• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D. Kemampuan Kerja

1. Pengertian Kemampuan Kerja

Kemampuan seseorang akan turut serta menentukan perilaku dan hasilnya. Karyawan dalam suatu organisasi, meskipun lingkungan kerja mendukung, belum tentu semua karyawan memiliki kemampuan untuk bekerja dengan baik. Kamampuan memiliki peran utama dalam perilaku dan kinerja individu. Terdapat beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli mengenai kemampuan, antara lain:

a. Thoha (1994:154), kemampuan adalah suatu kondisi yang menunjukkan unsur kematangan yang berkaitan pula dengan pengetahuan dan keterampilan yang dapat diperoleh dari pendidikan, latihan, dan pengetahuan.

b. Soehardi (2003:24), kemampuan adalah bakat yang melekat pada seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan secara fisik atau mental yang ia peroleh sejak lahir, belajar, dan dari pengalaman.

c. Sedarmayanti (2001:112), kemampuan kerja adalah sifat yang dibawa lahir atau dipelajari yang memungkinkan seseorang yang dapat menyelesaikan pekerjaannya, baik secara mental ataupun fisik.

d. Robbins (2009:57), kemampuan kerja adalah keterpaduan intelektual dan fisik dari seluruh kapasitas yang dimiliki individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.

Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kemampuan kerja adalah potensi yang dimiliki setiap orang atau karyawan, baik secara intelektual maupun fisik untuk melaksanakan beragam tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.

2. Jenis – Jenis Kemampuan Kerja

Menurut Robbins (2009:57), jenis-jenis kemampuan terdiri dari: a. Kemampuan intelektual

Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan berbagai aktivitas mental–berfikir, menalar, dan

memecahkan masalah. Individu dalam sebagian besar masyarakat menempatkan kecerdasan pada nilai yang tinggi dan untuk alasan yang tepat. Individu cerdas biasanya mendapatkan lebih banyak dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Individu yang cerdas juga mungkin menjadi pemimpin dalam suatu kelompok. Terdapat 7 dimensi intelektual, yakni sebagai berikut:

1) Kecerdasan angka, yaitu kemampuan melakukan aritmatika dengan cepat dan akurat.

2) Pemahaman verbal, yaitu kemampuan memahami apa yang dibaca atau didengar dan hubungan antar kata-kata.

3) Kecepatan persepsi, yaitu kemampuan mengidentifikasi kemiripan dan perbedaan visual secara cepat dan akurat.

4) Penalaran induktif, yaitu kemampuan mengidentifikasi urutan logis dalam sebuah masalah dan kemudian memecahkan masalah tersebut. 5) Penalaran deduktif, yaitu kemampuan menggunakan logika dan

menilai implikasi dari sebuah argumen.

6) Visualisasi spasial, yaitu kemampuan membayangkan bagaimana sebuah objek akan terlibat bila posisinya dalam ruang diubah.

7) Daya ingat, yaitu kemampuan menyimpan dan mengingat pengalaman masa lalu.

b. Kemampuan fisik

Kemampuan intelektual memainkan sebuah peran yang lebih besar dalam pekerjaan kompleks dengan tuntutan kebutuhan

pemrosesan informasi, sedangkan kemampuan fisik tertentu bermakna penting bagi keberhasilan pekerjaan yang kurang membutuhkan ketrampilan dan lebih standar. Misalnya, pekerjaan yang menuntut stamina, ketangkasan fisik, kekuatan kaki, atau bakat-bakat serupa yang membutuhkan fisik seseorang. Terdapat 9 (sembilan) kemampuan fisik utama, yakni sebagai berikut:

1) Kekuatan dinamis, yaitu kemampuan untuk menggunakan kekuatan otot secara berulang atau terus-menerus.

2) Kekuatan tubuh, yaitu kemampuan memanfaatkan kekuatan otot tubuh, khususnya otot perut.

3) Kekuatan statis, yaitu kemampuan menggunakan kekuatan terhadap objek eksternal.

4) Kekuatan eksplosif, yaitu kemampuan mengeluarkan energi maksimum dalam satu atau serangkaian tindakan eksplosif.

5) Fleksibilitas luas, yaitu kemampuan menggerakkan tubuh dan otot punggung sejauh mungkin.

6) Fleksibilitas dinamis, yaitu kemampuan membuat gerakan-gerakan lentur yang cepat dan berulang-ulang.

7) Koordinasi tubuh, yaitu kemampuan mengkoordinasikan tindakan secara bersamaan dari bagian-bagian yang berbeda.

8) Keseimbangan, yaitu kemampuan mempertahankan keseimbangan meskipun terdapat gaya yang mengganggu keseimbangan.

9) Stamina, yaitu kemampuan mengerahkan upaya maksimum yang membutuhkan usaha berkelanjutan.

c. Kesesuaian kemampuan pekerjaan

Kemampuan intelektual atau fisik tertentu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan memadai, dimana tergantung pada persyaratan kemampuan dari pekerjaan tersebut. Sebagai contoh: pilot pesawat terbang membutuhkan kemampuan visualisasi spasial yang kuat, petugas penjaga pantai membutuhkan kemampuan visualisasi spasial dan koordinasi tubuh yang baik, dan perajin membutuhkan kemampuan daya ingat dan kemampuan kekuatan statis.

E. Transformasi Industri Kecil Menjadi Industri Kreatif 1. Konsep Industri

Pengertian industri sering dihubungkan dengan adanya mekanisasi, teknologi, dan hal-hal lain yang datang dari negara yang sudah lebih maju. Menurut Swasta dan Sukotjo (1993:10), industri merupakan suatu kelompok perusahaan yang memproduksi barang yang sama dan untuk pasar yang sama, sedangkan perusahaan tersebut tidak selalu menggunakan material atau proses produksi yang sama dengan yang lainnya.

Menurut Dumairy (1996:227) pengertian industri mempunyai 2 arti. Pertama, industri dapat berarti himpunan perusahaan-perusahaan sejenis, dan yangkedua, industri dapat pula merujuk ke suatu sektor ekonomi yang

didalamya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi.

Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan, industri merupakan suatu kelompok usaha kegiatan ekonomi yang memproduksi barang atau jasa yang sama dan untuk pasar yang sama juga.

Adapun klasifikasi industri menurut Prawirosentono (2002:24), adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan hubungan vertikal

Hubungan vertikal adalah adanya hubungan dalam bentuk penggunaan produk hasil akhir suatu kelompok perusahaan sebagai bahan baku pada kelompok usaha lain. Hubungan vertikal terdiri dari: 1) Industri hulu adalah sekelompok perusahaan yang membuat produk

agar dapat digunakan oleh perusahaan lain.

2) Industri hilir adalah sekelompok perusahaan yang menggunakan produk perusahaan lain sebagai bahan baku untuk kemudian diproses menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.

b. Berdasarkan hubungan horizontal

Hubungan horizontal adalah peninjauan atas dasar hubungan sejajar antara produk yang dihasilkan masing-masing perusahaan. c. Berdasarkan skala usahanya

Berdasarkan skala usahanya adalah besar-kecilnya usaha ekonomi yang ditentukan oleh kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan

usaha. Industri berdasarkan skala usahanya terdiri dari (UU No. 20 Tahun 2008):

1) Industri skala usaha mikro, dimana kekayaan bersih paling banyak Rp 50 juta dan hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 juta. 2) Industri skala usaha kecil, dimana kekayaan bersih lebih dari Rp 50

juta hingga Rp 500 juta dan hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta hingga Rp 2,5 milyar.

3) Industri skala usaha menengah, dimana kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta hingga Rp 10 milyar dan hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2,5 milyar hingga Rp 50 milyar.

4) Industri skala usaha besar, dimana kekayaan bersih lebih dari Rp 10 milyar dan hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 50 milyar.

2. Pengertian, Ciri – Ciri dan Karakteristik Industri Kecil

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, industri kecil adalah perusahaan atau usaha industri pengelolaan yang mempunyai tenaga kerja (termasuk pengusaha) 5 sampai 19 orang. Menurut Departemen Keuangan Indonesia, industri kecil adalah yang mempunyai modal usaha sebesar Rp 10 juta sampai dengan paling banyak Rp 300 juta.

Menurut Tambunan (1993:83), industri kecil adalah kegiatan industri yang dikerjakan disekitar rumah-rumah penduduk yang pekerjanya merupakan anggota keluarga sendiri yang tidak terikat jam kerja dan tempat. Industri kecil disini merupakan usaha produktif di luar usaha pertanian, baik itu merupakan mata pencaharian utama atau sampingan.

Menurut Martani (1993:153), industri kecil memiliki beberapa ciri-ciri tertentu, yakni sebagai berikut:

a. Tipe kepemilikan perorangan b. Jumlah anggota relatif stabil c. Menggunakan energi tradisional

d. Teknologi yang digunakan masih sederhana dan tradisional e. Output merupakan barang tradisional dan relatif kecil f. Pemasaran pada pasar lokal dan terbatas

g. Biasanya bersifat informal

h. Pola kegiatan yang tidak teratur, baik dalam arti waktu dan pemasaran i. Tidak mempunyai tempat usaha yang permanen, dan biasanya tidak

terpisah dengan tempat tinggal.

Karakteristik industri kecil menurut Tambunan (1999:20), yakni sebagai berikut:

a. Proses produksi lebihmechanized, dan kegiatannya dilakukan di tempat khusus yang lokasinya bersebelahan dengan rumah pemilik usaha. b. Sebagian tenaga kerja yang bekerja di industri ini adalah pekerja

bayaran (wage labor).

c. Produk yang dibuat termasuk golongan barang-barang yang cukup canggih (sophisticated).

3. Pengertian dan Jenis Industri Kreatif

Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas,

ketrampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Sedangkan menurut sumber Wikipedia, industri kreatif adalah kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi.

Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, industri kreatif adalah suatu kelompok usaha kegiatan ekonomi yang berasal dari kreativitas individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan kerja dengan memanfaatkan pengetahuan dan informasi yang berkembang.

Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang merujuk pada Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008, terdapat 15 jenis industri kreatif yang terdiri dari:

a. Periklanan; kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan yang meliputi proses kreasi, produksi, dan distribusi dari iklan yang dihasilkan.

b. Arsitektur; kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro sampai dengan level mikro.

c. Pasar barang seni; kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi.

d. Kerajinan; kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga perajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur.

e. Desain; kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, dan sebagainya.

f. Fashion; kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya.

g. Video, film, dan fotografi; kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film.

h. Permainan interaktif; kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi.

i. Musik; kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.

j. Seni pertunjukkan; kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten, produksi pertunjukan.

k. Penerbitan dan percetakan; kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, dan sebagainya.

l. Layanan komputer dan piranti lunak; kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan database, dan sebagainya. m. Televisi dan radio; kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi,

produksi dan pengemasan acara televisi.

n. Riset dan pengembangan; kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru.

o. Kuliner; kegiatan kreatif ini termasuk baru, kedepan direncanakan untuk dimasukkan ke dalam sektor industri kreatif dengan melakukan sebuah studi terhadap pemetaan produk makanan olahan.

F. Topeng Kayu sebagai Warisan Budaya Indonesia 1. Arti Istilah Topeng

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, topeng atau kedok adalah penutup muka yang terbuat dari kayu (kertas dan sebagainya) berupa orang, binatang, dan sebagainya (Poerwadarminta, 1976:1087). Pada umumnya raut muka pada topeng dibentuk karakteristik dilebih-lebihkan untuk memperoleh citra yang berkesan (Shaddly, 1984:2359).

Menurut kata sifatnya, topeng merupakan sikap kepura-puraan untuk menutupi maksud yang sebenarnya (Prayitno, 1999:111). Sedangkan menurut Suryaatmadja (1980:27), secara estimologis kata topeng terbentuk

dari asal kata: ping, peng, dan pung yang artinya bergabung ketat kepada sesuatu.

2. Fungsi Topeng

Menurut Margianto dan Munardi (1980:17-25), berdasarkan sifatnya topeng dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni topeng yang bersifat religiomagis dan topeng yang bersifat profan. Adapun fungsi topeng berdasarkan sifatnya, adalah sebagai berikut:

a. Topeng yang bersifat religiomagis

Topeng jenis ini umumnya berfungsi sebagai topeng upacara atau seremonial, kematian, dan hiasan magis.

b. Topeng yang bersifat profan

Topeng jenis ini umumnya berfungsi sebagai alat perlengkapan drama tari pesta atau festival, hiasan dinding, dan sebagai benda tontonan atau pajangan.

3. Perkembangan Topeng di Indonesia

a. Topeng pada zaman prasejarah

Menurut Yudoseputro (1991:1), kehidupan manusia pada tingkat awal prasejarah masih sangat sederhana tempat tinggalnya, mereka berpindah-pindah tergantung pada situasi dan kondisi alam setempat yang dapat memberikan kehidupan. Pada umumnya mereka mendapatakan makanan dari umbi-umbian dan daging binatang dengan cara berburu di hutan untuk memenuhi kehidupan batin dan kepuasan jiwa. Dalam menghadapi berbagai hal yang berada di luar jangkauan

pikiran mereka, munculah pikiran tentang kekuatan-kekuatan gaib dan arwah yang disebut dengan animisme dan dinamisme. Hal ini tercermin dari hasil-hasil karya yang dapat digolongkan ke dalam benda seni rupa, baik yang berlatar belakang gagasan magis maupun religius yang lebih mempertimbangkan unsur praktis ketimbang estetis.

Ditinjau dari nilai kegunaan sejak zaman prasejarah, topeng sudah dipergunakan dalam upacara kepercayaan, lukisan dinding gua dalam tema perburuan dan peperangan. Dari zaman batu dapat menjelaskan adanya kebiasaan pemakaian topeng sebagai media peragaan dalam berbagai upacara. Hal ini juga dibuktikan dengan adat dari topeng dalam masyarakat yang meneruskan tradisi prasejarah. Topeng atau kedok semula tercipta berdasarkan gagasan-gagasan yang bersifat religius dan digunakan sebagai media peragaan dalam upacara pemujaan.

Topeng diperagakan dalam tarian yang diiringi dengan bunyi-bunyian yang menimbulkan ketegangan suasana sesuai dengan tujuan upacara. Semua kegiatan ini hadir terpadu sebagai sarana dalam berbagai ritual yang bersifat religius. Hal tersebut sesuai dengan kepercayaan masyarakat waktu itu bahwa agar berhasil dalam melakukan suatu kegiatan harus didahului dengan rangkaian upacara tertentu.

Kebiasaan berburu untuk mendapatkan makanan dari hutan, merupakan kegiatan rutin manusia prasejarah yang selalu didahului

dengan upacara. Topeng menjadi salah satu media peragaan dalam upacara menjelang perburuan. Para penari memakai topeng yang menggambarkan binatang tertentu sambil bergerak mengelilingi patung perwujudan binatang yang akan diburu dengan tujuan dapat berhasil dalam berburunya.

Peperangan antara kelompok wilayah karena perebutan wilayah, tempat tinggal, dan sebagainya, merupakan peristiwa yang sering terjadi pada masa prasejarah. Topeng merupakan perlengkapan yang dipakai ketika berperang waktu itu, baik sebagai alat penutup muka maupun sebagai hiasan magis pada peralatan perang. Hal ini dibuktikan dari adanya bentuk topeng pada perisai sebagai peralatan perang masyarakat yang masih meneruskan tradisi budaya prasejarah. Kepercayaan mereka bahwa memakai topeng dengan penampilan yang fanatik dan seram akan menimbulkan kekuatan bagi pemakainya, sehingga dianggap akan mudah mengalahkan dan menaklukkan musuhnya.

Topeng juga sebagai sarana dalam pengobatan, baik yang disebabkan oleh pengaruh alam maupun karena kecelakaan. Dalam praktek proses penyembuhannya, para leluhur atau ketua adat dibantu para penari topeng untuk memanggil roh leluhur atau dewa untuk masuk ke dalam topeng tersebut. Selain itu juga untuk memberikan berkah dan kesembuhan pada yang sakit.

Dalam pemujaan memanggil roh nenek moyang dengan memakai topeng, para ketua adat dan dukun melakukan gerakan-gerakan tertentu seperti menari. Berdasarkan gerakan-gerakan ketua adat dan dukun inilah diperkirakan kemudian jadi berkembang gerakan tarian topeng, dengan demikian budaya topeng terbukti berumur amat panjang.

b. Topeng pada zaman Hindu

Menurut Yudoseputro (1991:6), sebagai ragam hias yang mengandung nilai magis, topeng pada zaman Hindu di Indonesia tampak pada motif hias “Kala” atau “Kirtimukha”. Kala merupakan motif raut muka raksasa, biasanya berada di bagian atas dari lubang pintu masuk atau pelengkungan relung pada dinding bangunan candi.

Sebagai karya seni rupa Indonesia–Hindu yang mengandung nilai perlambangan, topeng juga tampil sebagai media pemujaan roh leluhur yang disebut upacara Sharaddha dengan salah satu alat kelengkapannya menggunakan topeng yang disebut topeng Sang Hyang Puspasharira. Upacara Sharaddha dilaksanakan 12 tahun sesudah meninggalnya Sri Rajapathi. Dalam keperluan upacara tersebut, dibuatkan Sang Hyang Puspasharira berupa boneka yang terbuat dari bahan logam yang bentuknya merupakan perwujudan dari wajah leluhur yang diupacarakan. Upacara Sharaddha dilakukan di malam hari dengan mengucapkan mantra untuk memanggil dewa atau arwah nenek moyang agar turun dan masuk ke dalam boneka Puspasharira.

Dengan adanya upacara Sharaddha yang menggunakan topeng sebagai salah satu alat untuk memanggil dewa atau roh leluhur, menunjukan bahwa topeng telah dikenal sejak zaman Majapahit. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari keberadaan topeng sebagai sarana drama tari. Menurut kepercayaan zaman itu, orang memanggil roh nenek moyang sudah diiringi dengan bunyi-bunyian gamelan. Roh nenek moyang sangat dihormati sebagai cikal bakal yang merupakan pelindung adat dan keselamatan anggota keluarga.

Sebagai media peragaan dalam drama tari, topeng pada saat itu merupakan perlambang hinduistik yang bersumber dari cerita wayang. Unsur ekspresi topeng dalam drama tari tidak berdiri sendiri, dimana merupakan media rupa yang berfungsi sebagai alat penutup muka penari yang penampilannya sangat ditentukan oleh perlengkapan lain dalam memerankan tokoh tertentu.

c. Topeng pada zaman Islam

Menurut Rasjoyo (1994:91), seperti pada zaman Hindu, para raja dan bangsawan pada zaman Islam melanjutkan dan mengembangkan berbagai bentuk seni yang sudah dikenal sebelumnya, dimana disesuaikan dengan kepentingan Islam. Sesuai dengan fungsi seni sebagai media dakwah, penyebaran seni rupa Islam semakin giat dilakukan ke daerah-daerah yang makin luas.

Seni topeng yang telah dikenal sejak zaman prasejarah dan berkembang di zaman Hindu, oleh para raja Islam dan Wali Sanga terus

dikembangkan dan disempurnakan. Dalam perkembangan sampai mencapai bentuk dan jenis seni topeng di zaman Islam di Indonesia, sebenarnya sudah mulai berkembang di kalangan istana sejak abad ke-9 M, kemudian berkembang menjadi tontonan atau kesenian rakyat dan menjadi popular sejak abad ke-11 M. Mulai pada abad ke-15 topeng memasuki lingkungan istana dan menjadi kesenian keraton yang berkembang dan popular sekitar abad ke-19.

Kesenian topeng oleh para raja Islam dan Wali Sanga diberi sentuhan-sentuhan nilai baru, baik nilai kesenirupaan maupun nilai drama tarinya. Unsur-unsur kesenian topeng lama diolah dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan baru yang didukung oleh keyakinan terhadap hikmah kebenaran dari tasawuf dan mistikisme Islam.

Menurut Pigeaud (Pringgokusumo, 1991:45), yang pertama kali menciptakan topeng pada zaman Islam ialah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga mengikuti bentuk Wayang Gedog, tetapi dari depan dan hanya wajahnya yang dibuat. Topeng yang dibuatnya berjumlah sembilan, yakni: Panji Ksatrian, Candrakirana, Gunungsari, Andaga, Reton, Klana, Danawa, Benco, dan Turas.

Tari topeng tertua di zaman tersebut dimainkan oleh dua orang laki-laki yang asalnya dalang dari Sela (Grobogan, Purwodadi) bertempat tinggal di desa Palat. Mereka diberi pelajaran oleh Sunan Kalijaga, kemudian diberi nama Widiguna dan Widiyana. Setelah

mereka mempelajari berbagai jenis topeng, sudah mengetahui sejarah Kerajaan-Kerajaan (Jenggala, Kediri, Ngurawan, dan Singosari), Kelana dari Bali, dan mengetahui cerita-cerita Wayang Gedog, maka dua orang itu dianggap telah memiliki pengetahuan yang paling tinggi tentang tari topeng. Pembuatan topeng-topeng itu selesai pada tahun 1058 saka (tahun Jawa) atau tahun 1586 M.

Menurut Masunah dan Karwati (2003:12), bentuk topeng yang pertama kali diciptakan pada zaman tersebut belum diukir pada kayu dan belum dilukis dengan berbagai macam warna, dimana pada bagian muka hanya ditandai dengan warna merah atau hitam saja. Berperannya para Wali Sanga dalam perkembangan topeng telah memunculkan interpretasi yang berbeda pada tokoh-tokoh topeng yang ditawarkan. Topeng tidak hanya menggambarkan tokoh-tokoh dan cerita Panji, tetapi juga sebagai gambaran perkembangan jiwa manusia yang baik dan yang buruk.

Memasuki abad ke-17, seni topeng di lingkungan istana atau keraton mulai turun, akan tetapi di kalangan masyarakat banyak topeng sebagai bentuk pertunjukan masih terus bertahan sesuai dengan tradisi daerah masing-masing. Sebagai contoh: di Madura, Malang, Bali, Yogyakarta, Lampung Selatan, Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Sumedang masih ditemukan adanya kesenian topeng.

d. Topeng pada zaman modern

Kesenian topeng tidak hanya dimiliki budaya tradisional, dimana hingga sekarang berbagai bentuk topeng bermunculan, yakni mulai dari karya seniman modern sampai karya anak-anak. Bahannya pun sangat beraneka ragam, yakni mulai dari logam, kayu, kertas, dan bahkan barang bekas. Bahkan dalam kehidupan keseharian, baik dewasa maupun anak-anak, kehadiran topeng dapat disaksikan. Kesimpulannya topeng dikenal sejak zaman prasejarah sampai sekarang, baik dalam dunia seni panggung, ritual masyarakat, atau kehidupan sehari-hari.

G. Penelitian Terdahulu 1. Prasetyanto (2006)

Prasetyanto (2006) menulis penelitian dengan judul Pengaruh Motivasi Kerja, Kemampuan Kerja, dan Kesempatan untuk Bekerja Terhadap Kinerja Karyawan. Penelitian ini bertujuan: 1) untuk mengetahui kinerja PT. PLN (Persero) cabang Klaten; 2) untuk mengetahui ada pengaruh motivasi kerja, kemampuan kerja, dan kesempatan untuk bekerja terhadap kinerja karyawan PT. PLN (Persero) cabang Klaten; 3) untuk mengetahui kebutuhan yang menjadi prioritas dalam memotivasi kinerja karyawan PT. PLN (Persero) cabang Klaten. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah metode regresi berganda untuk

Dokumen terkait