• Tidak ada hasil yang ditemukan

35

pengiuatan terhadap kelembagaan, penguasan pada teknologi, dan melakukan Pengembangan terhadap sumber daya manusia.

B. Kemandirian Santri

Kemandirian berasal dari kata dasar ‚diri‛ yang mendapat awalan ‚ke‛

dan akhiran ‚an‛.53 Istilah kemandirian menunjukan bahwa adanya suatu

kepercayaan akan sebuah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah nya sendiri. Menurut beberapa ahli menunjukan bahwa kemandirian merupakan suatu kemampuan seseorang dalam melakukan kebebasa untuk bertindak, tidak menggantungkan pada kemampuan orang lain, tidak mudah terpengaruh dengan

lingkunv gan sekitrar, dan bebas untuk mengatur kebutuhanya sendiri.54

Menurut Watson yang dikutip oleh Eti Nurhayati menjelaskan bahwa definisi kemandirian yaitu kebebasan melakukan sesuatu usaha dengan gigih,

tepat, dan melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain.55

Lebih lanjut, Rizal Muttaqin menjelaskan dalam jurnalnya bahwa Burnadib mendefinisikan kemandirian sebagai suatu keadaan yang menjadikan seseorang untuk maju demi kebaikan dirinya dalam bersaing, mengambil keputusan atas masalah yang dihadapi, bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. Dalam Islam, kemandirian didefinisikan sebagai suatu identitas yang dimiliki seorang muslim dengan berlandaskan tauhid sehingga mampu

menjadi khalifah fi al-ardhi. Selain itu, dengan bermodalkan tauhid, seseorang

dengan keyakinannya akan memiliki semangat jihad yang tinggi . Dengan memliki rasa jihad yang tinggi akan melahirkan keinginan dalam memperoleh

53

Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), 185.

54Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif (Yogyakarta : Pustka Pelajar, 2011) 131.

55

36

sesuatu atas hasil usaha seseorang itu sendiri yang mana hal tersebut dinamakan

suatu kemandirian.56

Kemandirian merupakan suatu konsep yang dihubungkan dengan konsep pembangunan. Dalam konsep pembangunan, program yang diinginkan dirancang secara detail untuk dihadirkan kepada masyarakat. Konsep kemandirian salah satunya yaitu bisa mencakup permasalahan kecukupan diri dari seseorang dalam bidang ekonomi. Kemandirian merupakan suatu sikap yang mengutamakan kemampuan diri seseorang dalam mengatasi problema yang dihadapi untuk

mencapai suatu tujuan yang diinginkan.57

Dalam Islam, seorang muslim diharuskan untuk mempunyai sifat mandiri secara finansial. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari adanya kegiatan meminta-minta dan belas kasihan orang lain. Allah swt berfirman:











































































58



‚Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. dan apabila mereka melihat perna gaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik pemberi rezki.‛59

56Rizal Muttaqin, “Kemandirian dan Pengembangan Ekonomi Berbasis Pesantren”, Jurnal

Ekonomi Syariah Indonesia, Vol.1, No. 2 (Desember 2011), 68.

57M. Mukeri, “Kemandirian Ekonomi Solusi untuk Kemajuan Bangsa”, dalam https://jurnal.unpand.ac.id/index.php/dinsain/article/viewFile/92/89 diakses pada 12 Desember 2018.

58Al-Qur’an, 28: 11.

59Departemen Agama RI, Al-Qur’an an Terjemah: Mushaf Famy bi Syauqin (Banten: Forum Pelayan Al-Qur’an, 2015), 554.

37

Manusia pada dasarnya diciptakan sebagai makhluk yang paling mulia. Namun karena kurangnya pengetahuan dan kurangnya keberanian mengambil tindakan, tanpa mereka sadari kemuliaan tersebut hilang.













































60

‚ Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada

putus-putusnya.‛61

Berdasarkan ayat tersebut di atas telah dijelaskan bahwa Allah swt telah menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Jadi, sudah seharusnya sebagai manusia untuk berusaha dengan apa yang telah diberika Alah swt kepada mnusia. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia wajib berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dengan mencari nafkah untuk menghidupi dirinya dan keluarganya.

Kemandirian merupakan salah satu kegiatan dimana ditandai dengan kemampuan seseorang untuk memikirkan, memutuskan, dan melakukan sesuatu atas dasar daya kemampuan yang dimilikinya sendiri baik kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik ataupun afektif. Sumodiningrat juga mengatakan bahwa kemandirian atas dasar keberdayaan yang dilakukan diwujudkan melalui

60Al-Qur’an, 30:4-6

61Departemen Agama RI, Al-Qur’an an Terjemah: Mushaf Famy bi Syauqin (Banten: Forum Pelayan Al-Qur’an, 2015), 597.

38

partisipasi aktif masyarakat yang didukung dengan adanya kegiatan

Pengembangan62

Menurut Steinberg (Russel & Bakken) yang ditulis oleh Hastra

kemandirian terdiri dari beberapa aspek yaitu:63

1. Kemandirian Emosi

Kemandirian emosi merupakan salah satu aspek dari keamndirian yang menekankan pada kemampuan sesorag untuk tidak bergantung kepada orang sekitar dalam pemenuhan kebutuhan pokok mereka.

2. Kemandirian Berrtindak

Kemandirian bertindak merupakan salah satu kemandirian dimana seseorang dituntut untuk bisa menentukan pilihan mereka dalam mengambil keputusan. Nasihat orang lain dijadikan yang menurutnya sesuai bisa dijadikan sebagai perbandigan dalam mengambil keputusan. Pada dasarnya dalam aspek kemandirian untuk mengambil keputusan ada 3 aspek yaitu:

a. Memilih alternative dalam melakukan pemecahan masalah yang ada berdasarkan pertimbangan diri sendiri dan orang lain, dan bertanggung jawab atas keputusan yang telah mereka ambil.

b. Tidakmudah terpengaruh terhadap terhadap pihak lain. c. Memiliki rasa percaya diri yang penuh pada dirinya. 3. Kemandirian Nilai

Kemandirian nilai merupakan salah satu kemandirian yang menekankan seseorang untuk mempunyai jiwa spritualitas, politik dan moral dalam

62

Sumodiningrat, Visi dan Misi Pembangunan Pertanian Berbasisi Pengembangan (Yogyakarta : IDEA, 2000), 82.

63Hastra Quroti Ayun Nisa, Pendidikian Kemandirisn Santrii Sekolah Dasar di Pondok Pesantren Ash-Sholihah, (Skripsi – Universitas Negeri Malang, 2017), 33- 34.

39

mendapatkan kesimpulan dalam permasalahan yang dihadapinya. Adapun aapek-aspek yang mendukung dalam kemandirian nilai yaiu:

a. Keyakinan terhadap nilai-nilai abstrak

b. Nilai yang dimaksudkan dalam hal ini yakni nilai-nilai yang mengarah pada nilai-nilai yang bersifat prinsip.

c. Keyakinan akan nilai-nilai emakin terbentuk dalam diri individu bukan hanya dari sistem nilai yang diberikan oleh orang lain.

Berdasarkan penjelasan mengenai kemandirian, dapat disimpulkan bahwa kemandirian merupakan suatu tindakan yang dilatih dalam diri seseorang untuk mengasah kemampuan yang dimilikinya. yang mana tujuan dari hal tesebut yaitu untuk keberlangsungan hidupnya di masa mendatang. Sedangkan kemandirin umat di sini yaitu suatu bentuk kemandirian yang dibentuk untuk kesejahteraan masyarakat.

dalam dunia pendidikan sendiri seseorang juga dituntut untuk menjadi mandiri. Salah satunya dalam dunia pendidikan pesantren. Pendidkina pesantren merupakan salah satu pendidikan yang berbasis tradisional di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat tinggal santri. Sedangkan santri secara umum merupakan sebutan bagi seseoranng yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya

menetap di tempat tersebut hingga pndidikannya selesai.64

C.C. Berg mengartikan bahwa kata santri berasal dari bahasa India yaitu shastri, yang bermakna orang yang mengerti mengenai buku suci agama Hindu. Sedangkan A. H. John menjelaskan bahwa kata santri diartikan guru mengaji

64Wikipedia, “Pesantren dan Santri”¸ dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Santri dilihat pada 05 Desember 2018.

40

yang berasal dari Bahasa Tamil.65 Sedangkan Nurcholish Madjid berpendapat

bahwa asal usul kata santri terdapat dua pemdapat. Pertama, santri berasal dari

kata sastri yang merupakan berasal dari bahasa Sangsakerta yang artinya melek

huruf. Kedua, kata santri yang berartikan cantrik yang berasal dari bahasa Jawa

yang berartikan seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru nya

pergi menetap.66

Metode dalam membentuk perilaku santri salah satunya yaitu dengan mendidik melalui kemandirian. Melalui metode ini santri dilatih untuk memliki kemampuan secara mandiri dalam mengambil keputusan secara bebas. Adapun proses pengambilan dan pelaksanaan keputusan santri yang biasa berlangsung yakni pada kebutuhan-kebutuhan yang bersifat penting dalam keberlangsungan hidupnya di pesantren yang bersifat rutinitas seperti pengelolaan keuangan, perencanaan belanja, perencenaan aktivitas rutin, dan sebagainya.

65

Babun Suharto, Dari Pesantren untuk Umat: Relventing Eksistensi Pesantrendi Era Globalisasi, (Surabaya: Imtiyaz, 2011), 9.

66Yasmadi, Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholish Terhadap Penelitian Islam Tradisional (Jakarta: Ciputat Press, 2005), 61.

BAB III

PENGEMBANGAN EKONOMI SANTRI DI YAYASAN PESANTREN