• Tidak ada hasil yang ditemukan

JENIS KELAMIN JUMLAH

(N) WANITA LAKI-LAKI 17-21 1 (4,35%) 0 (0%) 1 (4,35%) 22-26 2 (8,70%) 1 (4,35%) 3 (13,04%) 27-31 2 (8,70%) 0 (0%) 2 (8,70%) 32-36 1 (4,35%) 1 (4,35%) 2 (8,70%) 37-41 6 (26,09%) 0 (0%) 6 (26,09%) 42-46 3 (13,04%) 0 (0%) 3 (13,04%) 47-51 2 (8,70%) 1 (4,35%) 3 (13,04%) 52-56 2 (8,70%) 0 (0%) 2 (8,70%) 57-61 0 (0%) 1 (4,35%) 1 4,35%) JUMLAH 19 (82,60%) 4 (17,40%) 23 (100%)

Grafik 4.2 Frekuensi dan Presentase Alveolitis menurut

37 4.1.3 Frekuensi dan Presentase Jenis Kuman Anaerob yang Dominan pada

penderita Alveolitis

Hasil biakan kultur anaerob pada penderita Alveolitis yaitu ; Gram Positif = Actynomyces sp = 6 (21,43%), Propionibacterium sp = 8 (28,57%), Streptococus sp = 5 (17,86%), Gram Negatif = Porphyromonas sp = 4 (14,28%), Barteriodes sp = 5 (17,86%). Pada tabel dapat dilihat bahwa kuman Gram Positif yang terbanyak adalah Propionibacterium sp = 8 (28,57%), dan kuman Gram Negatif yang terbanyak adalah Barteriodes sp = 5 (17,86%).

Table 4.3 Frekuensi dan Presentase Jenis Kuman Anaerob yang Dominan pada 23

penderita Alveolitis

JENIS KUMAN JUMLAH PRESENTASE

GRAM POSITIF Actynomyces sp 6 21.43 % Propionibacterium sp 8 28.57 % Streptococus sp 5 17.86 % GRAM NEGATIF Porphyromonas sp 4 14.28 % Barteriodes sp 5 17.86 % JUMLAH 28 100%

38

Grafik 4.3 Frekuensi dan Presentase Jenis Kuman Anaerob yang Dominan pada 23

penderita Alveolitis

4.1.4 Distribusi Daya Hambat dan Rata-rata dari Beberapa Antibiotik Terhadap Kuman Anaerob yang Dominan dalam Alveolitis

Distribusi daya hambat dan rata-rata dari beberapa antibiotik terhadap kuman anaerob gram positif yang dominan dalam Alveolitis yaitu pada kuman Actinomyces sp resisten pada ampisislin dan tetrasiklin, intermediate pada amoksisilin dan eritromisin, sensitif pada siprofloksasin dan sulfametoksasol. Pada kuman Actinomyces sp resisten pada ampisislin dan tetrasiklin, intermediate pada amoksisilin dan eritromisin, sensitif pada siprofloksasin dan sulfametoksasol. Dan pada kuman Streptococcus sp resisten pada ampisislin, intermediate pada amoksisilin, sensitif pada siprofloksasin, sulfametoksasol, tetrasiklin, eritromisin.

Distribusi daya hambat dan rata-rata dari beberapa antibiotik terhadap kuman anaerob gram negatif yang dominan dalam Alveolitis yaitu pada kuman Porphyromonas sp resisten pada ampisislin dan eritromisin, intermediate pada

39 amoksisilin, sensitif pada siprofloksasin, sulfametoksasol dan tetrasiklin. Pada kuman Bakteriodes resisten pada ampisislin, intermediate pada eritromisin, sensitif pada amoksisilin, siprofloksasin, sulfametoksasol dan tetrasiklin.

Tabel 4.4 Distribusi Daya Hambat dan Rata-rata dari Beberapa Antibiotik Terhadap

Kuman Anaerob yang Dominan Dalam Alveolitis

Jenis Kuman Jumlah

AMP-10µg AML-25µg SIP-5µg TE-30µg SXT-25µg E-15µg Gram Positif Actinomyces sp 6 7,45 13,3 30,53 13,65 26,35 14,50 Propionibacterium sp 8 8,01 15,53 29,86 12,15 24,09 16,81 Streptococcus sp 5 10,36 14,58 34,52 20,24 24,62 21,16 Gram Negatif Porphyromonas sp 4 7,35 16,42 27,00 21,25 21,30 9,68 Bacteriodes sp 5 7,08 20,88 29,06 23,34 24,86 13,76 Keterangan: AMP-10 µg Ampisilin AML-25 µg Amoksisilin SIP-5 µg Siprofloksasin TE-30 µg Tetrasiklin SXT-25 µg Sulfametoksasol E-15 µg Eritromisin R (Resisten) I (Intermediate) S (Sensitive)

40

Grafik 4.4 Distribusi Daya Hambat dan Rata-rata dari Beberapa Antibiotik

TerhadapKuman Anaerob yang Dominan Dalam Alveolitis

4.1.5 Hasil Uji Kepekaan 5 Bakteri Anaerob yang Ditemukan Pada Alveolitis terhadap 6 Antibiotik

Pada penelitian ini hasil uji kepekaan 5 bakteri anaerob yang ditemukan pada alveolitis terhadap 6 antibiotik adalah:

a. Sensitif

Pada 6(100%) Actinomyces terhadap siprofloksasin

 Pada 8(100%) Propionibacterium terhadap siprofloksasin dan sulfametoksasol.

Pada 5(100%) Streptococcus terhadap siprofloksasin, sulfametoksasol, dan eritromisin. 7.45 13.3 30.53 13.65 26.35 14.5 8.01 15.53 29.86 12.15 24.09 16.81 10.36 14.58 34.52 20.24 24.62 7.35 16.42 27 21.25 21.3 9.68 7.08 20.88 29.06 23.34 24.86 13.76 21.16 0 5 10 15 20 25 30 35 40

AMP-10µg AML-25µg SIP-5µg TE-30µg SXT-25µg E-15µg

41  Pada 4(100%) Porphyromonas terhadap siprofloksasin.

Pada 5(100%) Bacteriodes terhadap siprofloksasin, tetrasikiln, dan sulfametaksasol.

b. Resisten

Semua bakteri yaitu 6 Actinomyces, 8 Propionibacterium, 5 Streptococcus, 4 Porphyromonas, 5 Bacteriodes resisten terhadap ampisilin.

Tabel 4.5 Hasil Uji Kepekaan 5 Bakteri Anaerob yang Ditemukan Pada Alveolitis

terhadap 6 Antibiotik

Jenis Kuman

Gram Positif Gram Negatif

Actinomyces sp. 6 (%) Propionibacterium sp. 8 (%) Streptococcus sp. 5 (%) Porphyromonas sp. 4 (%) Bacteriodes sp. 5 %) Antibioti k R I S R I S R I S R I S R I S AMP-10 6 (100%) 0 0 8 0 0 5 0 0 4 0 0 5 0 0 AML-25 3 0 3 4 1 3 2 2 1 1 1 2 1 1 3 SIP-5 0 0 6 (100%) 0 0 8 0 0 5 0 0 4 0 0 5 TE-30 3 0 3 6 0 2 0 2 3 1 0 3 0 0 5 SXT-25 0 0 6 0 0 8 0 0 5 1 0 3 0 0 5 E-15 3 2 1 3 3 2 0 0 5 2 2 0 3 1 1

Seluruh kuman resisten terhadap Ampisilin

Seluruh kuman hampir resisten terhadap Amoksisilin Seluruh kuman sensitif terhadap Siprofloksasin Resisten dan Interrmediat

42 BAB V

PEMBAHASAN

5.1 FREKUENSI DAN PERSENTASE ALVEOLITIS PADA GIGI YANG DI EKSTRAKSI

Dari 23 penderita alveolitis, sampel yang paling banyak didapatkan yaitu pada rahang bawah. Perbedaannya sangat tipis yaitu pada rahang atas sebanyak 11 sampel (47,83%) dan pada rahang bawah sebanyak 12 sampel (52,17).

Beberapa peneliti mengatakan frekuensi alveolitis lebih tinggi pada rahang bawah dan gigi daerah molar. Alveolitis dapat saja terjadi pada setiap pasca pencabutan gigi, namun lebih sering terjadi pada pasca pencabutan gigi molar tiga impaksi.3,20

Berdasarkan laporan dikatakan insiden Alveolitis 79% terjadi pada rahang bawah dan 21% pada rahang atas. Data yang dipublikasikan telah melaporkan, insidens 10 kali lebih besar untuk gigi rahang bawah daripada rahang atas dan mencapai 45% untuk molar ketiga rahang bawah14

Secara anatomis maupun histologis diketahui bahwa, mandibula memiliki tulang kortikal jauh lebih padat dari maksila sehingga kelancaran perfusi darah ke dalam jaringan, dapat mengalami gangguan. Adanya gaya gravitasi menyebabkan soket pada rahang bawah cenderung untuk berkontaminasi oleh saliva dan sisa makanan. Mungkin juga kombinasi dua atau lebih dari faktor-faktor predisposisi tersebut yang menyebabkan terjadinya Alveolitis.3,21

43 Pencabutan gigi lebih sering terjadi pada rahang bawah yaitu (66,31%) dibanding rahang atas (33,68%). Hal ini dihubungkan dengan pertumbuhan gigi molar pertama permanent rahang bawah yang lebih awal erupsi, sehingga kemungkinan dapat terjadi karies maupun kerusakan lebih lanjut.11

5.2 FREKUENSI DAN PERSENTASE ALVEOLITIS MENURUT UMUR DAN JENIS KELAMIN

Terlihat bahwa pada penderita Alveolitis ditemukan berbeda-beda disetiap kelompok umur, yaitu pada kelompok-kelompok, usia 17-21 sebanyak 1 orang (4,35%); 22-26 sebanyak 3 orang (13,04%); 27-31 sebanyak 2 orang (8,70%); 32-36 sebanyak 2 orang (8,70%); 37-41 sebanyak 6 orang (26,09%); 42-46 sebanyak 3 orang (13,04%); 47-51 sebanyak 3 orang (13,04%); 52-56 sebanyak 2 orang (8,70%); 57-61 sebanyak 1 orang (4,35%). Kelompok umur terbanyak pada usia 37-41 tahun, yaitu 6 orang (26,09%). Sedangkan dilihat menurut jenis kelamin ditemukan jenis kelamin wanita lebih banyak terkena alveolitis yaitu 19 orang (86,60%) dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 4 orang (17,4%). Pada penelitian ini dilihat dari segi umur, penderita Alveolitis yang terbanyak kelompok umur 37–41 tahun yaitu 6 orang (26.9%).

Pada penelitian sebelumnya didapatkan, adanya perubahan yang terjadi pada struktur tulang dan gigi sesuai dengan bertambahnya usia, sehingga pengalaman membuktikan pencabutan gigi akan lebih sulit. Hal ini berarti bahwa insiden Alveolitis akan meningkat sesuai dengan usia, akan tetapi pada penelitian,

44 menunjukkan insiden Alveolitis menurun pada usia yang lebih muda, sedangkan diapatkan insiden Alveolitis meninggi pada kelompok usia 30-34 tahun dan kemudian menurun lagi pada usia lanjut.22

Didapatkan juga bahwa jenis kelamin wanita lebih banyak, yaitu 19 orang (82,60%) dibandingkan dengan laki-laki 4 orang (17,40%). Sejumlah literatur menduga, risiko meningkatnya Alveolitis dihubungkan dengan wanita yang menggunakan kontrasepsi oral dan siklus menstruasi.23

Faktor hormonal dilaporkan mempengaruhi terjadinya Alveolitis. Diduga komponen estrogen menyebabkan peningkatan aktivitas serum fibrinolitik dan adanya peningkatan pada proaktivator plasminogen serta aktivator pada saliva selama atau mendekati waktu menstruasi.23

Perbedaan jenis kelamin menunjukkan perbedaan angka prevalensi terjadinya Alveolitis. Alveolitis pada wanita lebih besar dibanding pria. Hal ini disebabkan p Dry Socket lebih sering ditemukan pada wanita yang sedang mengalami menstruasi dan kedua ada hubungan pada wanita yang menggunakan pil kontrasepsi. Menurut Catellani, ada pengaruhnya dengan efek hormon oestrogen yang dapat menstimulasi fibrinolisis.23-24

45 5.3 FREKUENSI DAN PERSENTASE JENIS KUMAN ANAEROB

Dokumen terkait