• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5. Kemampuan Tanaman Bertahan Hidup

Pada tabel 1 menunjukkan kemampuan tanaman untuk dapat bertahan hidup berbeda untuk setiap perlakuan. Tanaman Jabon Putih dengan perlakuan M1 dan M2 merupakan tanaman yang paling lama dapat bertahan hidup sampai dengan hari

terakhir pengamatan. Sementara itu tanaman yang mempunyai tingkat ketahanan hidupnya yang terendah adalah tanaman dengan perlakuan M0.

Gambar 4. Rerata tingkat kemampuan bertahan hidup Jabon Putih antar perlakuan

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa pemberian berbagai jenis bahan penahan air berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter pengamatan yan dilakukan. Perlakuan tanpa adanya penyiraman tentunya mempengaruhi pertumbuhan bibit Jabon Putih. Kemampuan tiap bahan tersebut dalam menahan air tentunya berbeda-beda. Hal ini terlihat dari lamanya tanaman dapat bertahan hidup dan kondisi fisik bibit Jabon Putih.

Tanaman yang kekurangan air mengakibatkan tingkat persentase kematian yang tinggi. Secara umum tanaman akan menunjukkan respon tertentu bila mengalami cekaman kekeringan. Respon tanaman terhadap stres air sangat ditentukan oleh tingkat stres yang dialami dan fase pertumbuhan tanaman saat mengalami

cekaman. Sesuai dengan pernyataan Haryati (2000), stres air pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan permukaan air yang berlebihan oleh daun. Sudah diketahui bahwa potensial air dalam pembuluh xilem berbagai jenis tanaman bernilai negatif selama sebagain besar masa hidup tanaman dan juga stres air (kekeringan) menghambat pertumbuhan tanaman.

Pada penelitian ini, bibit Jabon Putih yang bertahan sampai dengan hari terakhir pengamatan tanpa adanya penyiraman sampai dengan 24 hari pengamatan terlihat pada perlakuanM1 (kompos) dan perlakuan M2 (pupuk kandang). Pada hari ke- 22, bibit Jabon Putih yang mendapat perlakuan pemberian M1 (kompos) dan M2 (pupuk kandang) masih hidup namun sudah dalam kondisi titik layu. Hal ini dikarenakan kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K) membuat kompos dan pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai campuran media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain mengandung unsur hara, kompos dan pupuk kandang juga membantu dalam penyimpanan air, terutama pada saat musim kemarau. Kompos itu ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Pupuk kandang juga memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman (Bawolye, 2006).

Bibit Jabon Putih yang mendapat perlakuan lainnya (agar-agar, nutrijell, tepung kanji) terlihat daunnya sudah berguguran dan berwarna coklat (menunjukkan tanda-tanda kematian) dan ada beberapa tanaman yang telah mati. Hal ini disebabkan karena dosis pemberian bahan-bahan tersebut dinilai masih kurang banyak sebagai cadangan air. Keadaan tanaman yang stres air menyebabkan bibit Jabon Putih tersebut tidak mampu untuk bertahan hidup, dikarenakan air merupakan faktor penting dalam menunjang pertumbuhan suatu tanaman. Selain dalam proses transpirasi dan fotosintesis, air juga berperan dalam penyerapan unsur hara yang diperlukan tanaman. Tanaman juga membutuhkan air dan sinar matahari untuk dapat melangsungkan daur hidupnya. Kebutuhan air pada suatu tanaman umumnya berbeda-beda, oleh karena itu banyak sedikitnya air yang diberikan dalam penyiraman sangat mempengaruhi kondisi dari pertumbuhan tanaman itu sendiri (Daniel et al., 1994).

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terjadinya penurunan persentase kadar air. Hal ini disebabkan bahwa air yang tersedia di dalam tanah semakin hari semakin berkurang. Menurut Hakim, et al, (1986) Jika kadar air tanah diseluruh daerah perakaran rendah, akar tumbuhan akan mengabsorbsi air secepatnya pada tanah lapisan atas. Begitu tanah mulai mengering dan tegangan air di permukaan meningkat, pengambilan air bergeser ke lapisan bawah. Dengan cara demikian secara progresif akar menyerap air tersedia. kekurangan udara mungkin dapat menjadi penghambat pertumbuhan tanaman. Panas matahari juga mempengaruhi ketersediaan air yang ada pada bahan penahan air tersebut. Di mana suhu pada rumah kaca yaitu

pada pagi hari (T=280C dan kelembaban 70%), siang hari (T=360C dan kelembaban 78%) dan sore hari (T=31,50C dan kelembaban 69%).

Nilai pertambahan diameter terbesar adalah M2 yaitu 0.17 mm dan nilai terendah yaitu kontrol (M0) yang hanya mengalami pertambahan diameter 0,01 mm. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan yang ekstrim dengan suhu yang lebih dari 350 C mengakibatkan tumbuhan cepat kehilangan air sehingga pertumbuhan menjadi tetap.

Lahan tempat dilakukannya penelitian ini adalah lahan marginal atau lahan kritis dimana kondisi lingkungan berada dalam cengkraman kekeringan. Hal ini sangat mendominasi dalam mempengaruhi proses pertumbuhan sehingga proses pertumbuhan begitu lambat. Dapat dilihat dari data bahwa pertambahan diameter bibit Jabon hanya berkisar 0.01-0.17 mm. Pernyataan ini sesuai dengan Dephut (2006) yaitu salah satu karakteristik lahan kritis ialah lahan yang kondisinya mengalami cengkraman kekeringan akibat laju erosi yang tinggi maupun intensitas curah hujan tahunan yang sangat rendah. Hal ini menyebabkan tanah yang berfungsi sebagai media penyimpan air yang terkandung di dalamnya tidak dapat berfungsi maksimal sehingga berimplikasi terhadap pertumbuhan tanaman yang juga menjadi tidak maksimal.

Daun merupakan aspek penting dalam proses fotosintesis yang menghasilkan zat yang dibutuhkan tumbuhan dalam proses pertumbuhan, sementara sinar matahari juga merupakan komponen penting dalam proses fotosintesis yang didukung pula oleh keberadaan air. Intensitas cahaya yang sedikit tidak memberikan dampak optimal terhadap proses fotosintesis, namun intensitas cahaya yang terlalu besar juga

tidak baik dalam proses fotosintesis karena akan dapat merusak pigmen-pigmen daun. Kondisi di lapangan ditemukan fakta bahwa temperatur yang tinggi serta ketersediaan air tidak mendukung sehingga mengakibatkan laju fotosintesis menjadi lambat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fitter dan Hay (1981), kekurangan air akan mengganggu aktivitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terus menerus akan menyebabkan perubahan irreversible (tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati.

Pengamatan jumlah daun bibit Jabon Putih menunjukkan seluruh perlakuan cenderung menunjukkan tidak ada pertambahan jumlah daun, perlakuan dengan pemberian bahan penahan air tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan air. Hal ini diakibatkan oleh faktor cuaca yang sangat ekstrim dimana berdasarkan hasil

pengamatan suhu dan kelembaban pada pengamatan minggu ke-2 yaitu 36,80C dan

kelembaban 36% . Hal ini mengakibatkan pigmen daun banyak yang rusak dan akhirnya menggugurkan daun sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungan. Pernyataan di atas sesuai dengan Haryati (2000) yang menyatakan bahwa respon terhadap adanya stres air ini dapat diamati secara visual. Adanya respon layu dan menggulungnya daun berarti terhambatnya fotosintesis baik karena menutupnya stomata dan karena berkurangnya luas permukaan fotosintesis. Oleh karena tanaman Jabon merupakan tanaman tahunan, sehingga dengan perlakuan dalam jangka waktu yang singkat belum dapat menunjukkan pengaruh yang nyata. Mungkin jika pelaksanaan penelitian lebih lama dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter jumlah daun.

Dokumen terkait