Semar : Bagong! Bagong : Apa?
Semar : Benarkah? Srigati, anak Bathara. Sama seperti orangtuanya.
Bagong : Begitu! 5
Semar : E…anda ini ada apa melengung saja, Gus?
Raden Srigati : Kakekku Semar, ada apa setelah Kakek Semar ini memberikan pengampunan kepada orang seperti saya ini, kakek?
Semar : Iya. 10
Raden Srigati : Namun kakek, sebelumnya saya sudah….Kakek Semar.
Semar : Oh, ya mohon maaf saya terpukau. Jadikan suka
penggaleh saya mohon maaf. Saya akan
meng-hadap Tuan saya Srigati begitu, tuan. 15 Raden Srigati : Ya,…ya, Kakek Semar tidak apa, saya terima
ta-nganku jadikan jimatkuparipih, Bagong. Bagong : Izin mohon maaf, Tuan.
Raden Srigati : Ya,…ya,…Bagong sudah saya terima.
Semar : Oh, baru kemarin, tuan. Orang itu diam seperti 20 begini ribut ada apa, Tuan? Silahkan tuan
kata-kan kepada saya!
Raden Srigati : Kakek Semar, apakah Kakek Semar ini rela apa-bila semapa-bilan hari ini orangtuaku Ibu Dewi Sri
168
lingwesi Prabu Watu Gunung, kakek. Kakek Semar, sepertinya orangtua saya ini dijatuhkan derajatnya. Saya tidak terima, kakek! Maka dari
itu, saya minta Kakek Semar ikut jangan jauh- 30 jauh! Saya cari dulu ada dimana tempat
bertapa-nya Prabu Watu Gunung, Kakek Semar. Semar : Baik, saya.ikut ya,...
Prb. Watu Gunung : Nanti dulu ini siapa?
Raden Srigati : Kalau Anda belum kenal dengan orang se- 35 perti saya, ya saya Raden Srigati, Anda
siapa?
Prb. Watu Gunung : O, ladalah. Raja dari Negara Gilingwesi, saya Prabu Watu Gunung!
Raden Srigati : Oh, ini yang namanya Prabu Watu Gu- 40 nung, prabu dari Negara Gilingwesi.
Prb. Watu Gunung : Apa yang menjadi keluhanmu Srigati? Ada apa?
Raden Srigati : Saya akan mengingatkan kepadamu!
Ja-ngan mempermainkan ibuku di dunia Ibu 45 Dewi Sri Widawati. Maka dari itu, saya
minta kembalilah! Kalau kamu tidak mau kembali jangan tanya dosamu akan saya
pinggat kepalamu dengan pusakaning
Raden Srigati! 50
Prb. Watu Gunung : E, alah. Apakah benar kalau Anda ini anak Bathara Wisnu?
Raden Srigati : Iya.
Prb. Watu Gunung : Ibumu akan saya bawa ke Negara Giling-
169
Raden Srigati : Bisa membawa ibuku ke negara kalau bisa melangkahi bangkainya Raden Srigati. Be-gitu, Watu Gunung!
Prb. Watu Gunung : E, ladalah. Dimana? Apakah di puncakmu
sendiri? 60
Prb. Watu Gunung : E, ladalah. Srigati, mengeluhlah kepada Orangtuamu! Saya yang mengalahkanmu!
Kacarita
Setelah cinandak kepada Prabu Watu Gunung, Raden Srigati, dipun
sek-sek raganya seketika itu meninggal.
Semar : Ingat! Sudah saya ingatkan Bagong! Bagaimana? 65 Bagaimana ini? Ho.
Bagong : Sudah, sudah, sudah. Tidak tahu menjelang pagi ter-nyata.
Semar : Bagaimana kalau ditanyakan? Ini tanggung jawabku!
Tanggung jawabku, saya beritahu! Saya ini nanti di- 70 marahi dengan Bathara Wisnu. Bagaimana?
Bagong : Ya. Bagong terburu-buru saja kamu itu menyebabkan bangun semuanya. Kalau berangkat cepatnya, rek, pada waktu sudah datang mlempem.
Semar : Ek…ek….Bathara Wisnu! 75
Bathara Wisnu : Ya,…ya, Kakek Semar. Saya yang salah ya Ka-kek.
Semar : Sudah saya ingatkan! Bagaimana ini Tuan Sri-gati?
170
Bagong : Sudah, diteruskan saja! Tidak tahu menjelang 80 pagi bagaimana ternyata? Bingung semua
men-dengar suaramu! Semar : Huhuhuhu.
Bagong : Sudahlah! Sudah kebanyakan tingkah kamu
itu! 85
Bathara Wisnu : Ya,…Kakek Semar, yang sabar ya kakek ya.
Waras tanpa tamba, waras jati nirmala Srigati!
Bagong : Lho, lho tidak masuk akal. Dibegitukan saja sembuh.
Semar : Soalnya wayang. 90 Bagong : Lho, iya.
Semar : Baik! Bagaimana, Tuan?
Bathara Wisnu : Begini Kakek Semar. Kalau saya bantu adu
jepreting hidup atose balong kepada Prabu
Watu Gunung. Kalau saya bisa menang, kalau 95 saya ini tidak mengelabui kridaning Prabu
W-atu Gunung, yaitu susahnya istriku Sri Wida-wati yang dipermainkan.
Semar : Kemudian bagaimana?
Bathara Wisnu : Begini Kakek Semar! Sebenarnya Prabu Watu 100 Gunung itu titising rasa sejati rikalasmana.
Rikalasmana yaitu saya kalahkan.
Semar : Oh, begitu, Den!
Bathara Wisnu : Iya! Maka dari itu, Kakek Semar jangan
ikut-ikut. Tak jalae sutra maksudnya saya kelabui, 105 seperti apa saya ini bisa tunggul juwiking
171
Semar : Oh. Baik sudah mengerti, Tuan! Bathara Wisnu : Iya.
Bathara Wisnu : Oh, Prabu Watu Gunung. Kembalilah ke nega- 110 ramu!! Dewi Sri Widawati akan saya berikan
kepadamu, Prabu Watu Gunung.
Wilawuk (P) : Wadhuh Pak! Bagaimana, Pak? Meskipun orang melamun itu apakah setiap hari? Tiap
si-ang melamun, sore melamun, malam melamun. 115 Apakah yang sedang dibayangkan, Pak?
Wilawuk (L) : Hek…hek..a..a…kamu ini ikut saja ada apa, Dik?
Wilawuk (P) : Lha, ya,…
Wilawuk (L) : Kanda melamun ini Dek, Kanda ini ingin meni- 120 kah dengan bidadari. Terpenuhi atau tidak
me-nikah dengan bidadari sampai kepala saya pu-sing!
Wilawuk (P) : Wah, kok bangsa Jin ingin menikah dengan
bidadari. Ya tidak cocok! Bangsa Jin itu seha- 125 rusnya menikah dengan sinden! Lha itu cocok.
Cari sinden itu sanggulnya yang besar.
Wilawuk (L) : Hek…hek…apa? Melamun terus tidak nikah- nikah. Sudah! Kalau masalah dada kuat ini
ti-dak kuat ini bagaimana? Bagaimana? Hadhuh 130 dewa, saya minta tolong!
172
Bathara Wisnu : Nanti dulu, ini ada Gunung Lawu. Anda ini siapa?
Wilawuk (L) : Hek…hek…saya ini Wilawuk, raja! 135 Bathara Wisnu : Wilawuk!
Wilawuk (L) : Iya.
Bathara Wisnu : Apa keluhan yang sedang kamu pikirkan? Wilawuk (L) : Saya ini ingin menikah dengan Bidadari Dewi
Nala Siking. 140
Bathara Wisnu : Dewi Nala Siking.
Wilawuk (L) : Iya. Hek…hek…apakah keinginan saya ini ter-kabulkan atau tidak? Kalau tidak terter-kabulkan, saya ini terlanjur berandai- andai, raja!
Bathara Wisnu : Iya. Orang berandai-andai itu saya beri tahu 145 orang sakit!
Wilawuk (L) : Begitu.
Bathara Wisnu : Iya. Karena tidak ada seseorang yang wujud- nya itu berandai-andai saja.
Wilawuk (L) : Jadi orang berandai-andai saja itu orang sakit? 150 Bathara Wisnu : Iya.
Wilawuk (L) : Wadhuh perkataannya tidak enak hati. Wilawuk (P) : Tidak bisa diberi tahu, tidak bisa. Wilawuk (L) : Sudah jangan ikut saja!
Bathara Wisnu : Wilawuk, saya akan memenuhi permintaan ka- 155 mu akan jadi dengan Dewi Nala Siking.
Wilawuk (L) : Benarkah saudara?
Bathara Wisnu : Iya. Tetapi tolonglah saya!
Wilawuk (L) : Lho, Anda minta tolong dengan saya ini minta
173
Bathara Wisnu : Begini! Wilawuk pergilah ke Kaputren Negara Gilingwesi. Entah bagaimana usahamu? Entah bagaimana caranya bisa masuk ke dalam kapu- tren. Saya ingin tahu, ingin tahu, yaitu
kelema-hannya Prabu Watu Gunung. Kalau kamu su- 165 dah tahu kelemahannya Prabu Watu Gunung.
Maka dari itu, katakan kepadaku apa yang jadi keinginanmu akan terkabulkan.
Wilawuk (L) : Baik! Siap melaksanakan perintah! Mohon izin,
raja. 170
Wilawuk (L) : Wah, memang Prabu Watu Gunung itu sampai
kaputren dikelilingi dengan pohon semanggi.
Saya jadi takut yang ketahuan disergah dengan prajuritnya Prabu Watu Gunung yaitu prajurit
asu nyong-nyang ya. Kalau begitu saya akan 175
jadi tinggi…
Dewi Sinta : Nanti dulu, Kanda. Prb. Watu Gunung : Ada apa, Adinda?
Dewi Sinta : Bukan seperti itu prajuritnya Kanda Prabu
Watu Gunung itu jadi dikalahkan. Tidak 180 ada dosa, tidak ada masalah. Ada apa,
Kanda?
Prb. Watu Gunung : Adinda. Maka dari itu, kamu harus tahu bicaranya hewan. Hewan itu tidak tahu
174
kecewa akan prajurit. Disitu sudah kanda mengurus pusaka perjaya wujudnya asu nyong-nyang.
Dewi Sinta : Dhuh, Kanda kok baik. Bukan begitu
Kan-da. Saya minta bantuan pertolongan. 190 Prb. Watu Gunung : Baik! Minta tolong apa, Adinda?
Dewi Sinta : Kelemahannya Kanda Prabu Watu Gunung itu apa kanda? Kanda, kok baik kanda sakti berkuasa.
Kacarita
Setelah Wilawuk menjadi tinggi menyusup ke dalam tempat tidur- 195 nya Prabu Watu Gunung. Seketika itu, mrika tedah pangambilane
Prabu Watu Gunung.
Prb. Watu Gunung : Adinda, jangan! Manusia sealam dunia atau dewa yang seperti apa tidak akan bisa
menjatuhkan dening kridaku. Saya bisa ka- 200 lah. Saya bisa hilang tetapi harus disasak
oleh Kereta Perdhati Sinang. Dewi Sinta : Begitu kanda!
Kacarita
Setelah midaretaken sabda pangambilanipun Prabu Watu Gunung,
kancak Wilawuk melompat ke luarnya kaputran Prabu Watu Gu- 205
175
Bathara Wisnu : Jangan takut! Sudah menjelang pagi. Jangan tergesa-gesa! Ya begitu usaplah alismu, Wila- wuk.
Wilawuk : Hek…hek….saya sudah tahu kelemahannya 210 Prabu Watu Gunung, Kanjeng Kyai!
Bathara Wisnu : Siapa? Dari apa? Benda apa?
Wilawuk : Tidak ada lagi kecuali Kereta Pedhati Sinang! Bathara Wisnu : Jangan ikut-ikut! Saya datangkan wujudnya
kereta Pedhati Sinang! 215
Prb. Watu Gunung : Oh, kalau begitu ini akhir hidupku di dunia ada di Negara Gilingwesi. Dhuh, Adinda! Adinda, kanda pamit mati, Adinda! Oh, Adinda Sinta dan Landep, kanda pamit
mati, Dik! 220
Kacarita
Tidak tahu sangkaning belahe. Setelah tahu wujudnya kereta Per-dhati Sinang, Prabu Watu Gunung sasag gobyos hancur jadi ber- keping-keping hilang meninggal.
Wilawuk (L) : Hek…hek...berhenti…makan-makan. He, Kyai!
Anda ini punya janji seperti apa dirimu, Kyai! 225 Bathara Wisnu : Iya. Jangan khawatir! Saya penuhi janjiku!
Kacarita
Dewi Sri Widawati sudah bolot, seketika itu bolotipun sabda kadya
176
Bathara Wisnu : Wilawuk, sudah atur hidupmu di dunia dengan
Ibu Dewi Nala Siking. Saya minta kembalilah 230 ke kahyangan! Maka dari itu, dari sekarang
pergilah ke Gunung Lawu! Mari bersama pesta
handrayina begitu, Wilawuk!
Wilawuk : Baik! Siap melaksanakan perintah Kanjeng
Kyai! 235
Semar : Bagong! Bagong : Apa?
Semar : Sudah cukup sekian saudara. Kalau ada kekurangan, saya mohon maaf. Itu tadi adalah Banjaran Prabu
Watu Gunung. 240
Bagong : Oh, begitu.
Semar : Ingkang sesanti wijayanti. Sekali merdeka tetap mer-deka. Nir ing sambikala. Saya akhiri, Wabillahi wal taufik wal hidayah. Wassalamu’alaikum
Warrah-matullahi Wabarakatuh. 245
BAB IV