1. Pengertian Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Kepercayaan diri ditunjukkan oleh suatu keyakinan bahwa seseorang dapat menyebabkan sesuatu teijadi sesuai dengan harapannya .
Menurut Lauster (1999:28) kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang disukainya dan bertanggung-jawab
19
atas perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan untuk berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangannya.
Sedangkan Lindenfield (1999:63) menganalisis percaya diri menjadi dua jenis percaya diri yang cukup berbeda, yaitu percaya diri batin dan percaya diri lahir. Jenis percaya diri batin adalah percaya diri yang memberikan perasaan dan anggapan bahwa seseorang dalam keadaan baik, sementara percaya diri lahir memungkinkan seseorang tersebut untuk tampil dan berperilaku dengan cara yang menunjukkan kepada dunia luar bahwa ia yakin akan dirinya. Kedua jenis percaya diri batin dan percaya diri lahir ini saling mendukung, maka keduanya akan membentuk sesuatu yang jauh lebih kuat dan efektif dibandingkan dengan bagian-bagiannya.
Secara singkat akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan yang dimiliki seseorang dan dengan keyakinan tersebut seseorang merasa mampu untuk dapat berperilaku sebagaimana mestinya dan positif dalam mencapai apa yang diinginkannya atau yang menjadi tujuannya, serta mampu bertahan terhadap tantangan dan permasalahan yang ada. Kepercayaan diri tersebut merupakan kualitas pribadi yang diperoleh seseorang melalui pengembangan konsep diri yang baik serta harga diri yang sehat.
2. Definisi Kepercayaan Diri
Definisi kepercayaan diri adalah meyakinkan pada kemampuan dan penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih pendekatan yang efektif. Hal ini termasuk kepercayaan atas kemampuannya menghadapi lingkungan yang semakin menantang dan kepercayaan atas keputusan atau pendapatnya. Sedangkan kepercayaan diri adalah sikap positif seorang induvidu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti induvidu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan induvidu terseburt dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.
3. Macam-Macam Percaya Diri
Kalau melihat ke literatur lainnya, ada beberapa istilah yang terkait dengan persoalan pede/percaya diri yaitu ada empat macam, yaitu :
a. Self-concept : bagaiman Anda menyimpulkan diri anda secara
keseluruhan, bagaimana Anda melihat potret diri Anda secara keseluruhan, bagaimana Anda mengkonsepsikan diri anda secara keseluruhan.
21
b. Self-esteem : sejauh mana Anda punya perasaan positif terhadap diri Anda, sejauhmana Anda punya sesuatu yang Anda rasakan bernilai atau berharga dari diri Anda, sejauh mana Anda meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat atau berharga di dalam diri Anda.
c. Self efficacy : sejauh mana Anda punya keyakinan atas kapasitas yang Anda miliki untuk bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus (to succeed). Ini yang disebut dengan general self-efficacy. Atau juga, sejauhmana Anda meyakini kapasitas anda di bidang anda dalam menangani urusan tertentu. Ini yang disebut dengan
specific self-efficacy.
d. Self-confidence : sejauhmana Anda punya keyakinan terhadap penilaian Anda atas kemampuan Anda dan sejauh mana Anda bisa merasakan
adanya “kepantasan” untuk berhasil. Self confidence itu adalah kombinasi dari self esteem dan self-efficacy.
Berdasarkan paparan tentang percaya diri, kita juga bisa membuat semacam kesimpulan bahwa percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis seseorang, dimana individu dapat mengevaluasi keseluruhan dari dirinya sehingga memberi keyakinan kuat pada kemampuan dirinya untuk melakukan tindakan dalam mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.
4. Akibat Kurang Percaya Diri
Ketika ini dikaitkan dengan praktek hidup sehari-hari, orang yang memiliki kepercayaan diri rendah atau telah kehilangan kepercayaan, cenderung merasa atau bersikap sebagai berikut :
a. Tidak memiliki sesuatu (keinginan, tujuan, target) yang diperjuangkan secara sungguh sungguh.
b. Tidak memiliki keputusan melangkah yang decissive (ngambang).
c. Mudah frustasi atau give-up ketika menghadapi masalah atau kesulitan.
d. Kurang termotivasi untuk maju, malas-malasan atau setengah-setengah.
e. Sering gagal dalam menyempurnakan tugas-tugas atau tanggung jawab (tidak optimal).
f. Canggung dalam menghadapi orang
g. Tidak bisa mendemonstrasikan kemampuan berbicara dan kemampuan mendengarkan yang meyakinkan.
h. Sering memiliki harapan yang tidak realistis
i. Terlalu perfeksionis.
j. Terlalu sensitif (perasa)
Sebaliknya, orang yang mempunyai kepercayaan diri bagus, mereka memiliki perasaan positif terhadap dirinya, punya keyakinan yang kuat atas dirinya dan punya pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang dimiliki. Orang yang punya kepercayaan diri bagus bukanlah orang yang hanya merasa mampu (tetapi sebetulnya tidak mampu) melainkan adalah
23
orang yang mengetahui bahwa dirinya mampu berdasarkan pengalaman dan perhitungannya.
5. Meningkatkan Rasa Percaya Diri
Pada remaja, sasaran akhir asuhan keperawataan adalah pertumbuhan dan perkembangan yang adaptif. McMurray (2003:121) menjelaskan bahwa tujuan pembinaan remaja adalah sehat fisik, matangnya mental atau emosional, gaya hidup yang sehat dan minimalnya perilaku beresiko. Dikatakan lebih lanjut salah satu strategi yang penting dalam meningkatkan kesehatan remaja dalam masa perkembangan adalah dengan meningkatkan ketrampilan personal melalui pendidikan psikologi tentang kepercayaan diri yaitu keyakinan diri tentang kemampuan diri sendiri.
Santrock (1999:48) menyebutkan ada empat cara meningkatkan rasa percaya diri remaja yaitu :
a. Mengidentifikasi penyebab kurang percaya diri dan identifikasi domain-domain kompetensi diri yang penting. Remaja memiliki tingkat rasa percaya yang tinggi ketika mereka berhasil di dalam domain-domain kompetensi yang penting, maka dari itu remaja harus didukung untuk mengidentifikasi dan menghargai kompetensi-kompetensi mereka.
Dukungan emosional dan persetujuan sosial dalam bentuk konfirmasi dari orang lain merupakan pengaruh bagi rasa percaya diri remaja, seperti orang tua, guru, teman sebaya, dan keluarga.
c. Prestasi
Dengan membuat prestasi melalui tugas-tugas yang telah diberikan secara berulang-ulang
d. Mengatasi masalah.
Menghadapi masalah dan selalu berusaha untuk mengatasinya. Perilaku ini menghasilkan suatu evaluasi diri yang menyenangkan yang dapat mendorong terjadinya persetujuan terhadap dirinya sendiri yang bisa meningkatkan rasa percaya diri.
C. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu merubah tingkah laku manusia atau individu untuk menuju pada hal yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Sardiman (1986:750) menjelaskan motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Banyak peserta didik yang tidak berkembang dalam belajar karena
25
kurangnya motivasi yang dapat mendorong semangat peserta didik dalam belajar.
Pendapat lain dikemukakan oleh McDonald dalam Sardiman (1986:73) mengartikan motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Selain itu juga menjelaskan istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.
Hamalik (2004:173) menjelaskan motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan intensif diluar individu atau hadiah. Motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minat-minat. Pendapat lain mengenai motivasi juga dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (2009:80) yang mengatakan bahwa motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan pengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.
Berdasarkan pengertian mengenai motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu, dan juga sebagai pemberi arah dalam tingkah lakunya, salah satunya dorongan seseorang untuk belajar.
2. Definisi Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motivasi tidak lepas dari adanya rangsangan. Rangsangan dapat dalam bentuk hadiah atau hukuman yang diberikan oleh guru. Motivasi juga menyangkut kebiasaan yang telah dimiliki oleh siswa. Misalnya kebisaan bekerja yang baik dapat memperkuat motivasi, seperti kebiasaan menyelesaikan tugas atau pekerjaan sampai tuntas, kerja keras, rapi dan tepat waktu.
Untuk mampu memahami dan mengembangkan motivasi siswa secara efektif, maka guru hendaknya mampu membangkitkan kebutuhan berprestasi dan kebutuhan sosial dengan mengaitkan tujuan belajar terhadap kebutuhan-kebutuhan di atas. Dalam hal ini guru harus membangun dan mengembangkan kebiasaan yang baik dan perasaan ingin tahu siswa.
3. Karakteristik Umum Motivasi
Menurut Sardiman (2001:81) motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sampai dengan selesai).
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak cepat puas dengan prestasi yang dicapainya.
27
3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, untuk orang dewasa (misalnya masalah ekonomi, politik, pemberantasan korupsi dan sebagainya).
4. Lebih senang bekerja mandiri.
5. Cepat bosan pada tugas–tugas rutin (hal-hal yang bersifat berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
6. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). 7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
8. Senang mencari dan memecahklan masalah soal-soal. 4. Fungsi Motivasi
Motivasi memiliki fungsi bagi seseorang, karena motivasi dapat menjadikan seseorang mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Motivasi juga dapat mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Sardiman (2007:85) menjelaskan motivasi akan mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu, karena motivasi memiliki fungsi seperti: “(1)
mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan; (2) menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya; (3) menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat lagi bagi
Hamalik (2004:175) menjelaskan fungsi motivasi antara lain : mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Perbuatan belajar akan terjadi apabila seseorang tersebut memiliki motivasi, sebagai pengarah, artinya dapat menjadi jalan agar mampu menuju arah yang ingin dicapai, sebagai penggerak, berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Berdasarkan fungsi motivasi diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi adalah memberikan arah dalam meraih apa yang diinginkan, menentukan sikap atau tingkah laku yang akan dilakukan untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan juga sebagai mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas.
5. Sifat Motivasi
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi instrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri. Motivasi ini sering disebut motivasi murni atau motivasi yang sebenarnya, yang timbul dari dalam diri peserta didik misalnya keinginan untuk mendapat ketrampilan tertentu, memperoleh informasi dan pemahaman, mengembangkan sikap untuk berhasil, menikmati kehidupan secara sadar memberikan sumbangan kepada kelompok, keinginan untuk diterima oleh orang lain.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti: angka, ijazah, tingkatan, hadiah, medali,
29
pertentangan dan persaingan; yang bersifat negatif ialah ejekan (ridicule) dan hukuman. Motivasi ekstrinsik tetap diperlukan di sekolah, sebab pembelajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat, atau sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Ada kemungkinan peserta didik belum menyadari pentingnya bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru. Dalam keadaan ini peserta didik bersangkutan perlu dimotivasi agar belajar. Guru berupaya membangkitkan motivasi belajar peserta didik sesuai dengan keadaan peserta didik itu sendiri (Hamalik, 2005:112).