• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepribadian

Dalam dokumen Psikologi Industri & Organisasi (Halaman 38-43)

BAB III PERBEDAAN INDIVIDU DALAM ORGANISASI

B. Kepribadian

1. Pengertian Kepribadian

Kreitner dan Kinicki (2010) mengartikan kepribadian atau personality sebagai kombinasi karakteristik fisik dan mental yang stabil yang memberikan identitas individualnya. Karakteristik atau ciri atau sifat ini termasuk bagaimana orang melihat, berpikir, bertindak dan merasakan, yang merupakan produk interaksi genetik dan pengaruh lingkungan.

Pendapat lain, menyatakan bahwa kepribadian merupakan organisasi yang bisa mengalami perubahan dari sistem psikologi dalam diri individu yang menentukan adaptasinya unik pada suatu lingkungan. Kepribadian juga bisa diartikan sebagai jumlah dari semua cara di mana individu merespon dan berinteraksi dengan orang lainnya atau lingkungannya (Robbins dan Judge, 2011).

Sementara menurut Colquitt, Lepine dan Wesson (2011) kepribadian menunjukkan struktur dan kecenderungan dalam diri orang yang menjelaskan pola karakteristik mereka dalam pemikiran, emosi dan perilaku.

Kepribadian adalah pola yang relative bertahan lama tentang pemikiran, emosi dan perilaku yang menunjukkan karakteristik orang, sejalan dengan proses psikologis di belakang karakteristik tersebut (McShane dan Von Glinow, 2010).

Berdasarkan beberapa pengertian tentang kepribadian yang telah dijabarkan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepribadian adalah pola, struktur dan kecenderungan dalam diri individu yang menentukan cara-cara individu untuk merespon dan beradaptasi di lingkungannya.

30 2. Determinan Kepribadian

Kepribadian tidak terbentuk begitu saja, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya kepribadian pada diri individu. Robbins dan Judge (2011) mengungkapkan bahwa kepribadian ialah hasil dari keturunan dan lingkungan. Adapun hasil penelitian terdahulu juga mendukung bahwa keturunan lebih penting daripada lingkungan. Sedangkan, McShane dan Von Glinow (2010) memberi tambahan penjelasan bahwa Life Experience atau pengalaman hidup, terutama pengalaman pada awal kehidupan individu juga dapat membentuk sifat kepribadian seseorang individu.

Pengalaman hidup seseorang tumbuh sejalan dengan situasi yang sedang terjadi.

Berdasarkan uraian diatas, dapat simpulkan beberapa faktor yang dapat memengaruhi kepribadian yang terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut (Wibowo, 2013):

1) Heredity atau keturunan

Faktor ini ditentukan oleh konsepsi. Fisik yang tinggi, wajah yang menarik, gender, temperamen, komposisi otot dan refleksi, tingkat energi dan ritme biologis umumnya baik sebagian atau keseluruhan dapat dipengaruhi oleh orang tua, dalam segi biologis, fisiologis dan yang melekat dengan susunan psikologi.

2) Environment atau lingkungan

Faktor lainnya yang tidak kalah penting dalam pembentukan kepribadian individu adalah faktor lingkungan. Faktor yang memberikan pengaruh pada pembentukan kepribadian dari sisi budaya di mana individu tumbuh, pada pembentukan kondisi awal, norma di antara keluarga, teman dan kelompok sosial, dan pengaruh nilai menurut pengalaman individu.

3) Situation atau situasi

Faktor situasi dapat mempengaruhi keturunan dan lingkungan dalam membentuk kepribadian. Biasanya kepribadian bersifat stabil dan konsisten pada tiap individu namun ternyata kepribadian juga bisa berubah dalam situasi tertentu. Adanya tuntutan yang berbeda dari situasi yang berbeda memerlukan aspek kepribadian yang juga berbeda dalam menyikapinya. Pola kepribadian setiap individu berbeda tergantung pada situasi

31

tertentu yang lebih relevan daripada situasi lainnya yang sebenarnya masih perlu menjadi perhatian.

4) Life Experience atau pengalaman hidup

Sejak kecil hingga menjadi dewasa dan sampai lanjut usia, individu mengalami banyak pengalaman hidup yang akan memengaruhi terbentuknya kepribadian seseorang. Seorang anak yang mendapat pengalaman buruk semasa kecil akan memengaruhi kepribadiannya setelah dewasa.

3. Dimensi Kepribadian

Dalam Kepribadian ada beberapa dimensi, indikator, sifat, ciri, unsur, komponen, dan karakteristik yang menyusunnya. Berikut adalah beberapa teori yang membahas tentang dimensi kepribadian (Wibowo, 2013).

1) The Big Five Personality Model

Dimensi kepribadian menurut model ini adalah Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Emotional stability/

Neuroticism, dan Openess to experience. Kreitner dan Kinicki (2010; Wibowo, 2013) menjelaskan dimensi kepribadian.

Sedangkan McShane dan Von Glinow, (2010 ; Wibowo, 2013) menggambarkan ‘Lima Besar Kepribadian’. Sementara itu, Colquitt, LePine dan Wesson (2011 ; Wibowo, 2013) menggambarkan lima sifat kepribadian.

Karakteristik kepribadian, dengan mengacu pada pandangan dari beberapa penulis (Wibowo, 2013):

a. Conscientiousness. Menunjukkan kehati-hatian dalam bertindak. Dimensi ini mendeskripsikan individu yang memiliki sifat keberhati-hatian tinggi atau rendah. Individu dengan karakteristik High Conscientiousness cenderung bersifat bertanggung jawab, berorientasi meraih prestasi, gigih, berhati-hati, dan mempunyai disiplin diri. Sedangkan orang dengan sifat Low Consientiousness cenderung kurang hati-hati, kurang siap, lebih berantakan, tidak bertanggung jawab, mudah bingung, dan kurang dapat dipercaya.

b. Agreeableness. Menunjukkan keramah tamahan atau kesediaan menyetujui. Individu dengan dimensi kepribadian High Agreeableness mempunyai karakteristik: penuh

32

kepercayaan, pada dasarnya baik, bekerja sama, berhati lembut, sopan, diasuh baik, empati, bekerja sama, hangat dan penuh perhatian. Smentara individu dengan Low Agreeableness cenderung dingin, tidak suka bekerja sama, mudah marah, tidak mudah sepakat dan menentang.

c. Emotion stability/Neuroticism. Menunjukkan stabilitas emosional atau gangguan emosi. Individu dengan Emotional Stability positif menunjukkan dimensi kepribadian yang cenderung bersifat: tenang, santai, tidak ragu, percaya diri, dan merasa aman. Sementara individu yang Emotional Stability-nya negative atau Neuroticism cenderung gelisah, cemas, tertekan, bermusuhan dan merasa tidak aman.

d. Openess to experience. Menunjukkan keterbukaan pada pengalaman. Individu yang mempunyai nilai tinggi pada dimensi kepribadian ini mempunyai karakteristik: kreatif, cerdik, imajinasi, ingin tahun, berpikir luas, dan sensitive.

Sementara individu yang mempunyai nilai rendah pada dimensi ini cenderung lebih resisten terhadap perubahan, kurang terbuka pada gagasan baru, dan lebih konvensional serta cara mereka tetap.

e. Extroversions. Menunjukkan berpandangan keluar dan menggambarkan individu yang mempunyai karakteristik:

ramah, aktif berbicara, suka bergaul, suka berteman dan tegas. Sementara karakteristik sebaliknya adalah Introversions, dengan orientasi pandangan pada dirinya sendiri, dengan karakteristik: pendiam, pemalu, dan berhati-hati.

2) The Myers-Briggs Type Indicator

Indikator tipe Myers-Briggs (Myers-Briggs Type Indicator [MBTI]) adalah instrument penilaian kepribadian yang paling umum digunakan. MBTI adalah tes kepribadian 100 pertanyaan tentang hal-hal apa saja yang biasanya mereka rasakan atau lakukan dalam berbagai situasi. Para responden diklasifikasikan sebagai ekstrover atau introvert (E atau I), perasa atau intuitif (S atau N), memikirkan atau merasakan (T atau F), dan menilai atau menerima (J atau P):

33

 Ekstrover (ekstrovered—E) versus Introver (introverted—I).

Individu-individu ekstrover ramah, pandai bersosialisasi, dan percaya diri. Introver tenang dan pemalu.

 Perasa (sensing—S) versus Intuitif (Intuitive—N). Tipe perasa praktis serta memilih rutin dan urutan. Mereka fokus pada detail. Intuitif bergantung pada proses tidak sadar dan melihat pada “gambaran besar”.

 Memikirkan (thinking—T) versus Merasakan (feeling—F). Tipe yang memikirkan biasanya menggunakan penalaran dan logika untuk menangani masalah. Tipe yang merasakan berpegang pada nilai-nilai dan emosi pribadi mereka.

 Menilai (judging—J) versus Menerima (perceiving—P). Tipe yang menilai menginginkan kendali dan memilih urutan dan struktur. Tipe yang menerima fleksibel dan spontan. (Robbins

& Judge, 2015).

3) Holland’s RIASEC Model

Model ini membagi kepribadian dalam enam tipe berdasarkan pada Interest atau minta dalam bidang tertentu. Interest adalah merupakan ekspresi kepribadian yang memengaruhi perilaku melalui preferensi terhadap lingkungan dan aktivitas tertentu (Colquitt, LePine dan Wesson, 2011) Realistic. Menikmati tugas riil yang praktis, meneruskan, tugas yang jelas. Cenderung menjadi jujur, praktis, tekun, dan tidak datar.

a. Investigative. Menyenangi abstrak, analitis, tugas berorientasi teori. Cenderung menjadi analitis, intelektual, pendiam dan ilmiah.

b. Artistic. Menyenangi menghibur dan mengagumi orang lain dengan menggunakan imajinasi. Cenderung menjadi original, independen, menurutkan kata hati, dan kreatif.

c. Social. Menyukai menolong, melayani atau membantu orang lain. Cenderung menjadi sangat membantu, member inspirasi, informative, dan mempatik.

d. Enterpricing. Suka membujuk, memimpin, atau melebihi kinerja orang lain. Cenderung menjadi penuh semangat, suka bergaul, ambisius dan mengambil risiko.

34

e. Conventional. Suka mengorganisir, menghitung, atau mengatur orang atau sesuatu. Cenderung menjadi berhati-hati, konservatif, mengontrol diri sendiri, dan terstruktur.

RIASEC Model mengklasifikasi tipe kepribadian dalam dua dimensi, yaitu tingkatan di mana pekerja lebih suka bekerja dengan data dibandingkan gagasan dan tingkatan di mana mereka lebih suka bekerja dengan orang dibandingkan dengan sesuatu.

Jenis kepribadian tertentu memiliki pola pemikiran, emosi dan perilaku tertentu juga. Hal inilah yang menjadikan setiap individu berbeda dalam menyikapi setiap masalah yang dihadapinya, namun juga menjadikan mereka unik dan memiliki ciri khasnya masing-masing.

Dalam dokumen Psikologi Industri & Organisasi (Halaman 38-43)