• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepala Desa merupakan salah satu tokoh yang dihormati di Desa Lerep, orang-orang tua bahkan mengunjungi Kepala Desa untuk ôõ ö ÷øùú ketika Lebaran Selain itu, sesepuh

dan kyai atau tokoh agama sangat dihormati oleh masyarakat di Desa Lerep. Ucapan

seorang kyai/pemuka agama bahkan dinyatakan lebih cenderung sulit dilanggar oleh

masyarakat daripada ucapan perangkat desa. Tokoh agama ataupun sesepuh dihormati

karena dianggap

ö ÷ùûúõ

atau memiliki pengetahuan yang lebih, selain itu sikapnya juga

baik, menjaga lisan, dan tindakannya tidak bertentangan dengan ajaran agama. Keturunan

dari tokoh agama juga dihormati oleh masyarakat sebatas orang tersebut tidak menyimpang

dari norma yang seharusnya.

Pe

ü

didi

ý

a

ü

Pendidikan merupakan faktor penting di dalam peningkatan kualitas sumberdaya

manusia. Desa Lerep memiliki infrastruktur pendidikan yang cukup memadai. Desa Lerep

memiliki infrastruktur pendidikan berupa enam buah PAUD, lima buah TPA, tiga buah

TK, enam buah SD, satu buah MI, satu buah SMP (SMP Satu Atap), dan satu buah

Madrasah Diniyah (Madin). Akan tetapi, sarana dan prasarana pendidikan berupa SMA dan

pesantren masih belum terdapat di Desa Lerep. Data jumlah unit infrastruktur menurut

jenis pendidikan di Desa Lerep Tahun 2012 terdapat pada Tabel 3.

Rasio guru dan murid pada TK menurut data BAPPEDA Kabupaten Semarang dan

BPS (2008) adalah 1:13 di mana terdapat 12 guru dan 164 murid. Rasio tersebut

menunjukkan bahwa satu pengajar mengajar 13 siswa. Rasio guru dan murid pada MI

adalah 1:22 di mana terdapat enam guru dan 134 siswa. Rasio tersebut menunjukkan bahwa

1 pengajar mengajar 22 siswa.

Tingkat pendidikan di Desa Lerep sudah cukup baik, terutama untuk pendidikan

dasar. Menurut data BAPPEDA Kabupaten Semarang dan BPS (2010), tingkat pendidikan

warga desa Lerep adalah 45.56 persen tamat SD, 11.88 persen tamat SMP, 11.84 persen

Tabel 3 Jumlah unit infrastruktur menurut jenis pendidikan di Desa Lerep Tahun 2012

N

þ

.

U

ü

i

ÿ

i

ü

f a

✁ÿ ✂ýÿ ✂

J

✂ ✄☎ ✆✝

(

✂ü

i

ÿ

)

1.

PAUD

6

2.

TK

3

3.

SD

6

4.

SMP

1

5.

SMA

0

6.

MI

1

7.

Mts

0

9.

Madrasah Diniyah (Madin)

1

10.

TPA

5

11.

Pondok Pesantren (Ponpes)

0

T

þÿ

a

☎ ✞ ✟

tamat SMA/SMK, 5.53 persen perguruan tinggi, dan 25.19 persen sisanya termasuk warga

yang tidak sekolah, tidak tamat SD, dan belum tamat SD.

✡ ☛☞✌☞ ✍

i

Ekonomi merupakan bidang yang paling mendasar di dalam mempertahankan hidup

dan kehidupan masyarakat, begitu pula terhadap pembangunan daerah. Bidang ekonomi

memiliki kaitan erat dengan bidang atau sektor pembangunan yang lain, seperti pendidikan,

keamanan, infrastrukutur, keagamaan, dan sosial budaya.

Matapencaharian

penduduk

Desa

Lerep

cukup

beragam,

985

orang

bermatapencaharian sebagai petani, 1041 orang bermatapencaharian sebagai buruh tani,

839 orang bermata pencaharian sebagai pegawai negeri, 57 orang sebagai TNI, 34 orang

sebagai anggota POLRI, 975 orang bermatapencaharian sebagai pegawai swasta, 985 orang

bermata pencaharian sebagai buruh bangunan, 546 orang bermatapencaharian di bidang

jasa, 1137 orang bermatapencaharian di bidang wiraswasta, dan 1262 orang bekerja di

bidang lainnya. Jumlah dan presentase penduduk Desa Lerep menurut jenis pekerjaan pada

Tahun 2002, 2004, dan 2010 dapat dilihat pada Tabel 4.

Persentase penduduk yang bermatapencaharian sebagai petani dan buruhtani tampak

semakin menurun. Persentase petani menurun dari 10.8 persen pada Tahun 2004 menjadi

10.7 persen pada Tahun 2010. Persentase buruhtani juga menurun dari 9.1 persen pada

Tahun 2002 menjadi 6.5 persen pada Tahun 2004 dan semakin menurun lagi menjadi 4.1

persen pada Tahun 2010. Tabel tersebut menunjukkan bahwa penurunan jumlah petani

juga disertai dengan penurunan jumlah buruhtani secara drastis, terlebih dalam kurun waktu

2004 sampai 2010.

Tabel 4 Jumlah (jiwa) dan persentase penduduk Desa Lerep menurut jenis

matapencaharian pada Tahun 2002, 2004, dan 2010

N

Ma

a

e

caha

ia

✌ ✒ ✓ ✓✒ ✒ ✓ ✓✔ ✒ ✓ ✕✓

%

%

%

1. Petani

694

10.5

694

10.8

672

10.7

2. Buruhtani

602

9.1

417

6.5

254

4.1

3. Nelayan

0

0.0

0

0.0

0

0.0

4. Pengusaha

252

3.8

252

3.9

177

2.8

5. Buruh Industri

922

13.9

922

14.3

839

13.4

6. Buruh Bangunan

957

14.4

957

14.8

882

14.1

7. Pedagang

487

7.3

487

7.6

450

7.2

8. Angkutan

316

4.8

316

4.9

328

5.2

9. TNI/Polri

1 515

22.9

1515

23.5

1515

24.2

10. Pensiunan

317

4.8

317

4.9

377

6.0

11. Lain-lain

568

8.6

568

8.8

773

12.3

T

☞✎

a

✖ ✗✗ ✘ ✓ ✕✓ ✓

.

✓ ✗ ✔ ✔✙ ✕✓ ✓

.

✓ ✗✒ ✗ ✚ ✕✓ ✓

.

Sumber: (BAPPEDA Kabupaten Semarang dan BPS 2002, 2004, 2011)

Data tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Mariyadi selaku Kepala Desa Lerep

bahwa dulu masyarakat Desa Lerep banyak bekerja sebagai petani dan buruhtani tetapi

untuk saat ini masyarakat Desa Lerep lebih banyak yang bekerja sebagai buruh pabrik (ibu-

ibu dan remaja putri) atau buruh bangunan dan jasa angkutan (laki-laki).

Bapak Riyadi selaku Kepala Urusan Pembangunan Desa Lerep menambahkan bahwa

pemanasan global dan cuaca menyebabkan ketidakpastian pertanian. Kesulitan air menjadi

kendala dalam pertanian, terlebih di musim kemarau. Terkait dengan pengaruh cuaca pada

pertanian, Kepala Desa Lerep juga menambahkan bahwa saat ini dari hampir setengah dari

mata air yang ada di Desa Lerep sudah mengalami penurunan debit air, terlebih pada

musim kemarau. Petani pun banyak yang beralih ke sistem sawah tadah hujan. Beliau juga

menyatakan bahwa dulu petani mudah untuk meramalkan musim, musim penghujan

berlangsung pada bulan Oktober sampai April dan musim kemarau berlangsung pada bulan

April sampai Oktober. Namun, saat ini petani kesulitan meramalkan cuaca dan tidak jarang

mengalami

✢✣ ✤✥

atau gagal panen karena ketidakpastian cuaca tersebut.

Kepala Desa Lerep menyatakan bahwa selain permasalahan cuaca, nilai ekonomi

pertanian padi saat ini kurang menjanjikan. Harga dasar gabah kurang menguntungkan bagi

petani, terlebih petani di Desa Lerep kebanyakan adalah petani gurem dan buruhtani

dengan luas lahan kurang dari 0.5 hektar (walaupun memang ada beberapa yang memiliki

luas lahan hingga 2 hektar). Nilai ekonomi pertanian padi yang semakin tidak menjanjikan

tersebut menyebabkan pertanian padi saat ini mulai bergeser ke perkebunan dengan

komoditi sengon, kopi, pisang, cengkeh, dan durian.

Selain itu, keberadaan pabrik-pabrik di sekitar wilayah Kabupaten Semarang semenjak

kurang lebih Tahun 2000 menyebabkan masyarakat Desa Lerep banyak yang bekerja di

pabrik-pabrik tersebut. Pabrik-pabrik tersebut berada di wilayah Ungaran, Bawen,

Pringapus. Pabrik-pabrik yang terdapat di Kabupaten Semarang tersebut, misalnya Ungaran

Sari Garmen, Batamtex, Sosro, Coca-cola, Nissin, dan

Golden Flower. Kepala Desa Lerep

menyatakan bahwa saat ini telah banyak perubahan pandangan dan pola pikir masyarakat

mengenai pertanian, terlebih pada generasi muda. Masyarakat dan generasi muda saat ini

cenderung jarang yang berminat bekerja di sektor pertanian, mereka cenderung lebih

memilih bekerja sebagai buruh industri atau buruh bangunan daripada petani penggarap

atau buruhtani. Nilai ekonomi yang diperoleh dari bekerja sebagai buruh pabrik atau buruh

bangunan pun dianggap lebih besar daripada sebagai buruhtani atau petani penggarap.

Jumlah pengusaha, buruh bangunan, dan buruh industri pun mengalami penurunan

yang cukup besar mulai Tahun 2004 sedangkan penduduk dengan klasifikasi lainnya

meningkat drastis dalam kurun Tahun 2004 sampai 2010. Hal ini diindikasikan terkait

dengan pengurangan pegawai pada pabrik-pabrik besar di Kabupaten Semarang pada kurun

waktu tersebut. Pabrik-pabrik tersebut juga cenderung menggunakan tenaga kontrak yang

terkadang tidak diperpanjang.

Ke

e

d

d

★ ✩

a

Berdasarkan data akhir Tahun 2010 BAPPEDA Kabupaten Semarang dan BPS,

terdapat 2454 kepala keluarga di Desa Lerep. Sedangkan jumlah penduduk Desa Lerep

Tahun 2010 adalah 9882 jiwa, yang terdiri dari 4951 jiwa laki-laki dan 5031 jiwa perempuan.

Menurut jenis kelamin, jumlah penduduk perempuan lebih besar bila dibandingkan dengan

jumlah penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin penduduk Desa Lerep Tahun 2010

adalah 98.41.

Rasio jumlah penduduk dengan jumlah KK adalah 4:1 yang artinya 1 KK

menanggung beban keluarga sebanyak 4 jiwa. Kepala Desa Lerep menyatakan bahwa

kesadaran KB sudah cukup baik di Desa Lerep, masyarakat rata-rata telah membatasi

jumlah anak. Beliau juga menyatakan bahwa kesadaran KB pada masyarakat yang bekerja

sebagai buruh pabrik terkait dengan pertimbangan jam kerja di pabrik hingga larut malam

sehingga masyarakat akan kesulitan bila mempunyai banyak anak. Selain itu, kesadaran KB

juga diindikasikan disebabkan tingkat pendidikan masyarakat dan pola pikir masyarakat

yang semakin baik mengenai pembatasan jumlah anak.

Berdasarkan data pada Tabel 5 , kepadatan agraris Desa Lerep cenderung menurun,

yaitu pada Tahun 2002 adalah 7.4 petani/ha, pada Tahun 2004 adalah 6.1 petani/ha, dan

pada Tahun 2010 adalah 5.3 petani/ha. Berkurangnya kepadatan agraris Desa Lerep pada

Tahun 2002 sampai 2010 tersebut bukan disebabkan ketersediaan lahan pertanian yang

semakin bertambah di Desa Lerep. Kepadatan agraris Desa Lerep tersebut semakin

menurun karena jumlah petani pada Tahun 2002 sampai 2010 terus menurun dan lahan

pertanian tidak bertambah di Desa Lerep.

Kepadatan penduduk Tahun 2010 mencapai 1463 jiwa /km2. Selama kurun waktu

1990 sampai 2002 reit pertumbuhan penduduk di Desa Lerep mencapai 2.7 persen.

Sedangkan dalam kurun waktu 2002 sampai 2004 reit pertumbuhan penduduk di Desa

Lerep mencapai 1.2 persen. Pada kurun waktu 2004 sampai 2010 reit pertumbuhan

penduduk meningkat hingga mencapai 2.3 persen. Selain itu, reit pertumbuhan penduduk

dari Tahun 2002 sampai 2010 sebesar 3.5 persen. Dengan demikian, penduduk di Desa

Tabel 5 Jumlah penduduk ( jiwa ), kepadatan penduduk, dan reit pertumbuhan

penduduk Desa Lerep pada Tahun 2002-2010

N

. Ka

eg

✬✮

i

Tah

✯ ✰ ✱✲ ✲ ✳ ✴ ✳✳✴ ✴ ✳ ✳✵ ✴ ✳ ✱✳

1. Laki-laki (jiwa)

3760

4239

4494

4951

2. Perempuan (jiwa)

3628

4146

4423

5031

3. Total

Penduduk

(jiwa)

7338

8387

8917

9982

4. Kepadatan

penduduk

(jiwa/km2)

1076

1230

1307

1463

5. Kepadatan agraris

(jumlah petani/luas

lahan

pertanian

(Ha) )

-

7.4

6.1

5.3

6. Reit Pertumbuhan

Penduduk Laki-laki

(%)

-

2.4

1.2

2.0

7. Reit Pertumbuhan

Penduduk

Perempuan (%)

-

2.7

1.3

2.6

8. Reit Pertumbuhan

Penduduk (%)

-

2.7

1.2

2.3

Lerep cenderung meningkat pertumbuhannya sehingga kepadatan penduduk Desa Lerep

pun selalu meningkat dari kurun waktu 1990 sampai 2010. Data jumlah penduduk,

kepadatan penduduk, dan reit pertumbuhan penduduk secara ringkas disajikan pada Tabel

5.

Berdasarkan data pada Tabel 5, pertumbuhan penduduk laki- laki lebih kecil jika

dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk perempuan sehingga jumlah penduduk

perempuan lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki. Pertambahan jumlah penduduk

wanita tampak jauh lebih besar daripada pertambahan jumlah penduduk laki-laki pada

Tahun 2010. Pada Tahun 2010, reit pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar 2.0 sedangkan

reit pertumbuhan penduduk perempuan sebesar 2.6. Dari 9882 jiwa penduduk di Desa

Lerep pada Tahun 2010, 7380 orang beragama Islam, 1335 orang beragama Kristen, dan

1167 beragama Katolik.

M

bi

✸ ✹✺

a

Pe

d

d

✽✾

Data Sensus Desa Lerep Tahun 2010 menunjukkan bahwa terdapat penduduk lahir

sebanyak 61 jiwa dan penduduk meninggal sebanyak 58 jiwa di Desa Lerep. Tingkat

kelahiran penduduk Desa Lerep sebesar 6.2 persen. Tingkat kelahiran tersebut lebih besar

jika dibandingkan dengan tingkat kematian penduduk yang hanya sebesar 5.8 persen.

Jumlah penduduk yang melakukan migrasi masuk ke Desa Lerep sebesar 254 jiwa, migrasi

keluar sebesar 145 jiwa, serta mutasi satu tahun sebanyak 61 jiwa. Dengan demikian, dapat

dilihat bahwa penduduk Desa Lerep jarang melakukan migrasi ke luar.

Rendahnya tingkat migrasi keluar di Desa Lerep diasumsikan disebabkan tidak ada

faktor pendorong ataupun faktor penarik migrasi yang mampu memacu masyarakat Desa

Lerep untuk melakukan migrasi keluar. Kepala Desa Lerep menambahkan bahwa

penduduk tidak banyak yang merantau ke luar kota karena di Kabupaten Semarang banyak

terdapat industri besar sehingga para wanita dan remaja banyak yang terserap sebagai buruh

pabrik. Pabrik-pabrik yang terdapat di Kabupaten Semarang tersebut, misalnya Ungaran

Sari Garmen, Batamtex, Sosro, Coca-cola, Nissin, dan

Golden Flower. Selain itu, industri

rumahtangga juga banyak terdapat di Desa Lerep, contohnya sentra industri keripik di

Dusun Karangbolo, sentra gula aren di Dusun Indrakulo, dan produksi sabun susu di

Dusun Lerep.

Namun, di sisi lain migrasi masuk ke Desa Lerep pada data Sensus Penduduk Tahun

2010 lebih besar daripada migrasi keluar dari Desa Lerep. Hal tersebut antara lain

disebabkan dengan semakin banyaknya pemukiman yang dibangun di Desa Lerep.

Sebagaimana yang diuraikan oleh Kepala Desa Lerep bahwa sejak Tahun 2004 sampai 2010

terdapat banyak pemukiman yang dibangun di Desa Lerep, antara lain Perumahan Bukit

Asri (2005), Perumahan

The Fountain

(2006), Perumahan Harmoni (2007), dan Perumahan

Bukit Asri II (2009).

P

✷✸ ✿

-P

✷✸ ✿❀

eb

da

aa

Masyarakat Desa Lerep merupakan masyarakat yang ramah dan sopan. Masyarakat

saling menghormati berdasarkan tingkatan usia, masyarakat yang muda menghormati

masyarakat yang lebih tua. Pola perilaku tersebut salah satunya tampak dalam bahasa Jawa

dengan tingkatan bahasa yang berbeda antara orang lebih muda dengan orang yang lebih

tua. Pada umumnya, bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa tetapi hampir semua

masyarakat Desa Lerep sudah mampu berbahasa Indonesia. Namun, orangtua dengan

umur di atas 70 tahun di Desa Lerep biasanya masih kesulitan berbahasa Indonesia.

Pola perilaku masyarakat Desa Lerep cenderung menghargai alam dalam melakukan

aktivitas pemanfaatan alam. Tidak terdapat eksploitasi yang berlebih terhadap alam.

Masyarakat memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhannya tetapi juga melakukan

tindakan-tindakan untuk menjaga kondisi alam, misalnya saja terdapat kegiatan rutin untuk

membersihkan mata air di Desa Lerep.

Masyarakat Desa Lerep masih memegang teguh peran perempuan sebagai pengurus

rumahtangga, pengurus anak, dan pengurus kegiatan domestik rumahtangga walaupun

memang terdapat rumahtangga yang memperbolehkan wanita untuk mencari nafkah di luar

rumah. Peranan laki-laki sebagai kepala keluarga juga merupakan hal yang dianggap penting

di Desa Lerep. Laki-laki dianggap tetap harus berupaya bekerja meskipun istrinya sudah

bekerja dan berpenghasilan lebih, sebagaimana yang dinyatakan oleh Kepala Desa Lerep:

Kalau yang ibu-ibu biasanya kerja pabrik, kalau yang bapak-bapak ya sing penting

metu omah mbak, mboh kuwi entuk duit sithik, ono hasile po rak pokokmen sing

penting metu omah (kalau yang ibu-ibu biasanya kerja pabrik, kalau yang bapak-bapak

yang penting ya keluar rumah, entah itu dapat uang sedikit, ada hasilnya atau tidak,

pokoknya yang penting keluar rumah).

Masyarakat Desa Lerep cenderung menghabiskan waktu di dalam desa. Hal tersebut

dapat dilihat dari tingkat migrasi keluar yang rendah pada Tahun 2010 yang telah dibahas

pada sub bahasan sebelumnya. Selain itu, Desa Lerep merupakan salah satu contoh dari

desa yang masyarakatnya sudah cukup mengalami kemajuan dalam pola pikir tetapi masih

tetap memegang teguh tradisi dan agama.

Keteguhan dalam memegang tradisi leluhur dan keagamaan dapat dilihat dari kegiatan

kemasyarakatan yang masih cukup aktif dilakukan di Desa Lerep. Kegiatan kemasyarakatan

yang biasa dilakukan di Desa Lerep adalan pengajian dan yasinan baik itu di tingkat RT

maupun dusun. Pengajian tersebut dipisahkan untuk ibu-ibu, remaja, dan bapak-bapak.

Pengajian untuk anak-anak biasa dilakukan di TPQ.

Selain itu, terdapat kebiasaan

❄ ❅❆❇ ❈ ❉ ❅❊❋

atau sedekah desa yang masih aktif

dilakukan hingga saat ini. Sedekah desa tersebut diadakan untuk mengenang leluhur (

● ❋❍ ❋■ ❏❋❍ ❋■

) sambil bersih-bersih dusun atau syukuran, biasanya juga disertai dengan acara

wayangan sampai pagi. Acara sedekah dusun diadakan setahun sekali setelah panen raya.

Namun, kegiatan sedekah desa ini hanya biasa dilakukan di beberapa dusun bagian atas

Desa Lerep, seperti di Dusun Indrokilo. Dusun bagian bawah Desa Lerep seperti Dusun

Lerep, Dusun Soka, Dusun Tegalrejo, dan Dusun Karangbolo, tidak menyelenggarakan

kebiasaan sedekah desa.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat juga kebiasaan bersih-bersih kali

irigasi (

❈ ❆❈ ❏❋❑

) di Desa Lerep.

Iriban

merupakan kebiasaan membersihkan mata air yang

diadakan dua kali per tahunnya. Sebagian masyarakat membersihkan mata air dan sebagian

menyembelih ayam untuk dibakar sebagai syukuran bagi masyarakat yang turut serta dalam

acara tersebut. Selain itu, terdapat pula tradisi

nyadran

.

Nyadran

merupakan tradisi

berupa kegiatan bersih-bersih makam dan syukuran.

Desa Lerep juga memiliki pengurus kematian di masing masing dusun, terdapat pula

BPD, Kelompok Tani, Kelompok ternak, kelompok usaha, PKK, dan karangtaruna.

Namun, kegiatan karangtaruna di Desa Lerep cenderung kurang aktif, biasanya

karangtaruna hanya berperan dalam menyelenggarakan kegiatan peringatan hari

kemerdekaan RI.

Kebiasaan lain yang ada di Desa Lerep pada umumnya masih mengikuti adat-adat

dalam Budaya Jawa. Pelaksanaan adat Jawa masih dilestarikan, misalnya saja adat dalam

upacara pernikahan, bahkan untuk menentukan tanggal baik bagi pernikahan atau acara-

acara besar lainnya terkadang masih dilakukan sesuai dengan hitungan primbon Jawa. Mbah

Muamin merupakan salah satu tokoh kyai di Desa Lerep yang dianggap memiliki kelebihan

layaknya paranormal dan sering dimintai pertimbangannya untuk hal-hal semacam itu.

Kesadaran pendidikan masyarakat di Desa Lerep pun sudah cukup baik, rata-rata

mengenyam pendidikan hingga tamat SD, dan cukup banyak juga yang melanjutkan ke

tingkat SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Sosialisasi mengenai pendidikan dasar sering

dilakukan dengan memanfaatkan kelembagaan yang terdapat di desa, misalnya melalui

PKK. Selain itu, saat ini sudah tidak terdapat buta aksara di Desa Lerep.

Sejak Tahun 2007, terdapat SMP Satu Atap di Desa Lerep. SMP Satu Atap tersebut

merupakan konsep di mana SD dan SMP disatukan. Masyarakat diarahkan kesadarannya

untuk menuntaskan wajib belajar sembilan tahun (WAJAR 9 tahun) dengan cara apabila

siswa tidak melanjutkan hingga kelas 9 maka siswa dianggap belum lulus dari sekolah

tersebut. SMP Satu Atap ini diajukan oleh Bapak Mulyadi selaku Kepala Desa Lerep

dengan harapan agar SMP Satu Atap tersebut dapat menjadi pilihan bagi masyarakat yang

tidak mampu di Desa Lerep pada umumnya dan desa-desa lain pada khususnya. SMP Satu

Atap juga diharapkan dapat memacu warga untuk menyekolahkan anaknya setidaknya

hingga batas WAJAR 9 tahun. Desa Lerep termasuk pelopor dalam pendirian SMP Satu

Atap, hingga saat ini di Kabupaten Semarang SMP tersebut hanya terdapat di Desa Lerep,

Ambarawa, dan Susukan.

Kesadaran untuk menunda pernikahan juga cukup baik, dulunya banyak warga yang

menikah muda tetapi sekarang warga biasanya menikah di atas 20 tahun. Terlebih

semenjak adanya kasus Syekh Puji peraturan pernikahan semakin di perketat. Akan tetapi,

untuk kasus-kasus tertentu seperti kecelakaan

pada warga di bawah umur biasanya

menikah dan disidang dulu di pengadilan agama. Pernikahan juga masih banyak yang

dilakukan antara saudara sehingga tidak jarang masyarakat dalam satu dusun masih

bersaudara satu sama lain.

Batasan kemiskinan pada Desa Lerep dilihat berdasarkan kepemilikan tanah/ternak

dan keadaan rumah. Masyarakat yang rumahnya sudah tidak bertipe

▼ ◆❖ P ◗▼ ❘▼

(lantai

sudah tidak dari tanah dan dinding sudah terbuat dari bata) biasanya diasosiasikan sebagai

orang kaya, meskipun masyarakat juga mengakui bahwa orang yang bangunan rumahnya

masih bertipe

▼ ◆❖ P ◗▼ ❘▼

mungkin dapat merupakan orang kaya yang diam-diam memiliki

simpanan/aset tetapi lebih memilih hidup sederhana. Oleh karena itu, biasanya, orang yang

Dokumen terkait