• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Groundstroke Forehand

Pukulan yang disebut drive termasuk golongan groundstroke. Sedangkan yang dimaksud groundstroke menurut B. Yudoprasetio (1981: 59) adalah “pukulan yang dilakukan terhadap bola yang sudah menyentuh tanah (lapangan)”. Sama seperti yang dikemukakan Jim Brown (2001: 31) “Groundstroke adalah pukulan setelah bola memantul ke lapangan”. Jenis-jenis groundstroke atau pukulan setelah bola menyentuh lapangan yaitu: lob, slice, chop, half volley, top spin drive, forehand spin drive, dan lain-lain.

Groundstroke Forehand merupakan salah satu teknik dasar dalam permainan tenis lapangan. Bagi para petenis pukulan groundstroke forehand merupakan pukulan yang sangat penting dan paling banyak digunakan dalam pertandingan. Seperti yang dikemukakan oleh Mulyono B (2000: 63) “Jenis pukulan forehand dimainkan dua kali lebih sering dari pada jumlah semua jenis pukulan lannya”.

Forehand merupakan jenis groundstroke forehand, spindrive, Forehand adalah jenis pukulan tenis yang dilakukan mengarah kesamping tubuh. Berkaitan dengan pukulan Groundstroke Forehand, Jim Brown (1996) menyatakan “Forehand adalah pukulan yang dilakukan oleh pemain tangan kanan pada bola yang berada di sisi kanan tubuhnya: atau pukulan yang dilakukan oleh pemain kidal pada bola yang berada di sisi kiri tubuhnya”.

Berdasar pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian Groundstroke Forehand adalah pukulan yang dilakukan oleh pemain tangankanan pada bola yang berada di sisi kanan tubuhnya atau pukulan yang dilakukan pada pemain kidal pada bola yang berada di sisi kiri tubuhnya setelah bola memantul di lapangan. Pukulan ini dilakukan setelah bola memantul sekali.

Arma Abdoellah (1981: 513) menjelaskan teknik groundstroke forehand sebagai berikut “tiga hal yang diperhatikan baik dalam pukulan forehand maupun pukulan backhand adalah 1) ayunan kebelakang (backswing), 2) saat bolakenaraket, 3) gerak lanjut (followthrough)”. Dalam melakukan semua jenis pukulan tersebut ada tiga tahapan yaitu persiapan, produksi dan gerak lanjutan. Persiapan merupakan awal

gerakan untuk menyongsong datangnya bola dengan cara menarik raket kesamping belakang badan. Perkenaan merupakan bagian dari ayunan, dimana raket benar-benar mengadakan kontak dengan bola, kemudian diteruskan dengan gerakan lanjut. Persiapan dan lanjutan merupakan gaya setiap perorangan, meskipun tujuannya sama yaitu mengusahakan momentum ayunan yang tepat. Gerak ayun (backswing) perkenaan (impact) dan gerak lanjut (followthrough) merupakan satu gerakan yang serasi dan tidak terputus-putus.

a. Teknik Groundstroke Forehand

Peningkatan prestasi dalam olahraga menuntut adanya perbaikan dan pengembangan unsur teknik untuk mencapai tujuannya. Teknik dikatakan baik apabila ditinjau dari segi anatomis, fisiologis, mekanika, biomekanika, dan mental terpenuhi persyaratannya secara baik, dapat diterapkan dalam praktek dan memberikan sumbangan terhadap pencapaian prestasi maksimal.

Pukulan groundstroke forehand merupakan suatu pola gerakan yang terdiri dari beberapa bagian yang harus dirangkaikan dengan baik dan harmonis. Pola gerakan pukulan groundstroke forehand terangkum dalam teknik pukulan groundstroke forehand. Gerakan harus dirangkai dengan irama tertentu untuk menjadi gerakan yang harmonis. Dalam latihan groundstroke forehand ada tiga hal yang penting yaitu: Gerak ayun (backswing), perkenaan (impact), dan gerak lanjut (followthrough) merupakan satu gerakan yang serasi dan tidak terputus-putus, yang nantinya dijadikan satu gerakan ayunan lengkap dan harmonis, guna memukul bola.

Menurut Miguel Crespo dan Dave Miley (1998: 37-39) menerangkan dalam rangkaian groundstroke forehand yaitu:

1) Posisi siap

Gambar 2.14 Posisi Sikap Awal

Keterangan:

a) Raket di pegang di depan badan, tangan kiri memegang leher raket. b) Lutut sedikit ditekuk.

c) Kaki dibuka selebar bahu, berat badan berada di kedua kaki. d) Pemain fokus pada bola yang akan dating.

2) Tahap Persiapan Perputaran bahu dan ayunan (backswing)

Gambar 2.15 Posisi Backswing

Sumber: Joe River & Scott C. Williams, 1998: 12-14

Keterangan:

a) Pemain memutar pinggul dan bahu menyamping net, bahu kiri menghadap ke depan (net).

b) Kaki menyesuaikan pada saat menyamping. c) Bahu memutar mulai melakukan (backswing).

d) Sasaran raket menunjuk ke arah bola yang mendekat. e) Pada tahap ini langkah-langkah harus segera menyesuaikan. f) Lutut membantu dari posisi rendah ketinggi.

3) Tahap Memukul Ayunan Forehand

Gambar 2.16 Perkenaan Bola dengan Raket (impact) Sumber: Joe River & Scott C. Williams, 2012: 12-14 Keterangan:

a) Langkah kaki kiri pemain harus tepat sebelum melakukan ayunan (forward swing).

b) Titik kontak berada di sekitar pinggang di sebelah depan badan. c) Kepala raket mengenai kontak (impact).

d) Ayunan raket dari rendah ketinggi. 4) Gerak lanjut

Gambar 2.17 Gerak Lanjut (followthrough) Sumber: Joe River & Scott C. Williams, 2012: 15 Keterangan:

a) Setelah kontak dengan bola, gerak lanjut raket mengikuti arah bola. b) Gerakan siku harus selesai sampai setinggi bahu.

b. Kesalahan yang Sering Terjadi Pada Pukulan Forehand

Sering sekali pada saat memukul forehand mengalami kesulitan, baik para pemain pemula ataupun yang sudah lanjut. Jim Brown (2001: 37) mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan dalam pukulan forehand dan cara memperbaikinya sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kesalahan dalam Groundstroke forehand dan perbaikannya

No KESALAHAN PERBAIKAN

1 Memegang raket dengan Genggaman yang salah

Gunakan tangan anda yang bebas

untuk mengaturgenggaman antara dua pukulan. Ingatlah, dengan melihat pada genggaman dari atas, pergelangan tangan anda harus beradadi belakang

2 Raket berputarsaat terkena bola Pegang raket lebiherat 3 Anda tidak memiliki waktu yang

cukup untuk memukul

Mulailah bersiap-siap ketika bola

baru dipukul olehlawan. Jangan menunggu hingga bola sudah jatuh di lapangan anda 4 Anda terlalu keras memukul bola Kurangi jarak ayunan kebelakang

pertahankan posisi muka raket tegak lurus terhadap tanah

5 Pukulan anda kurang bertenaga Bobot anda harus condong ke depan saat memukul. Lakukan backswing lebih awal dan gerakkan raket ke depan saat mengayun. Tanpa Forehand akan menyebabkan pukulan yang lemah dan pendek jangan melakukan Forehand dengan genggaman Forehand

6 Pukulan anda tidak konsisten Periksa genggaman anda dan jaga

genggaman pada posisi yang tetap, semakin banyak bergerak, semakin berkurang kendali 7 Siku anda tinggi dan bergerak

lebih dulu saat pukulan forehand

Pertahankan agar siku selalu dekat dengan pinggang saat melakukan pukulan forehand, Jangan memulai pukulan dengan bagian tangan anda

Sumber (Jim Brown, 1996: 37)

Untuk mendapatkan pukulan forehand yang baik dan benar, maka kesalahan-kesalahan seperti di atas harus dihindari. Kesalahan dalam melakukan pukulan forehand merupakan sebuah kegagalan, sehingga akan memberi peluang lawan untuk menyerang atau mematikan bola.

c. Sistem Energi dalam Groundstroke Forehand 1) Sistem Energi

Setiap melakukan kerja tergantung kepada energi yang ada di dalam tubuh. Sehingga energy dapat diartikan sebagai kapasitas untuk melakukan kerja. Energi yang digunakan tubuh untuk melakukan kerja dipasok dari makanan yang kita makan, tetapi energi tersebut tidak dapat diserap langsung makan tersebut. Menurut Fox (1984: 270)" diperoleh dari persenyawaan yang disebut ATP (Adenosine Triphospate)". Persenyawaan ATP itu dihasilkan dari penguraian makanan yang digunakan. Lebih lanjut Fox (1984: 19) menjelaskan" struktur ATP terdiri dari satu komponen yang sangat kompleks yaitu adenosine dan tiga bagian lainnya yaitu kelompok-kelompok fosfat".

Otot merupakan salah satu alat tubuh dalam menggunakan ATP sebagai sumber energi, hal ini digunakan untuk aktivitas fisik. ATP paling banyaj tertimbun dalam sel otot jika dibandingkan pada jaringan tubuh yang lain, akan tetapi ATP yang tertimbun dalam jumlah sangat terbatas yaitu 4-6 milimol/kg otot. ATP tersedia hanya cukup untuk aktivitas cepat dan berat selama 8-10 detik, pada aktivitas yang berlangsung lebih lama dari waktu tersebut perlu di bentuk ATP kembali. Kemampuan daya ledak terutama, didukung oleh kontraksi otot cepat dan menyediakan energy melalui proses anaerobik. Kapasitas penyediaan energi aerobik sangat menentukan dalam rangka gerkan-gerakan yang kuat dan cepat. Penyediaan energi secara anerobik meliputi system energy ATP-PC (phospagen system) dan glikolisis anaerobik (lactacid system)

2) Sistem ATP-PC

Apabila otot berkontraksi berulang-ulang maka ATP harus dibentuk kembali Mc.Ardle, dkk, (1981), Fox (1984), menyatakan untuk pembentukan ATP yang cepat adalah melalui pemecahan PC (phosphate creatin), karena PC merupakan senyawa yang mengandung fosfat yang tertimbun di dalam otot seperti halnya ATP maka sistem ini juga disebut fosfagen. Reaksi terjadi pemecahan ATP dan PC berlangsung cepat dan terjadi dalam sel. Pada saat ATP digunakan maka PC segera terurai dan membebaskan energi, sehingga terjadi resintesa ATP, ATP dipecah pada saat kontaksi otot berlangsung, kemudian di bentuk kembali melalui ADP-Pi oleh adanya enrgi yang berasal dari pemecahan simpanan PC (Corretely, 1992).

Penyediaan ATP pada sistem ini hanya dapat dipakai selama 3-8 detik (Soekarman, 1987). Otot untuk dapat berkontraksi terus menerus perlu adanya pembentukan kembali ATP, karena ATP dalam otot sangat terbatas jumlahnya. Energi diperlukan dalam pembentukan ATP untuk itu perlu senyawa dalam pembentukan ATP dengan cepat yaitu Phosphocreatin terdapat juga dalam otot, karena ATP dan PC mengandung senyawa fosfat, maka sistem ini disebut sebagai "phosphagen, system". PC pecahakan keluar energi, pemecahan ini tidak memerlukan oksigen. PC jumlahnya hanya sedikit, tetapi PC merupakan sumber energi yang tercepat untuk membentuk ATP kembali. Sistem phosphagen merupakan sumber energi yang dapat secara tepat diperlukan untuk kecepatan, karena sistem ini merupakan reaksi kimia yang pendek, tanpa oksigen dan ATP -PC tertimbun dalam mekanisme kontraktil dalam otot. Persediaan PC dalam otot sekitar 15-17 milimol/kg otot atau untuk seluruh tubuh berkisar 4,5-5,1 kcal. Jumlah sitem ATP-PC tersebut ditingkatkan dengan latihan yang cepat dan berat. Fox (1998: 20).

3) Sistem Glikolisis Anaerobik

Sistem ini sangat rumit bila dibandingkan dengan sistem ATP-PC. Proses glikolisis aerobik memerlukan dua belas macam reaksi berurutan, sehingga pembentukan energi lewat sistem ini berjalan lebih lambat bila dibandingkan dengan sistem ATP-PC (Brooks & Fahey, 1984). Apabila ATP habis atau tidak terpenuhi lagi dari sistem fosfagen, selanjutnya ATP dapat dibentuk kembali melalui pemecahan glikologen tanpa oksigen. Proses pembentukan ini dapat disebut dengan sistem glikolisis anaerobik (asam laktat), secara sederhana proses glikolisis anaerobik melalui sistem ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Glikogen dari Otot

Glukosa Darah Glukosa

atau ADP + PI

ATP

Gambar 2.18 Glikolisis Anaerobik Sumber: Fox, 1998: 21

Gambar sistem asam laktat glikogen pecah secara kimia, selama glikogen pecah energy dilepas melalui rangkaian reaksi, yang digunakan untuk resintesa ATP. Adapun ciri glikolosis anaerobik adalah:

a) Terbentuknya asam laktat. b) Tidak membutuhkan oksigen c) Hanya menggunakan karbohidrat

d) Memberikan energi untuk resintesa beberapa molekul ATP (Fox, 1984).

Olahraga yang memerlukan kecepatan, pertama akan menggunakan ATP-PC dan kemudian sistem glikolisis anaerobik. Olahraga yang lamanya 1-3 menit energi yang digunakan terutama dari proses glikolosis anaerobik, karena dapat memberikan ATP dengan cepat bila dibandingkan dengan sistem aerobik (Soekarman, 1987). Proses glyklisis anaerobic secara sederhana dapat disimpulkan bahwa proses ini menyebabkan kelelahan. Tanpa oksigen, menggunkan karbohidrat dengan memberikan energi untuk resintesa beberapa molekal ATP.

4) Sistem Aerobik atau Sistem Oksigen

Reaksi aerobik terjadi didalam "mitochondria" yang terdapat pada setiap serabut otot. Mitochondria berlangsung proses metabolism aerobic dengan pksigen, sehingga menghasilkan ATP dalam jumlah yang besar, maka mitochondria ini disebut

Proses Glikolisis

juga waning energi (power house). Reaksi yang sangat rumit dan kompleks memerlukan cukup oksigen, maka satu moleglycogen dipecah secara sempurna menjadi karbondioksida dan hidrogen, serta mengeluarkan energi yang cukup untuk resintesa sejumlah ATP (Hazeldine, 1985: 7). Proses ini lebih lanjut dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 2.19 Proses Glikolisis Anaerobik dalam Mitokondria Sumber: Hazeldine, 1985: 7

Sistem Aerobik menurut Fox (1998: 26) dapat berlangsung dengan tiga cara yaitu:

a) Glikolisis Aerobik

Tersedia oksigen yang cukup dan asam laktat yang tidak tertimbun dalam reaksi glykolisisaerobic karena oksigen menghambat penumpukan asam laktat, tetapi tidak menghalangi pembentukan ATP. Oksigen membantu mengubah asam laktat menjadi piruvat setelah ATP diresintesi. Reaksi glykolisisaerobic terjadi sebagai berikut:

Glukosa+2 ADP+2 Fosfat dengan energi ----˃ 2 Asam Piruvat +2 ATP+4 H b) Siklus Krebs

Siklus krebs menghasilkan karbondioksida, terjadi dan menghasilkan ATP. Fox (1998: 30). Pemecahan glukosa dilanjutkan dengan memecah dua macam piruvat dengan pertolongan coenzyme A. Asam lemak aktif ini masuk ke dalam siklus oksidasi dan menjadi acetylcoenzime A. acetylcoenzyme A ini kemudian masuk ke dalam siklus krebs. ATP yang dihasilkan tergantung macam asam lemak yang dioksidasi. Proses siklus krebs lebih lanjut terlihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2.20 Siklus Kreb Sumber: Fox, 1998: 30

c) Sistem Transport Elektron

Reaksi yang terjadi di dalam membrane (inner membrane) dari mitokondria adalah serangkaian reaksi hingga terjadi 1120 di sebut dengan istilah transport elektron atau rantai respiratori. Dimana ion-ion hidrogen dan elektron masuk kedalam sistem transport elektron memilki tingkat sedikit lebih tinggi dari FADH2. Yang mana NADH hanya dua molekul Air inti reaksi adalah:

4H + 4CO2 IH20.

Sejumlah energi dikeluarkan sewaktu terjadi transportasi dari elektron di dalam rantai respiratori (Lamb, 1984: 49).

Gambar 2.21 Sistem Transport Elektron Sumber: Lamb, 1984: 49

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, sistem energi yang digunakan dalam Groundstroke Forehand adalah sistem energi ATP dan PC. Hal tersebut dikarenakan dilihat dari mekanisme gerakan dan sistem kerja dalam melakukan pukulan Groundstroke Forehand membutuhkan waktu sekitar 1-3 detik.

Dokumen terkait