• Tidak ada hasil yang ditemukan

Y1 = KEPUTUSAN BERMITRA Bermitra

X4. Tingkat Kebutuhan Bermitra. X4.1. Kebutuhan Modal X4.2. Kebutuhan Pembinaan X4.3. Kebutuhan Pemasaran X5. Ciri Kewirausahaan X5.1. Keinovatifan X5.2. Kreativitas X7. PENGETAHUAN TTG POLA KEMITRAAN

Nama Lembaga Pola Kemitraan dan Sistem Kerjasama

X8. PERSEPSI TENTANG CIRI INOVASI KEMITRAAN

X8.1. Tk. Keuntungan Relatif

(Harga, Produktivitas, Pendapatan, Resiko Usaha )

X8.2. Tk. Kerumitan

(Teknis Budidaya, Aturan/ Prosedur,Standar Mutu )

X8.3. Tk.Kesesuaian

(Pelayanan dan Kebutuhan, Jenis Tan. & KondisiLahan)

X8.4. Tk. Kemungkinan Dicoba

(Kebutuhan modal,tenaga kerja)

X8.5. Tk. Kemudahan dilihat Hasilnya

(Kemudahan Pencapain Mutu, kontinyuitas, dan Kuantitas, Kejelasan Peranan, Pelaksanaan Kesepakatan )

Y2= MANFAAT KEMITRAAN BAGI P ETANI

Y2.1. Manfaat Ekonomi (Pendapatan, Harga, Produktivitas, Intensitas Modal & Tenaga Kerja, Resiko Usaha)

Y2. 2. Manfaat Teknis (Penggunaan Teknologi & Mutu Produk) Y2.3. Manfaat Sosial (Kelanjutan Kerjasama, Kelestarian Lingkungan)

STRATEGI KEMITRAAN AGRIBISNIS YANG BERKELANJUTAN

Gambar 5. Keputusan Adopsi Inovasi Pola Kemitraan Agribisnis Sayuran dan Manfaat Kemitraan Agribisnis Bagi Petani

Y1 = KEPUTUSAN BERMITRA Bermitra

Karakteristik individu dan lingkungan mempengaruhi pengetahuan petani tentang pola kemitraan dan persepsinya tentang inovasi pola kemitraan agribisnis. Keterlibatan petani dalam kemitraan agribisnis akan mempengaruhi kinerja petani dalam mengelola usahanya. Jadi akan dibuktikan bahwa po la kemitraan merupakan wadah atau kesempatan bagi petani untuk belajar teknologi dan manajemen usaha

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan beberapa pola kemitraan agribisnis khususnya pada kasus usaha sayuran dataran tinggi dan peubah -peubah yang mempengaruhi petani untuk bermitra atau tidak bermitra. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat merancang strategi kemitraan agribisnis yang berkelanjutan, yang dapat meningkatkan kinerja petani kecil.

Hipotesis Penelitian

1. Keputusan bermitra dipengaruhi oleh karakteristik individu, lingkungan fisik dan sosial, pengetahuan tentang pola kemitraan dan persepsi petani tentang ciri-ciri inovasi pola kemitraan. Kesamaan persepsi tentang ciri-ciri inovasi pola kemitraan antara perusahaan dan petani akan mempengaruhi kelanjutan kerjasamanya.

2. Kerjasama petani dan perusahaan dalam pola kemitraan agribisnis akan bermanfaat bagi peningkatan kinerja petani dalam mengelola usahanya.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah petani sayuran dataran tinggi di empat wilayah kabupaten penghasil sayuran dataran tinggi di Jawa Barat, yaitu Bogor, Cianjur, Bandung, dan Garut yang terlibat kerjasama atau bermitra dengan satu atau lebih perusahaan agribisnis. Alasan pemilihan empat kabupaten tersebut adalah: (1) jumlah petani yang terlibat pola kemitraan memadai, (2) keragaman pola kerjasama, (3) keragaman potensi wilayah dari komoditas utama yang diusahakan oleh petani, (4) keragaman karakteristik sosial ekonomi petani yang terlibat dalam pola kemitraan, dan (5) penerapan pola kemitraan antara perusahaan dan petani minimal sejak tahun 1994, sehingga memadai untuk menganalisis keragaman karakteristik individu petani, keragaman persepsi petani, keragaman pola kemitraan yang diterapkan, dan pengaruhnya terhadap keputusan petani untuk bermitra. Keragaman pola kemitraan yang diterapkan memadai untuk melihat manfaatnya bagi petani dan mitranya.

Dari survei awal diperoleh informasi bahwa diwilayah Bogor, Cianjur, Bandung, dan Garut terdapat sekurang -kurang 737 petani yang bermitra dengan sedikitnya 7 perusahaan penampung dan pengolah sayuran dataran tinggi. Jumlah ini masih belum termasuk ratusan petani yang terlibat tidak secara langsung dengan perusahaan mitra, melainkan melalui pedagang pengumpul.

Penelitian ini menggunakan metode “the rule tumb” dalam menentukan jumlah sampel, agar mewakili keragaman karakteristik populasinya. Menurut Neuman (2000), penentuan jumlah sampel untuk populasi yang kecil (kurang dari 1000) peneliti memerlukan suatu perbandingan sampel yang besar, yaitu sekitar 30 persen populasi. Untuk jumlah populasi sedang (sekitar 10000) diperlukan perbandingan sampel yang lebih kecil, yaitu sekitar 10 persen. Untuk jumlah populasi besar (lebih dari 150000) perbandingan sampel 1 persen sudah cukup. Perkiraan tentang jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 737 petani, sehingga diperlukan sampel sekitar 30 persen populasi agar dapat mewakili (representatif) keragaman karakteristik populasinya. Sampel penelitian dipilih secara acak sederhana sejumlah minimal 30 orang petani mitra perusahaan bila perusahaan tersebut mempunyai lebih dari 30 petani mitra. Bila petani mitra perusahaan kurang dari 30 petani, maka dilakukan sensus terhadap semua

petani mitranya. Untuk melengkapi data juga dipilih sampel yang berasal dari petani non mitra yang ditemukan di sekitar lokasi penelitian. Jumlah sampel penelitian ini kurang lebih 232 orang petani mitra, dan 65 petani non mitra. Jumlah sampel sebanyak 297 petani diperkirakan sudah memenuhi jumlah 30 persen populasi. Kerangka sampling penelitian ini dapat dilihat pada matrik berikut.

Tabel 9 Jumlah Populasi dan Sampel Petani Mitra dan Non Mitra

Jumlah Sampel No

Lokasi Penelitian

Jumlah Populasi

Petani Mitra Petani Mitra Petani Non

Mitra Total SM : 201 40 10 50 1. Bogor 217 BSB : 16 16 5 21 KF : 19 19 5 24 2. Cianjur 35 PS : 16 16 5 21 PPS : 300 60 20 80 KMS : 40 30 5 35 3. Bandung 361 JO : 21 21 5 26 4. Garut 124 SM :124 30 10 40 Total 737 232 65 297 Keterangan :

SM, BSB, PS, KF, KMS, JO adalah nama-nama perusahaan yang menerapkan pola kemitraan agribisnis sayuran di Jawa Barat.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus kolektif, yaitu kajian atas sejumlah kasus yang serupa atau saling berbeda secara bersama-sama untuk mempelajari suatu gejala, populasi atau kondisi umum penerapan pola kemitraan oleh beberapa perusahaan dan petani-petani di sekitar perusahaan tersebut. Implikasi dari metode studi kasus kolektif tersebut maka penelitian ini akan menggunakan gabungan antara metode survei dan studi kasus.

Metode survei dilakukan untuk memperoleh da ta awal tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk bermitra, yang nantinya dijadikan dasar bagi penentuan petani yang dijadikan responden dalam studi kasus. Metode survei dilakukan teknik wawancara terstruktur dengan daftar pertanyaan, sedangkan metode studi kasus dilakukan dengan teknik wawancara

semi terstruktur baik pada individu maupun kelompok. Metode studi kasus dilengkapi dengan studi riwayat hidup, dan pengamatan berpartisipasi.

Peneliti memilih rancangan penelitian ini karena beberapa alasan. Sebagaimana diketahui metode kuantitatif (survei) kuat dalam hal generalisasi, namun lemah dalam kedalaman isu, sebaliknya metode kualitatif kuat dalam kedalaman sebuah isu namun lemah dalam generalisasi. Kedudukan kedua metode dalam studi ini sejajar, di mana kedua metode digunakan untuk saling melengkapi satu sama lain.

Dalam penelitian ini dipilih beberapa pola kemitraan yang diterapkan di agribisnis sayuran, dan dari setiap pola kemitraan tersebut dipelajari bagaimana proses petani membuat keputusan bermitra. Kasus tersebut sesuai dengan unit analisis dalam penelitian ini yaitu rumahtangga tani.

Wawancara kelompok melibatkan informan dari tokoh masyarakat, para petani biasa, laki-laki dan perempuan. Wawancara kelompok juga bisa memanfaatkan sekelompok petani yang sedang berkumpul secara alamiah ataupun kelompok-kelompok kepentingan yang ditemukan

Selain itu juga dilakukan pengamatan berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari petani dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Tipe pengamatan yang akan dilakukan pengamatan berperan serta terbatas atau pengamatan tanpa peran serta.

Studi kasus penulisan riwayat hidup untuk dapat menjelaskan riwayat pekerjaan dalam usahatani sampai akhirnya ikut bermitra dengan perusahaan, supplier atau koperasi, atau pernah ikut kemudian berhenti, atau tidak bermitra sama sekali, siapa saja atau pihak mana saja yang pernah menawarkan kerjasama, bagaimana pengalaman atau apa yang telah diperoleh selama kerjasama itu, dll. Mengacu pada pemikiran Denzin (1989), metode riwayat hidup merupakan teknik menggunakan dan mengumpulkan secara ilmiah dokumen-dokumen (dan penggantinya) kehidupan pribadi, kisah, laporan, cerita yang menggambarkan moment-moment yang menentukan dalam kehidupan individu.

Data dan Instrumentasi Data

Data dalam penelitian ini mencakup data tentang sembilan peubah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu peubah umur, tingkat pendidikan, dimensi usaha, tingkat kebutuhan bermitra, sifat kewirausahaan, lingkungan,

pengetahuan tentang pola kemitraan, persepsi tentang ciri inovasi pola kemitraan, keputusan bermitra dan peubah kinerja petani. Bagian berikut akan menjelaskan peubah -peubah tersebut.

Data dan Pengukuran

Pengukuran dalam penelitian ini merujuk pada Kerlinger (1996), dimana pengukuran adalah pemberian angka pada obyek-obyek atau kejadian -kejadian menurut suatu aturan. Aturan tersebut adalah suatu metode untuk memetakan suatu sifat atau petunjuk tentang obyek tertentu. Data yang bersifat faktual dan terukur maupun data yang bersifat penilaian responden terhadap kondisinya, kemudian dikelompokkan dalam skala interval 1,2,3, berdasarkan kuartil atau pertimbangan tertentu lainnya. Pengelompokan ini untuk menyederhanakan data yang sangat beragam sehingga mudah untuk diinterpretasikan atau dideskripsikan. Untuk pengujian secara statistik, data-data yang sangat beragam dalam penelitian ini perlu dibakukan ke dalam nilai Z. Perhitungan nilai Z ini dapat dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS. Data dan pengukurannya untuk masing -masing peubah akan disajikan pada bagian berikut:

Data dan Pengukuran Peubah Umur (X1)

1. Definisi Usia saat penelitian dilakukan

2. Indikator Jumlah tahun

3. Parameter Muda <30 tahun

30 < Dewasa < 50 tahun Tua > 50 tahun

Pengukuran untuk: a. Statistik Deskriptif

Muda =1; Dewasa = 2 ; Tua =3 4.

b. Statistik inferensia: Uji Regresi

Data dan Pengukuran Peubah Tingkat Pendidikan (X2)

1. Definisi Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh

2. Indikator Pendidikan dasar, menengah, tinggi

3. Parameter SD atau tidak sekolah =rendah

SMP, SMU= sedang Diploma, Sarjana=tinggi 4. Pengukuran untuk:

a. Statistik Deskriptif

Rendah=1; Sedang =2; Tinggi=3

b. Statistik inferensia: Uji Regresi

1=tidak sekolah, 2=lulus SD, 3=lulus SMP, 4=lulus SMA, 5=lulus Diploma,sarjana)

Data dan Pengukuran Peubah Dimensi Usaha (X3)

1. Definisi Sejumlah peubahatau indikator yang dapat menggambarkan kondisi usaha secara relatif utuh.

2. Indikator Skala usaha, pengalaman usaha

3. Parameter Skala Usaha=luas lahan; pengalaman usaha = jumlah tahun berusahatani, jumlah sayuran yang berhasil dengan baik ditanam, dan kepastian pasar.

Pengukuran untuk: a. Statistik Deskriptif X.3.1 . Luas lahan: 1. sempit <0,196 Ha ; 2. 0,196 < sedang < 0,82 Ha; 3. luas >0,82 Ha 4.1

b. Statistik inferensia: Uji Regresi

luas lahan = jumlah luas dalam hektar Pengukuran untuk: a. Statistik Deskriptif X3.2. Lama Berusahatani : 1. baru <6 tahun ; 2. 6 < sedang <24 tahun; 3. lama > 24 tahun 4.2

b. Statistik inferensia: Uji Regresi

lama berusahatani = jumlah tahun Pengukuran untuk: a. Statistik Deskriptif X.3.3. Jumlah sayuran: 1. banyak > 5 jenis 2. 3< sedang <5 ; 3. sedikit <3 jenis ; 4.3

b. Statistik inferensia: Uji Regresi

jumlah jenis sayuran Pengukuran untuk:

a. Statistik Deskriptif

X3.4. Kepastian pasar:

1. tidak pasti = Tidak ada koneksi

2. kurang pasti = Ada koneksi tanpa kesepakatan, 3. pasti = Ada kesepakatan dengan pembeli; 4.4

b. Statistik inferensia: Uji Regresi

Data dan Pengukuran Peubah Tingkat Kebutuhan Bermitra (X4)

1. Definisi Harapan pemenuhan kebutuhan melalui pola kemitraan

2. Indikator Kebutuhan semakin tinggi bila harus dipenuhi melalui

interaksi dengan pihak di luar, sebaliknya bila dapat dipenuhi dengan modal sendiri maka kebutuhannya relatif rendah.

3. Parameter Kondisi pemenuhan kebutuhan modal, pembinaan teknis

dan manajemen, serta pemasaran

Kondisi pemenuhan kebutuhan modal, untuk biaya usahatani

1. Modal sendiri

2. Pinjam dari warga satu komunitas 3. Pinjam dari koperasi/ perusahaan

Dari seluruh item biaya, total skor untuk pemenuhan kebutuhan modal dikelompokkan menjadi :

1. Rendah; Indeks < 5 2. Sedang; Indeks 5 s/d 7 3. Tinggi; Indeks >7

Kondisi pemenuhan kebutuhan pembinaan teknis dan manajemen

1. Rendah; Belajar sendiri

2. Sedang; Tanya kepada warga satu komunitas 3. Tinggi; Tanya ke petugas perusahaan Pengukuran untuk:

a. Statistik Deskriptif

Kondisi pemenuhan kebutuhan pemasaran 1. Rendah; Mencari sendiri

2. Sedang; Kerjasama dengan warga satu komunitas

3. Tinggi; Kerjasama dengan koperasi/ perusahaan 4.

b.Statistik inferensia: Uji Regresi

penjumlahan atau indeks dari seluruh skor kondisi pemenuhan kebutuhan tersebut diatas.

Data dan Pengukuran Peubah Sifat Kewirausahaan (X5)

1. Definisi Sifat-sifat seseorang yang dapat digunakan untuk

menggambarkan kemampuannya dalam berusaha.

2. Indikator Keinovativan dan Kreativitas

3. Parameter Masing-masing kriteria diberi skor:

selalu = 4, sering= 3, jarang =2, tidak pernah = 1 Keinovativan

1. Rendah; Indeks peubah< 16 2. Sedang; Indeks peubah 16 s/d 20 3. Tinggi; Indeks peubah>20

4. Pengukuran

Kreativitas:

1. Rendah; Indeks peubah< 17 2. Sedang; Indeks peubah 17 s/d 22 3. Tinggi; Indeks peubah>22

Data dan Pengukuran Peubah Lingkungan Sosial dan Ekonomi (X6)

1. Definisi Sejumlah peubah atau indikator yang dapat menggambarkan kondisi

lingkungan sosial dan ekonomi.

2. Indikator Tingkat Konformitas (X6.1), Tingkat Ketersediaan Sarana Transportasi dan Telekomunikasi (X6.2), Tingkat Ketersediaan Sarana Pembelajaran (X6.3) , Tingkat Ketersediaan Sarana Kredit (X6.4), Sumber Informasi yang digunakan (X6.5)

Kondisi tingkat konformitas petani dengan warga di komunitasnya yaitu pekerjaan, tingkat hidup, tingkat pendidikan, kebiasaan, nilai-nilai, hobi Kondisi tingkat ketersediaan sarana transportasi dan telekomunikasi, yaitu ang kutan umum roda empat, ojek, telepon rumah, HP, wartel. Kondisi tingkat ketersediaan sarana pembelajaran, yaitu Kelompok Tani, Pelatihan, Demfarm, Pameran,dll

Kondisi tingkat ketersediaan sarana kredit formal maupun informal, yaitu dari Bank, Koperasi, Perusahaan, warga satu komunitas.

3. Parameter

Sumber informasi yang digunakan, yaitu penyuluh, teman, k erabat. X6.1. Tingkat Konformitas: Jawaban “ya” skor 2, “tidak “ skor 1

1. Rendah : Indeks <8 2. Sedang: Indeks 8 s/d 10 3. Tinggi: Indeks >10

X6.2. Tingkat Ketersediaan Sarana Transportasi dan Telekomunikasi: : Jawaban “ya” skor 2, “tidak “ skor 1

1. Rendah: Indeks <7 2. Sedang: Indeks 7 s/d 8 3. Tinggi: Indeks >8

X6.3. Tingkat Ketersediaan Sarana Pembelajaran. Jawaban “ya” skor 2, “tidak “ skor 1

1. Rendah: Indeks <5 2. Sedang: Indeks 5 s/d 7 3. Tinggi: Indeks >7

X6.4. Tingkat Ketersediaan Sarana Kredit : skor: selalu = 3, sering= 2, jarang =1, tidak pernah = 0

1. Rendah: Indeks <2 2. Sedang: Indeks 2 s/d 4 3. Tinggi: Indeks >5 4. Pengukuran

X6.5. Sumber Informasi yang digunakan: Jawaban “ya” skor 2, “tidak “ skor 1

1. Rendah: Indeks <5 2. Sedang: Indeks 5 s/d 6 3. Tinggi: Indeks >6

Data dan Pengukuran Peubah Pengetahuan tentang Pola Kemitraan (X7)

1. Definisi Pengetahuan responden tentang pihak-pihak yang melakukan pola

kemitraan dengan petani.

2. Indikator Pengetahuan tentang Nama lembaga, Pola kemitraan dan Sistem kerjasama

3. Parameter Mengetahuai Nama lembaga dan Alamat, Mengetahui Pola

kerjasamanya, Mengetahui Sistem kerjasamanya

Masing-masing item dengan skor 1. Semakin banyak pengetahuannya semakin tinggi skornya. Indeks peubahadalah total skor

4. Pengukuran 1. Rendah: Indeks peubah< 3

2. Sedang: Indeks peubah 3 s/d 6 3. Tinggi: Indeks peubah >6

Data dan Pengukuran Peubah Persepsi tentang Ciri Inovasi Pola Kemitraan (X8) 1. Definisi Penilaian petani tentang ciri-ciri inovasi pola kemitraan.

2. Indikator Tingkat Keuntungan Relatif Tingkat Kerumitan Tingkat Kesesuaian Tingkat Kemungkinan Dicoba Tingkat Kemudahan Dilihat Hasilnya X8.1. Tingkat Keuntungan Relatif : Harga, Produktivitas, Penda-patan, Resiko Usaha, pengu-asaan teknologi, keberlanjut-an kemitraan

X8.2. Tingkat Kerumitan: Teknis Budidaya, Aturan, Standar Mutu X8.3. Tingkat Kesesuaian: Pelayanan dan Kebutuhan , Jenis tanaman dan kondisi lahan

X8.4.Tingkat Kemungkinan Dicoba: Kelayakan lahan, kebutuhan modal, tenaga kerja

3. Parameter

X8.5. Tingkat Kemudahan Dilihat Hasilnya: Kejelasan Peranan, Pelaksanaan Kesepakatan.

Masing-masing item dengan skor 3,2,1, untuk kategori selalu, jarang tidak pernah, atau sesuai, kurang sesuai, tidak sesuai, lebih tinggi, dll.

4. X8.1. Tingkat Keuntungan Relatif

1. Rendah: Indeks <12 2. Sedang: Indeks 12 s/d 21 3. Tinggi: Indeks >21 X8.2. Tingkat Kerumitan 1. Rendah: Indeks <33 2. Sedang: Indeks 33 s/d 43 3. Tinggi: Indeks >43 Pengukuran X8.3. Tingkat Kesesuaian 1. Rendah: Indeks <9 2. Sedang: Indeks 9 s/d 11 3. Tinggi: Indeks >11

X8.4.Tingkat Kemungkinan Dicoba 1. Rendah: Indeks <13 2. Sedang: Indeks 13 s/d 15 3. Tinggi: Indeks >15

X8.5. Tingkat Kemudahan Dilihat Hasilnya: 1. Rendah: Indeks <18

2. Sedang: Indeks 18 s/d 21 3. Tinggi: Indeks >21

Data dan Pengukuran Peubah Kinerja Petani (Y2)

1. Definisi Kondisi petani yang menggambarkan dapat kemampuannya dalam

melakukan kegiatan usahataninya.

2. Indikator Tingkat Penggunaan Teknologi Produksi, panen dan pasca panen, Tingkat Penggunaan Pestisida tepat guna, Tingkat Kemajuan Usaha

Tingkat Penggunaan Teknologi Produksi, panen dan pasca panen Masing-masing item pertanyaan diberi skor 1 untuk jawaban “Ya” dan 0 untuk jawaban “tidak”

Tingkat Penggunaan Pestisida tepat guna

• Aspek tindakan, masing-masing item pertanyaan diberi skor. 0= tidak pernah, 1=jarang, 2= sering, 3= selalu

• Aspek pengetahuan, masing-masing item pertanyaan diberi skor. 0= tidak tahu, 1=jawaban salah, 2= jawaban benar,

• Aspek Sikap masing-masing item pertanyaan diberi skor. 0=ragu-ragu, 1=sikap ne gatif, 2= sikap positif

3. Parameter

Tingkat Kemajuan Usaha:

• Persepsi petani terhadap penggunaan teknologi, mutu produk, produktivitas lahan, serta penggunaan modal dan tenaga kerja, membanding antara bermitra dan tidak bermitra.

1 = lebih rendah, 2= sama, 3= lebih tinggi

• Tingkat kesejahteraan petani Tingkat pengeluaran rumahtangga dalam setahuan terakhir, membanding persentase untuk pangan dan non pangan

4. Pengukuran Tingkat Penggunaan Teknologi Produksi, panen & pasca panen Untuk Statistik deskriptif:

1. Rendah: Indeks < 4 2. Sedang: Indeks 4 s/d 7 3. Tinggi: Indeks >7

Untuk Statistik Inferensia: uji Regresi

Tingkat Penggunaan Teknologi Produksi, panen & pasca panen adalah penjumlahan atau indeks dari seluruh skor kondisi teknologinya.

Tingkat Penggunaan Pestisida tepat guna Aspek Tindakan: 1. Rendah: Indeks < 7 2. Sedang: Indeks 7 s/d 11 3. Tinggi: Indeks >11 Aspek Pengetahuan: 1. Rendah: Indeks <11 2. Sedang: Indeks 11 s/d 15 3. Tinggi: Indeks >15 Aspek Sikap:

1. Rendah: Sikap Positif <14 2. Sedang: Sikap Positif 14 s/d 17 3. Tinggi: Sikap Positif >17 Tingkat Kemajuan Usaha: Statisitik Deskriptif:

Jumlah dan persentase petani menurut persepsinya terhadap penggunaan teknologi, mutu produk, produktivitas lahan.

Statistik Inferensia:

Tingkat penggunaan tenaga kerja dan modal= jum lah rupiah yang dikeluarkan untuk usahataninya yang dimitrakan dan tidak dalam setahun terakhir.

Tingkat kesejahteraan petani

Tingkat pengeluaran rumahtangga dalam setahuan terakhir= Persentase pengeluaran rumahtangga setahun terakhir untuk konsumsi pangan dan non pangan

Persentase sumbangan pendapatan usahatani terhadap pengeluaran total.

Instrumentasi

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Sebelum digunakan dalam pengumpulan data, instrumen tersebut harus diuji untuk memenuhi persyaratan sebagai instrumen yang valid dan handal. Untuk itu perlu uji kesahihan (validitas) dan keterandalan (reliabilitas) terhadap instrumen tersebut.

Analisis Validitas. Suatu alat ukur dikatakan sahih atau valid apabila alat ukur tersebut dapat digunakan untuk mengukur secara tepat konsep yang sebenarnya ingin diukur. Sebagai alat ukur kuesioner harus mengukur konsep yang hendak diukur. Validitas kuesioner harus dibuktikan pada logika dan statistik. (Singarimbun, 1995).

Terdapat bebera pa jenis validitas dalam penelitian, Kerlinger (1996) membagi menjadi 3, yaitu validitas isi, validitas konstruk dan validitas kriteria yang berhubungan (prediktif). Validitas konstruk menunjuk pada apakah kuesiner tersebut mengukur kerangka konsep yang jelas. Konsep yang akan diukur harus didefinisikan dan dibuat kerangka konsep terlebih dahulu berdasarkan studi literatur, diskusi dengan para ahli, atau menanyakan definisi tersebut kepada calon responden.

Validitas isi menunjuk pada pengukuran isi dari kuesiner tersebut apakah sudah mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep. Validitas isi diuji oleh ahli-ahli sesuai bidangnya, dalam hal ini kuesioner penelitian telah diperiksa validitasnya oleh ahli bidang penyuluhan , ahli ekonomi, ahli agronomi, ahli ilmu pendidikan, dan ahli sosiolosi pedesaan.

Validitas prediktif merupakan kemampuan alat untuk memprediksi kemungkinan yang terjadi di masa yang akan datang. Dalam penelitian ini, validitas prediktif melihat sejauh mana peubah umur, peubah pendidikan, peubah dimensi usaha, tingkat kebutuhan bermitra, dan peubah sifat kewirausahaan, peubah lingkungan sosial & fisik, pengetahuan tentang pola kemitraan, dan persepsi terhadap ciri inovasi pola kemitraan, berpengaruh terhadap keputusan bermitra, dan kinerja petani. Langkah pengujian validitas instrumen adalah sebagai berikut:

(1) mendefinisikan konsep secara operasional, melalui studi literature dan diskusi dengan ahli. (2) Membuat pertanyaan yang operasional, dan setiap pertanyaan disertai alternatif jawaban yang harus dijawab oleh responden, serta skor nilai untuk setiap alternatif jawaban. (3) Membuat tabulasi skor untuk setiap nomor pertanyaan untuk setiap responden (4) Pengujian validitas menggunakan rumus korelasi “produ ct moment” dengan cara menghitung korelasi masing-masing pernyataan pada setiap peubahdengan skor total seluruh pertanyaan pada peubah tersebut. Bila angka korelasi yang diperoleh melebihi angka pada table “r-product moment”, maka alat ukur tersebut valid . Rumus korelasi “product moment” (r) adalah:

N (Σ XY) – (Σ X Σ Y )

r

=

Instrumen penelitian diuji dengan melakukan uji coba pada responden, yaitu sebanyak 69 responden. Data ujicoba ini sekaligus dapat dipakai sebagai data penelitian . Uji Validitas dilakukan dengan Uji Korelasi antara skor masing-masing item pertanyaan dengan skor total pada setiap peubah. Kisaran hasil uji korelasi pada masing-masing peubahadalah sebagai berikut:

Tabel 10 Kisaran Nilai Koefisien Korelasi Item-item Pertanyaan dalam Satu Peubah

No. Peubah Kisaran Koefisien Korelasi

1. Dimensi Usaha (X3) 0,474 ** s/d 0,701 **

2. Tingkat Kebutuhan (X4) 0,298 ** s/d 0,904 **

3. Sifat Kewirausahaan (X5) 0,311 ** s/d 0,744 **

4. Lingkungan (X6) 0,259 * s/d 0,654 **

5. Pengetahuan tentang Pola Kemitraan (X8) 0,984 ** s/d 0,989 **

6. Persepsi tentang Ciri Inovasi Pola Kemitraan (X9) 0,217 * s/d 0,705 ** Tingkat penggunaan teknologi (Y2.1) 0,228 * s/d 0,754** 7. Kinerja

Petani

(Y2): Tingkat Penggunaan pestisida tepat guna (Y2.2)

0,221* s/d 0,720 **

Keterangan : * nyata pada α 0,05 ** nyata pada α 0,01

Hasil uji tersebut terlihat bahwa masing-masing item pertanyaan berkorelasi nyata dan sangat nyata dengan skor total pertanyaan dalam satu peubah , hal ini berarti item-item pertanyaan tersebut mengukur pada satu konsep yang sama dalam peubahtersebut.

Dalam pengujian validitas instrumen penelitian ini juga melibatkan lima orang ahli dari disiplin ilmu yang berbeda. Peranan para ahli dalam hal ini adalah mengoreksi setiap item pertanyaan dari masing-masing peubah apakah sudah mencakup semua aspek/dimensi dari peubah tersebut. Masukan dari para ahli meliputi: (1) kelengkapan aspek/dimensi peubah, (2) perbaikan kalimat pertanyaan dan teknis penulisan, dan (3) pemberian skor, pengujian dan rencana analisis data.

Analisis Reliabilitas.

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan kemampuan suatu alat ukur dalam mengukur secara konsisten dan sebagai alat ukur yang tepat untuk mengukur gejala yang sama.

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS ver 13.0 dengan analisis Guttman Split-Half. Teknik ini merupakan teknik belah dua (Singarimbun, 1995), dimana pertanyaan-pertanyaan yang sudah diuji validitasnya, nilai korelasi r setiap pertanyaan-pertanyaan nomor ganjil dikorekasikan dengan nilai korelasi r setiap pertanyaan nomor genap, secara manual dapat pula dihitung dengan rumus:

Keterangan: r.tot = angka reliabilitas seluruh item

r.tt = angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua Nilai Reliabilitas Guttman Split-Half adalah 0,8178, hal ini menunjukkan bahwa alat ukur tersebut mempunyai reliabilitas yang tinggi.