BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
C. Hasil Uji Efek Hepatoprotektif dekok biji P. americana Mill
5. Kelompok perlakuan dekok biji P. americana Mill. dosis 360,71;
tetraklorida dosis 2 mL/kgBB
Evaluasi terhadap efek hepatoprotektif dekok biji P. americana Mill. pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida didasarkan pada ada tidaknya penurunan aktivitas ALT dan AST serum akibat praperlakuan dekok biji P. americana Mill. Tabel VIII dan X menunjukkan bahwa ada kekerabatan dosis dengan respon yang muncul terlihat dari semakin besar dosis praperlakuan dekok biji P. americana Mill. yang diberikan, maka semakin besar efek hepatoprotektif. Hal ini berarti semakin besar perlindungan yang diberikan pada sel hati tikus, terbukti dengan terjadinya penurunan aktivitas serum ALT dan serum AST tikus.
Kelompok perlakuan dekok biji P. americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB terlihat aktivitas ALT serum sebesar 96,0 ± 6,0 U/L. Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mL/kgBB secara statistik terdapat perbedaan bermakna (Tabel IX). Aktivitas serum ALT perlakuan dekok biji P. americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB memberikan perbedaan bermakna terhadap kelompok kontrol negatif olive oil 2 mL/kgBB. Hal yang sama juga terlihat pada aktivitas serum AST perlakuan dekok biji P. americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB terhadap kontrol negatif olive oil 2 mL/kgBB. Aktivitas serum AST pada kelompok perlakuan dekok biji P. americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB dibandingkan dengan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mL/kgBB berbeda bermakna secara statistik. Hal ini berarti dekok biji P. americana Mill. memiliki efek hepatoprotektif, namun kerusakan yang ditimbulkan belum bisa kembali seperti keadaan normal. Hal ini kemungkinan terjadi karena kandungan antioksidan pada dosis terendah yaitu 360,71 mg/kgBB belum cukup untuk menurunkan aktivitas serum AST akibat induksi karbon tetraklorida. Parameter utama kerusakan hati adalah serum ALT sehingga diartikan bahwa kelompok perlakuan dekok biji P. americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB mampu melindungi sel hati dari induksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB.
Kelompok perlakuan dekok biji P. americana Mill. dosis 642,06 mg/kgBB memiliki aktivitas serum ALT sebesar 87,0 ± 6,4 U/L. Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mL/kgBB secara statistik terdapat perbedaan bermakna (Tabel IX). Aktivitas serum ALT kelompok
perlakuan dekok biji P. americana Mill. dosis 642,06 mg/kgBB memberikan perbedaan bermakna terhadap kelompok kontrol negatif olive oil 2 mL/kgBB. Hal yang sama juga terlihat pada aktivitas serum AST kelompok perlakuan dekok biji P. americana Mill. dosis 642,06 mg/kgBB terhadap kontrol negatif olive oil 2 mL/kgBB. Aktivitas serum AST pada kelompok perlakuan dekok biji P. americana Mill. dosis 642,06 mg/kgBB dibandingkan dengan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mL/kgBB berbeda bermakna secara statistik. Hal ini berarti dekok biji P. americana Mill. dosis 642,06 mg/kgBB memiliki efek hepatoprotektif, namun kerusakan yang ditimbulkan belum bisa kembali seperti keadaan normal. Hal ini kemungkinan terjadi karena kandungan antioksidan pada dosis tengah yaitu perlakuan dekok biji P. americana Mill. dosis 642,06 mg/kgBB belum cukup untuk menurunkan aktivitas serum ALT dan serum AST akibat induksi karbon tetraklorida.
Aktivitas serum ALT pada kelompok dekok biji P. americana Mill. dosis 1142,86 mg/kgBB terlihat aktivitas serum ALT sebesar 50,8 ± 3,8 U/L. Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mL/kgBB secara statistik terdapat perbedaan bermakna (Tabel IX). Aktivitas serum ALT dekok biji P. americana Mill. dosis 1142,86 mg/kgBB memberikan perbedaan tidak bermakna terhadap kelompok kontrol negatif olive oil 2 mL/kgBB. Dengan demikian, dekok biji P. americana Mill. dosis dosis 1142,86 mg/kgBB memberikan efek hepatoprotektif hingga keadaan hati bisa kembali seperti normal. Aktivitas serum AST dekok biji P. americana Mill. dosis 1142,86 mg/kgBB dibandingkan dengan kontrol olive oil 2 mL/kgBB secara statistik
berbeda bermakna, hal yang sama juga terlihat pada aktivitas serum AST dekok biji P. americana Mill. dosis 1142,86 mg/kgBB terhadap kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mL/kgBB. Hal ini bisa terjadi akibat kerja otot rangka atau jantung karena enzim aspartat di dalam tubuh, sebagian besar tidak spesifik berada di dalam hati saja, tetapi berada dalam otot rangka, jantung, serta tersebar ke seluruh jaringan tubuh.
Ketiga dosis dekok biji P. americana Mill. menunjukkan bahwa terdapat kekerabatan dosis dengan respon yang muncul terlihat dari semakin besar dosis praperlakuan dekok biji P. americana Mill. yang diberikan, maka semakin besar efek hepatoprotektif yang dihasilkan. Hal ini terlihat dari aktivitas ALT dekok biji P. americana Mill. dosis 1142,86 mg/kgBB secara statistik berbeda bermakna terhadap dosis 360,71 dan 642,06 mg/kgBB (Tabel IX). Kelompok perlakuan dekok biji P. americana Mill. dosis 1142,86 mg/kgBB merupakan kelompok yang memiliki tingkat kerusakan hati paling rendah. Sedangkan aktivitas serum ALT kelompok perlakuan dekok biji P. americana Mill. dosis 360,71 dan 642,06 mg/kgBB secara statistik berbeda tidak bermakna memiliki tingkat kerusakan lebih besar (Tabel IX). Bila dibandingkan dengan kontrol positif Curliv® dosis 4,05 mL/kgBB, kelompok perlakuan dekok biji P. americana Mill. dosis 360,71 dan 642,06 mg/kgBB berbeda tidak bermakna secara statistik (Tabel IX). Hal ini berarti kemampuan efek hepatoprotektif dekok biji P. americana Mill. dosis 360,71 dan 642,06 mg/kgBB sama dengan kemampuan efek hepatoprotektif Curliv® dosis 4,05 mL/kgBB. Aktivitas serum ALT kelompok kontrol positif Curliv® dosis 4,05 mL/kgBB secara statistik berbeda bermakna terhadap
kelompok perlakuan dekok biji P. americana Mill. dosis 1142,86 mg/kgBB. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan efek hepatoprotektif dekok biji P. americana Mill. dosis 1142,86 mg/kgBB lebih besar dari pada Curliv® dosis 4,05 mL/kgBB.
Dari ketiga penurunan nilai aktivitas serum ALT dan AST pada peringkat dosis tersebut maka dapat ditentukan nilai dosis optimum hepatoprotektif. Hasil perhitungan menunjukkan % hepatoprotektif dosis 360,71; 642,06; dan 1142,86 mg/kgBB berturut-turut adalah 64,3; 70,9; dan 97,6% (Tabel VIII). Bila daya hepatoprotektif Curliv® diasumsikan bernilai 100%, maka daya hepatoprotektif dekok biji P. americana Mill. dosis 360,71; 642,06; dan 1142,86 mg/kgBB berturut-turut adalah 112,1; 123,7; dan 170,2% (Tabel VIII).
Dengan demikian, dosis optimum dekok biji P. americana Mill. yang dapat menghambat kenaikan aktivitas serum ALT dan AST terbesar adalah 1142,86 mg/kgBB. Bila dikonversikan ke manusia dengan berat badan 70 kg adalah sebesar 12,80 g. Agar dapat diperoleh nilai ED50, perlu dilakaukan penelitian lanjutan dengan dosis di bawah 360,71 mg/kgBB. Selain itu, penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan yang bersifat eksploratif untuk mengetahui efek hepatoprotektif dekok biji P. americana Mill., sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan model hepatotoksin lain seperti parasetamol untuk mempertegas hasil yang didapatkan dari penelitian ini.
Pemejanan dosis rendah karbon tetraklorida dapat menyebabkan terjadinya perlemakan hati (steatosis). Proses ini diperantarai oleh aktivasi CYP2E1 sehingga membentuk radikal bebas triklorometil (•CCl3). Radikal triklorometil
tersebut dapat merusak retikulum endoplasma sel hati, selain itu juga dapat mengaktifkan senyawa oksigen reaktif selanjutnya mengakibatkan peroksidasi lipid. Setelah pemejanan karbon tetraklorida selama satu sampai tiga jam, trigliserida menumpuk di hepatosit dan terlihat sebagai droplet lipid. Lipid dalam hati yang terbentuk ini dapat menghambat sintesis protein sehingga menurunkan produksi lipoprotein, yang mana lipoprotein ini bertanggung jawab dalam transport lipid untuk keluar dari hepatosit. Akibat menurunnya produksi lipoprotein akan terhambat sehingga menyebabkan steatosis (Timbrell, 2008).
Proses peroksidasi lipid juga dapat menghasilkan produk yang dapat menyebarkan kerusakan membran sel dan kerusakan mitokondria (Timbrell, 2008). Kerusakan ini berupa gangguan integritas membran yang menyebabkan keluarnya berbagai isi sitoplasma, antara lain serum ALT. Serum ALT yang ada di dalam sel hati akan keluar dan masuk ke dalam peredaran darah sehingga jumlah enzim serum ALT dalam darah meningkat (Wahyuni, 2005).
Kandungan dalam biji P. americana Mill. adalah senyawa polifenol seperti tanin dan flavonoid yang dapat tersari oleh pelarut yang bersifat polar. Pada penelitian ini digunakan air yang bersifat polar sehingga kemungkinan besar senyawa polifenol akan tertarik dalam pelarut tersebut. Menurut Arts dan Hollman (2005), senyawa polifenol berperan sebagai antioksidan. Kemungkinan mekanisme kerja antioksidan dalam melindungi sel hati yang ditunjukkan dengan penurunan ALT dan AST adalah penangkapan radikal bebas triklorometil (•CCl3) yang merupakan metabolit reaktif, sehingga serangkaian peristiwa yang akan menyebabkan steatosis pada hati akan terhenti. Selain sebagai antioksidan,
kemungkinan senyawa polifenol mampu meningkatkan sintesis enzim GSH dalam hati yang berfungsi sebagai enzim penetralisir setiap metabolit reaktif, sehingga dapat dieliminasi dengan mudah oleh tubuh. Adanya kemungkinan mekanisme efek hepatoprotektif antioksidan dalam biji P. americana Mill., maka dapat dilakukan pembuatan formulasi sediaan untuk pengembangan obat herbal.