwarna putih dapat dijadikan manisan (kaula) setelah dibuang kulitnya yang mengandung banyak kelenjar minyak. Di Vietnam bunganya yang harum
digunakan untuk membuat parfum, kayunya digunakan sebagai gagang perkakas. Daun, bunga, buah dan bijinya dapat digunakan sebagai obat batuk, demam dan gangguan pencernaan (Niyomdham, 1997; Rukmana, 2002).
Perdagangan jeruk besar telah menembus pasar internasional seperti Hongkong, Singapura dan Malaysia (Niyomdham, 1997), namun produksi jeruk besar Indonesia masih belum dapat memenuhi permintaaan yang setiap tahun
semakin meningkat. Pada tahun 2000 Indonesia tercatat mengekspor 56 721 kg
jeruk besar segar dengan nilai US$ 55 143. Selain itu Indonesia juga mengimpor sebanyak 14 458 kg dengan nilai US$ 15 519 berasal dari Taiwan, Thailand, Australia dan Amerika Latin. Sedangkan pada tahun 2001, jumlah impor jeruk besar segar Indonesia sekitar 77 432 kg dengan nilai US$ 74 028 berasal dari Cina, Singapura, Vietnam, Australia, dan beberapa negara Amerika Latin. Nilai ekspornya hanya sebesar 183 kg atau senilai US$ 734 dengan negara tujuan Singapura (Biro Pusat Statistik, 2002).
Rendahnya produksi jeruk besar di Indonesia disebabkan oleh kurangnya kemampuan teknik budidaya para petani dan penggunaan bibit jeruk yang terinfeksi penyakit. Ketersediaan bibit bermutu pada saat yang tepat merupakan kunci dalam mengusahakan tanaman jeruk (Poerwanto, 2000). Kesalahan dalam memilih bibit akan berakibat fatal oleh sebab itu pengembangan bibit yang berkualitas perlu diusahakan.
Salah satu cara untuk mendapatkan bibit yang bermutu adalah dengan melakukan penyambungan, yaitu menggabungkan sifat unggul yang terdapat pada batang atas dengan sifat unggul yang terdapat pada batang bawah. Tujuannya adalah untuk memperoleh tanaman yang memiliki sifat-sifat yang lebih unggul dibandingkan dengan tanaman aslinya (Rochiman dan Harjadi, 1973).
Di Indonesia, penempelan merupakan cara yang lebih dianjurkan untuk
perbanyakan tanaman jeruk besar secara komersial (Supriyanto, 1990). Iwamasa
et al. (1994) menyatakan bahwa fase juvenile seedling jeruk dapat dipersingkat
dengan mengokulasikan mata tempel pada tanaman batang bawah dewasa. Hasil penyambungan batang atas diharapkan menghasilkan pertumbuhan optimum dan produksi buah yang tinggi dengan kualitas buah yang baik. Sedangkan batang
bawah diharapkan memiliki sistem perakaran yang kokoh sehingga dapat beradaptasi pada lahan yang kurang subur dan tahan terhadap penyakit (Garner, 1976).
Kultivar batang bawah yang umum digunakan di Indonesia adalah Rough Lemon dan Javansche Citroen. Kedua kultivar tersebut dipilih karena berbagai
Indonesia, misalnya Flying Dragon merupakan tanaman daerah sub-tropika, sehingga kurang adaptif di daerah tropika. Batang bawah tersebut dapat digunakan
di Indonesia sebagai interstock yang disambungkan dengan batang bawah yang adaptif seperti Javansche Citroen dan Rough lemon (Susanto, 2000).
Penggabungan antara batang atas dan batang bawah dapat menyebabkan kecocokan atau ketidakcocokan yang akan mempengaruhi perkembangan dan prokdutivitas tanaman. Untuk menghindari ketidakcocokan antara batang atas dan batang bawah dapat digunakan interstock. Interstock adalah bagian batang yang
dipakai sebagai batang perantara antara batang atas dan batang bawah, untuk membentuk bentukan khusus yang tidak dapat dirangsang oleh batang atas maupun batang bawah. Dalam beberapa hal, pengaruh yang ditimbulkan oleh
interstock sama dengan pengaruh batang bawah. Interstock dapat menghambat
pertumbuhan vegetatif dan mempercepat pertumbuhan generatif batang atas
(Hartmann et al., 1997).
Penelitian tentang penggunaaan interstock di Indonesia belum banyak dilakukan. Pada tanaman buah-buahan belum ada yang memadai tentang penggunaan interstock dan pengaruhnya terhadap penampilan batang atas. Menurut Susanto et al., (2004) daya gabung dan pertumbuhan tanaman jeruk “Cikoneng” hasil penyambungan dengan berbagai interstock cukup baik. Tidak
terjadi incompatible antara batang atas dan batang bawah. Jenis interstock
Rangpur lime bersifat paling menghambat pertumbuhan jeruk besar Cikoneng, sebaliknya interstock Citromelo bersifat memacu pertmbuhannya. Sementara Flying dragon dan Troyer bersifat intermediet, berada diantara sifat Rangpur lime dan Citrumelo.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan pertumbuhan vegetatif jeruk besar Nambangan dan Cikoneng hasil penyambungan dengan beberapa
Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah:
1. Terdapat perbedaan pertumbuhan vegetatif dari batang atas Nambangan dan Cikoneng.
2. Interstock yang berbeda mempunyai kemampuan berbeda dalam
mengendalikan pertumbuahan vegetatif jeruk besar Nambangan dan Cikoneng.
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Jeruk Besar
Jeruk besar merupakan tanaman asli Asia. Jeruk ini telah tersebar ke Indocina, Cina bagian selatan, bagian paling selatan Jepang, India, wilayah mediteran, dan Amerika tropik (Niyomdham, 1997). Jeruk Besar termasuk tanaman jeruk yang banyak dibudidayakan, tergolong dalam anggota famili jeruk-jerukan (Rutaceae), yang beranggotakan tak kurang dari 1300 jenis tanaman
(Setiawan dan Sunarjono, 2003). Di Indonesia jeruk besar tersebar di Aceh Timur, Gianyar, Banggai, Bone, Pangka Jene dan Buton, sedangkan di Jawa terdapat di Garut, Pemalang, Magetan dan Jember (Harjadi, 1989).
Jeruk besar banyak tumbuh di daerah dataran rendah sampai ketinggian 400 meter diatas permukaan laut (dpl). Daerah yang cocok untuk pertanaman
jeruk besar adalah daerah basah sampai setengah kering, asal air tanah letaknya di bawah 50 cm dari permukaan tanah dan tidak kurang dari 150 cm dari permukaan tanah (Sarwono, 1994).
Tanaman jeruk besar berbentuk pohon. Tingginya antara 5-15 meter. Batangnya kuat, agak bengkok. Garis tengah batang antara 10-30 cm. Kulit batang agak tebal, dari luar berwarna coklat kuning, dari dalam kuning. Dahan waktu
masih muda bersudut, lama-kelamaan menjadi bulat dan berwarna hijau tua. Tajuk pohon agak rendah tidak beraturan. Cabangnya berjauhan dengan ujung yang merunduk. Dahan dan cabang tanaman ini ada yang berduri, ada yang tidak. Letak daun terpencar-pencar, bentuk daun bulat telur, besar dan ujung daun tumpul. Tepi daun agak rata, dekat ujungnya agak berombak. Tangkai daun bersayap lebar, warna hijau kuning, berbulu agak suram, daun muda tidak berbulu
(Sarwono, 1994; Niyomdham, 1997).
Bunga jeruk besar merupakan bunga tunggal atau majemuk yang bertandan. Bentuk bunganya agak besar, baunya harum, kelopak bunga berbentuk lonceng atau cawan. Tajuk bunga 4-5, waktu masih kuncup tersusun seperti genting. Benang sari 25-35, tegak, berbekas 4-5. Setelah mendapat sinar matahari
Buah jeruk besar berbentuk agak bulat sampai lonjong, berdiameter 10-20 cm, berwarna kuning kehijauan, mempunyai banyak sekali bintik kelenjar,
kulit buahnya setebal 1-4 cm, segmennya berisi daging buah yang besar-besar, berwarna kuning pucat sampai merah jambu, berisi cairan yang rasanya agak manis. Biji berukuran besar, jumlahnya tidak banyak, berpinggiran, berwarna kekuning-kuningan, dan berembrio tunggal (Niyomdham, 1997).
Jeruk Besar Nambangan
Jeruk besar yang berasal dari Nambangan sebuah kelurahan di Kodya Madiun, Jawa Timur ini sangat populer di daerah Magetan dan merupakan varietas unggulan. Jeruk ini mulai berbuah pada umur 3-4 tahun, memiliki karakteristik buah yang bulat, pendek, dengan kulit buah berwarna kuning kehijauan. Daging buahnya berwarna merah muda hingga jingga bila buah jeruk
ini telah tua (dewasa). Rasa buahnya sedikit masam serta banyak mengandung air. Jeruk ini memiliki daya simpan yang cukup lama pada suhu kamar sekitar 4 bulan. Setelah penyimpanan, kulit buahnya menjadi sedikit keriput tetapi daging buahnya tetap segar (Setiawan dan Sunarjono, 2003).
Jeruk Besar Cikoneng
Jeruk besar Cikoneng banyak ditanam di daerah Sumedang, Jawa Barat. Punahnya jeruk Cikoneng, disebabkan oleh serangan penyakit CVPD (Citrus Vein
Phloem Degeneration) sekitar tahun 80-an sehingga tanaman yang terserang
menjadi mati kering (Susanto, 2000). Deskripsi jeruk Cikoneng adalah memiliki bentuk tanaman yang seperti payung tinggi tanaman 5-10 m, bentuk daun bulat panjang dengan ujung melebar, warna permukaan daun bagian atas hijau tua
Javansche Citroen
Javansche Citoen merupakan hasil persilangan (Citus paradisi × Citrus
limonia). Karasteristik Javansche Citroen mirip denagn Rough lemon, tahan
terhadap kekeringan, dapat merangsang pembentukan buah lebih awal dari biasanya dan menghasilkan produksi tinggi dengan kualitas yang baik. Jenis ini peka terhadap Exocortis (Sugiyarto, 1994). Exocortis adalah sejenis virus yang dapat menyebabkan terganggunya kulit tanaman dan menyebabkan tanaman
menjadi kerdil (Niyomdham, 1997). Hasil penelitian Rahayuni dan Hadijah (1996) dalam Susanto (2003) tanaman yang ditanam dengan batang bawah Javansche Citroen tumbuh vigor sehingga berukuran lebih besar dibandingkan dengan tanaman berbatang bawah Rough lemon, Citrus aurantifolia, Citrus
amblycarpa, dan Citroen nobilis.
Jenis Interstock
Flying Dragon
Flying Dragon (Poncirus trifoliata var. monstrosa), merupakan hasil silangan dari Rangpur x Troyer. Batang bawah ini sering dipakai untuk jenis jeruk Mandarin, Orange dan Kumquat. Flying Dragon mempunyai karakteristik mampu mengurangi ukuran pohon apabila dipakai sebagai batang bawah pada berbagai jenis jeruk (Roose et al., 1989). Menurut Ashkenazi et al. (1999) produktivitasnya
tinggi, tahan terhadap penyakit busuk akar, toleran terhadap tristeza, Phythopthora, dan Nematoda.
Troyer
Troyer merupakan batang bawah yang sering dipakai di California, Meksiko, Afrika Selatan, dan Australia dan sering digunakan sebagai batang bawah Orange, Grapefruit (jeruk besar), Lemon dan jeruk Mandarin. Karakteristik dari batang bawah ini adalah mampu mendorong tanaman tumbuh lebih vigor, produktivitasnya tinggi, tahan terhadap exocortis tetapi rentan terhadap serangan xyloporosis (Saunt, 1990). Menurut Wah (1991) Troyer dan
Citrumelo dapat digunakan pada tanah yang tergenang karena tidak terkena
Citrumelo
Citrumelo merupakan kultivar dihasilkan dari persilangan Citrus paradisi
dengan Poncirus trifoliata. Swingle Citrumelo merupakan salah satu batang bawah yang paling potensial untuk grapefruit dan jeruk manis. Kultivar ini mempunyai derajat poliembrioni tinggi dan sangat vigor dalam pembibitan. Menurut Wutcher dan Dube (1977), grapefruit Redblush yang disambung dengan batang bawah Swingle Citrumelo menghasilkan produksi buah tertinggi dibandingkan dengan 17 batang bawah lainnya. Penyambungan grapefruit dengan
Swingle Citrumelo dapat meningkatkan kualitas buah dan efisiensi hasil, sehingga dapat ditanam dengan kerapatan tinggi (Fallahi et al., 1989). Menurut Sugiyarto (1994) Citrumelo mempunyai pertumbuhan subur, resisten terhadap Nematoda, sangat resisten terhadap Phythopthora dan busuk akar dan dapat beradaptasi dengan baik pada daerah kering dan daerah dengan salinitas tinggi.
Rangpur Lime
Rangpur Lime adalah batang bawah hasil persilangan Citrus reticulata
var. austera dengan Citrus limonia yang memiliki sifat yang mirip Rough Lemon
dan Javansche Citroen yaitu dapat beradaptasi dengan baik pada daerah kering. Rangpur Lime dapat beradaptasi dengan baik pada daerah yang kadar lempungnya tinggi dan daerah yang salinitasnya tinggi, akan tetapi kurang baik pada daerah dingin dan tergenang (Wah 1991). Rangpur Lime bersifat toleran terhadap virus
tristeza dan Phythopthora dan banyak digunakan sebagai batang bawah lemon.
Batang bawah ini sifatnya rentan terhadap serangan exocortis dan xyloporosis
(Sugiyarto, 1994).
Okulasi dengan Interstock
Okulasi adalah pembiakan tanaman dengan cara vegetatif yang melibatkan
Interstock merupakan batang antara yang disisipkan diantara batang bawah dan batang atas. Tanaman yang memakai interstock terdiri dari tiga bagian
tanaman yaitu batang bawah, bagian tengah (interstock) dan batang atas yang berasal dari kultivar yang direkomendasikan. Alasan penggunaan interstock
adalah untuk menghindari ketidakcocokan (incompatibility) antara batang atas dan batang bawah serta merangsang bentukan khusus yang tidak dirangsang oleh batang atas maupun batang bawah (Hartmann et al., 1997) serta mengontrol pertumbuhan batang atas (Castle and Krezdorn, 1992).
Setelah disambungkan akan terjadi pertautan yang terbentuk dari bersatunya jaringan kalus yang dihasilkan kambium batang atas dan batang bawah sebagai tanggap atas pelukaan. Penyatuan batang atas dan batang bawah terjadi dalam waktu 24 jam, selanjutnya pembelahan sel membentuk kalus terjadi pada 2-3 hari setelah penyambungan. Jaringan kalus terdiri dari jaringan parenkimatik.
Dengan adanya kambium, jaringan kalus berdeferensiasi menjadi jaringan kambium baru yang akan berkembang menjadi xilem dan floem yang menjadi penghubung hidup antara batang bawah dan batang atas. Dasar dari teknik sambungan ialah meletakkan kambium batang bawah dan kambium batang atas dengan tekanan agar dapat menyatu satu dengan yang lain. Penekanan ini dapat dilakukan dengan pengikatan daerah sambungan dengan tali atau benda lain yang
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember 2004 sampai Juni 2005
bertempat di Rumah Kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan dan Laboratorium Pendidikan Hortikultura (Lab. Dikhort) IPB Dramaga. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang telah dilakukan tahun sebelumnya.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan telah berumur 2 tahun terdiri dari batang bawah (rootstock), batang antara (interstock), dan batang atas (scion). Batang bawah yang digunakan adalah Javansche Citroen (JC). Interstock yang digunakan adalah Flying Dragon, Troyer, Citrumelo (Citrus paradisi x Poncirus trifoliata),
dan Rangpur Lime (Citrus reticulata x Citrus limonia). Sedangkan batang atas yang digunakan adalah kultivar Nambangan dan Cikoneng.
Bahan media tanam berupa campuran tanah, arang sekam, pupuk kandang, dengan perbandingan 2:1:1 satuan volume. Tanaman ditanam pada drum diameter 60 cm dan tinggi 40 cm. Untuk penanggulangan hama dan penyakit digunakan insektisida dan fungisida.
Alat yang digunakan adalah jangka sorong, meteran, gunting pangkas, hand sprayer, label, gembor, timbangan analitik dan alat budidaya lainnya
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu kultivar batang atas yang terdiri atas V1: Nambangan dan V2: Cikoneng. Faktor yang kedua yaitu pemakaian interstock, yang mana I1: Flying Dragon, I2: Troyer, I3: Citrumelo dan I4: Rangpur Lime. Dengan demikian, percobaan ini terdiri atas 8 kombinasi perlakuan dan setiap
kombinasi dilakukan pengulangan sebanyak 4 ulangan. Kombinasi Perlakuan adalah sebagai berikut:
V1I1 : Batang atas Nambangan, interstock Flying Dragon V1I2 : Batang atas Nambangan, interstock Troyer
V1I4 : Batang atas Nambangan, interstock Rangpur Lime V2I1 : Batang atas Cikoneng, interstock Flying Dragon
V2I2 : Batang atas Cikoneng, interstock Troyer V2I3 : Batang atas Cikoneng, interstock Citrumelo V2I4 : Batang atas Cikoneng, interstock Rangpur Lime Model aditif untuk percobaan ini adalah:
Yijk = µ + Vi + Ij + (VI)ij + εijk
Keterangan:
Yijk : Nilai pengamatan peubah tertentu pada bibit jeruk pada ulangan ke-k, pada kombinasi perlakuan (taraf ke-i dari kultivar batang atas dan taraf ke-j dari pemakaian interstock terpilih).
µ : Nilai rataan umum.
Vi : Pengaruh aditif taraf ke-i dari kultivar batang atas.
Ij : Pengaruh aditif taraf ke-j dari penggunaan interstock terpilih.
(VI)ij : Pengaruh interaksi pada taraf ke-i kultivar batang atas dan taraf ke-j pemakaian interstock terpilih.
εijk : Pengaruh galat percobaan pada perlakuan kultivar batang atas ke-i,
interstock ke-j dan pada ulangan ke-k.
i : 1,2 j : 1,2,3,4 k : 1,2,3,4
Jika hasil uji F menunjukkan pengaruh nyata secara statistik pada α = 5% dilakukan uji lanjut menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ).
Pelaksanaan
Penelitian ini menggunakan bibit yang telah berumur kurang lebih 2 tahun terhitung semenjak okulasi pertama saat dipindahkan ke dalam drum. Batang bawah Javansche Citroen telah disambung dengan interstock terpilih. Hasil
Penyiraman bibit dilakukan setiap hari sekali untuk memberikan air pada keseluruhan bibit. Setiap penyiraman diberikan 3 liter air untuk tiap bibit dalam
drum (Harjadi, 1986). Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk NPK 15:15:15 sebanyak 15 g yang diberikan pada minggu ke-1 setiap bulannya dan diberikan pupuk daun Gandasil D sebanyak 2 g per liter air pada minggu ke-3 setiap bulannya. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan cara manual dan penyemprotan dengan pestisida (insektisida ataupun fungisida) dengan konsentrasi sesuai anjuran.
Pengamatan Variabel atau peubah yang diamati adalah:
1. Tinggi tanaman. Tinggi tanaman diukur dari batas sambungan (tempat penempelan / okulasi) antara batang atas dan interstock sampai dengan titik
tumbuh. Pengamatan dilakukan dua minggu sekali.
2. Jumlah daun. Dihitung dari daun-daun yang muncul setelah tanaman pecah tunas dan daun telah terbentuk sempurna pada satu tanaman, dengan pengamatan dua minggu sekali.
3. Total Luas Daun. Total Luas Daun dihitung dengan menggunakan metode gravimetri. Penghitungan dilakukan satu bulan sekali.
4. Diameter batang. Batang yang diukur meliputi batang bawah, interstock dan batang atas. Batang diukur diameternya dengan menggunakan jangka sorong. Bagian batang yang diukur diberi tanda dengan menggunakan spidol anti air yang berwarna hitam. Pengamatan dilakukan satu bulan sekali.
5. Jumlah dan Panjang Tunas. Jumlah tunas yang muncul dari batang atas dihitung dan diukur panjangnya. Pengamatan dilakukan dua minggu sekali.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Penelitian
Selama penelitian berlangsung pertumbuhan vegetatif tanaman cukup
baik. Sampai akhir penelitian belum terlihat gejala ketidakcocokan antara batang atas, interstock, dan batang bawah (Gambar 1).
Gambar 1. Keragaan Jeruk Besar Nambangan (V1) dan Cikoneng (V2) pada Berbagai Interstock; I1 = F. Dragon; I2 = Troyer; I3 = Citrumelo; I4 = R. Lime pada 23 MSP.
Jenis hama yang menyerang tanaman cukup banyak walaupun tanaman
ditanam di dalam rumah kaca. Pada awal penelitian tanaman banyak yang terserang hama kutu perisai, serangan hama diatasi secara manual dengan cara membersihkan kutu dengan sikat. Hama lainnya yang menyerang tanaman yaitu belalang (Valanga nigricornis), ulat anjing (Papilio demodocus Esper ordo Lepidoptera), ulat pengorok daun (Phyillocnictis citrella staint), Kutu putih
(Planococcus citri Risco) dan Tungau (Tenuipalsus sp.). Serangan hanya
V1I1 V1I2 V1I3 V1I4
menyerang sebagian kecil dari keseluruhan tanaman yang digunakan. Pada akhir penelitian ada beberapa tanaman yang terserang penyakit embun jelaga
(Capnodium citri).
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman dikendalikan secara manual dan secara kimia. Hama ulat, belalang, dan tungau dikendalikan dengan mematikan hama yang menyerang tanaman, serangan hama tidak membahayakan karena pengendalian cepat dilakukan saat tingkat serangan masih rendah. Secara kimia pengendalian dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis (2 cc/liter).
Tinggi Tanaman
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa tinggi tanaman tidak dipengaruhi secara nyata oleh batang atas dan penggunaan interstock ( Tabel Lampiran 1).
Batang atas Nambangan memiliki tinggi tanaman yang cenderung lebih tinggi dibandingkan batang atas Cikoneng selama penelitian berlangsung. Pada akhir penelitian (23 MSP) batang atas Nambangan memiliki tinggi sebesar 57.61 cm sedangkan batang atas Cikoneng memiliki tinggi sebesar 53.71 cm (Gambar 2).
0 .0 0 1 0. 0 0 2 0. 0 0 3 0. 0 0 4 0. 0 0 5 0. 0 0 6 0. 0 0 7 0. 0 0
3 7 1 1 1 5 1 9 2 3
M ing gu S e te la h Ta n a m (M S T)
T in g g i T a n a m a n ( c
[image:34.612.134.502.397.553.2]N a m b an ga n C ik on en g
Gambar 2. Rata-rata Tinggi Tanaman terhadap Batang Atas Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan
Tanaman yang disambungkan dengan interstock Citrumelo mempunyai tinggi tanaman cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang disambung dengan ketiga interstock lainnya yang digunakan pada penelitian ini.
memiliki tinggi tanaman 50.44 cm, sedangkan batang atas dengan interstock
Troyer dan Rangpur Lime masing-masing memiliki tinggi tanaman sebesar
54.74 cm dan 52.53 cm (Gambar 3).
0 . 0 0 1 0 . 0 0 2 0 . 0 0 3 0 . 0 0 4 0 . 0 0 5 0 . 0 0 6 0 . 0 0 7 0 . 0 0
3 7 1 1 1 5 1 9 2 3
M in g g u S e te la h P e m in d a h a n (M S P )
T ingg i T a n a m a n (
F . D ra g o n Tro y e r C it ru m e lo R . L im e
Gambar 3. Rata-rata Tinggi Tanaman terhadap Berbagai Interstock
Pada 23 MSP batang atas Nambangan yang disambungkan dengan
interstock Flying Dragon memiliki tinggi tanaman yang paling rendah yaitu 46.60
cm, sedangkan yang paling tinggi yaitu Nambangan yang disambung dengan
interstock Citrumelo dengan tinggi 63.48 cm. Sementara itu pada batang atas
Cikoneng, tanaman yang tertinggi adalah tanaman yang disambung dengan
interstock Citrumelo (56.68 cm) sedangkan yang terendah pada tanaman dengan
interstock Rangpur Lime (41.08 cm) (Tabel 1).
Tabel 1. Rata-rata Tinggi Jeruk Besar Nambangan (V1) dan Cikoneng (V2) pada Berbagai Perlakuan
Minggu Setelah Pemindahan (MSP) Perlakuan
3 7 11 15 19 23
…cm…
V1I1 30.85 31.63 42.10 43.28 43.50 46.60
V1I2 34.25 36.50 40.30 43.18 48.30 52.68
V1I3 32.70 34.80 43.25 43.90 47.18 63.48
V1I4 33.20 34.63 41.88 48.35 48.80 57.73
V2I1 31.70 32.38 35.00 36.43 36.65 42.58
V2I2 26.78 27.33 39.13 47.23 49.25 53.75
V2I3 35.78 36.55 41.80 56.30 56.50 56.68
V2I4 25.38 26.38 29.50 33.00 35.30 41.08
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut Uji BNJ taraf 5 %
Jumlah Daun
Jumlah daun menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (Tabel
[image:36.612.127.507.232.473.2]Lampiran 2). Batang atas Nambangan nyata memiliki jumlah daun yang lebih banyak pada 3, 19 dan 23 MSP. Pada 23 MSP rata-rata jumlah daun batang atas Nambangan sebanyak 52.06 helai dan 40.25 helai daun pada batang atas Cikoneng (Tabel 2).
Tabel 2. Rata-rata Jumlah Daun Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan
Minggu Setelah Pemindahan (MSP) Perlakuan
3 7 11 15 19 23
Batang Atas …helai…
Nambangan (V1) 18.25a 21.56 33.38 34.50 46.63a 52.06a
Cikoneng (V2) 11.69b 17.19 28.88 32.56 35.94b 40.25b
Interstock
F. Dragon (I1) 11.13 15.50 23.38 23.25 27.13b 34.75b
Troyer (I2) 16.13 19.50 30.00 32.00 42.50ab 42.38ab
Citrumelo (I3) 17.75 20.25 35.25 38.75 46.00a 51.00ab
R. Lime (I4) 14.88 22.25 35.88 40.13 49.50a 56.50a
Interaksi
V1I1 14.00 16.50 29.25 29.00 37.00 43.50
V1I2 19.00 19.75 26.25 26.00 41.00 42.00
V1I3 19.50 20.75 33.25 33.25 48.25 51.50
V1I4 20.50 29.25 44.75 49.75 60.25 71.25
V2I1 8.250 14.50 17.50 17.50 17.25 26.00
V2I2 13.25 19.25 33.75 38.00 44.00 42.75
V2I3 16.00 19.75 37.25 44.25 43.75 50.50
V2I4 20.50 15.25 27.00 30.50 38.75 41.75
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut Uji BNJ taraf 5 %
Penggunaan interstock mulai memberikan pengaruh yang nyata pada periode akhir pengamatan yaitu 19 MSP hingga 23 MSP. Tanaman dengan
Interstock Rangpur Lime memiliki rata-rata jumlah daun yang terbanyak sebesar
56.50 helai. Jumlah daun tersebut tidak berbeda nyata pada tanaman yang disambungkan pada interstock Citrumelo (51.00 helai) dan Troyer (42.38 helai) tetapi berbeda nyata dengan tanaman yang disambung dengan interstock Flying Dragon yang mempunyai daun sebanyak 34.75 helai (Tabel 2).
Pada batang atas Nambangan, batang atas yang disambung dengan
interstock Rangpur Lime yang yang menghasilkan jumlah daun yang cenderung
interstock Citrumelo yang memiliki jumlah daun yang cenderung lebih banyak yaitu sebanyak 50.50 helai. Penggunaan interstock Flying Dargon menyebabkan
batang atas menghasilkan jumlah daun yang cenderung lebih sedikit dibandingkan
interstock lainnya (Tabel 2).
Luas Daun
Luas daun tanaman dipengaruhi oleh penggunaan batang atas dan
interstock tetapi tidak ada interaksi antara kedua faktor. Pengaruh batang atas
[image:37.612.130.510.356.597.2]terhadap luas daun terlihat selama masa penelitian, kecuali pada 15 MSP. Pengaruh sangat nyata terjadi pada 23 MSP. Perlakuan interstock menunjukkan berpengaruh nyata terhadap pertambahan luas daun batang 19-23 MSP (Tabel 3; Tabel Lampiran 3).
Tabel 3. Rata-rata Luas Daun Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan
Minggu Setelah Pemindahan (MSP) Perlakuan
3 7 11 15 19 23
Batang Atas …cm2…
Nambangan (V1) 1302.80a 1512.60a 2361.30a 2422.90 2632.30a 3620.00a
Cikoneng (V2) 681.40b 984.50b 1647.40b 1885.00 1896.90b 2239.00b
Interstock
F. Dragon (I1) 647.50 863.50 1418.80 1409.00 1446.50b 2088.30b
Troyer (I2) 1071.50 1297.00 1970.80 2050.50 2153.00ab 2742.80ab
Citrumelo (I3) 1378.80 1593.50 2617.50 2929.00 3205.30a 3733.00a
R. Lime (I4) 870.50 1240.30 2010.30 2227.30 2253.50ab 3154.00 ab
Interaksi
V1I1 956.50 1127.00 2093.50 2074.00 2158.00 3050.00
V1I2 1474.00 1540.00 2015.00 1994.00 2212.50 3135.50
V1I3 1482.50 1587.50 2543.50 2543.50 3113.50 3900.00
V1I4 1298.00 1796.00 2793.00 3080.00 3045.00 4394.50
V2I1 338.50 600.00 744.00 744.00 735.00 1126.50
V2I2 669.00 1054.00 1926.50 2107.00 2093.50 2350.00
V2I3 1275.00 1599.50 2691.50 3314.50 3297.00 3566.00
V2I4 443.00 684.50 1227.50 1374.50 1462.00 1913.50
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut Uji BNJ taraf 5 %
Luas daun batang atas Nambangan terlihat lebih besar dari batang atas
Cikoneng sejak awal hingga akhir dari penelitian, kecuali pada 15 MSP. Pada
2239.00 cm2 (Tabel 3). Interstock Citrumelo mempunyai luas daun yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan interstock yang lain selama
penelitian berlangsung. Pada 23 MSP interstock ini nyata menghasilkan luas daun batang atas yang tertinggi yaitu sebesar 3205.00 cm2, tidak berbeda nyata dengan tanaman yang disambungkan pada interstock Rangpur Lime yang memiliki luas daun sebesar 2253.50 cm2 dan tanaman dengan interstock Troyer yang memiliki luas daun sebesar 2153.00 cm2. Sementara itu, tanaman dengan interstock Flying Dragon memiliki rata-rata luas daun yang terkecil yaitu sebesar 2088.30 cm2,
namun pada akhir penelitian penggunaan interstock tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap luas daun tanaman (Tabel 3).
Pada batang atas Nambangan, tanaman yang disambung dengan interstock
Rangpur Lime cenderung memilikiluas daun yang lebih besar dari tanaman yang disambung dengan interstock yang lain pada 23 MSP yaitu sebesar 4394.50 cm2.
Sedangkan untuk batang atas Cikoneng, batang atas yang memiliki luas daun terbesar yaitu pada batang atas Cikoneng yang disambungkan dengan interstock
Citrumelo sebesar 3566.00 cm2 (Tabel 3).
Diameter Batang Bawah, Interstock, dan Batang Atas
Diameter batang bawah Nambangan tidak berbeda nyata dibandingkan
dengan Cikoneng sampai dengan akhir penelitian. Pada 23 MSP rata-rata diameter batang bawah tanaman berbatang atas Nambangan sebesar 13.49 cm cenderung lebih besar dari rata-rata diameter batang bawah tanaman berbatang atas Cikoneng yang memiliki rata-rata diameter sebesar 13.44 cm. Rata-rata diameter batang
bawah pada penggunaan interstock berkisar antara 12.89 mm pada tanaman dengan interstock Rangpur Lime sampai 14.28 mm pada tanaman yang disambungkan pada interstock Flying Dragon (Tabel 4).
Pada batang atas Nambangan diameter batang bawah tanaman urutannya yaitu: Nambangan dengan interstock Citrumelo (13.15 mm) < Nambangan dengan
interstock Troyer (13.30 mm) < Nambangan dengan intestock Rangpur Lime
dengan intestock Citrumelo (14.13 mm) < Nambangan dengan interstock Flying Dragon (14.45 mm) (Tabel 4).
Tabel 4. Rata-rata Diameter Batang Bawah Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan
Minggu Setelah Pemindahan (MSP) Perlakuan
3 7 11 15 19 23
Batang Atas …mm…
Nambangan (V1) 11.42 12.24 12.44 12.78 13.16 13.49
Cikoneng (V2) 11.53 12.33 12.52 12.72 13.14 13.44
Interstock
F. Dragon (I1) 12.59 13.34 13.44 13.74 13.99 14.28
Troyer (I2) 11.15 11.85 12.1 12.31 12.71 13.08
Citrumelo (I3) 11.59 12.41 12.7 12.85 13.36 13.64
R. Lime (I4) 10.58 11.55 11.68 12.09 12.54 12.89
Interaksi
V1I1 12.15 12.90 13.03 13.50 13.80 14.10
V1I2 11.53 12.35 12.60 12.78 12.98 13.30
V1I3 11.28 11.98 12.23 12.40 12.90 13.15
V1I4 10.73 11.75 11.90 12.43 12.95 13.43
V2I1 13.03 13.78 13.85 13.98 14.18 14.45
V2I2 10.78 11.35 11.60 11.85 12.45 12.85
V2I3 11.90 12.85 13.18 13.30 13.83 14.13
V2I4 10.43 11.35 11.45 11.75 12.13 12.35
Keterangan :Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut Uji BNJ taraf 5 %
Diameter interstock tanaman hanya dipengaruhi oleh jenis interstock yang digunakan. Pengaruh interstock telah tampak sejak 3 MSP sampai akhir pengamatan. Rata-rata diameter tanaman dengan batang atas Nambangan dan Cikoneng tidak menunjukan perbedaan yang nyata. Selama penelitian berlangsung tanaman dengan interstock Cirtumelo mempunyai rata-rata diameter yang lebih
besar dibandingkan dengan ketiga interstock lainnya dengan ukuran sebesar 21.19 mm. Diameter Interstock Flying Dragon sebesar 18.43 mm, diikuti Troyer sebesar 14.85 mm, dan Rangpur Lime memiliki ukuran terendah yaitu sebesar 12.45 mm pada akhir penelitian (Tabel 5).
Pada batang atas Nambangan, tanaman yang memiliki diameter interstock
yang terbesar adalah tanaman Nambangan yang disambung dengan interstock
dengan batang atas Nambangan, pada batang atas Cikoneng tanaman yang memiliki diameter yang paling besar, yaitu Cikoneng dengan interstock Citrumelo
[image:40.612.128.508.229.469.2](21.88 mm), diikuti Cikoneng dengan interstock Flying Dragon (18.58 mm) lalu Cikoneng dengan interstock troyer (14.08 mm) dan yang terkecil pada batang atas Cikoneng dengan interstock Rangpur Lime yaitu sebesar 12.03 mm (Tabel 5).
Tabel 5. Rata-rata Diameter Interstock Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan
Minggu Setelah Pemindahan (MSP) Perlakuan
3 7 11 15 19 23
Batang Atas …mm…
Nambangan (V1) 14.64 15.21 15.46 15.71 16.23 16.82
Cikoneng (V2) 14.90 15.36 15.62 15.71 16.21 16.64
Interstock
F. Dragon (I1) 16.98a 17.43a 17.68a 17.64b 17.99b 18.43b
Troyer (I2) 12.94b 13.44b 13.70b 13.88c 14.30c 14.85c
Citrumelo (I3) 18.93a 19.39a 19.61a 19.88a 20.53a 21.19a
R. Lime (I4) 10.25c 10.89c 11.18c 11.45d 12.08d 12.45d
Interaksi
V1I1 16.43 16.90 17.20 17.25 17.78 18.28
V1I2 13.65 14.18 14.40 14.63 14.95 15.63
V1I3 18.33 18.73 18.88 19.28 19.83 20.50
V1I4 10.18 11.03 11.38 11.68 12.38 12.88
V2I1 17.53 17.95 18.15 18.03 18.20 18.58
V2I2 12.23 12.70 13.00 13.13 13.65 14.08
V2I3 19.53 20.05 20.35 20.48 21.23 21.88
V2I4 10.33 10.75 10.98 11.23 11.78 12.03
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut Uji BNJ taraf 5 %
Batang atas Nambangan cenderung memiliki diameter yang lebih besar
dibandingkan batang atas Cikoneng. Pada minggu terakhir pengamatan tanaman dengan interstock Citrumelo memiliki ukuran diameter batang atas sebesar 15.23 mm, tanaman dengan interstock Rangpur lime sebesar 14.73 mm, kemudian tanaman dengan interstock Flying Dragon 13.58 mm dan tanaman dengan
interstock Troyer sebesar 13.01 mm (Tabel 6).
tanaman Nambangan dengan interstock Troyer sampai 15.83 mm pada tanaman Nambangan yang dengan interstock Citrumelo (Tabel 6).
Tabel 6. Rata-rata Diameter Batang Atas Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan
Minggu Setelah Pemindahan (MSP) Perlakuan
3 7 11 15 19 23
Batang Atas …mm…
Nambangan (V1) 12.05 12.53 12.83 13.23 13.79 14.29
Cikoneng (V2) 12.00 12.46 12.68 13.01 13.44 13.98
Interstock
F. Dragon (I1) 11.91 12.39 12.56 12.85 13.18 13.58
Troyer (I2) 10.35 10.76 11.11 11.65 12.12 13.01
Citrumelo (I3) 13.23 13.70 13.88 14.20 14.89 15.23
Rangpur L. (I4) 12.61 13.13 13.47 13.78 14.28 14.73
Interaksi
V1I1 12.08 12.60 12.88 13.30 13.73 14.18
V1I2 10.48 10.88 11.35 11.75 12.30 13.13
V1I3 12.70 13.23 13.33 13.65 14.43 14.63
V1I4 12.95 13.40 13.78 14.20 14.73 15.23
V2I1 11.75 12.18 12.25 12.40 12.63 12.98
V2I2 10.23 10.65 10.88 11.55 11.95 12.90
V2I3 13.75 14.18 14.43 14.75 15.35 15.83
V2I4 12.28 12.85 13.18 13.35 13.83 14.23
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut Uji BNJ taraf 5 %
Jumlah Tunas
Peubahjumlah tunas dipengaruhi secara nyata oleh penggunaan interstock
tetapi tidak dipengaruhi oleh penggunaan batang atas. Pada akhir penelitian (23 MSP) jumlah tunas batang atas Nambangan sebanyak 4.19 cenderung lebih
tinggi dari batang atas Cikoneng yang memiliki jumlah tunas sebanyak 3.94 (Tabel 7).
Perlakuan interstock berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas batang atas pada 23 MSP. Ada kecenderungan batang atas dengan interstock Rangpur Lime memiliki jumlah tunas yang tertinggi. Pada 23 MSP tanaman yang disambungkan
Tabel 7. Rata-rata Jumlah Tunas Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan
Perlakuan 23 MSP Interaksi
Batang Atas V1I1 2.75
Nambangan (V1) 4.19 V1I2 4.00
Cikoneng (V2) 3.94 V1I3 3.75
Interstock V1I4 6.25
F. Dragon (I1) 2.63b V2I1 2.50
Troyer (I2) 3.63ab V2I2 3.25
Citrumelo (I3) 4.75a V2I3 5.75
R. Lime (I4) 5.25a V2I4 4.25
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut Uji BNJ taraf 5 %
Pada batang atas Nambangan jumlah tunas terbanyak dihasilkan tanaman Nambangan yang disambungkan dengan interstock Rangpur lime yaitu sebanyak 6.25, sedangkan jumlah tunas yang paling sedikit dihasilkan tanaman Nambangan
yang disambungkan dengan interstock Flying Dragon yaitu sebanyak 2.75. Sementara itu pada tanaman batang atas Cikoneng jumlah tunas terbanyak dihasilkan oleh tanaman Cikoneng dengan interstock Citrumelo yaitu sebanyak 5.75 dan yang paling sedikit pada tanaman Cikoneng yang disambung dengan
interstock Flying Dragon yaitu sebanayak 2.50 tunas (Tabel 7).
Panjang Tunas
Panjang tunas tidak dipengaruhi secara nyata oleh batang atas maupun penggunaan interstock (Tabel 8). Tanaman dengan batang atas Nambangan
memiliki panjang tunas 17.65 cm yang cenderung lebih panjang dibandingkan tanaman dengan batang atas Cikoneng dengan panjang tunas 15.51 cm. Panjang tunas tanaman berkisar antara 14.67 cm yaitu pada tanaman yang disambungkan dengan interstock Flying Dragon sampai 18.91 cm pada tanaman yang disambungkan dengan interstock Citrumelo. Pada tanaman dengan interstock
Rangpur Lime memiliki panjang tunas 15.80 cm dan tanaman dengan interstock
Troyer menghasilkan tunas sepanjang 16.92 cm (Gambar 8).
interstock Rangpur Lime (16.23 cm). Pada batang atas Cikoneng, panjang tunas berkisar antara 12.61 cm pada batang atas Cikoneng dengan interstock Flying
Dragon sampai 18.93 cm pada batang atas Cikoneng dengan interstock Citrumelo (Tabel 8).
Tabel 8. Rata-rata Panjang Tunas Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan
Perlakuan 23 MSP Interaksi ...cm...
Batang Atas ...cm… V1I1 16.77
Nambangan (V1) 17.65 V1I2 18.72
Cikoneng (V2) 15.55 V1I3 18.90
Interstock V1I4 16.23
F. Dragon (I1) 14.69 V2I1 12.61
Troyer (I2) 16.92 V2I2 15.12
Citrumelo (I3) 18.91 V2I3 18.93
R. Lime (I4) 15.80 V2I4 15.38
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut Uji BNJ taraf 5 %
Cabang Sekunder
Cabang sekunder tidak dipengaruhi secara nyata baik oleh batang atas, jenis interstock maupun interaksi keduannya (Tabel 9). Pada akhir pengamatan (23 MSP) batang atas Nambangan memiliki cabang sekunder (3.06) yang cenderung lebih banyak dari batang atas Cikoneng (1.94). Pada keempat
interstock yang digunakan, terlihat batang atas yang disambung dengan interstock
Rangpur Lime mempunyai cabang sekunder yang cenderung lebih banyak yaitu sebanyak 3.75 (Tabel 9).
Tabel 9. Rata-rata Jumlah Cabang Sekunder Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan
Perlakuan 23 MSP Interaksi
Batang Atas V1I1 2.25
Nambangan (V1) 3.06 V1I2 1.25
Cikoneng (V2) 1.94 V1I3 3.00
Interstock V1I4 5.75
F. Dragon (I1) 1.50 V2I1 0.75
Troyer (I2) 1.75 V2I2 2.25
Citrumelo (I3) 3.00 V2I3 3.00
R. Lime (I4) 3.75 V2I4 1.75
Pada batang atas Nambangan, Nambangan yang disambung dengan
interstock Rangpur Lime menghasilkan jumlah cabang sekunder yang cenderung
lebih banyak dari ketiga interstock lainnya yaitu sebanyak 5.57, sebaliknya Nambangan dengan interstock Troyer memiliki jumlah cabang sekunder yang cenderung lebih sedikit dibandingkan interstock lainnya yaitu 1.25. Sedangkan untuk batang atas Cikoneng, Cikoneng yang disambung dengan interstock
Citrumelo yang memiliki jumlah cabang sekunder yang cenderung lebih banyak yaitu sebanyak 3.00. Penggunaan interstock Flying Dargon menyebabkan batang
Pembahasan
Penggunaan interstock dapat mengatasi ketidakcocokan (incompatible)
antara batang atas dan batang bawah. Gejala-gejala tidak cocok pada penyambungan tanaman belum terlihat selama penelitian berlangsung. Hartmann et al. (1997) menyatakan beberapa kriteria tidak cocok pada tanaman yang disambungkan adalah tanaman yang telah berhasil tumbuh daunnya menguning, rontok, mati tunas dan mati muda, serta terjadi retak pada bagian penyambungan.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan pertumbuhan antara batang atas Nambangan dan batang atas Cikoneng. Sejak umur 3 MSP sampai akhir penelitian (23 MSP) secara umum batang atas Nambangan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan batang atas Cikoneng. Batang atas Nambangan memilki jumlah daun dan luas daun yang lebih besar
pada periode akhir penelitian.
Daun adalah organ fotosintesis yang berperan dalam menghasilkan bahan untuk pertumbuhan yang berfungsi mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman. Selama pertumbuhan vegetatifnya tanaman memerlukan karbohidrat untuk perbesaran sel, perbanyakan dan tahap pertama dari diferensiasi sel (Ashari, 1995). Jumlah dan luas daun batang atas Nambangan yang lebih banyak
menyebabkan batang atas ini memiliki jumlah dan panjang tunas yang cenderung lebih besar dari pada batang atas Cikoneng sehingga memiliki kanopi yang lebih besar. Perbedaan pertumbuhan pada batang atas ini disebabkan oleh perbedaan genetik dari batang atas itu sendiri. Makmur (1992) menyatakan ragam genetik terjadi sebagai akibat, tanaman mempunyai karakter genetik yang berbeda. Umumnya dapat dilihat bila varietas-varietas yang berbeda ditanam pada
lingkungan yang sama.
Pengaruh interstock yang dapat mengendalikan pertumbuhan batang atas merupakan sifat interstock yang penting khususnya dalam pengembangan budidaya tanaman jeruk besar karena hal ini berhubungan dengan kerapatan tanaman di lapang. Tanaman yang pendek memudahkan dalam teknik budidaya
Hasil penelitian menunjukkan dari keempat interstock yang digunakan, Flying Dragon merupkan interstock yang paling mengendalikan pertumbuhan
batang atas. Tanaman yang disambungkan dengan Interstock Flying Dragon memiliki jumlah daun, luas daun dan jumlah tunas yang terkecil serta memiliki tinggi tanaman yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan tanaman dengan interstock lainnya. Sedikitnya jumlah dan luas daun menyebabkan rendahnya jumlah dan panjang tunas yang terbentuk sehingga menghasilkan kanopi tanaman yang kecil disebabkan sedikitnya fotosintat yang dihasilkan yang
tidak cukup mendukung pertumbuhan tanaman yang tinggi.
Flying Dragon merupakan interstock yang mampu mengerdilkan batang atas. Hal ini terlihat dari hampir keseluruhan peubah pengamatan terlihat tanaman dengan interstock Flying Dragon cenderung lebih kecil. Menurut Ashkenazi et al.
(1999) Flying Dragon (Poncirus trifoliata var monstrosa) merupakan salah satu
batang bawah yang mampu menghambat pertumbuhan tanaman jeruk. Grapefruit 'Star Ruby' diokulasikan pada interstock Flying Dragon dengan batang bawah Citrumelo menghasilkan pertumbuhan sekitar 14.7 % lebih rendah dibandingkan dengan 'Star Ruby' yang diokulasikan langsung dengan batang bawah Citrumelo.
Interstock ini dapat digunakan untuk sistem pertanaman dengan populasi tinggi
Tanaman yang disambung dengan Interstock Citrumelo, Rangpur Lime
dan Troyer mempunyai jumlah daun, luas daun, jumlah tunas yang lebih besar dibandingkan interstock Flying Dragon. Hal ini didukung oleh sifat interstock
tersebut yang mendorong pertumbuhan batang atas menjadi vigor. Berdasarkan penelitian Susanto et al. (2004) interstock Citrumelo dan Troyer mendorong pertumbuhan jeruk besar Cikoneng. Demikian pula menurut Wutscher (1989)
yang menggolong Rangpur Lime bersama-sama dengan Rough Lemon kedalam kelompok batang bawah yang menyebabkan kandungan nitrogen yang tinggi pada daun batang atas jeruk. Umumnya batang bawah yang demikian juga akan menyebabkan pertumbuhan batang atas yang vigor (Davies dan Albrigo, 1994).
Citrumelo dapat memacu pertumbuhan batang atas apabila dipakai sebagai
(1997) melaporkan bahwa pada tanaman nucellar grapefruit berbatang bawah Citrumelo mempunyai kanopi yang lebih besar dan berbeda secara nyata bila
dibandingkan dengan tanaman berbatang bawah Rough Lemon.
Tanaman dengan interstock Rangpur Lime mempunyai pertumbuhan yang hampir sama dengan Citrumelo dan Troyer. Batang atas dengan interstock
Citrumelo cenderung memiliki tanaman yang lebih tinggi, luas daun yang lebih luas, dan tunas yang lebih panjang. Batang atas dengan interstock RangpurLime cenderung memiliki Jumlah daun dan cabang sekunder yang lebih banyak.
Tanaman dengan interstock Citrumelo lebih vigor. Roose et al. (1989) menyatakan bahwa tanaman berbatang bawah Citrumelo mempunyai kanopi yang lebih besar bila dibandingkan dengan tanaman berbatang bawah Rangpur Lime.
Pertumbuhan tanaman dengan interstock Troyer lebih cepat dibandingkan dengan interstock Flying Dragon. Interstock ini mempunyai sifat yang hampir
mirip interstock Citrumelo dalam mendukung pertumbuhan batang atas, tetapi tanaman dengan interstock Citrumelo cenderung mempunyai nilai yang lebih tinggi untuk semua peubah yang diamati.
Gambar 4. Keragaan Interstock Tanaman; V1 = Nambangan; V2 = Cikoneng; I1 = F. Dragon; I2 = Troyer; I3 = Citrumelo; I4 = R. Lime pada 23 MSP.
V1I1 V1I2 V1I3 V1I4
Hasil Penelitian menunjukkan terdapat perbedaan diameter batang di antara kombinasi perlakuan. Pada sebagian perlakuan menunjukkan laju
pertumbuhan interstock lebih cepat dan lebih besar dari batang bawah dan batang atas. Hal ini terlihat pada perlakuan yang menggunakan interstock Citrumelo. Diameter interstock Citrumelo paling besar dibandingkan ketiga interstock
lainnya, hal ini diduga disebabkan oleh sifat Citrumelo yang vigor sehingga memiliki pertumbuhan yang lebih besar (Gambar 4). Gejala ini perlu diperhatikan, karena pabila terus berlanjut akan berpengaruh pada pertumbuhan selanjutnya,
misalnya pada translokasi fotosintat dari daun ke bagian batang bawah maupun translokasi hara dan air dari akar ke bagian batang atas.
Pengaruh interstock terhadap pertumbuhan tanaman merupakan hal penting karena berhubungan dengan kerapatan tanaman di lapang, dan mempengaruhi produksi baik secara kualitas dan kuantitas. Hasil-hasil diatas
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Secara umum batang atas Nambangan mempunyai pertumbuhan yang
lebih cepat dan lebih besar dibandingkan batang atas Cikoneng. Jenis interstock
Flying Dragon bersifat menghambat pertumbuhan batang atas, sebaliknya
interstock Citrumelo bersifat memacu pertumbuhan batang atas. Sementara itu,
interstock Troyer dan Rangpur Lime bersifat intermediate berada diantara sifat
Flying Dragon dan Citrumelo. Pertumbuhan tanaman batang atas Nambangan
dengan interstock Citrumelo cenderung lebih cepat dan lebih besar dari kombinasi perlakuan yang lain.
Saran
Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk mengetahui konsistensi penggunaan interstock terhadap batang atas Citrus grandis (L.) osbeck dan batang
bawah Javansche Citroen baik dari segi kompatibilitas dan fisiologinya sampai tanaman berbuah. Penelitian juga perlu dilakukan di lapang untuk melihat konsistensi penggunaan interstock tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. 485 hal.
Ashkenazi, S., Z. Asor and Rosenberg. 1999. High Density Citrus Plantation The Use of Flying Dragon Trifoliate as an Interstock. Acta Horticultural 349:V. International Symposium on Orchard and Plantation System.
Biro Pusat Statistik. 2002. Statistik Indonesia. Jakarta.
Castle, W. S. and A. H. Krezdorn. 1992. Interstock for Tree Size Control. University of Florida.
Davies, F. S. and L. G. Albrigo. 1994. Citrus. CAB International. Wellingford, UK. 254 p.
Fallahi, E., J. W. Moon and D. R. Rodney. 1989. Yield and quality of ”Red blush” grapefruit in twelve rootstocks. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 114(2): 187-190.
Garner, R. J. 1976. The Propagation of Tropical Fruit Trees. Food and Agricultural of United Nations. Commonwealth Agricultural Bureaux. 556 p.
Harjadi, S. S. 1989. Dasar-Dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 306 hal.
Hartmann, H. T., D. F. Kester and F. T. Devies. 1997. Plant Propagation, Principles and Practices. Sixth Edition. Prentice-Hall International, Inc. New Jersey. 770 p.
Iwamasa, M., N. Nito and J. Ling. 1994. Int