• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1.5 Kemampuan Pemecahan Masalah

Berbagai macam persoalan dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi tidak semua persoalan yang dihadapi dapat dikatakan masalah. Sama halnya pembelajaran matematika di sekolah, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru maupun peserta didik sering menjadi masalah bagi peserta didik, bahkan sering dijumpai pertanyaan yang diajukan peserta didik menjadi masalah bagi

Suyitno (2004:8) menemukakan bahwa sesuatu soal matematika akan menjadi masalah bagi peserta didik, jika peserta didik.

(1) Memiliki penetahuan/materi prasarat untuk menyelesaikan soalnya. (2) Dipikirkan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan soal tersebut. (3) Belum mempunyai algoritma atau prosedur untuk menyelesaikannya. (4) Punya keinginan untuk menyelesaikannya.

Menurut Polya (dalam Hudojo, 2005:164), dalam matematika terdapat dua macam masalah, yaitu masalah menemukan dan masalah membuktikan.

(1) Masalah untuk menemukan, dapat teoritis atau praktis, abstrak atau kongkret.Bagian utama dari masalah ini adalah sebagai berikut.

a) Apakah yang dicari?

b) Bagaimana data yang diketahui? c) Bagaimana syaratnya?

Ketiga bagian utama tersebut sebagai landasan untuk menyelesaikan masalah jenis ini.

(2) Masalah untuk membuktikan adalah untuk menunjukkan bahwa suatu pertanyaan itu benar atau salah, tidak kedua-duanya. Bagian utama dari masalah jenis ini adalah hipotesis atau konklusi dari suatu teorema yang harus dibuktikan kebenarannya.

2.1.6 Keaktifan

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2001, 204) keaktifan adalah kegiatan atau kesibukan. Keaktifan dalam penelitian ini berupa perbuatan yang dilakukan peserta didik dalam pembelajaran, seperti bertanya, menyampaikan

pendapat, menjawab pertanyaan, dan lain sebagainya.

Aktivitas diperlukan dalam pembelajaran karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku sehingga dalam prose pembelajaran terjadi suatu kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas, itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting didalam interaksi belajar mengajar.

Rousseau (Sadirman, 1988: 95) menyatakan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Hal ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif sendiri. Tanpa ada aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi. Aktifitas dalam belajar sains perlu ditumbuhkembangkan dengan tujuan agar peserta didik mampu mempelajari sains dengan baik dan untuk memperoleh konsep sains yang benar serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, peningkatan aktvitas yang mendukung pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman peserta didik.

Dalam kemajuan metodologi dewasa ini asas aktivitas lebih ditonjolkan melalui suatu program satuan aktivitas, sehingga kegiatan belajar peserta didik menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai. Dalam pembelajaran pendekatan konstruktivisme tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi peserta didik juga melakukan aktivitas yang berkaitan dengan ketrampilan menyusun pengetahuanya sendiri. Ketrampilan ini berfungsi untuk mempermudah kepahaman peserta didik terhadap materi/ konsep.

Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran menurut Lundgren dalam Karuru antara lain:

1. Kehadiran

Peserta didik hadir dalam pembelajaran. 2. Memperhatikan penjelasan

Peserta didik memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh teman atau guru. Hal ini diharapkan semua peserta didik memberikan perhatian pada tugas kelompok sehingga setiap anggota kelompok yang mewakili akan merasa senang bahwa apa yang mereka sumbangkan ternyata berharga.

3. Bertanya

Peserta didik menanyakan informasi atau penjelasan lebih lanjut dari teman sekelompok atau guru. Apabila teman sekelompok tidak tahu hendaknya pertanyaan diajukan saat diskusi kelas. Namun, apabila pertanyaan tersebut belum juga terpecahkan, pertanyaan tersebut dapat ditanyakan kepada guru. Seorang peserta didik yang kurang aktif dalam pembelajaran akan terdorong untuk berpartisipasi dalam diskusi dan memotivasi peserta didik dalam bertanya untuk mencari hal-hal lain yang belum ia mengerti.

4. Menjawab atau menanggapi pertanyaan

Peserta didik dapat menjawab atau menanggapi pertanyaan atau permasalahan yang dihadapi.

5. Menyampaikan pendapat

6. Membuat rangkuman

Setiap peserta didik membuat rangkuman materi yang dipelajari. 7. Menyelesaikan tugas

Peserta didik menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. 2.1.7 Pembelajaran Berbasis Komputer

Adanya tuntutan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik dengan latar belakang pembelajaran yang masih berlangsung saat ini, maka salah satu media yang menarik untuk digunakan dalam pembelajaran adalah dengan bantuan komputer. Pembelajaran berbasis komputer merupakan cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berhubungan dengan mikro-prosesor. Perbedaan antara media yang dihasilkan oleh pembelajaran berbasis komputer dengan media yang umum digunakan adalah disimpan dalam bentuk digital bukan dalam bentuk cetakan atau visual. Pada dasarnya pembelajaran berbasis komputer menggunakan layar kaca untuk menyajikan informasi pada peserta didik (Arsyad, 2005).

Karakteristik pembelajaran berbasis komputer (PBK) antara lain.

(1). Peserta didik dimungkinkan untuk belajar kapan saja.peserta didik tidak dapat melanjutkan belajar tanpa permasalahan yang menyeluruh pada materi yang dipelajari.

(2). Terdapat respon yang segera terhadap setiap pernyataan yang diberikan peserta didik

(3). Jika peserta didik menjawab salah dan memalukan maka tidak ada orang yang tahu

(4). Memungkinkan setiap peserta didik berperan serta dalam proses peserta didik (Eisenberg dalam Setyowati, 2007)

Sedangkan manfatkan pembelajaran berbasis komputer dalam pembelajaran adalah

(1). Meningkatkan interaksi peserta didik dalam pembelajaran melalui pengelolaan tanggapan peserta didik dan umpan balik berdasarkan tanggapan tersebut. (2). Individu belajar yang memperhatikan kemampuan awal dan kecepatan belajar

peserta didik.

(3). Efektivitas biaya karena dapat direproduksi dan disebarkan dengan biaya rendah.

(4). Meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dapat mengendalikan pembelajaran dan mendapatkan umpan balik yang segera.

(5). Kemudahan untuk mencatat kemajuan peserta didik dalam menguasai materi yang diberikan.

(6). Terjaminnya keutuhan pelajaran karena hanya topik yang perlu saja yang dituangkan dalam program komputer, sedangkan topik yang tidak relevan secara sengaja tidak disajikan suatu hal yang agak sulit dilakukan dalam metode ceramah.

(Hannafin dan Peck dalam Setyowati, 2007). 2.1.8 Compact Disk (CD)

Compact Disk (CD) adalah sebuah piringan laser yang diisi dengan pengkodean laser, didesain untuk menyimpan sejumlah besar data (Maseleno, 2002). Compact Disk (CD) merupakan sebuah alat yang sudah familiar di

masyarakat umum. CD sudah memenuhi persyaratan untuk dijadikan media pembelajaran. Karena media CD merupakan media yang memiliki bentuk serta warna menarik, dan cukup populer di masyarakat.

Dokumen terkait