• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

3. Gaya Kepemimpinan

a. Pengertian Gaya Kepemimpinan

Miftah Thoha menyatakan bahwa gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seorang pemimpin pada saat pemimpin tersebut mencoba mempengaruhi perilaku oranglain.

Menurut Veithzal Rivai gaya kepemimpinan dapat

didefinisikan sebagai perilaku dan strategi sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, dan sikap yang sering diterapkan seorang

pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya.37

b. Fungsi Gaya Kepemimpinan

Fungsi gaya kepemimpinan memiliki hubungan langsung yang erat kaitannya dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap

pemimpin berada dalam situasi tersebut.38

36

Daryanto, Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pembelajaran, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hlm. 99.

37

Sarita Permata Dewi, “Pengaruh Pengendalian Internal dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan SPBU Yogyakarta (Studi Kasus Pada SPBU Anak Cabang Perusahaan RB.Group)”, Jurnal Nominal, Vol. 1 No. 1, 2012, hlm. 5.

38

Sarita Permata Dewi, “Pengaruh Pengendalian Internal dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan SPBU Yogyakarta (Studi Kasus Pada SPBU Anak Cabang Perusahaan RB.Group)”, Jurnal Nominal, Vol. 1 No. 1, 2012, hlm. 5.

Menurut Veithzal Rivai terdapat lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:

1) Fungsi Intruksi

Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang mengatur dan menentukan secara penuh organisasi yang sedang dipimpinnya, dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. 2) Fungsi Konsultasi

Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan atau respon dari setiap pihak baik pemimpin maupun bawahan berupa umpan balik untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.

3) Fungsi Partisipasi

Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha

mengaktifkan bawahannya agar ikut serta dalammengambil keputusan maupun dalam melaksanakan tugas yang telah diberikan. 4) Fungsi Delegasi

Fungsi ini dilakukan dengan memberikan pelimpahan wewenang kepada para bawahan untuk membuat atau menetapkan keputusan baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pemimpin.

5) Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses atau efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan

tercapainya tujuan bersama secara maksimal.39

39

Sarita Permata Dewi, “Pengaruh Pengendalian Internal dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan SPBU Yogyakarta (Studi Kasus Pada SPBU Anak Cabang Perusahaan RB.Group)”, Jurnal Nominal, Vol. 1 No. 1, 2012, hlm. 5.

c. Macam-macam Gaya Kepemimpinan

Teori Path Goal membagi empat gaya kepemimpinan, yaitu: 1) Kepemimpinan Direktif

Tipe ini sama dengan model kepemimpinan otokratis bahwa bawahan tidak merespon atau berpartisipasi dalam organisasi. Padahal bawahan tahu dengan pasti apa yang diharapkan darinya dan pengarahan yang khusus diberikan oleh pemimpin.

2) Kepemimpinan Supportif

Kepemimpinan ini mempunyai perilaku yang mudah

berinteraksi dengan sesama patner dalam organisasi tersebut.Tidak memandang status ataupun jabatan yang ada.

3) Kepemimpinan Partisipatif

Pada gaya kepemimpinan ini pemimpin memberikan peluang kepada para bawahannya untuk saling berpendapat dan memberikan saran agar tujuan organisasi dapat tercapai. Namun pengambilan keputusan masih tetap berada padanya.

4) Kepemimpinan Berorientasi pada Prestasi

Gaya kepemimpinan ini menetapkan serangkaian tujuan yang menantang bawahannya untuk berpartisipasi. Pemimpin juga memberikan keyakinan kepada mereka bahwa mereka mampu melaksanakan tugas yang telah diberikan agar mencapai tujuan secara baik.40

Sondang P. Siagian membagi lima tipe gaya kepemimpinan, yaitu:

1) Otokratik

Pemimpin otokratik dapat dikatakan sangat egois jika dilihat dari persepsinya. Pemimpin yang memiliki sikap otokratiktidak didambakan oleh bawahan karena unsur manusia seringkali

40

Sarita Permata Dewi, “Pengaruh Pengendalian Internal dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan SPBU Yogyakarta (Studi Kasus Pada SPBU Anak Cabang Perusahaan RB.Group)”, Jurnal Nominal, Vol. 1 No. 1, 2012, hlm. 5.

diabaikan. Pemimpin tidak menghargai apa yang telah dikerjakan

bawahannya dan tidak membebaskan bawahannya untuk

berpendapat dalam segala hal. Semua keputusan ditanggung oleh

pemimpin.41

2) Paternalistik

Pemimpin paternalistik banyak ditemukan pada lingkungan masyarakat tradisional yang masih terdapat tradisi penghormatan tinggi terhadap orangtua atau yang dituakan. Pemimpin paternalistik menganggap semua bawahan adalah keluarga dan tidak memandang rendah para bawahan. Sikap kebapakan yang dimiliki pemimpin ini menyebabkan hubungan dengan bawahan lebih bersifat informal, yang dilandasi oleh pandangan bahwa bawahan tersebut belum mencapai tingkat kedewasaan, baik dalam bertindak maupun berpikir.42

3) Kharismatik

Menurut Weber yang dikutip Bryan S Turner bahwa kekuasaan kharismatik bersumber dari ketaatan bukan karena aturan atau tradisi melainkan karena faktor kepribadian yang dihubungkan dengan kesucian, kepahlawanan, maupun karakter luar biasa. Dalam tradisi pesantren, kepemimpinan kharismatik muncul dari hubungan seorang kyai dengan Tuhannya, sehingga mempengaruhi segala sisi kehidupan terutama yang berkaitan dengan sikap religius dan

akhlaknya sehari-hari.43

41

Viki Amalia, Zainal Arifin, “Kepemimpinan Nyai dalam Memelihara Kajian Kitab Kuning di Mahad Aly Nurul Jadid Probolinggo”, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 3, No. 2 November 2018, hlm. 220.

42

Viki Amalia, Zainal Arifin, “Kepemimpinan Nyai dalam Memelihara Kajian Kitab Kuning di Mahad Aly Nurul Jadid Probolinggo”, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 3, No. 2 November 2018, hlm. 220.

43

Viki Amalia, Zainal Arifin, “Kepemimpinan Nyai dalam Memelihara Kajian Kitab Kuning di Mahad Aly Nurul Jadid Probolinggo”, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 3, No. 2 November 2018, hlm. 221.

4) Laissez Faire

Pemimpin Laissez Faire bersikap permisif dan memperlakukan bawahan sebagai rekan kerja. Keberadaan pemimpin ini hanya sekedar akibat dari struktur dan hierarki organisasi.Pemimpin secara penuh mempercayai dan menyerahkan seluruhnya kepada para bawahan. Pemimpin yakin dengan adanya kerjasama dan tanggungjawab para bawahan, pasti organisasi akan lebih baik dan

dapat mencapai tujuan yang diinginkan.44

5) Demokratis

Pemimpin demokratis memandang peranannya selaku

koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi. Pemimpin ini biasanya disegani dan dihormati, bukan

ditakuti karena senantiasa mendorong bawahan untuk

menumbuhkan dan mengembangkan daya inovasi serta kreativitas. Pemimpin ini memberikan peluang kepada para bawahannya untuk berpendapat dan saling memberikan motivasi atau saran satu sama

lain agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.45

Gaya kepemimpinan yang baik adalah gaya kepemimpinan yang dapat memberikan motivasi kerja pada bawahannya. Ivancevich dalam Widyatmini dan Hakim mengatakan seorang pemimpin harus memiliki banyak keahlian, pengalaman, kepribadian, dan motivasi setiap individu yang dipimpinnya. Para karyawan dapat memandang bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat memahami

bawahannya dan saling menghormati satu sama lain .46

Kinerja karyawan akan baik apabila pimpinan dapat memberi motivasi yang tepat dan pimpinan memiliki gaya kepemimpinan yang

44

Viki Amalia, Zainal Arifin, “Kepemimpinan Nyai dalam Memelihara Kajian Kitab Kuning di Mahad Aly Nurul Jadid Probolinggo”, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 3, No. 2 November 2018, hlm. 221.

45

Viki Amalia, Zainal Arifin, “Kepemimpinan Nyai dalam Memelihara Kajian Kitab Kuning di Mahad Aly Nurul Jadid Probolinggo”, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 3, No. 2 November 2018, hlm. 222.

46

Sri Wahyuni, Zainal Arifin, “Kepemimpinan Demokratis Nyai dalam Pengembangan Pondok Pesantren”, Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol. 1, No. 1, 2016, hlm. 5.

dapat diterima oleh seluruh karyawan dan mendukung terciptanya suasana kerja yang baik. Gaya kepemimpinan yang tidak efektif tidak akan memberikan pengarahan yang baik pada bawahannya terhadap

usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan bersama.47

Dokumen terkait