• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada tahap penskalaan dendrogram diperoleh tiga kelompok komunitas ikan berdasarkan stasiun, dengan standar similaritas 70.00, dimana kelompok 1 berada di atas 70.00 dan kelompok 2 dan 3 di bawah 70.00 (Gambar 16).

Kelompok pertama terdiri atas 11 titik pengamatan yakni AR1, AR2, AR4, AR3, R4, R1, B1, AR5, R5, R3 dan R2; dimana meliputi setiap kondisi stasiun

36 (artificial, kondisi buruk dan kondisi baik). Struktur komunitas ikan karang nokturnal antara stasiun artificial dan kondisi terumbu karang buruk mempunyai nilai similaritas yang relatif tidak jauh berbeda yakni di atas 70.00 hal tersebut dikarenakan kemunculan ikan pada setiap stasiun dalam kelompok 1 ini tidak terlalu besar, dengan kemunculan antara 1 dan 2 individu saja (Lampiran 4).

Sedangkan kelompok komunitas ikan karang nokturnal kedua adalah B2, B3 dan terdiri dari terumbu karang baik dengan nilai similaritas di bawah 70.00 yakni 34.2806 dan 17.5193. Demikian pula untuk kelompok ketiga terdiri dari 2 titik pengamatan B4 dan B5 dan juga terdiri dari terumbu karang dengan kondisi yang baik, dimana nilai similaritasnya di bawah 70.00 yakni 11.7143.

Nilai tersebut mengelompokan stasiun terumbu kondisi baik menjadi dua bagian yang disebabkan oleh kemunculan 1 jenis ikan dengan nilai 10 individu pada 2 stasiun baik yakni Apogon cooki sedangkan kemunculan 2 jenis ikan dengan nilai 10 individu pada 2 stasiun baik yakni Apogon aureus dengan Apogon chrysopomus. (Lampiran 4).

Kemiripan dalam jumlah individu dapat didukung dengan salah satu kondisi satsiun yang mana merupakan terumbu karang yang baik dan dapat menyediakan makanan serta perlindungan untuk ikan-ikan karang berukuran kecil seperti famili Apogonidae. Jenis famili tersebut merupakan ikan yang memanfaatkan kondisi morfologi terumbu karang khususnya dalam bentuk pertumbuhan bercabang (branching) serta dapat didukung dengan pola aktivitas jenis tersebut merupakan ikan nokturnal (Setiapermana, 1996).

37 Gambar 16. Dendogram pengelompokan ikan karang nokturnal berdasarkan

multivariate cluster. Stasiun S im ila ri ty B5 B4 B3 B2 AR3 R2 R5 AR5 R3 R4 B1 R1 AR4 AR2 AR1 44.23 62.82 81.41 100.00 70.00

---38

V. Simpulan dan Saran

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ikan karang nokturnal yang diperoleh pada terumbu karang buatan (artificial) dan terumbu karang alami dengan kondisi buruk dan baik di perairan pulau Kodingarengkeke, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut :

1. Komposisi ikan karang nokturnal yang ditemukan sebanyak 44 jenis dengan mewakili 18 famili dan total jumlah 204 individu/ekor ikan karang nokturnal di ketiga stasiun pengamatan.

2. Nilai kelimpahan ikan karang nokturnal tertinggi ditemukan pada stasiun terumbu alami dengan kondisi karang baik sebanyak 0.14 ekor/m3 sedangkan terumbu buatan dan terumbu karang buruk kelimphan ikan karang nokturnal yang hamper sama sebanyak 0.06 dan 0.05 ekor/m3 . 3. Biomassa ikan karang nokturnal untuk kelompok mayor, indakator dan target

lebih tinggi pada lokasi terumbu karang buruk dibanding pada terumbu karang baik dan terumbu karang buatan.

4. Stasiun terumbu buatan memiliki struktur komunitas ikan nokturnal (>70.0) yang mirip dengan terumbu karang kondisi yang buruk. Namun masih berbeda dengan terumbu karang dalam kondisi yang masih baik dengan jumlah jenis yang lebih tinggi.

B. Saran

Perlu penelitian untuk mengklasifikasi kehadiran suatu jenis ikan nokturnal di suatu habitat, terutama di terumbu karang buatan (artificial reef) melalui pengamatan tingkah laku dan analisis lambung makanan

39

DAFTAR PUSTAKA

Adriana. A. 2011. Skripsi. Kelimpahan Dan Keanekaragaman Ikan Karang Target Di Pulau Badi, Pulau Barranglompo Dan Pulau Samalona. Makassar. 27 hal. Adrim, M. Harahap, S.A. dan Wibowo, K. (2012). Jurnal. Struktur Komunitas Ikan

Karang di Perairan Kendari. Jawa Barat. LIPI. Vol.17

Adrim, M (2007). Jurnal. Komunitas Ikan Karang Di Perairan Pulau Enggano Propinsi Bengkulu. LIPI. Vol.33

Andeawati. S, 2014. Skripsi. Keanekaragaman Jenis Ikan Karang di Pulau Badi dan Pulau Kodingareng Lompo.

Atjo, A, A. 2013. Tesis. Status Ekologi Ikan Karang Kaitannya Dengan Tutupan Makroalga Dan Terumbu Karang Di Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Polman. Makassar.

Allen, G.R, 1985. Food and Agriculture Organization Spesies Catalogue. Snapper Of The World. Volume VI, Food And Agriculture Organization Of The United Nation. Rome. 189 and 1479 p.

Allen, G.R. and R. Steene, 1996. Indo-Pacific coral reef field guide. Tropical Reef Research, Singapore, 378 p.

Allen, G.R. 1997. A Field Guide for Anglers and Divers. Marine Fishes of Tropical Australia and South-East Asia. Western Australian museum, 292 pp

Allen, G, 2001. Tropical Reef Fishes Of Indonesia. Singapore: Periplus Nature Guides.

Bell, J.D. and R. Galzin. 1984. Influences of live coral cover on a coral reef fish communities. Mar Ecol Prog Ser 15: 265-274.

Bengen, D.G., 2002, Ekosistem Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta Prinsip Pengelolaannya, Bogor, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor.

Choat, J.H., dan D.R. Bellwood. 1991. Reef fishes: Their history and evolution. Hal. 39-66. In Sale, P.F.(Ed.). The ecology of fishes on coral reefs. Academic Press Inc. California. xviii + 754 h.

Chou, L.M. 1997. Artificial Reefs of southest Asia – Do they enhance or degrade the marine environment? Environment Monitoring and Assessment 44: 45 – 52.

40 Edwards, A.J. & Gomez, E.D. 2008. Konsep dan panduan restorasi terumbu: membuat pilihan bijak di antara ketidakpastian. Terj. dari Reef Restoration Concepts and Guidelines: making sensible management choices in the face of uncertainty. Oleh: Yusri, S., Estradivari, N. S. Wijoyo, & Idris. Yayasan TERANGI, Jakarta: iv + 38 hlm.

English. S., V. Baker dan C. WiOcinson. 1994. Survey Manual for Tropical Marine Rwources. Asean-Atsbaib marine Project Aus&aGa. 34-80.

Ernawati, T dan Sumiono, B, 2006. Sebaran dan Kelimpahan Ikan Kuniran (Mullidae) Di Perairan Selat Makassar. Jakarta.

FAO, 1974. Spesies Identification Sheets for Fishery Purposes Eastren Indian Ocean and Westren Central Pasific. Volume II. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome. Pp: 1-47.

Frensly. D. H dan Daniel P, 2012. Basline Studi Kondisi Terumbu Karang, Lamun dan Mangrove. LIPI. Jakarta. 5 hal.

Grimes, C.B., 1987. Reproductive biology of the Lutjanidae: a review. p. 239-294. In J.J. Polovina and S. Ralston (eds) Tropical snappers and groupers. Biology and fisheries management. Westview Press. Boulder and London.

Gardiner. N. M, and Jones G. P. 2005. Habitat Specialisation And Overlap In A Guild Of Coral Reef Cardinalfishes (Apogonidae). Vol. 305: 163–175.

Gomez, E.D. and H.T. Yap, 1988. Monitoring reef condition In : R.A. Kenchington & B.E.T. Hudson (eds). Coral Reef Management handbook, UNESCO Jakarta : 187-195.

Hutomo, M, 1991. Artificial Reef: Suatu Upaya Untuk Meningkatkan Sumberdaya Hayati Laut. OCEANA 16, 23-33.

Hutomo, M, 1986. Coral Reef Fish Resources and Their Relation to Reef Condition; Some Case Studies in Indonesian Waters. Biotrop Spec. Publ. 19: 67-78. Ilahude, A.G. dan Liasaputra, 1980. Sebaran normal parameter hidro-logi di Teluk

Jakarta. Dalam : Teluk Jakarta. Penyajian fisika, kimia, biologi dan geologi (A. Nontji, A. Djamali, eds.). LON-LIPI: 1-40.

Iskandar. B, H dan Maswardi. B, 1997. Studi Perbandingan Keberadaan Ikan-Ikan Karang Nocturnal dan Diurnal Dengan Tujuan Penangkapan di Terumbu Karang Pulau Pari Jakarta Utara. Buletin PSP. Volume VI No.1. 1997.

Jalil, 2005. Skripsi. Studi komunitas ikan karang di pulau barrangcaddi kota makassar. Sulawesi Selatan.

Kulbicki, M., N. Guillemot, and M. Amand. 2005. A general aproach to length-weight relationships for New Caledonian lagoon fishes. J. Cybium, 29(3):235-252.

41

Kritzer JP and Sale PF. 2006. The Metapopulation Ecology of Coral Reef Fishes. p. 31 – 67. In: Kritzer JP and Sale PF [eds]. Marine metapopulations. Elsevier Academic Press, Burlingto MA.

Long, B.G. Andrew, Y.G Wong and Suharsono, 2004. Sampling accuracy of reef resource inventorytechnique coral reef. P. 1-7.

Ilahude, A dan Liasaputra. 1980. Sebaran Normal Parameter Hidrologi di Teluk Jakarta. Buku Teluk Jakarta, Pengkajian Fisika, Kimia, Biologi dan Geologi (Nontji, A dan A.Djamali ed). LON-LIPI Jakarta. Hal.1-48.

Marnane, J.M., R.L. Ardiwijaya, J.T. Wibowo, S.T. Pardede, A. Mukminin, Y. Herdiana, dan S. Haryanta. 2003. Laporan teknis survey 2003-2004 di kepulauan Karimunjawa, Jawa tengah. WCS. 75p.

Media. Online, 2012. Pemkot Makassar Canangkan Penyelamatan Ekosistem di

WilayahKepulauan. Akses 21-Agustus-2015.

http://city.seruu.com/read/2012/05/29/100145/pemkot-makassar-canangkan-penyelamatan-ekosistem-di-wilayah-kepulauan.

Manembu, I., L. Adrianto, D.G. Bangen, dan F. Yulianda. 2012. Distribusi karang dan ikan karang di kawasan reef ball Teluk Buyat Kabupaten Minahasa Tenggara. J. Perikanan dan Kelautan Tropis, 8(1):28-32.

Lieske . E. and Myers. R., 1997. Reef Fishes of the World. Berkeley Books. Ltd. Singapore.

Miller, M.W, Falace A. 2000. Evaluation Method Fortrophic Resource Nutrients, Primary Production Andassociated Assemblages (95–126). In Seaman, W.Jr.Artificial Reef Evaluation with Application to Natural Marine Habitats. CRC Press. New York.

Michelle R. H, Leanne M. C, Ashley J. W, Colin A. S, Aaron C. Ballagh and Ann L. P. 2009. The Comparative Biology of Lutjanid Species on the Great Barrier Reef. Fishing and Fisheries Research Centre School of Earth and Environmental Sciences James Cook University, Townsville. Supported by the Australian Government’s Marine and Tropical Sciences Research Facility Project 4.8.3 Evaluation of the resiliency of key inter-reefal fish species. Mulyanto. 1992. Lingkungan Hidup untuk Ikan. Depdikbud. Jakarta. 138 hal.

Napitupulu.M, dan Mujiyanto. 2013. Analisa Kebiasaan Makan Ikan Beronang (Siganus Virgatus) Di Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah

Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Cetakan Kedua. Djambatan. Jakarta

Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Terjemahan Oleh: Edman, M., D. G. Bengen, Koesbiono, M. Hustomo, Sukristijno. PT. Gramedia. Jakarta.

42 Prasetyanda, I, M, 2011. Penelitian. Korelasi Tutupan Terumbu Karang Dengan Kelimpahan Relatif Ikan Famili Chaetodontidae Di Perairan Pantai Pasir Putih, Situbondo. Hal 10.

Prasetya.S.H, Munasik, dan Ambariyanto. 2014. JOURNAL OF MARINE RESEARCH. Estimasi Daya Dukung Terumbu Karang Berdasarkan Biomassa Ikan Karang Di Perairan Misool Selatan Raja Ampat, Papua Barat. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Hal. 233-243.

Putra M, I,H. Saputra T,A dan Saputra J. 2013. Penelitian. Studi Pengaruh Kesehatan Terumbu Karang Terhadap Kelimpahan dan Biomassa Ikan Ekonomis dan Ikan Herbivora di Taman Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Semarang. Hal. 15

Rani, C., Burhanuddin, I. Atjo, A, A. 2010. Sebaran dan Keragaman Ikan Karang di Pulau Barranglompo : Kaitannya Dengan Kondisi dan Kompleksitas Habitat. Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas Makassar. 14 hal.

Suharti, R 2012. Tugas. Akhir. Hubungan Kondisi Terumbu Karang Dengan Kelimpahan Ikan Chaetodontidae Di Pulau Karng Bongkok Kepulauan Seribu. Jakarta. 33 hal.

Ratnawati, P. Priliska, H dan Sukmaraharja, 2011. Kondisi Dan Potensi Komunitas Ikan Karang Di Wilayah Kepulauan Kayoa, Kabupaten Halmahera Selatan Maluku Utara. Bogor

Romimohtarto,K. dan S. Juwana. 2001. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut.Puslitbang Oseanologi LlPI. Jakarta. 527 h.

Setiawan, 2010. Panduan Lapangan Identifikasi Ikan Karang Dan Invertebrata Laut. Manado.

Setiawan, F. Razak, B, T. Idris dan Estradivari. 2013.

Komposisi Spesies Dan Perubahan Komunitas Ikan Karang Di Wilayah Rehabilitasi Ecoreef Pulau Manado Tua, Taman Nasional Bunaken. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 2, Hlm. 377-390

Supriharyono, 2000. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Djambatan. Jakarta Suharsono, 1991. Bulu Seribu (Achancaster Planci). Balai Penelitian dan

Pengembangan Biologi Laut. Puslitbang Oseanografi –LIPI. Jakarta.16(3) : 17.

Sale, P.F.(Ed). 1991. The ecology of fishes on coral reefs. Academic Press Inc. California. xviii + 754 h.

Setiapermana, D. 1996. Potensi Wisata Bahari Pilau Mapor. P30-LIPI, Jakarta. Sorokin, Y. I 1993. Coral Reef Ecology. Springer-Verlag, Berlin, Heidelberg.

Terangi. 2004. Panduan Dasar Untuk Pengenalan Ikan Karang Secara Visual. Indonesia Coral Reef Foundation. Jakarta.

43 Utomo, S, P, R Ain, C. Supriharyono. 2013. Keanekaragaman Jenis Ikan Karang Di Daerah Rataan Dan Tubir Pada Ekosistem Terumbu Karang Di Legon Boyo, Taman Nasional Karimunjawa, Jepara. Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman 81-90

Wasilun, Karsono, dan Suprapto.1995. Pengembangan Terumbu Buatan sebagai Alternatif Rehabilitasi Kerusakan Terumbu Karang. Balai Penelitian Perikanan Laut, Jakarta

44

Lampiran1. Hasil anaisis oneway dengan SPSS. 2.0

Oneway

Descriptives N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean

Mini mum Maxi mum Lower Bound Upper Bound Jumlah_jenis Artificial 5 4.0000 1.00000 .44721 2.7583 5.2417 3.00 5.00 Karang Buruk 5 4.6000 1.81659 .81240 2.3444 6.8556 2.00 7.00 Karang Baik 5 5.8000 1.78885 .80000 3.5788 8.0212 3.00 7.00 Total 15 4.8000 1.65616 .42762 3.8829 5.7171 2.00 7.00 Kelimpahan Artificial 5 .0560 .01517 .00678 .0372 .0748 .04 .08 Karang Buruk 5 .0540 .03130 .01400 .0151 .0929 .02 .10 Karang Baik 5 .1400 .07176 .03209 .0509 .2291 .04 .23 Total 15 .0833 .05948 .01536 .0504 .1163 .02 .23

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Jumlah_jenis .808 2 12 .469 Kelimpahan 3.067 2 12 .084 ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. Jumlah_jenis Between Groups 8.400 2 4.200 1.680 .227 Within Groups 30.000 12 2.500 Total 38.400 14 Kelimpahan Between Groups .024 2 .012 5.682 .018 Within Groups .025 12 .002 Total .050 14

45

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Tukey HSD

Dependent Variable

(I) Stasiun (J) Stasiun Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Jumlah_jenis Artificial Karang Buruk -.60000 1.00000 .823 -3.2679 2.0679 Karang Baik -1.80000 1.00000 .211 -4.4679 .8679 Karang Buruk Artificial .60000 1.00000 .823 -2.0679 3.2679 Karang Baik -1.20000 1.00000 .475 -3.8679 1.4679 Karang Baik Artificial 1.80000 1.00000 .211 -.8679 4.4679 Karang Buruk 1.20000 1.00000 .475 -1.4679 3.8679 Kelimpahan Artificial Karang Buruk .00200 .02912 .997 -.0757 .0797 Karang Baik -.08400* .02912 .034 -.1617 -.0063 Karang Buruk Artificial -.00200 .02912 .997 -.0797 .0757 Karang Baik -.08600* .02912 .030 -.1637 -.0083 Karang Baik Artificial .08400* .02912 .034 .0063 .1617 Karang Buruk .08600* .02912 .030 .0083 .1637 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Dokumen terkait