• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Kemandirian Anak Usia Sekolah

Kemandirian menurut Hurlock (2004) adalah individu yang memiliki sikap mandiri untuk berpikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri sesuai dengan norma yang berlaku. Kemandirian menurut Lie, A dan Prasasti (2004) adalah kemampuan untuk melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari sesuai dengan tehapan perkembangan dan kapasitas. Disimpulkan kemandirian anak adalah kemampuan anak dalam penelitian ini adalah kemampuan anak dalam melakukan kegiatan aktivitas fisik sesuai tahapan tumbuh kembang anak usia sekolah (Herlina 2013).

2.5.2 Ciri-ciri kemandirian anak usia sekolah

Anak yang mandiri pada dasarnya adalah anak yang mampu berpikir dan berbuat untuk dirinya sendiri. Seorang anak yang mandiri biasanya aktif, kreatif, kompeten, tidak bergantung dengan orang lain dan terlihat spontan. Ciri-ciri kemandirian anak usia sekolah diantaranya adalah:

2. Tidak takut untuk mengambil risiko karena sudah memiliki pertimbangan akan baik dan buruknya.

3. Percaya terhadap penilaian sendiri sehingga tidak mudah bertanya atau mudah meminta bantuan orang lain.

4. Mempunyai kontrol yang baik terhadap hidupnya, artinya kemandirian anak merupakan hal sangat penting karena merupakan salah satu life skill yang harus dimiliki (Malau 2012).

2.5.3 Faktor yang mempengaruhi kemandirian anak usia sekolah

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemandirian anak usia sekolah menurut Solahudin (2010), yaitu:

1. Faktor internal

Faktor internal merupakan suatu faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri, yaitu:

a. Emosi

Kemandirian emosional pada anak usia sekolah merupakan kemampuan anak untuk mengontrol emosi dan tidak bergantung terhadap dukungan emosional orang lain, terutama orang tua.

b. Intelektual

Kemandirian intelektual merupakan suatu kemampuan anak dalam mengamati, melihat dan memecahkan masalah sederhana kemudian berkembang ke arah pemahaman dan pemecahan masalah yang lebih rumit. Anak dengan kemandirian

intelektual akan belajar mengembangkan cara berpikir hingga anak mampu berpikir rasional, kreatif dan inisiatif.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan suatu faktor yang berasal dari luar diri anak itu sendiri, yaitu:

a. Lingkungan

Lingkungan keluarga dan sekolah sangat berperan dalam membentuk kemandirian anak. Keluarga membiasakan anak untuk mengerjakan tugas dengan sendiri akan lebih cepat membentuk kemandirian anak dibanding anak yang selalu dibantu. Sekolah sebagai pembentuk kemandirian anak dipengaruhi oleh guru dan teman sebaya. Guru berperan dalam mengarahkan siswa menjadi pribadi lebih mandiri dalam pencapaian proses belajar mengajar dan teman sebaya membantu anak belajar untuk mengeluarkan pendapat.

b. Status ekonomi

Perbedaan tingkat kemandirian anak dari keluarga miskin dan keluarga kaya. Anak dari keluarga dengan status ekonomi menengah atas biasanya tidak akan membiasakan anak untuk melakukan tugasnya sendiri karena ada pembantu atau pengasuh yang melakukan tugas anak. Anak dari keluarga menengah ke bawah sudah dibiasakan dari kecil melakukan tugasnya sendiri agar terlatih mandiri.

c. Stimulasi

Stimulasi merupakan perangsangan dan latihan-latihan untuk menstimulus atau merangsang kepandaian anak yang datangnya dari lingkungan luar anak (Moersintowarti 2002). Anak yang mendapat stimulasi terarah dan teratur akan lebih cepat mandiri dibanding dengan anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi.

d. Pola asuh

Anak dapat mandiri karena diberikan kesempatan, dukungan dan dorongan. Pola asuh yang baik untuk diterapkan kepada anak adalah dalam bentuk pola asuh demokratis. Pola asuh demokratis merupakan pola pengasuhan yang memberikan kebebasan pada anak, namun masih dalam pengontrolan orang tua. Hal ini dapat menjadikan anak terbiasa terampil dan akan terbentuk kemandirian pada anak. Pola asuh otoriter merupakan pengasuhan keras dan ketat dapat menjadikan anak tidak bahagia, selalu dalam ketakutan, mudah sedih, tertekan dan lain sebagainya, namun biasanya anak akan lebih bisa mandiri dan menjadi pribadi sesuai dengan keinginan orang tuanya. Pola asuh permisif merupakan pengasuhan anak yang acuh tak acuh dan memperbolehkan semua yang dilakukan anak sehingga akan menjadikan anak merasa rendah diri.

e. Cinta dan kasih sayang

Cinta dan kasih sayang oleh orang tua yang diberikan kepada anak secara berlebihan akan membuat anak menjadi manja karena terbiasa dibantu sehingga tidak bisa menyelesaikan tugasnya sendiri. Anak akan menjadi pribadi yang tidak mandiri karena selalu bergantung pada orang tua.

f. Kualitas informasi anak dan orang tua

Pendidikan orang tua yang baik akan memberikan informasi yang dapat memandirikan anak. Hal ini didukung dengan penyampaian informasi yang baik oleh orang tua sehingga anak mengerti dengan jelas instruksi yang diberikan.

g. Status pekerjaan ibu

Ibu yang bekerja di luar rumah akan memberikan peluang untuk menjadikan anak mandiri dibanding ibu yang tidak bekerja.

2.5.4 Peran orang tua dalam memandirikan anak usia sekolah

Peran orang tua dalam memandirikan anak usia sekolah, yakni ajari anak merawat tubuhnya sendiri, biarkan anak menyiapkan sarapannya sendiri, ajari anak menata buku sekolahnya sendiri, jangan mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah anak, ajari anak menyelesaikan masalahnya sendiri, ajari anak merapikan mainannya sendiri, ajari anak merapikan atau melipat bajunya sendiri, hargai kebebasan anak dalam memilih pakaiannya, ajari anak merapikan dan membersihkan kamarnya sendiri, ajari anak mengembalikan buku yang telah dibaca pada tempatnya, ajari anak menabung dan berhemat, libatkan anak dalam

kegiatan masak-memasak, ajari anak untuk menyiapkan hidangan makan malam, minta anak untuk melakukan pekerjaan rumah tangga, libatkan anak dalam kegiatan belanja dan libatkan anak dalam perencanaan acara liburan keluarga (Lie, A dan Prasasti 2004).

2.5.5 Tahap-tahap perkembangan kemandirian anak usia sekolah

Menurut Wendy dan Richard (Solahudin 2010) tahap kemandirian anak usia sekolah dasar meliputi:

1. Bisa mengatur permainannya sendiri.

2. Bisa menyelesaikan kegiatan tanpa menunggu pujian dan pengarahan terlebih dahulu.

3. Bisa duduk dengan tenang dan bertahan hingga waktu lama tanpa orang tua.

4. Bisa berpakaian lengkap sendiri, makan sendiri dan membersihkan gigi atau menggosok gigi sendiri.

5. Siap menghabiskan sebagian besar harinya tanpa orang tua atau pengasuh.

2.6 Konsep Keluarga

Dokumen terkait