• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan merupakan tindakan dimana kinerja anggapan produk sesuai

dengan ekspektasi pembelian (Kotler 2009). Apabila kinerja produk tidak

memenuhi ekspektasi maka pelanggan akan kecewa, maka pelanggan akan puas

atau sangat puas. Kepuasan pelanggan menurut Tse dan Wilton dalam Diab

(2009) adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan

pemakainya. Zeithaml dalam Setiowati dan Putri (2012), mengatakan bahwa

kepuasan pelanggan adalah evaluasi terhadap produk atau jasa yaitu apakah

produk atau jasa telah memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.

Kepuasan pelanggan terhadap pembelian tergantung pada kinerja nyata sebuah

produk, relatif terhadap harapan pembeli (Kotler 2009). Kesenangan yang dialami

oleh pelanggan dapat menciptakan kelekatan emosional untuk suatu produk dan

jasa, bukan hanya preferensi rasional, hal ini juga menciptakan loyalitas

pelanggan yang tinggi. Anderson dan Srinivasan (2003), mendefinisikan

kepuasan pelanggan sebagai kepuasan dari pelanggan sehubungan dengan

pengalaman pembelian sebelumnya dengan sebuah perusahaan jasa yang

31

Kepuasan pelanggan muncul ketika pelanggan merasakan adanya tingkat

kepuasan yang sesuai dengan harapan mereka. Hal ini mulai dirasakan oleh

konsumen, ketika mereka melakukan pembelian. Tse dan Wiltton dalam Diab

(2009), mengatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap

evaluasi ketidaksewenangan yang dirasakan setelah pemakaiannya.

Woodruff (1997), mengatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan perasaan

positif atau negatif secara keseluruhan tentang nilai bersih mengenai layanan yang

diterima oleh pelanggan dari pemasar. Kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan

timbul berdasarkan adanya tingkat ekspektasi yang sesuai dengan apa yang

mereka harapkan.

Formulasi untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan loyalitas (increased customer satisfaction & loyalty) dapat dilakukan dengan cara melakukan pekerjaan pertama kali dengan benar (doing the right job on the first time), kemudian menangani komplain dengan efektif (effective complaint handling). Secara konseptual kepuasan – ketidakpuasan pelanggan dapat dikaji dari teori experientially affective feelings, expectancy disconfirmation theory, equity theory, attribution theory, dan teori ekonomi mikro.

2.5.1. Experience affective feelings

Pendekatan experience affective (pengalaman afektif atau perasaan) berpandangan bahwa tingkat kepuasan pelanggan dipengaruhi perasaan positif dan negatif yang

diasosiasikan pelanggan dengan barang atau jasa tertentu setelah pembeliannya.

32

perasaan yang timbul dalam proses purnabeli memengaruhi perasaan puas atau

tidak puas terhadap produk yang dibeli.

Dua dimensi respons afektif, yaitu serangkaian perasaan positif (positive feelings) dan serangkaian perasaan negatif (negative feelings). Kedua tipe perasaan ini independen, artinya konsumen dapat merasa positif sekaligus negatif terhadap

pembelian tertentu, lihat saja disaat direktur tertentu setelah membeli sebuah

mobil, merasa bangga dan gembira, tetapi dalam waktu yang bersamaan merasa

kesal dan jengkel terhadap staf penjualannya di perusahaan.

2.5.2. Expectancy disconfirmation theory

Model ini mendefinisikan kepuasan pelanggan menunjukkan evaluasi pengalaman

yang dirasakan (kinerja) sama baiknya (sesuai) dengan yang diharapkan.

Pemakaian merek tertentu atau merek lainnya dalam kelas produk yang sama,

pelanggan membentuk harapan mengenai kinerja seharusnya dari merek

bersangkutan. Harapan atas kinerja dibandingkan dengan kinerja aktual produk

(yakni persepsi terhadap kualitas produk). Ada tiga kemungkinan yang terjadi:

- Apabila kualitas lebih rendah dari harapan, yang terjadi adalah

ketidakpuasan emosional (negative disconfirmation).

- Apabila kinerja lebih besar dibandingkan harapan, terjadi kepuasaan

emosional (positive disconfirmation).

- Apabila kinerja sama dengan harapan, maka yang terjadi adalah

33

Berdasarkan beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan

pelanggan merupakan perasaan yang dirasakan oleh konsumen baik dalam hal

negatif maupun positif terhadap suatu produk ketika tingkat ekspektasi atau

harapan yang dimiliki telah terpenuhi dengan adanya pembelian terhadap barang

atau jasa tersebut.

2.5.3. Teori Kepuasan Pelanggan 1. Equity Theory

Sejumlah peneliti berpendapat bahwa setiap orang menganalisis pertukaran antara

dirinya (A) dengan pihak lain (B) guna menentukan sejauh mana pertukaran

tersebut adil atau fair. Equity theory beranggapan bahwa orang menganalisis rasio input dan hasilnya dengan rasio input dan hasil mitra pertukarannya.

Berdasarkan equity theory, perasaan tidak puas disebabkan keyakinan bahwa norma sosial telah dilanggar. Dalam teori ini, berlaku norma yang menegaskan

bahwa setiap pihak dalam pertukaran harus mendapatkan perlakuan adil atau fair. Oleh karena itu:

- Kepuasan terjadi bila rasio hasil dan input dalam pertukaran kurang lebih

sama.

- Ketidakpuasan terjadi jika pelanggan meyakini bahwa rasio hasil dan

inputnya lebih jelek daripada perusahaan/ penyedia jasa.

- Kepuasan pelanggan terhadap transaksi tertentu dipengaruhi oleh

34

- Evaluasi terhadap keadilan keseluruhan (overall equity) dalam transaksi pembelian produk berpengaruh terhadap kepuasan/ketidakpuasan

pelanggan.

2. Atttribution Theory

Atttribution Theory mengidentifikasikan proses yang dilakukam seseorang dalam menentukan penyebab tindakannya, orang lain, dan objek tertentu. Atribusi yang

dilakukan seseorang akan memengaruhi kepuasan purnabelinya terhadap produk

tertentu, karena atribusi memoderasi perasaan puas atau tidak puas.

Atribusi sangat besar pengaruhnya terhadap kepuasan atau ketidakpuasan

pelanggan apabila keterlibatan, pengalaman dan pengetahuan pelanggan terhadap

produk relatif tinggi. Ada tiga tipe atribusi pelanggan terhadap kejadian atau

peristiwa yang tidak diharapkan:

a. Causal attribution

Bila terjadi kesalahan, pelanggan segera menilai siapa yang patut

disalahkan. Jika pelanggan menyimpulkan bahwa perusahaanlah yang salah,

maka mereka akan sangat mungkin merasa tidak puas. Sebaliknya, apabila

pelanggan membebankan sebagian kesalahan pada diri mereka sendiri,

maka ketidakpuasan mereka cenderung akan berkurang.

b. Control attribution

Pelanggan menilai apakah ketidakpuasan berada dalam kendali pemasar

atau tidak. Sebagai contoh, penumpang pesawat cenderung akan sangat

35

penyebabnya adalah kelalaian pihak penyedia jasa dan bukan akibat

gangguan cuaca yang berada di luar kendali mereka.

c. Stability attribution

Bila service encounteryang tidak memuaskan, pelanggan akan menilai apakah kejadian itu mungkin berulang lagi atau tidak. Jika pelanggan

menilai bahwa kejadian tersebut cenderung terulang, maka ketidakpuasan

pelanggan akan bertambah besar.

Dokumen terkait