• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

C. Kepribadian

1. Pengertian Kepribadian

Kata kepribadian atau personality berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu persona, yang berarti “topeng” yang biasa dipakai artis dalam teater. Para artis bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang dipakainya, seolah-olah topeng itu memiliki ciri kepribadian tertentu. Jadi konsep awal dari pengertian kepribadian adalah tingkah laku yang ditempatkan di lingkungan sosial. Kesan mengenai diri yang diinginkan agar ditangkap oleh lingkungan sosial (Alwisol, 2004).

Hall dan Lindzey (1993) mendefinisikan kepribadian adalah sesuatu yang memberi tata-tertib dan keharmonisan terhadap segala macam tingkah laku berbeda-beda yang dilakukan oleh individu. Kepribadian mencakup usaha-usaha penyesuaian diri yang khas dari tingkah laku individu.

Kepribadian menurut Eysenck (dalam Alwisol, 2004) adalah keseluruhan pola tingkah laku aktual maupun potensial dari organisme, sebagaimana ditentukan dari keturunan dan lingkungan. Pola tingkah laku itu berasal dan dikembangkan melalui empat sektor utama yang mengorganisir tingkah laku, yaitu sektor kogitif (intelegensi), sektor

konatif (karakter), sektor afektif (temperamen), dan sektor somatik (konstitusi). Sedangkan menurut Jung, kepribadian adalah totalitas segala peristiwa psikis yang disadari maupun tidak disadari atau disebut juga sebagai psyche. Kesadaran mempunyai peranan penting dalam orientasi manusia dengan dunianya. Sedangkan sikap jiwa oleh Jung masih dibagi menjadi dua golongan yaitu kecenderungan ekstrovert dan introvert (Suryabrata, 2008).

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah segala bentuk sifat dan tingkah laku yang khas yang dapat membedakan seorang individu dengan individu lainnya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

2. Penggolongan Kepribadian Menurut Carl Jung

Pembagian kepribadian menurut Carl Jung didasarkan atas arah aktivitas psikis dan arah orientasi manusia yang mengarah ke dalam diri individu tersebut atau sebaliknya mengarah ke luar dari diri individu tersebut. Jung mengungkapkan konsep jiwa sebagai dasar pembagian tipe kepribadian. Berdasarkan sikap jiwa tersebut manusia digolongkan menjadi dua tipe, yaitu tipe ekstravert dan tipe introvert. Tokoh lain yang memperkuat dasar teoritis Jung adalah H.J. Eysenck. Dalam penelitiannya, Eysenck menemukan dua faktor dasar yaitu neuroticism dan

3. Tipe Kepribadian Ekstravert dan Introvert

Carl Jung mengatakan bahwa individu dengan tipe kepribadian ekstravert dipengaruhi oleh dunia objektif, yaitu dunia di luar dirinya. Orientasinya tertuju ke luar yaitu pikiran, perasaan, serta tindakan ditentukan oleh lingkungannya baik lingkungan sosial maupun lingkungan non sosial. Individu ekstravert bersikap positif, lebih terbuka, mudah bergaul, dan hubungan dengan orang lain lancar (dalam Suryabrata, 2008). Eysenck (dalam Alwisol, 2004) memberikan beberapa karakteristik yang dimiliki oleh individu dengan tipe kepribadian ekstravert, yaitu keras hati, impulsif, cenderung santai, mencari sesuatu yang baru, kinerja ditingkatkan oleh kesenangan, lebih menyukai lapangan pekerjaan yang melibatkan hubungan dengan orang lain, tahan terhadap rasa sakit, dan suka mengambil kesempatan atau resiko.

Sedangkan individu dengan tipe kepribadian introvert dipengaruhi oleh dunia subjektif, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasinya tertuju ke dalam yaitu pikiran, perasaan, serta tindakan ditentukan faktor-faktor subjektif. Individu introvert kurang dapat menyesuaikan diri dengan dunia luar, jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, dan kurang dapat menarik hati orang lain (dalam Suryabrata, 2008). Tipe kepribadian introvert menurut Eysenck (dalam Alwisol, 2004) memiliki karakterisitik yaitu lemah lembut, introspeksi, serius, cenderung menyukai hal-hal yang tetap, kinerja terganggu oleh kesenangan, lebih

menyukai lapangan pekerjaan yang individual, sensitif terhadap rasa sakit, dan cenderung menahan diri dalam mengambil kesempatan.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa individu dengan tipe kepribadian ekstravert adalah individu yang cenderung mudah menyesuaikan diri dengan dunia luar dan mudah terpengaruh oleh lingkungannya. Sedangkan individu dengan tipe kepribadian introvert adalah individu yang kurang dapat menyesuaikan diri dengan dunia luar dan tidak mudah terpengaruh oleh lingkungannya.

4. Aspek-aspek Kepribadian Ekstravert dan Introvert

Aspek-aspek kepribadian ekstravert dan introvert menurut Hans Eysenck(dalam Eysenck & Sybil, 1969) adalah :

a. Sociability

Aspek ini menunjukkan penyesuaian diri dengan orang lain yang baik. Sociability yang baik biasanya dimiliki pada individu dengan kepribadian ekstravert. Mereka merasa nyaman dan suka berinteraksi dengan orang lain sehingga memiliki banyak teman, ramah, dan pemberani. Sebaliknya individu yang introvert biasanya memiliki kecenderungan sociability yang buruk. Mereka lebih menyukai kesendirian dan cenderung menarik diri dari pergaulan sosial daripada bertemu dengan orang lain. Individu ini juga merasa kurang dapat menarik hati orang lain sehingga mereka cenderung sukar bergaul.

b. Liveliness

Aspek ini menunjukkan kegembiraan, hidup, aktif, dan penuh energi atau energik. Individu yang ekstravert mampu membuat suasana yang dingin menjadi lebih hidup atau hangat dan akrab. Mereka juga sering merasa riang gembira dan menyukai suasana yang ramai. Sedangkan individu yang introvert cenderung jarang merasa riang gembira. Mereka juga menyukai kesunyian dan ketenangan, bukan suasana yang ramai sehingga mereka cenderung kurang mampu membuat suasana menjadi hangat dan akrab. Individu yang introvert juga kurang suka beraktivitas.

c. Jocularity

Aspek ini menunjukkan sifat yang suka bercanda atau humoris dan spontan sehingga suka mengungkapkan kata-kata atau komentar lucu. Individu dengan kepribadian ekstravert cenderung memiliki

jocularity yang baik. Mereka mampu membuat orang lain tertawa

dengan lelucon-leluconnya yang lucu. Sebaliknya individu dengan kecenderungan introvert lebih suka mengontrol tindakan dan kata-kata yang akan diucapkannya. Mereka juga kurang memiliki inisiatif untuk mengungkapkan komentar lucu sehingga terlihat menahan diri dan tampak kaku.

d. Impulsiveness

Aspek ini merupakan sifat individu dengan perilaku yang sesuai dengan dorongan yang ada dalam diri. Dorongan yang ada di

dalam diri dapat dengan mudah dikeluarkan individu yang ekstravert. Mereka juga kurang teliti dan bertindak tanpa berpikir dahulu. Hal ini yang menyebabkan mereka terkesan agresif. Individu dengan kepribadian introvert akan berusaha memikirkan dan mempertimbangkan segala tindakan yang akan dilakukan sehingga dorongan yang ada di dalam diri kurang dapat diungkapkan dengan baik.

D. Hubungan antara Kepribadian Ekstravert dan Kecenderungan

Dokumen terkait