• Tidak ada hasil yang ditemukan

PESISIR TELUK LAMPUNG

6.1 Pemodelan Sistem Dinamik

6.2.2 Kemampuan lahan

Pengelompokan kelas kemampuan lahan di wilayah pesisir Teluk Lampung dilakukan mengikuti sistem USDA (Klingibeel dan Montgomery 1961

diacu dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007). Dalam sistem tersebut, lahan dikelompokkan dalam delapan kelas yaitu kelas 1 sampai kelas 8, yang berturut- turut mencirikan tingkat besarnya faktor penghambat penggunaan lahan yang bersangkutan. Deskripsi dari masing-masing kelas kemampuan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Lahan kelas 1, sesuai untuk segala jenis penggunaan pertanian tanpa memerlukan tindakan pengawetan tanah yang khusus. Lahannya datar, bersolum dalam, bertekstur agak halus atau sedang, drainase baik, mudah diolah, dan responsif terhadap pemupukan, tidak mempunyai penghambat atau ancaman kerusakan.

2) Lahan kelas 2, mempunyai beberapa penghambat yang memerlukan usaha pengawetan tanah tingkat sedang. Faktor penghambat adalah salah satu atau kombinasi dari sifat-sifat: lereng, kepekaan erosi atau erosi yang telah terjadi, kedalaman tanah, struktur tanah, sedikit gangguan salinitas atau Na tetapi mudah diperbaiki, kadang tergenang atau banjir, drainase buruk yang mudah diperbaiki, dan iklim sedikit menghambat.

3) Lahan kelas 3, mempunyai penghambat yang agak berat dan memerlukan usaha pengawetan tanah khusus. Faktor penghambat adalah salah satu atau kombinasi dari sifat-sifat: lereng agak curam, kepekaan erosi agak tinggi atau erosi yang telah terjadi cukup berat, sering tergenang banjir,

permeabilitas sangat lambat, masih sering tergenang meskipun drainase telah diperbaiki, dangkal, daya menahan air rendah, kesuburan rendah dan tidak mudah diperbaiki, salinitas atau kandungan Na sedang, dan penghambat iklim sedang.

4) Lahan kelas 3, mempunyai penghambat yang berat dan memerlukan pengelolaan. Penggunaan lahan sangat terbatas karena salah satu atau kombinasi dari sifat-sifat: lereng curam, kepekaan erosi besar, erosi yang telah tejadi berat, tanah dangkal, daya menahan air rendah, sering tergenang banjir yang menimbulkan keru-sakan berat pada tanaman, drainase terhambat dan masih sering tergenang meskipun telah dibuat saluran drainase, salinitas atau kandungan Na agak tinggi, penghambat iklim sedang.

5) Lahan kelas 5 mempunyai sedikit atau tanpa bahaya erosi, tetapi mempunyai penghambat lain yang praktis sukar dihilangkan. Lahan ini datar, akan tetapi mempunyai salah satu atau kombinasi dari sifat-sifat: drainase yang sangat buruk atau terhambat, sering kebanjiran, berbatu- batu, dan penghambat iklim cukup besar.

6) Lahan kelas 6, mempunyai penghambat yang sangat berat sehingga tidak sesuai untuk pertanian. Lahan ini mempunyai penghambat yang sulit sekali diperbaiki, yaitu salah satu atau lebih sifat-sifat: lereng sangat curam, bahaya erosi atau erosi yang telah terjadi sangat berat, berbatu- batu, dangkal, drainase sangat buruk atau tergenang, daya menahan air rendah, salinitas atau kandungan Na tinggi, dan penghambat iklim besar. 7) Lahan kelas 7, memiliki faktor penghambat yang lebih besar, yaitu salah

satu atau kombinasi sifat-sifat: lereng terjal, erosi sangat berat, tanah dangkal, berbatu-batu, drainase terhambat, salinitas atau kandungan Na sangat tinggi, dan iklim sangat menghambat.

8) Lahan kelas 8, memiliki faktor penghambat yang sangat besar dan tidak dapat diperbaiki, sehingga harus dibiarkan dalam keadaan alami atau dibawah vegetasi hutan. Penghambat dari lahan ini adalah salah satu atau lebih sifat-sifat: erosi atau bahaya erosi sangat berat, iklim sangat buruk, tanah selalu tergenang, berbatu-batu, kapasitas menahan air sangat rendah, salinitasnya atau kandungan Na sangat tinggi, dan sangat terjal.

50

Tabel 36 Penutupan lahan wilayah penelitian

No Kecamatan Penutupan Lahan (ha) Jumlah

A B C D E F G H I J K L M 1 Katibung - 8 - - - 6.357 12.299 - - 3 12 184 - 18.863 2 Sidomulyo - - - - 2.457 - 12.898 - 44 - 12 489 - 15.900 3 Kalianda - 1.274 - 1.350 3.483 - 10.477 62 250 - 14 1.073 - 17.983 4 Rajabasa 1.585 6.320 - 932 - - 826 - 15 - 125 236 - 10.039 5 Bakauheni - 14 - - - - 5.361 - 150 - - 188 - 5.713

6 Teluk Betung Barat - - - 1.396 - - - 703 - 2.099

7 Teluk Betung Selatan - - - 18 - - - - 989 - 1.007

8 Panjang - - - 1.199 - - - - 917 - 2.116

9 Padang Cermin - 561 219 - - 29.266 - 294 815 - 277 110 221 31.763

10 Punduh Pidada - 1.780 123 - - 15.228 - 240 4.969 - 19 60 - 22.419

Jumlah 1.585 9.957 342 2.282 5.940 52.247 43.078 596 6.243 3 459 4.949 221 127.902 Keterangan: A = Hutan Primer; B = Hutan Bekas Tebangan; C= Mangrove; D = Semak belukar; E = Dominan Tanaman Pangan; F = Campuran Pangan, Kebun,

dan Semak; G = Dominan Tanaman Kebun; H = Sawah; I = Tambak; J = Tanah Terbuka; K = Rawa; L = Tertutup Bangunan; M = Tertutup Awan. Tabel 37 Kelas kemampuan lahan wilayah penelitian

No. Kecamatan Kemampuan Lahan (ha) Jumlah

Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5 Kelas 6 Kelas 7 Kelas 8

1 Katibung 543 6.086 4.435 2.804 47 4.880 68 - 18.863

2 Sidomulyo 881 9.469 5.171 - 379 - - - 15.900

3 Kalianda 1.496 10.467 5.035 - 985 - - - 17.983

4 Rajabasa - 462 1.103 2.742 - 1.621 1.892 2.219 10.039

5 Bakauheni - 506 1.155 983 - 3.069 - - 5.713

6 Teluk Betung Barat - 427 779 5 125 764 - - 2.100

7 Teluk Betung Selatan - 343 487 8 169 - - - 1.007

8 Panjang - 687 369 490 2 568 - - 2.116

9 Padang Cermin 562 2.832 5.731 4.280 953 6.470 4.941 5.995 31.764

10 Punduh Pidada 638 3.517 4.835 4.407 586 5.867 1.179 1.388 22.417

51

Gambar 36 PETA PENUTUPAN

LAHAN

52

Gambar 37 PETA KEMAMPUAN

Berdasarkan klasifikasi kemampuan lahan di atas, dan kondisi lahan yang ada, terutama sistem lahan dan kelerengan (seperti telah disajikan pada Sub-Bab 4.1.3), dilakukan analisis pengelompokan kelas lahan di wilayah studi. Hasil analisis kemampuan lahan, disajikan pada Tabel 37 dan Gambar 37.

Dari analisis kelas kemampuan lahan, nampak bahwa wilayah pesisir Teluk Lampung memiliki lahan dengan faktor penghambat besar (kelas 6, 7, dan 8), seluas 40.921 ha (sekitar 32% dari luas lahan total). Sebaran lahan dengan faktor penghambat besar tersebut, terutama terdapat di Kabupaten Pesawaran (Kecamatan Padang Cermin dan Punduh Pidada), yaitu mencapai 25.840 ha. Sebaran lahan dengan faktor penghambat lebih kecil (kelas 1, 2, 3, dan 4) berjumlah 83.735 ha (65,47%), dan terutama terdapat di Kabupaten Lampung Selatan yaitu seluas 53.338 ha (41,70%). Adapun kelas lahan dengan penghambat khusus berupa genangan air dan drainase buruk (kelas 5), terdapat seluas 3.246 ha (2,54%). Lahan kelas 5 terdapat pada pantai yang berlereng datar dan berawa, umumnya merupakan habitat vegetasi mangrove, namun pada saat ini sebagian besar telah telah dikonversi menjadi tambak.

Dari sebaran kelas lahan, tampak bahwa wilayah pesisir Teluk Lampung, hanya mampu mendukung aktivitas budidaya daratan (pertanian dan non- pertanian) yang terbatas sekitar 65,47% dari luas lahan. Merujuk pada penutupan lahan saat ini, tampak bahwa sebagian aktivitas budidaya pertanian dan non- pertanian sudah mencapai luas sekitar 113.055 ha (Tabel 36), sudah menunjukkan bahwa sebagian dari aktivitas budidaya telah menggunakan lahan yang berpenghambat besar. Jumlah tersebut belum lagi termasuk tutupan vegetasi hutan yang telah dirambah dan berubah menjadi hutan bekas tebangan dan semak belukar, yang mencapai luas 12.239 ha.

Penggunaan lahan berpenghambat besar untuk aktivitas budidaya, harus dikurangi dan dihentikan. Terdapat dua alasan bagi kepentingan tersebut, yaitu pertama lahan yang bersangkutan memiliki fungsi lindung dan selayaknya dijadikan kawasan lindung, dan kedua produktivitas lahan berpenghambat besar adalah rendah bagi aktivitas budidaya. Oleh karena itu, lahan berpenghambat besar selayaknya ditetapkan sebagai kawasan lindung, yang berfungsi melindungi kawasan di bawahnya.