KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
2. Kemampuan Berpikir Kreatif
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sedangkan menurut Stephen P. Robbins dan Timonthy A. Judge (dalam Kurniawan, 2012:10) mengartikan bahwa kemampuan (ability) adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.
Salah satu anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT kepada umat manusia adalah diberikannya kemampuan berpikir, sehingga sudah selayaknya dimanfaatkan dengan sungguh-sungguh. Ruggiero (dalam Siswono, 2007:02) mengartikan berpikir sebagai suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan (fulfill a desire to understand). Menurut Garret (dalam Kuswana, 2013:02) berpikir merupakan perilaku yang sering tersembunyi atau setengah tersembunyi di dalam lambang atau gambaran, ide, konsep yang dilakukan seseorang. Berpikir, memecahkan masalah, dan menghasilkan sesuatu yang baru adalah kegiatan
yang kompleks dan berhubungan erat satu dengan yang lain. Suatu masalah umumnya tidak dapat dipecahkan tanpa berpikir, dan banyak masalah memerlukan pemecahan yang baru bagi orang-orang atau kelompok. Ciri-ciri yang utama dari berpikir adalah adanya abstraksi. Abstraksi dalam hal ini berarti anggapan lepasnya kualitas atau relasi dari benda-benda, kejadian-kejadian, dan situasi-situasi yang mula-mula dihadapi sebagai kenyataan.
Dengan demikian dalam arti luas kita dapat mengatakan bahwa berpikir adalah bergaul dengan abstraksi-abstraksi (Supardi U.S, 2015:254).
Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa berpikir adalah proses operasi mental yang dapat diolah, diformulasi, dan dinilai sehinggan diperoleh sebuah hasil atau pengetahuan.
Kreatif berasal dari bahasa Inggris create yang artinya mencipta, sedang creative mengandung pengertian memiliki daya cipta, mampu merealisasikan ide-ide dan perasaannya sehingga tercipta sebuah komposisi dengan warna dan nuansa baru (Supardi U.S, 2015:255). Menurut Santrock (dalam Ismara, dkk, 2017:02) mengatakan bahwa kreativitas ialah kemampuan berpikir tentang sesuatu dengan cara baru dan tak biasa dalam menghasilkan solusi yang unik atas suatu masalah. Sedangkan menurut Hurlock (dalam Sudarma, 2016:18) kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru.
Kreativitas adalah suatu kemampuan, yaitu kemampuan untuk membayangkan atau menciptakan sesuatu yang baru, kemampuan untuk
membangun ide-ide baru dengan mengkombinasikan, merubah, menerapkan ulang ide-ide yang sudah ada; suatu sikap, yaitu kemampuan menerima perubahan dan pembaruan, kemauan untuk bermain dengan ide dan kemungkinan untuk fleksibilitas pandangan, kebiasaan menikmati sesuatu dengan baik, ketika mencari cara untuk mengimprovisasi ide tersebut; suatu proses, yaitu orang kreatif bekerja keras dan terus menerus, sedikit demi sedikit membuat perubahan dan perbaikan terhadap pekerjaannya (Harris dalam Supardi U.S, 2015:255). Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat idea tau pengetahuan baru berdasarkan informasi yang tersedia sehingga mampu membuat perubahan terhadap permasalahan yang dihadapi.
Perkembangan berpikir seorang siswa bergerak dari kegiatan berpikir konkret menuju berpikir abstrak. Seorang guru perlu memahami kemampuan berpikir siswa sehingga tidak memaksakan materi-materi pelajaran yang tingkat kesukarannya tidak sesuai dengan kemampuan siswa. Apabila hal ini terjadi maka siswa mengalami kesukaran untuk mencerna gagasan-gagasan dari materi pelajaran yang diberikan, maka usaha guru untuk membelajarkan siswa bisa disebut gagal. Disini penting bahwa setiap siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif (Supardi U.S, 2015:255).
Menurut Evans (dalam Siswono, 2007:03) menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk membuat hubungan-hubungan (conections) yang terus menerus (kontinu), sehingga ditemukan kombinasi yang “benar” atau sampai seseorang itu menyerah. Asosiasi kreatif terjadi
melalui kemiripan-kemiripan sesuatu atau melalui pemikiran analogis.
Asosiasi ide-ide membentuk ide-ide baru. Jadi, berpikir kreatif mengabaikan hubungan yang sudah mapan, dan menciptakan hubungan-hubungan tersendiri. Pengertian ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif merupakan kegiatan mental untuk menemukan suatu kombinasi yang belum dikenal sebelumnya. Berpikir kreatif juga sering disebut dengan berpikir divergen karena dengan berpikir dapat memperluas pengetahuan untuk mencari ide-ide baru dan menyelesaikan masalah. Munandar (dalam Meutia, dkk, 2017:120) menyatakan bahwa: "Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban".
Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan yang sifatnya menghasilkan sesuatu ide baru berdasarkan situasi yang diberikan, menemukan beberapa cara yang mungkin untuk menyelesaikan masalah dan menyusun kemungkinan-kemungkinan penyelesaian suatu masalah (Syarif, 2016:94). Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan seseorang untuk menemukan banyak kemungkinan gagasan atau ide yang baru dan orisinil terhadap suatu masalah yang diberikan.
Menurut Noer (2009:523) secara umum terdapat 5 macam perilaku kreatif untuk mengukur kemampuan kreatif seseorang, yaitu:
a. Kelancaran (fluency): kemampuan untuk mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan.
b. Keluwesan (flexibility): kemampuan untuk menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda, mencari banyak alternatif yang berbeda, dan mampu mengubah cara pendekatan.
c. Keterperincian (elaboration): Kemampuan untuk mengembangkan suatu gagasan, menambah atau memerinci secara detil suatu obyek, gagasan, atau situasi.
d. Kepekaan (sensitivity): kemampuan untuk menangkap dan menghasilkan masalah-masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.
e. Keaslian (Originality): kemampuan untuk mengemukakan pendapat dirinya sendiri sebagai tanggapan terhadap suatu situasi yang dihadapi.
Menurut Munandar (dalam Azhari dan Somakim, 2013:04) kemampuan berpikir kreatif meliputi empat kriteria, antara lain kelancaran, kelenturan, keaslian dalam berpikir dan elaborasi atau keteperincian dalam mengembangkan gagasan. Kelancaran dalam berpikir merupakan kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan dan jawaban penyelesaian dan suatu masalah yang relevan, arus pemikiran lancar. Kelenturan (fleksibilitas) dalam berpikir merupakan kemampuan untuk memberikan jawaban/gagasan yang seragam namun arah pemikiran yang berbeda-beda, mampu mengubah cara atau pendekatan dan dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang tinjauan, keaslian (orisinalitas) merupakan kemampuan melahirkan ungkapan
yang baru, unik dan memikirkan cara yang tidak lazim, yang lain dari yang lain, yang diberikan kebanyakan orang. Keterperincian (elaborasi) dalam berpikir merupakan kemampuan untuk memperkaya, mengembangkan menambah suatu gagasan, memperinci detail-detail dan memperluas suatu gagasan. Ciri-ciri kemampuan berfikir kreatif antara lain meliputi :
a. Keterampilan berfikir lancar (fluency)
1) Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan 2) Menghasilkan motivasi belajar
3) Arus pemikiran lancar
b. Keterampilan berfikir lentur (flexibility)
1) Menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam 2) Mampu mengubah cara atau pendekatan 3) Arah pemikiran yang berbeda
c. Keterampilan berfikir (originality)
1) Memberikan jawaban yang tidak lazim
2) Memberikan jawaban yang lain daripada yang lain
3) Memberikan jawaban yang jarang diberikan kebanyakan orang d. Keterampilan berfikir keterperincian (elaboration)
1) Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan 2) Memperinci secara detail
3) Memperluas suatu gagasan
Silver (dalam Siswono, 2007:06) menjelaskan bahwa untuk menilai kemampuan berpikir kreatif anak-anak dan orang dewasa sering digunakan
“The Torrance Tests of Creative Thinking (TTCT)”. Tiga komponen kunci yang dinilai dalam kreativitas menggunakan TTCT adalah kefasihan (fluency), fleksibilitas dan kebaruan (novelty). Kefasihan mengacu pada banyaknya ide-ide yang dibuat dalam merespon perintah. Fleksibilitas tampak pada perubahan-perubahan pendekatan ketika merespon perintah. Kebaruan merupakan keaslian ide yang dibuat dalam merespon perintah. Dalam masing-masing komponen, apabila respon perintah disyaratkan harus sesuai, tepat atau berguna dengan perintah yang diinginkan, maka indikator kelayakan, kegunaan atau bernilai berpikir kreatif sudah dipenuhi. Indikator keaslian dapat ditunjukkan atau merupakan bagian dari kebaruan.
Jadi indikator atau komponen berpikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator menurut Silver (dalam Siswono, 2006:03) yang meliputi kefasihan (fluency) dan keluwesan (flexibility). Indikator kefasihan (fluency) dalam penelitian ini adalah siswa mampu memberikan bermacam-macam jawaban yang benar dan tepat. Indikator keluwesan (flexibility) dalam penelitian ini adalah siswa mampu menggunakan cara penyelesaian yang berbeda dalam menghadapi masalah matematika.
Indikator kebaruan (novelty) tidak digunakan dalam penelitian ini karena apabila siswa diberikan soal non rutin kemudian ada beberapa siswa yang sudah mendapatkan atau mengerjakan soal tersebut misalnya pada saat mereka bimbingan belajar atau mereka pernah melihat di internet, maka itu
tidak dapat disebut memenuhi indikator kebaruan (novelty). Karena indikator kebaruan (novelty) yang dimaksud disini adalah baru bagi siswa. Oleh karena itu, indikator kebaruan tidak digunakan dalam penelitian ini sebab sulit untuk diterapkan.
Tabel 2.1 Kriteria Kemampuan Berpikir Kreatif Komponen
Berpikir Kreatif Kriteria
Kefasihan (fluency)
Peserta didik mampu menghasilkan bermacam-macam solusi atau jawaban yang benar dan tepat.
Keluwesan (flexibility)
Peserta didik mampu menggunakan pendekatan, metode atau cara penyelesaian yang berbeda dalam menghadapi masalah.