• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPEMIMPINAN DI LEMBAGA PENDIDIKAN

Dalam dokumen KEPEMIMPINAN ISLAM DAN PERILAKU ORGANISASI (Halaman 44-52)

Kedudukan Pimpinan di lembaga pendidikan adalah salah satu unsur terpenting dalam lembaga pendidikan. Pimpinan merupakan sosok paling berperan di lembaga pendidikan , dalam diri Pimpinan terdapat beberapa kemampuan, di antaranya ia sebagai perancang (arsitektur), pendiri dan pengembang (developer), dan sekaligus sebagai seorang pemimpin dan pengelola (leader dan manager) di lembaga pendidikan

Keberadaan pemimpin lembaga pendidikan, ditinjau dari tugas dan fungsinya dapat dipandang sebagai fenomena kepemimpinan yang unik. Dikatakan unik, Pimpinan sebagai pemimpin sebuah lembaga pendidikan Islam tidak sekedar bertugas menyusun kurikulum, membuat peraturan tata tertib, merancang sistem evaluasi, sekaligus melakasanakan proses belajar mengajar yang berkaitan dengan ilmu-ilmu agama di lembaga yang diasuhnya, melainkan bertugas pula sebagai pembina dan pendidik umat serta menjadi pemimpin masyarakat (Arifin, 1996: 57)

Sebagaimana dalam pandangan Islam keberadaan seorang pemimpin pada suatu kelompok atau organisasi wajib hukumnya, sebagaimana sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan Abu Dawud yang artinya : "Jika tiga orang berjalan dalam suatu perjalanan, angkatlah salah satu di antara mereka sebagai pemimpin"

(Al-Maktabah Al-Shamilah, Sunan Abi Dawud, 2610 dan 2611).

Dalam al-Qur'an perintah mentaati dan mematuhi imam (pemimpin) dinyatakan secara tegas yang artinya:

"Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil amri (pemimpin) di antara kamu" (Q.S. An-Nisa: 59).

Esensinya dalam ayat tersebut bahwa setiap harus patuh dan taat kepada pemimpinnya selama mengajak kepada hal kebaikan. Kewajiban untuk taat dan patuh kepada pemimpin dalam pandangan Islam adalah karena ia dipilih umat dengan memiliki sifat-sifat yang terpuji (Akhlaqul karimah). Dengan demikian seorang pemimpin dalam proses kepemimpinannya tidak terlepas dari pandangan Allah dan umat (yang dipimpinnya).

Pemimpin harus memiliki tanggungjawab yang tinggi, baik dihadapan Allah maupun dihadapan manusia. Agar tanggungjawab kepemimpinannya dapat berjalan dengan baik, maka ia harus memiliki sifat-sifat yang terpuji. Rasulullah Saw memimpin manusia dengan sifat yang mulia sehingga sifat-sifat kepemimpinannya menjadi acuan bagi setiap pemimpin, khususnya bagi umat Islam dan menjadi rahmat bagi seluruh alam sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur'an yang artinya :

Dan tidaklah kami mengutusmu (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta Alam (Q.S. Al-Anbiya: 107).

Esensi dari ayat tersebut bahwa Muhammad sebagai Nabi yang diutus oleh Allah agar menjadi rahmat, petunjuk bagi ummatnya di dunia ini. Keunikan lain kepemimpinan lembaga pendidikan Islam adalah dengan kharisma pimpinan dalam kepemimpinannya akhirnya berkembang menjadi apa yang disebut oleh Sidney Jones sebagai sebuah hubungan patron client yang sangat erat, di mana otoritas seorang kyai besar (dari pesantren induk) diterima di kawasan seluas propinsi, baik oleh pejabat pemerintah, pemimpin publik maupun kaum hartawan (Thoha, 2003:23).

Taufiq Abdullah, menjelaskan bahwa "legitimasi kepemimpinan seorang kyai secara langsung diperoleh dari masyarakat yang menilai, tidak saja dari segi keahlian ilmu-ilmu agama seorang kyai melainkan dinilai pula dari kewibawaan yang bersumber dari ilmu, kesaktian, sifat pribadi dan seringkali dinilai dari keturunan" (Abdullah,1987: 43). Karena itu menurut Abdurrahman Wahid, ciri utama penampilan kyai adalah watak kharismatik yang dimilikinya, watak kharisma yang dimiliki oleh seorang kyai, timbul karena tingkat kedalaman ilmu dan kemampuan seorang kyai dalam mengatasi segala permasalahan yang ada, baik di dalam pesantren maupun di lingkungan masyarakat sekitar (Abdullah, 1987: 54).

Hal ini senada yang diungkapkan oleh Prasojo (1988:23) bahwa timbulnya sifat kharismatik itu sendiri bisa dikarenakan kemumpunannya, atau kemampuan sang kyai, sehingga mengalahkan yang lain di sekitarnya. Sedangkan menurut hasil penelitian Horikoshi dalam Abdurrahman Wahid bahwa pengaruh kyai sepenuhnya ditentukan oleh kualitas kekharismaannya, oleh karena itu, kyai

dituntut mempunyai pendirian yang kuat dan kepribadian yang kokoh (Wahid, 2004:19)

Dengan demikian, kharisma yang dimiliki oleh Pemimpin di lembaga pendidikan khususnya merupakan faktor yang sangat penting dalam pertmbuhan dan perkembangan suatu lembaga pendidikan yang indigenous (asli), karena keberadaan pimpinan sebagai pemimpin informal (informal leader) mempunyai pengaruh yang sangat luas dalam kehidupan masyarakat, karena kewibawaan dan kharismatik yang dimilikinya. Hal ini menunjukkan juga, bahwa pemimpin sebagai pimpinan pesantren mempunyai sifat kharismatik di kalangan santri dan masyarakat.

Menurut Horikoshi (1995:16), ada dua prasyarat yang harus dipenuhi sebelum seseorang diakui dan dikenal sebagai sosok kharismatik:

1) Sifat-sifat ini harus sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dijunjung tinggi oleh masyarakat dalam konteks budaya yang spesifik.

2) Kemampuan yang begitu tinggi itu dipandang oleh kelompok sekuler sebagai suatu yang sulit dicapai atau dipertahankan. Gagasan tentang sifat yang tidak mudah dicapai oleh masyarakat umum inilah yang kelihatan luar biasa, dia adalah teladan yang patut untuk dicontoh dan ditaati.

Sikap kepemimpinan lembaga pendidikan selain karismatik adalah paternalistik, yaitu jenis keistimewaan yang berbentuk kedermawanan yang diterima secara kultural dan kebaikan yang disumbangkan oleh patron kepada client sebagaimana hubungan Bapak dengan anak.

Menurut Dacholfany (2016: 27) untuk dapat mempertahankan keberadaan organisasi, langkah yang harus ditempuh oleh seorang pemimpin adalah dengan cara memahami serta dapat mengidentifikasi informasi yang berkualitas sehingga dapat memecahkan masalah dan tantangan yang dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.

Dalam teori kepemimpinan Islam juga menawarkan konsep tentang karakteristik-karakteristik seorang pemimpin sebagaimana yang terdapat pada pribadi para rasul. Adapun sifat-sifat para Nabi dan Rasul adalah : 1. Siddiq; 2. Amanah; 3. Tabligh; 4. Fatanah (Kartajaya, 2006:27).

Hal-hal tersebut di atas menurut hemat penulis dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Siddiq adalah sifat Nabi Muhammad saw artinya benar dan jujur. Seorang pemimpin harus senantiasa berperilaku benar dan jujur dalam sepanjang kepemimpinannya. Benar dalam mengambil keputusan-keputusan yang menyangkut visi dan misi, efektif dan efisien dalam implementasi dan operasionalnya dalam lapangan.

2) Amanah, artinya dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan kredibel. Amanah bisa juga bermakna keinginan untuk memenuhi sesuatu dengan ketentuan. Amanah juga berarti memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajiban yang diberikan kepadanya. Sifat amanah ini akan membentuk kredibilitas yang tinggi dan sikap penuh tanggung jawab pada setiap individu muslim.

3) Tabligh artinya komunikatif dan argumentatif. Orang yang memiliki sifat tabligh, akan menyampaikannya dengan benar

(berbobot) dan dengan tutur kata yang tepat (bi al-hikmah). Sifat

tabligh dengan bahasanya yang bi al-hikmah, artinya berbicara

dengan orang lain dengan sesuatu yang mudah dipahami dan diterima oleh akal, bukan berbicara yang sulit dimengerti.

4) Fatanah dapat diartikan sebagai intelektual, kecerdikan, dan kebijaksanaan. Sifat ini dapat menumbuhkan kreatifitas dan dan kemampuan untuk melakukan berbagai macam inovasi yang bermanfaat.

Empat sifat kepemimpinan Rasulullah saw dapat dipahami dengan konteks pemahaman yang lebih luas. Maka secara umum keempat sifat tersebut akan mengantarkan siapa saja kepada keberhasilan dalam menjalankan roda kepemimpinannya. Kaitannya dengan kemajuan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat sekarang ini, maka sifat-sifat kepemimpinan kyai di pesantren atau pimpinan formil lainnya memiliki beban yang berat, dengan demikian seorang pemimpin harus memiliki kelebihan dalam ilmu pengetahuan, daya tahan mental dan daya tahan fisik.

Beberapa ayat yang menjelaskan tentang sifat-sifat terpuji yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin berdasarkan perspektif al-Qur'an meliputi; 1. Bepengetahuan luas, kreatif inisiatif, peka, lapang dada dan selalu tanggap (Q.S. Al-Mujadilah, 58: 11), 2.Bertindak adil, jujur dan konsekuen (Q-S. An-Nisa, 04: 58.), Bertanggung Jawab An'am, 06:164), 4.Selektif terhadap informasi

(Q.S.Al-Hujurat, 49: 16), 5.Senantiasa memberikan peringatan (Q.S. Adz-Dzariyat, 51: 55), 6.Mampu memberikan petunjuk dan pengarahan

(Q.S.As-Sajdah,32:24), 7.Suka bermusyawarah (Q.S. Al Imran, 03: 159), 8.Istiqamah dan teguh pendirian (Q.S. Al-Ahqaf, 46: 13),

9.Senang berbuat kebaikan (Q.S. Al-Baqarah, 02: 195), 10.Selalu berkeinginan meringankan beban orang lain, lembut terhadap orang mukmin (Q.S. At-Taubah, 09: 128), 11.Kreatif dan Tawakal (Q.S. Al-Qashas, 28:77), 12.Mempunyai semangat Kompetitif (Q.S.Al-Baqarah ,02:148), 13.Estetik, berkepribadian baik dan berpenampilan

rapih (Q.S. Al-A'raf, 07:31), 14.Selalu harmonis dan proporsional dalam bertindak (Q.S. Al-Baqarah, 02:190), 15.Disiplin dan produktif (Q.S. Al-Ashr, 103).

Sifat-sifat yang disebutkan di atas, memang tidaklah mungkin dimiliki secara sempurna oleh setiap pemimpin, kecuali pemimpin yang diangkat dan ditetapkan secara langsung oleh Allah Swt. Seperti para rasul dan para Nabi, kenyataannya tidak sedikit pemimpin yang memiliki kelemahan dan kekurangan. Namun demikian, semakin kita mengerti dan memahami sifat-sifat kepemimpinan yang terpuji, maka dapatlah pemimpin mawas diri dengan berusaha keras meningkatkan kemampuan dan mengikis habis kekurangan dan kelemahan yang ada pada dirinya.

Keinginan yang jujur untuk memperbaiki diri sendiri bagi seorang pemimpin sangatlah penting agar tidak lalai dalam menjalankan amanat yang dipikulnya, sebagai pemimpin ia hidup di bawah pengawasan Allah swt dan manusia. Segala yang dikatakan atau dilakukan pemimpin tidak terlepas dari pengamatan yang diteliti dan dicermati Allah dan manusia di sekelilingnya. Tindakan dan perilaku serta ucapannya mengandung pesan, mengungkapkan makna, atau mengajarkan dan mewariskan sifat-sifat untuk melakukan sesuatu atau tidak.

Ruslan Abdulgani mengatakan sebagaimana dikutip Buchari Zainun bahwa seorang pemimpin harus mempunyai sifat kelebihan. Sifat kelebihan itu meliputi tiga hal, yaitu: a) kelebihan dalam

penggunaan pikiran dan rasio, b) kelebihan dalam rohaniyah, dan c) kelebihan dalam badaniyah (Zainun, 1989:13).

Sedangkan menurut Syaikh Muhammad al-Mubarak sebagaimana dikutip Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung mengatakan, ada empat sifat seseorang untuk menjadi pemimpin.

Pertama, memiliki akidah yang benar (al-aqidah Salimah), kedua,

memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, ketiga, memiliki akhlak yang mulia (al-akhlaqu al-karimah), keempat, memiliki kecakapan manajerial, memahami ilmu-ilmu administrasi dan manajemen dalam mengatur urusan-urusan duniawi (Hafidhuddin , 2003:15).

Menurut Dacholfany (2013: 11) Pemimpin harus mengidentifikasi peluang yang muncul dan potensial, mempersiapkan serangkaian strategi dan memadukan seluruh sumber daya yang dibutuhkan, dan melayani serta memproduksi "at opportune times" guna memaksimalkan kesuksesan atau prestasi.

Sejalan dengan keterangan di atas, menurut Permadi pada dasarnya seorang pemimpin haruslah memiliki bobot kepemimpinan dengan sifat-sifat positif dan kelebihan-kelebihan tertentu antara lain : a) beriman dan bertaqwa, b) kelebihan jasmani dan kelebihan batin, c) berani, terampil dan berpengetahuan, d) adil, jujur, dan bijkasana serta demokratis, e) penyantun, paham keadaan umat, f) ikhlas dan rela berkorban, qana'ah, dan istiqomah (Permadi, 1996:12).

Berdasarkan penjelasan tentang sifat-sifat kepemimpinan dalam pandangan Islam tersebut di atas, maka kepemimpinan transformasional yang terdiri dari attributed charisma, idealized

influence, inspirational motivation, intelectual stimulation, dan individualized consideratni dapat dikatakan sesuai dengan

prinsip-prinsip kepemimpinan Islam yang merupakan wujud personifikasi dalam pribadi para Rasul Allah yang telah berhasil mempengaruhi dan membentuk umat menjadi umat madani.

BAB VII

Dalam dokumen KEPEMIMPINAN ISLAM DAN PERILAKU ORGANISASI (Halaman 44-52)

Dokumen terkait