e. Tanda-Tanda Bayi Baru Lahir Normal
5. KELUARGA BERENCANA (KB)
a. Pengertian
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi adalah cara, alat atau obat- obatan untuk mencegah terjadinya konsepsi (Mochtar R, 2012;h.195).
b. Syarat
Kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat sebagai berikut: 1) Aman dan dapat dipercaya pemakainya.
3) Tidak mengganggu hubungan seksual.
4) Dapat ditrima oleh kedua pasangan suami isteri.
5) Tidak memerlukan kontrol medik yang ketat selama penggunaannya.
6) Harganya murah sehingga dapat dijangkau masyarakat luas (Mochtar R,2012;h.195).
c. Jenis Metode Kontrasepsi Pascapersalinan
Berdasarkan Kemenkes RI (2013;h.256-259) terdapat beberapa pilihan metode kontrasepsi yang dapat digunakan setelah persalinan karena tidak mengganggu proses menyusui. Kontrasepsi yang dapat digunakan pasca persalinan yaitu:
1) Metode Amenorea Laktasi
Adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun. Dan apabila terdapat dalam keadaan- keadaan berikut:
a) Menyusui secara penuh tanpa susu formula dan lebih efektif
apabila diberikan ≥8 kali perhari.
b) Belum mendapatkan haid. c) Umur bayi kurang dari 6 bulan. 2) Kondom
Merupakan alat kontrasepsi yang tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga dapat mencegah IMS termasuk HIV/AIDS. Efektivitas tidak terlalu tinggi tergantung cara penggunaannya.
3) Minipil
Metode ini sangat efektif digunakan pada masa laktasi karena tidak akan menurunkan produksi ASI. Efek samping yang utama yaitu terjadi mual, pusing dan gangguan haid.
4) Suntikan Progestin a) Jenis
Tersedia 2 jenis suntikan yang hanya mengandung progestin yaitu:
(1) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera), mengandung 150 mg DMPA,yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik secara intramuskular (IM) di daerah bokong.
(2) Depo Nerotesteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg Nerotindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik secara IM.
b) Cara Kerja
Cara kerja suntikan progestin yaitu dengan mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi, dan menghambat transportasi gamet oleh tuba. c) Keuntungan
Keuntungan dari kotrasepsi ini yaitu:
(1) Sangat efektif karena memiliki efektivitas yang sangat tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan setiap tahun. (2) Pencegahan kehamilan jangka panjang
(3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami isteri.
(4) Tidak mengandung esterogen sehingga tidak berdampak serius pada jantung dan gangguan pembekuan darah. (5) Tidak mempengaruhi jumlah ASI.
(6) Dapat digunakan pada wanita dengan usia >35 tahun sampai premenepause.
(7) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara. (8) Mencegah beberapa penyebab penyakit panggul d) Keterbatasan
(1) Sering ditemukan gangguan haid seperti siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan sedikit sampai dengan banyak, perdarahan tidak teratur atau spottingdan tidak haid sama sekali.
(2) Klien sangat tergantung pada tenaga kesehatan.
(3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum jadwal suntikan berikutnya.
(4) Meningkatkan berat badan.
(5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan penyakit infeksi menular seksual, Hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
(6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
e) Indikasi
Yang dapat menggunakan kontrasepsi progestin yaitu: (1) Usia reproduksi
(2) Nulipara dan yang telah mempunyai anak.
(3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan efektivitas tinggi.
(4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai. (5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui atau setelah
keguguran.
(6) Telah banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi (7) Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah
gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit.
(8) Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandug ekstrogen.
f) Kontraindikasi
Kontraindikasi dari kontrasepsi suntikan progesterin yaitu: (1) Hamil atau dicurigai hamil.
(2) Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya. (3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama
Amenorea.
(4) Menderita kanker payudara atau riwayat payudara. (5) Diabetes militus disertai komplikasi.
g) Waktu
Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntikan progestin yaitu suntikan dapat diberikan setiap saat selama siklus haid berlangsung asalkan klien tidak hamil, pada hari 1-7 siklus haid. Ibu yang sedang menggunakan kontrasepsi lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan progestin, mak suntikan
pertama dapat diberikan segera asalkan ibu tidak hamil, Jika ibu sedang menggunakan kontrasepsi suntikan yang lain dan ingin mengganti dengan suntikan progestin maka suntikan dapat diberikan sesuai dengan jadwal suntikan sebelumnya. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya dengan suntikan progestin maka suntikan dapat langsung diberikan, tidak perlu menunggu haid berikutnya, dan bila ibu disuntik setelah haid hari ke-7 ma selama 7 hari tidak boleh melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom. Jika ibu ingin menggantikan AKDR dengan suntikan progestin maka suntikan dapat diberikan pada hari ke 1-7. h) Cara Penggunaan
Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setia 3 bulan dengan cara disuntik secara IM di daerah pantat, penyuntikan tidak boleh terlalu dangkal karena akan mengurangi efekstivitas dari suntikan. Sebelum penyuntikan dilakukan maka kulit yang akan disuntik dibasahi dengan ka€€pas alkohol, kemudian biarkan
kulit kering sebelum disuntik dan kocok suntikan DMPA dengan baik dan hindarkan terjadinya glembung-gelembung udara. (Affandi,B. 2012;h.MK 44-46)
5) Implan
Adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan dapat mencegah kehamilan 3 tahun untuk implanon, 5 tahun norplant II, efek samping dari metode ini adalah perubahan
pola perdarahan haid. Dan pasien melakukan kunjungan ulang setelah 1 minggu pemasangan atau jika ada keluhan.
6) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Merupakan alat kontrasepsi jangka panjang yang memiliki sambungan ke serviks berupa untaian benang, dapat mencegah kehamilan hingga 10 tahun untuk jenis Copper T 380A. Untuk kunjungan ulang dilakukan kurang lebih dalam waktu 6 minggu (Varney, 2006;h.449-456).
7) Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi mantap atau sterilisasi merupakan tindakan menghambat atau menutup jalan bagi sperma atau sel telur melalui upaya pembedahan untuk mencegah terjadinya pembuahan (Varney, 2006;h.419).
d. Penapisan calon akseptor keluarga berencana
Penapisan calon akseptor keluarga berencana menurut Afandi (2012) yaitu:
1) Penapisan metode kontrasepsi hormonal (pil,suntik,implant)
Penapisan yang dilakukan pada calon askeptor baru kontrasepsi hormonal yaitu dengan menanyakan kepada klien apakah hari pertama haid terakhir 7 hari atau lebih, menyusui dan kurang dari 6 minggu pasca bersalin, mengalami perdarahan bercak antara haid setelah senggama, ikterus kulit atau sklera mata, nyeri kepala hebat atau gangguan visual, nyeri hebat pada betispaha atau dada dan tungkak bengkak, tekanan darah diatas 160 mmhg(sistolik) atau 90 mmhg (diastolik),terdapat masa atau
benjolan pada payudara, sedang minum obat- obat epilepsi, jika didapati salah satu dari hal tersebut maka penggunaan kontrasepsi hormonal tidak dianjurkan atau tidak diperbolehkan.
2) Penapisan kontrasepsi AKDR
Penapisan yang dilakukan pada calon akseptor kontrasepsi AKDR yaitu dengan menanyakan kepada klien apakah hari pertama haid terakhir 7 hari atau lebih, klien maupun pasangan mempunyai pasangan seks lain, menderita infeksi menular seksual IMS, penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik, mengalami haid banyak, haid lama, disemenorea berat yang membutuhkan analgetik dan atau istirahat baring, perdarahan bercak haid atau setelah senggama, gejala penyakit jantung atau kongenital. Jika ditemukan salah satu dari hal tersebut maka penggunaan kontrasepsi AKDR tidak dianjurkan atau tidak diperbolehkan.
3) Penapisan metode mantap a) Tubektomi
Penapisan yang dilakukan yaitu apakah keadaan umum klien baik, tidak ada tanda-tanda penyakit jantung, paru, ginjal,tekanan darah <160/100 mmHg berat badan 35-85 kg riwayat SC (tanpa perlekatan) riwayat radang panggul, kehamilan ektopik, apendiksitis dalam batas normal, HB ≥8 gr%
jika di dapat tanda-tanda tersebut, tubektomi dapat dilakukan di lakukan di fasiitas rawat jalan.