• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepribadian dalam studi keislaman lebih dikenal dengan istilah syakhshiyah. Syakhshiyah berasal dari kata syakhshun yang berarti pribadi. Kata ini kemudian diberi ya’ nisbat sehingga menjadi kata benda buatan syakhshiyat yang berarti kepribadian. Abdul mujib menjelaskan bahwa kepribadian adalah integrasi sistem kalbu, akal dan nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku.

Dalam Al-Qur’an surat asy-syamsu ayat 8, Allah berfirman :     Terjemahnya:

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa manusia, fujur, (kefasikan/kedurjanaan), dan taqwa (beriman dan beramal saleh”

Ayat ini menunjukkan bahwa manusia dalam hidupnya senantiasa dihadapkan dengan suasana perjuangan untuk memilih alternatif antara haq (taqwa-kebenaran) dengan yang bathil (fujur), antara aspek-aspek material semata (sekuler-duniawi) dengan spiritual (ilahiyah).

Manusia memang bukan malaikat, yang selamanya istiqomah dalam kebenaran. Tetapi juga bukan setan yang selamanya dalam kebathilan, kekufuran, kemaksiatan dan senantiasa mengajak manusia lainnya ke jalan yang dilarang Allah SWT. Manusia adalah makhluk yang netral, kepribadiannya itu bisa berkembang seperti malaikat, bisa juga seperti setan.

25

Hal ini amat bergantung pada pilihannya tadi, apakah manusia mengisi jiwa atau qalbunya dengan ketaqwaan atau dengan fujur.

Apabila yang dipilihnya itu ketaqwaan, maka qolbu (fungsi rohaniah sebagai perpaduan antara akal dan rasa) akan menggerakkannya untuk berprilaku yang bermakna (beramal shaleh), dan berpribadi mulia. Tetapi apabila yang dipilihnya itu “fujur”, maka dia akan berpribadi mufsid (pembuat keonaran di muka bumi), biang kemaksiatan.

Hal ini menunjukkan bahwa manusia telah diberi kemampuan untuk mengambil keputusan, dan melakukan keputusan itu dengan segala resikonya. Dalam surat al-kahfi ayat 29, dijelaskan tentang kebebasan manusia untuk memilih (free-choice). Dalam ayat tersebut Allah berfirman:



























































Terjemahnya :

“dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”

Manusia akan mengalami konflik psikis, manakala dia tidak mengambil keputusan, membiarkan jiwanya (terbelenggu) oleh keraguan antara mengambil kebenaran (komitmen kepada yang haq), dengan mengambil

26

yang salah (memperturutkan hawa nafsu). Bagi mereka yang komitmen kepada kebenaran (memaknai hidup dengan kebenaran), meskipun harus menempuh jalan hidup yang “usron” (sulit), maka ia akan lahir, berkembang sebagai manusia yang berpribadi mantap (Syamsu yusuf & Justika Nurihsan, 2008).

B. Tinjauan Umum Tentang Remaja 1. Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Di sebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatdmojo, 2007).

Hurlock mengatakan remaja berasal dari kata latin adolesence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Sedangkan Monks dan kawan-kawan menyatakan bahwa masa remaja suatu masa disaat individu berkembang dari pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual, mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang mandiri.

27

Menurut papilia dan olds, masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12-13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun (Yudrik Jahja, 2011).

Borring E.G. mengatakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa transisi dari anak-anak kemasa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Neidahart menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dan ketergantungan pada masa anak-anak ke masa dewasa, dan pada masa ini remaja dituntut untuk mandiri. Pendapat ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Ottorank bahwa masa remaja merupakan masa perubahan yang drastis dari keadaan tergantung menjadi keadaan mandiri, bahkan Daradjat mengatakan masa remaja adalah masa dimana munculnya berbagai kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik yang lebih jelas dan daya fikir yang matang.

Erikson menyatakan bahwa masa remaja adalah masa kritis identitas atau masalah identitas – ego remaja. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat, serta usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan baru para remaja harus memperjuangkan kembali dan seseorang akan siap menempatkan idola dan ideal seseorang sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir.

28

Sedangkan pengertian remaja menurut Zakiah Darajat adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Hal senada diungkapkan oleh Santrock bahwa adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Santrock, 2008).

Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat defenisi tentang remaja yaitu:

a. Pada buku-buku pediatri, pada umumnya mendefenisikan remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun dan umur 12-20 tahun anak laki- laki.

b. Menurut undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. c. Menurut undang-undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah

mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal.

d. Menurut undang-undang perkawinan No.1 tahun 1979, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang, yaitu umur 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk anak-anak laki-laki.

Dokumen terkait