• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

4. Keluaran Data

Output data adalah suatu kegiatan menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagaian basis data dalam bentuk softcopy maupun Hardcopy (tabel, grafik, peta, dan lain sebagainya).

Aplikasi SIG

Aplikasi SIG diberbagai bidang sampai saat ini semakin jauh berkembang. Prahasta (2002) menjelaskan beberapa hal yang menjadi alasan bahwa konsep dan aplikasi SIG sangat menarik untuk digunakan dalam berbagai bidang ilmu yaitu SIG sangat efektif, dapat digunakan sebagai alat bantu, mampu menguraikan unsur-unsur yang terdapat di permukaan bumi ke dalam bentuk beberapa layer atau coverage data spasial, memiliki kemampuan yang sangat baik dalam memvisualisasikan data spasial dan bentuk atribut-atributnya serta dapat menurunkan data-data secara otomatis tanpa keharusan untuk melakukan interpretasi secara manual.

SIG dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu diantaranya yaitu dalam bidang perencanaan (perencanaan pemukiman, transmigrasi, perencanaan tata ruang wilayah, perencanaan kota, perencanaan lokasi dan relokasi industri, pasar, pemukiman), bidang kependudukan atau demografi, bidang lingkungan dan pemantauannya (pencemaran sungai, danau, laut, evaluasi pengendapan lumpur atau sedimen baik di sekitar danau, sungai/ pantai, permodelan pencemaran udara, limbah berbahaya), bidang sumberdaya alam (inventarisasi manajemen dan kesesuaian lahan untuk pertanian, perkebunan, kehutanan, perencanaan, tata guna lahan, analisa daerah rawan bencana alam) dan lain sebaginya.

Penginderaan Jauh (Remote Sensing) Pengertian Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh adalah suatu cara pemantauan tentang sifat dan kondisi suatu obyek atau fenomena alam di permukaan bumi untuk mendapatkan informasi tentang obyek itu sendiri ataupun sekitarnya tanpa harus kontak langsung dengan obyek tersebut melalui suatu alat (sensor) (Kartasasmita, 2001).

Kemampuan Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh memiliki kemampuan dalam melakukan pemantauan untuk mendapatkan informasi. Informasi yang diperoleh adalah merupakan kenampakan suatu obyek yang dapat dilihat melalui foto udara atau citra satelit. Informasi-informasi tersebut diantaranya bentuk topografi (mencakup pola bentuk

wilayah dan aspek lereng), pola drainase (yang mempunyai hubungan erat dengan tipe batuan dan berbagai proses tektonik di permukaan bumi dan sifat erosi yang terjadi), kenampakan proses dinamik (seperti keadaan erosi, longsoran dan proses dinamik lainnya) tipe bentuk lahan dan distribusinya, pola distribusi dan penutupan lahan atau vegetasi, pola penggunaan lahan dan distribusinya. Informasi-informasi tersebut diperoleh karena masing-masing obyek mempunyai kekhasan dalam memantulkan, menyerap, meneruskan atau memancarkan energi gelombang elektromangnetik yang datang padanya sehingga energi pantulan atau pancaran yang diterima oleh sensor dapat dipergunakan sebagai ciri pengenalan obyek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand & Kiefer, 1990).

Komponen dasar suatu sistem penginderaan jauh yang ideal ditunjukkan dengan adanya suatu sumber tenaga yang seragam, atmosfer yang tidak mengganggu, sensor yang sempurna, serangkaian interaksi yang unik antara tenaga dengan benda di muka bumi, sistem pengolahan data tepat waktu, dan berbagai penggunaan data, namun dalam kenyataannya hal tersebut jarang terpenuhi (Lillesand & Kiefer, 1990).

Dalam kegiatannya, penginderaan jauh harus mempunyai alat untuk memperoleh data, tenaga penghubung dari obyek ke sensor, ada obyek ada sensor serta keluaran. Alat yang digunakan untuk memperoleh data berupa alat pengindera atau platform (pesawat terbang, satelit, pesawat ulang alik atau wahana lainnya). Sedangkan tenaga penghubung yang membawa data tentang obyek ke sensor berupa tenaga radiasi elektromagnetik. Antara tenaga dan obyek terjadi suatu interaksi, sehingga obyek, daerah/gejala di permukaan bumi dapat dikenali pada hasil rekaman dalam bentuk data penginderaan jauh yang dikumpulkan dan direkam berdasarkan variasi tenaga elektromagnetik. Hasil rekaman tersebut pada akhirnya sampai kepada pengguna data sesuai dengan tujuan masing-masing. Secara keseluruhan, penginderaan jauh disebut sebagai suatu sistem karena terdiri dari serangkaian komponen yaitu tenaga, obyek, sensor, data dan pengguna.

Aplikasi Penginderaan Jauh

Penggunaan data penginderaan jauh semakin populer dalam berbagai aplikasinya. Ada enam alasan yang dikemukakan oleh Sutanto dalam Pratondo (2001) mengapa penginderaan jauh semakin populer yaitu:

1. Citra menggambarkan obyek dan daerah yang mirip ujudnya dengan yang ada di permukaan bumi

2. Dari jenis citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensi

3. Karakteristik obyek yang tampak oleh mata dapat diujudkan dalam bentuk citra

4. Citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi secara terestrial

5. Citra merupakan satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana 6. Citra sering dibuat dengan periode ulang yang pendek sehingga

memungkinkan untuk pemantauan suatu daerah

Salah satu bentuk aplikasi penginderaan jauh adalah untuk menentukan bentuk-bentuk penutupan lahan yang dapat dilakukan dengan menggunakan teknik tertentu. Salah satu teknik dalam menentukan bentuk penutupan lahan adalah dengan menggunakan cara klasifikasi citra. Klasifikasi citra merupakan serangkaian tugas untuk merubah data digital menjadi kelas tertentu yang khas dan dapat memberikan informasi.

Keterkaitan Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh

Howard (1996) menyatakan keterkaitan SIG dan penginderaan jauh adalah sebagai berikut, informasi yang diturunkan dari analisis citra penginderaan jauh dilakukan untuk diintegrasikan dengan data yang disimpan dalam bank data SIG. Tujuan utama integrasi penginderaan jauh dan SIG berasal dari ahli penginderaan jauh. Keinginan ini ditunjukkan dalam pertumbuhan jumlah sistem analisis citra digital berkapasitas kecil dengan kemampuan SIG. Biasanya masukkan dari data penginderaan jauh (data rekaman) pada sistem SIG harus dilengkapi dengan intervensi manusia pada analisisnya.

Dalam klasifikasi dan ketepatan letak, analisis data penginderaan jauh lebih kasar dibandingkan klasifikasi yang dibutuhkan oleh para pengguna SIG. Hal ini disebabkan ukuran piksel dari data penginderaan jauh lebih kasar dari yang dibutuhkan di dalam sistem informasi geografis. Meskipun pengenalan pola dengan komputer memenuhi persyaratan beberapa kategori tematik, masalah dasar untuk sistem integrasi otomatis terletak pada perbedaan-perbedaan yang ada antara konteks spasial citra yang diperlukan interpretasi visual. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa dalam perkembangan integrasi penginderaan jauh

dan SIG adalah estimasi bahwa aliran data memiliki arah (dari sistem analisis penginderaan jauh ke sistem informasi geografis) yang sama. Aliran yang sebaliknya tidak diinginkan, tetapi juga realistis diperlukan dalam analisis penginderaan jauh. Hambatan utama terhadap pendekatan ini adalah biaya untuk membuat basis data digital SIG, tetapi hal tersebut dapat ditekan dengan cara peningkatan dan perbaikan tersedianya perangkat keras dan perangkat lunak serta peta-peta digital yang telah tersedia dalam bentuk digital.

Dari hasil penginderaan jauh dapat diketahui kenampakan bumi (data real time atau data yang sebenarnya), dapat dilakukan klasifikasi sesuai dengan data yang sebenarnya kemudian dirubah dalam format SIG menjadi vektor dan diintegrasikan dengan data-data vektor lainnya hasil digitasi dari informasi- informasi geografis lainnya.

Citra Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer (ASTER)

Karakteristik Citra ASTER

ASTER adalah citra yang memiliki resolusi lebih tinggi dibandingkan dengan citra satelit pendahulu dan sekelasnya yaitu JERS-1Optik dan Landsat serta merupakan salah satu instrumen observasi yang ada pada satelit TERRA. Satelit ini diluncurkan pada tahun 1999 dan memiliki orbit sinkron dengan matahari (sunsynchronous) dengan waktu orbit 30 menit di belakang satelit Landsat.

Satelit TERRA merupakan program kerjasama internasional antara NASA, Kanada dan Jepang. Pada satelit ini NASA menempatkan instrument Clouds and the Earth’s Radiant Energy System (CERES), MODerate-resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) dan Multi-angle Imaging Spectroradiometer (MISR). Kanada menempatkan instrumen Measurements Of Pollution in The Trophosphere (MOPPIT) dan Jepang menempatkan ASTER. Tujuan utama dari ASTER adalah:

1. Memajukan penelitian fenomena geologi tentang permukaan tektonik dan sejarah geologi melalui pemetaan secara detail mengenai topografi bumi dan formasi geologi (mencakup penelitian terapan dan penginderaan jauh).

3. Mengetahui lebih jauh interaksi/hubungan antara permukaan bumi dan atmosfer melalui pemetaan suhu permukaan

4. Mengevaluasi dampak dari emisi gas vulkanik terhadap atmosfer melalui pemantauan aktivitas vulkanik

5. Memberikan pengertian mengenai karakteristik aerosol dan klasifikasi awan

6. Memberikan pengertian mengenai peran batu karang dalam siklus karbon melalui klasifikasi karang dan pemetaan penyebaran global dari karang.

ASTER memiliki daerah spektral yang cukup lebar yaitu 14 spektral band mulai dari daerah tampak sampai daerah inframerah thermal dengan resolusi spasial serta radiometrik cukup tinggi serta masih terdapat tambahan berupa teleskop yang diarahkan ke belakang untuk mendapatkan hasil stero instrument. ASTER terdiri dari tiga sub sistem yang berbeda yaitu Visible and Nearinfrared (VNIR), Shortwave Infrared (SWIR) dan Thermal Infrared (TIR). Karakteristik masing-masing sub sistem di atas dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Spesifikasi kanal Citra ASTER/TERRA No. Subsistem Jumlah

Kanal No. Band Kisaran spectral (µm) Resolusi (m) Kegunaan 1. VNIR (cahaya tampak dan inframerah dekat/reflektif 4 1 2 3N 3B 0.52 – 0.60 0.63 – 0.69 0.78 – 0.86 0.78 – 0.86 15 Deskripsi sumberdaya air, deskripsi tanah, kerapatan tanaman 2. SWIR (Gelombang inframerah pendek) 6 4 5 6 7 8 9 1.600 – 1.700 2.145 – 2.185 2.185 – 2.225 2.235 – 2.285 2.295 – 2.365 2.360 – 2.430 30 Deliniasi garis pantai, deskripsi jenis- jenis batuan, mineral (geologi dan pertambangan) 3. TIR (Gelombang Inframerah Thermal) 5 10 11 12 13 14 8.125 – 8.475 8.475 – 8.825 8.925 – 9.275 10.25 – 10.95 10.95 – 11.65 90 Semua aplikasi yang berbasis suhu permukaan

Visible and Nearinfrared (VNIR) memiliki tiga band dengan resolusi spasial 15 meter. Sub sistem ini terdiri dari dua teleskop, satu mengarah ke titik

nadir dan satu lagi ke belakang. Hal ini memungkinkan untuk menghasilkan citra stereo dari data yang hampir bersamaan

Shortwave Infrared (SWIR) memiliki resolusi spasial 30 meter dan bekerja pada 6 band gelombang pendek inframerah. Kemampuan SWIR diharapkan dapat memberikan data observasi yang lebih baik untuk batu, mineral dan tumbuhan yang cukup bermanfaat untuk bidang geologi dan pertambangan. Thermal Infrared (TIR) memiliki resolusi spasial 90 meter dan 5 band pada spektrum inframerah thermal. TIR diharapkan dapat menghasilkan data temperatur dan emisi permukaan dengan presisi untuk keperluan di bidang thermal dan ekologi. Jika dibandingkan dengan sensor ETM setelit Landsat, untuk daerah gelombang inframerah pendek dan inframerah thermal, ASTER memiliki jumlah band lebih banyak dengan kisaran spektral yang lebih sempit untuk setiap bandnya.

Aplikasi Citra ASTER

Kelebihan dari citra ASTER yaitu dapat meningkatkan keakurasian hasil analisa. Berbagai aplikasi citra ASTER dalam memonitoring permukaan bumi dapat dilihat sebagai berikut:

Dokumen terkait