• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Kepala Sekolah Menafsirkan Tugas dan Tanggungjawab Kepala Sekolah dalam Bimbingan dan Konseling

METODE PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Persepsi Kepala Sekolah tentang Eksistensi Bimbingan dan Konseling di SMK se-Kabupaten Pemalang

4.1.1.4 Kemampuan Kepala Sekolah Menafsirkan Tugas dan Tanggungjawab Kepala Sekolah dalam Bimbingan dan Konseling

Komponen ketiga dari persepsi kepala sekolah tentang eksistensi bimbingan dan konseling yaitu mampu menafsirkan tugas dan tanggungjawab kepala sekolah dalam bimbingan dan konseling. Komponen ini terdiri dari enam indikator yang perlu ditafsirkan dengan baik oleh kepala sekolah terkait dengan tugas dan tanggungjawabnya dalam bimbingan dan konseling. Indikator indikator tersebut yaitu : menyediakan sarana-prasarana, tenaga, dan fasilitas lainnya; melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, serta penilaian dan upaya tindak lanjut pelayanan; mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan BK di sekolah kepada pihak terkait; dan menyediakan fasilitas, kesempatan dan dukungan dalam kegiatan kepengawasan.

Dibawah ini hasil persentase yang didapat dari empat indikator dalam komponen ini :

Tabel 4.5

Kemampuan Kepala Sekolah Menafsirkan Tugas dan Tanggungjawab Kepala Sekolah dalam Bimbingan Dan Konseling

No. Komponen Indikator Prosentase Kategori

4. Mampu menafsirkan tugas dan tanggungjawab kepala sekolah dalam bimbingan dan konseling 1. Menyediakan sarana-prasarana, tenaga, dan fasilitas lainnya.

80,88% Baik

2. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap

perencanaan dan

pelaksanaan program, serta penilaian dan upaya tindak lanjut pelayanan

74,62% Baik

3. Mempertanggung

jawabkan pelaksanaan

pelayanan BK di sekolah kepada pihak terkait. 4. Menyediakan fasilitas,

kesempatan dan dukungan

dalam kegiatan

kepengawasan

79,44% Baik

Rata – rata 76,55% Baik

Indikator pertama dalam komponen ini yaitu menyediakan sarana-prasarana, tenaga, dan fasilitas lainnya bagi bimbingan dan konseling mendapatkan presentase tertinggi sebesar 80,88%. Indikator mempertanggung jawabkan pelaksanaan pelayanan BK di sekolah kepada pihak terkait mendapatkan persentase terendah, yaitu sebesar 71,27%. Rata-rata perolehan persentase indikator dalam komponen ini yaitu 76,55%.

Hasil tersebut apabila disajikan dalam bentuk grafik maka akan terlihat sebagai berikut :

Gambar 4.5

Kemampuan Kepala Sekolah Menafsirkan Tugas dan Tanggungjawab Kepala Sekolah dalam Bimbingan Dan Konseling

66.00% 68.00% 70.00% 72.00% 74.00% 76.00% 78.00% 80.00% 82.00%

4.2 Pembahasan

Bimbingan dan konseling adalah layanan bantuan untuk peserta didik untuk mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya. Peran bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan menjadi sangat urgent, ketika permasalahan pendidikan bukan hanya tentang kurikulum atau pembelajaran, namun juga permasalahan yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yang berhubungan erat dengan psikologi. Namun hingga saat ini bimbingan dan konseling seringkali dipersepsi dan dipahami keliru oleh sebagian orang.

Kekeliruan pemahaman ini tidak hanya terjadi di kalangan orang-orang yang berada di luar Bimbingan dan Konseling, tetapi juga banyak ditemukan di kalangan orang-orang yang terlibat langsung dengan bimbingan dan konseling termasuk oleh kepala sekolah. Padahal kepala sekolah memiliki peranan penting dalam layanan bimbingan dan konseling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase masing-masing komponen mencapai kategori tinggi. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah memiliki persepsi yang baik mengenai eksistensi bimbingan dan konseling di SMK se-Kabupaten Pemalang. Komponen yang pertama, mampu menafsirkan konsep dasar bimbingan dan konseling mendapat jumlah persentase tertinggi dibanding komponen yang lain yaitu sebesar 86,50%. Sedangkan komponen keempat yaitu mampu menafsirkan tugas dan tanggungjawab kepala sekolah dalam bimbingan dan konseling mendapat persentase terendah sebesar 77,85%. Rata-rata persentase yang didapat pada seluruh komponen yaitu 81,37% dan masuk dalam kategori baik.

Pada komponen yang pertama, kepala sekolah dituntut untuk dapat mempersepsikan dengan baik mengenai konsep dasar bimbingan dan konseling. Konsep dasar bimbingan konseling disini mencakup kedudukan bimbingan dan konseling di sekolah, struktur organisasi pelayanan bimbingan dan konseling, jenis layanan bimbingan dan konseling, dan sasaran layanan bimbingan dan konseling. Rata-rata perolehan persentase pada komponen pertama ini yaitu 86,50% dan masuk dalam kategori baik.

Berdasarkan persentase di atas, hal tersebut menunjukkan bahwa masing-masing kepala sekolah memiliki persepsi yang baik mengenai konsep dasar bimbingan dan konseling. Pentingnya bimbingan dan konseling di sekolah dikemukakan oleh Mortensen dan Schumuller (1976) yang dikutip Prayitno (2004:240) yaitu bimbingan dan koseling meliputi fungsi dan kegiatan yang mengacu kepada pelayanan kesiswaan secara individual agar masing-masing peserta didik dapat berkembang sesuai dengan bakat, minat, dan tahap-tahap perkembangannya. Dengan memiliki persepsi yang baik mengenai konsep dasar bimbingan dan konseling, maka dapat menjadi pertimbangan bagi kepala sekolah dalam penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolahnya.

Komponen kedua dalam persepsi kepala sekolah tentang eksistensi bimbingan dan konseling yaitu mampu menafsirkan dengan benar tentang manajemen bimbingan dan konseling. Perolehan persentase komponen ini yaitu sebesar 79,71% dan masuk dalam kategori baik. Manajemen bimbingan dan konseling adalah segala upaya atau cara yang digunakan kepala sekolah untuk mendaya gunakan secara optimal semua komponen atau sumber daya (tenaga,

dana, sarana/prasarana) dan sistem informasi berupa himpunan data bimbingan untuk menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling dalam rangka mencapai tujuan. Menurut Mugiarso (2011 : 103) suatu program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak mungkin akan tersusun, terselenggara, dan tercapai apabila tidak dikelola dalam suatu sistem manajemen yang bermutu. Dengan memiliki persepsi yang baik tentang manajemen bimbingan dan konseling maka kepala sekolah diharapkan dapat merencanakan, mengorganisasikan, mengendalikan, dan mengarahkan sumber daya yang ada dalam bimbingan dan konseling.

Komponen ketiga dari persepsi kepala sekolah tentang eksistensi bimbingan dan konseling yaitu mampu menafsirkan dengan benar kompetensi dan tanggungjawab konselor. Komponen ini mendapatkan persentase sebesar 81,43% dan masuk dalam kategori baik. Hal ini dapat diartikan bahwa kepala sekolah memahami bahwa konselor memiliki kewajiban untuk memenuhi tugas serta tanggungjawabnya terkait dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah. Kepala sekolah juga memiliki persepsi yang baik bahwa konselor yang berada di sekolahnya sudah menguasai dan menerapkan seluruh kompetensi yang diperlukan untuk menjadi konselor agar pelayanan bimbingan dan konseling di sekolahnya berjalan dengan baik.

Komponen keempat dari persepsi kepala sekolah tentang eksistensi bimbingan dan konseling yaitu mampu menafsirkan dengan benar tugas dan tanggungjawab kepala sekolah dalam bimbingan dan konseling. Perolehan

persentase komponen ini sebesar 77,85%. Walaupun masih masuk dalam kategori baik, namun komponen ini mendapatkan persentase terendah dibandingkan dengan perolehan komponen yang lainnya.

Kepala sekolah selaku penanggung jawab seluruh penyelenggaraan pendidikan di sekolah memegang peranan strategis dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Maka, tugas dan tanggungjawab kepala sekolah dalam bimbingan dan konseling harus dipahami betul bagi seluruh kepala sekolah. Pada hasil penelitian ini persepsi kepala sekolah mengenai tugas dan tanggungjawabnya dalam bimbingan dan konseling masuk dalam kategori baik, namun mendapatkan persentase yang lebih rendah dibanding perolehan komponen yang lain. Hal ini dapat terjadi karena masih ada kepala sekolah yang memiliki persepsi yang keliru mengenai tugas dan tanggungjawabnya dalam bimbingan dan konseling.

Indikator-indikator dalam komponen ini yaitu : menyediakan sarana-prasarana, tenaga, dan fasilitas lainnya; melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, serta penilaian dan upaya tindak lanjut pelayanan; mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan BK di sekolah kepada pihak terkait; dan menyediakan fasilitas, kesempatan dan dukungan dalam kegiatan kepengawasan. Perolehan indikator terendah berada pada indikator mempertanggung jawabkan pelaksanaan pelayanan BK di sekolah kepada pihak terkait. Indikator tersebut mendapatkan persentase sebesar 71,27%. Pelaksanaan pelayanan BK di sekolah perlu dipertanggungjawabkan kepada pihak terkait antara lain yaitu kepada pengawas bimbingan dan konseling.

84

BAB 5

PENUTUP

Pada bagian ini akan dibahas mengenai simpulan dan saran yang telah disusun peneliti berdasarakan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya diperoleh kesimpulan yaitu kepala sekolah di SMK se- Kabupaten Pemalang memiliki persepsi yang baik tentang eksistensi bimbingan dan konseling di sekolah masing-masing. Hal tersebut dapat diartikan bahwa kepala sekolah memiliki penafsiran yang baik mengenai keberadaan bimbingan dan konseling berdasarkan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling

.

5.2 Saran

Saran merupakan upaya tindak lanjut dan masukan yang dilakukan kepada lembaga atau pihak yang dipandang berkepentingan dengan hasil penelitian. Adapun saran yang dapat diberikan difokuskan pada substansi berdasarkan hasil penelitian dan ditujukan pada pihak-pihak terkait. Berdasarkan temuan yang diperoleh peneliti selama penelitian, saran yang peneliti sampaikan adalah:

1. Bagi Kepala SMK Negeri se-Kabupaten Pemalang

Kepala sekolah dapat mengggunakan hasil penelitian ini sebagai masukan bahan pertimbangan dan evaluasi bimbingan dan konseling di sekolah masing-masing agar dapat ikut serta mensukseskan pelaksanaan kegiatan tersebut dengan baik.

2. Bagi Jurusan Bimbingan dan Konseling

Bagi jurusan bimbingan dan konseling, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan pengetahuan serta bahan perbandingan bagi pembaca yang akan melakukan pengembangan, khususnya tentang pelayanan bimbingan dan konseling.

3. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan pengetahuan serta bahan perbandingan bagi peneliti yang akan melakukan pengembangan, khususnya tentang pelayanan bimbingan dan konseling. Peneliti lain juga dapat mengkaji lebih dalam tentang penelitian ini menggunakan metode kualitatif.