• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Keluarga

Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga dan makan dalam satu periuk. Terdapat beberapa definisi keluarga dari beberapa sumber, yaitu:

1. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986).

2. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya,1978 ).

3. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI, 1988). Definisi, Fungsi dan Bentuk Keluarga, 2012)

Keluarga merupakan institusi paling penting pengaruhnya terhadap sosialisasi manusia. Hal ini dimungkinkan karena berbagai kondisi yang dimiliki oleh keluarga. Dan keluarga merupakan kelompok primer yang selalu tatap muka diantara anggotanya, sehingga dapat selalu mengikuti perkembangan anggota-anggotanya (Narwoko dan Suyanto,2007: 92).

Menurut Undang-undang tentang Perlindungan Anak No 23 Tahun 2002, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga.

Dari beberapa pengertian tentang keluarga, pada hakikatnya keluarga merupakan hubungan seketurunan maupun tambahan (adopsi) yang diatur melalui kehidupan perkawinan bersama searah dengan keturunannya yang merupakan satuan yang khusus. Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak (Su’adah, 2005: 22-23). Selanjutnya Iver dan Page memberikan ciri-ciri umum keluarga yang meliputi :

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.

3. Suatu sistem tata-tata norma termasuk perhitungan garis keturunan.

4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-angta kelompok yang mempunyai ketentuan khusu terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.

5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga (Su’adah, 2005: 22).

Disamping ciri-ciri umum keluarga, keluarga juga mempunyai sifat-sifat khusus yaitu:

1. Universalitas artinya merupakan bentuk yang universal dari seluruh organisasi sosial.

2. Dasar emosional artinya rasa kasih sayang, kecintaan sampai kebanggan suatu ras.

3. Pengaruh yang normatif artinya keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama-tama bagi seluruh bentuk hidup yang tertinggi, dan membentuk watak daripada individu.

4. Besarnya keluarga terbatas.

5. Kedudukan yang sentral dalam struktur sosial. 6. Pertanggung jawab daripada anggota-anggota.

7. Adanya aturan-aturan sosial yang homogen (Ahmadi, 2007: 222)

Beberapa sebab misalnya yaitu karena adanya perekonomian, pengaruh uang, produksi atau pengaruh individualisme, sistem kekeluargaan ini menjadi kabur. Hal ini disebabkan karena: urbanisasi, emansipasi sosial wanita dan adanya pembatasan kelahiran yang disengaja.

Akibat pengaruh-pengaruh perkembangan keluarga itu menyebabkan hilangnya peranan-peranan sosial yaitu:

1. Keluarga berubah fungsinya, dari kesatuan yang menghasilkan menjadi kesatuan yang memakai semata-mata. Dahulu keluarga menghasilkan sendiri keluarganya, tetapi lama kelamaan fungsi ini semakin jarang karena telah dikerjakan oleh orang-orang tertentu.

2. Tugas untuk mendidik anak-anak sebagian besar diserahkan kepada sekolah-sekolah, kecuali anak-anak kecil yang masih hidup dalm lingkungan keluarga. 3. Tugas bercengkerama di dalam keluarga menjadi mundur, karena tumbuhnya

perkumpulan-perkumpulan modern, sehingga waktu untuk berada di tengah-tengah keluarga makin lama makin sedikit (Ahmadi, 2007: 223).

Keluarga dianggap sangat penting dan menjadi pusat perhatian kehidupan individu, maka dalam kenyataanya fungsi keluarga pada semua masyarakat adalah sama. Secara rinci, beberapa fungsi dari keluarga adalah :

1. Fungsi pengaturan keturuanan :Fungsi keturunan ataupun reproduksi ini merupakan hakikat untuk kelangsungan hidup manusia dan sebagai dasar kehidupan sosial manusia dan bukan hanya sekedar kebutuhan biologis saja. Fungsi ini didasari atas pertimbangan-pertimbangan sosial seperti melanjutkan keturunan, mewariskan kekayaan, serta pemeliharaan pada hari tua.

2. Fungsi sosialisai atau pendidikan :Fungsi ini adalah untuk medidik anak mulai dari awal sampai pertumbuhan anak hingga terbentuk personality-nya.

3. Fungsi ekonomi atau unit produksi :Adanya fungsi ekonomi maka hubungan diantara anggota keluarga bukan hanya sekedar hubungan yang dilandasi kepentingan untuk melanjutkan keturunan, akan tetapi juga memandang keluarga sebagai sistem hubungan kerja.

4. Funsi pelindung atau proteksi :Fungsi ini adalah untuk melindungi seluruh anggota keluarga dari berbagai bahaya yang dialami oleh suatu keluarga.

5. Fungsi penentuan status :Masyarakat terdapat perbedaan status yang besar, maka keluarga akan mewariskan statusnya pada tiap-tiap anggota atau individu sehingga tiap-tiap anggota keluarga mempunyai hak-hak istimewa.

6. Fungsi pemeliharaan : Fungsi pemeliharaan ini pada tiap masyarakat berbeda-beda, tetapi sebagian masyarakat membebani keluargadengan pertanggung jawaban khusus terhadap anggotanya bila mereka tergantng pada masyarakat.

7. Fungsi afeksi : Yaitu kebutuhan akan kasih sayang atau rasa dicintai (Narwoko dan Suyanto, 2007: 234-237).

Menurut Horton (dalam Su’adah, 2005: 109), fungsi-fungsi keluarga meliputi: 1. Fungsi Pengaturan Seksual :Keluarga berfungsi sebagai lembaga pokok yang

merupakan wahana bagi masyarakat untuk mengatur dan mengorganisasikan kepuasan keinginan seksual.

2. Fungsi Reproduksi :Fungsi keluarga untuk memproduksi atau menghasilkan anak.

3. Fungsi Afeksi :Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia akan kasih sayang dan dicintai.

Fungsi-fungsi keluarga seperti fungsi pengaturan seksual, fungsi reproduksi, dan fungsi afeksi tersebut merupakan hal yang dilakukan oleh keluarga terutama orang tua terhadap anak. Perkembangan anak-anak juga

memiliki keterkaitan pada ekonomi keluarga. Keadaan ekonomi keluarga tentulah sangat berpengaruh pada perkembagan anak-anak, apabila kita perhatikan hubungan orang tua yang hidup dalam ekonomi keluarga yang cukup, orang tuanya dapat mencurahkan kasih sayang serta perhatian yang lebih ke anak apabila ia tidak dibebani maslah-masalah keluarga yang primer. Tetapi, jika ekonomi keluarga yang rendah, orangtua tidak mencurahkan kasih sayang serta perhatian yang lebih ke anak (Gerungan, 2004: 196).

Secara umum hal tersebut dianggap benar, namun faktor dari ekonomi keluarga yang rendah atau miskin tidak merupakan faktor mutlak dalam perkembangan anak di dalam keluarga. Ada beberapa faktor lainnya seperti kesadaran para orang tua untuk menyekolahkan anak-anak masih rendah. Disisi lain, tuntutan kebutuhan ekonomi juga sangat berat, sehingga tidak sedikit orangtua mengajak anak-anaknya untuk membantu mencari nafkah (Anwas, 2013: 117).

Dokumen terkait