• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keputusan Bupati Kuantan Singingi nomor 824/BKD-02/76 tentang Pemindahan/ Penempatan Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Keputusan Bupati Kuantan Singingi nomor 824/BKD-02/76 tentang Pemindahan/ Penempatan Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan

Pemerintah Kuantan Singingi Dalam Tinjauan Negara hukum.

Dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Indonesia adalah negara hukum, Maknanya adalah bahwa Negara Indonesia menganut kedaulatan hukum dan menegaskan bahwa pelaksanaan kedaulatan rakyat oleh lembaga negara sesuai UUD tidak bersifat mutlak atau tanpa batas. Pada dasarnya, pengisian jabatan dalam pemerintahan berkaitan erat dengan hak se

Tiap orang, yang merupakan hak politik sebagai bagian dari hak asasi manusia yang harus diakui dan dilindungi oleh negara. Dalam Pasal 28D Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang secara jelas mengamanatkan bahwa setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk turut serta dalam pemerintahan.

Hal ini mengindikasikan bahwa negara sepatutnya memberikan peluang yang setara kepada setiap warga negara untuk mengisi jabatan yang tersedia dalam pemerintahan, termasuk dalam jabatan struktural, yang diwujudkan melalui mekanisme pengisian jabatan yang mampu mewadahi peluang tersebut secara terbuka.

Pengisian jabatan pemerintahan secara yuridis selain diatur dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga secara

60 sistematis telah dijabarkan dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian; Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang pemerintah Daerah, Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Batam.

Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 2003 Tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil; Keputusan Menteri Dalam negeri nomor 115 tahun 1998 tanggal 17 juli 1998 tentang Pendelagasian wewenang pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian pegawai negeri sipil di jajaran departemen dalam negeri, keputusan menteri dalam negeri nomor 131.14-405 tanggal 31 mei 2011 tentang pengangkatan pejabat bupati kuantan singingi.

Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian menyatakan bahwa pengangkatan PNS dalam jabatan struktural harus berdasarkan prinsip profesionalisme. (Kepegawaian, 1999, p. pasal 17 ayat 2 ) Pengangkatan dalam jabatan didasarkan atas prestasi kerja, disiplin kerja, kesetiaan,pengabdian, pengalaman, dapat dipercaya, serta syarat-syarat objektif lainnya. (Kepegawaian, Tahun 1999 , p. Pasal 19 ayat 2 )

Peraturan Pemerintah No. 100 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan Pegawai Negari Sipil Dalam Jabatan Struktural menyatakan beberapa persyaratan substansial dalam menduduki jabatan struktural sebagai berikut:

1. berstatus Pegawai Negeri Sipil.

61 2. serendah-rendahnya menduduki pangkat 1 (satu) tingkat dibawah

jenjang pangkat yang ditentukan.

3. memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan yang ditentukan.

4. semua unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam dua tahun terakhir.

5. memiliki kompetensi jabatan yang diperlukan.

6. sehat jasmani dan rohani. (Struktural, Peraturan Pemerintah No. 100 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan Pegawai Negari Sipil Dalam Jabatan, p. Pasal 5 )

Di samping persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5, pejabat pembina kepegawaian pusat dan pejabat pembina kepegawaian daerah perlu memperhatikan faktor senioritas dalam kepangkatan, usia, pendidikan dan pelatihan jabatan,dan pengalaman yang dimiliki.Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan struktural yang, belum mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihankepemimpinan sesuai dengan tingkat jabatan struktural wajib mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan kepemimpinan selambat-lambatnya 12 (dua belas) bulan sejak yang bersangkutan dilantik. (Peraturan Pemerintah No.

100 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan Pegawai Negari Sipil Dalam Jabatan Struktural, p. Pasal 7)

Menurut Ketentuan Pasal 10 peraturan pemerintah nomor 100 tahun 2000 sebagaimana diubah dengan peraturan pemerintah nomor 13 tahun 2002 tentang pengangkatan pegawai negeri sipil dalam struktural, pegawai negeri sipil diberhentikan dari jabatan struktural karena:

62 a. Mengundurkan diri dari jabatan yang didudukinya

b. Mencapai usia pensiun

c. Diberhentikan sebagai pegawai negeri sipil

d. Diangkat dalam jabatan struktural lain atau jabatan fungsional

e. Cuti diluar tanggungan negara, kecuali cuti diluar tanggungan negara karena persalinan

f. Tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan g. Adanya perampingan organisasi pemerintah

h. Tidak memenuhi persyaratan kesehatan jasmani dan rohani atau

i. Hal-hal lain yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku,.

Dalam praktek pegawai negeri sipil yang akan dimutasi ke jabatan struktural bisa saja tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikan, sehingga pegawai negeri sipil yang bersangkutan yang berlatar pendidikan sarjana dan spesialis, namun dapat saja memperoleh yang tentu tidak sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh calon pejabat struktural yang seharusnya berlatar belakang di bidang yang mesti dibidang diakuinya. Sementara untuk mendapatkan pejabat yang mempunyai kompetensi yang tinggi maka ketika akan dimutasi harus sesuai antara tingkat pendidikan dengan lowongan formasi jabatan yang akan diisi dengan mempertimbangkan aspek kompetensi dan pendidikan, sehingga diharapkan pegawai negeri sipil yang bersangkutan tetap cakap, kreatif, inovatif, dalam menyelesaikan tugas tugasnya pada jabatan tersebut dengan baik.

63 Berdasarkan hasil Penelitian pemberhentian dari jabatan struktural dikabupaten kuantan singingi tidak memenuhi ketentuan yang bertentangan dengan pasal 10 peraturan pemerintah nomor 100 tahun 2000 sebagaimana diubah dengan peraturan pemerintah nomor 13 tahun 2002 tersebut. proses penerbitan surat keputusan dimutasi atau dipindahkan tidak sesuai dengan jabatan struktural yang sederajat atau setingkat dengan jabatan yang diemban sebelumnya melainkan di non jobkan dari jabatan struktural hal ini jika dihubungkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku maka seharusnya bupati dalam hal melakukan perpindahan jabatan, tugas, mutasi atau rotasi dalam lingkungan wilayah kerja Kabupaten Singingi maka pegawai negeri sipil harus dirotasi ke jabatan struktural yang sesuai atau sederajat karena rotasi atau mutasi yang dilakukan oleh Pemerintah (Bupati Kuantan Singingi) adalah rotasi yang bertujuan untuk menambah wawasan pegawai, bukan rotasi penurunan pangkat atau jabatan struktural yang diakibatkan adanya hukuman disiplin, bupati dalam mengeluarkan Surat Keputusan Bupati Kuantan Singingi Nomor : 824/Bkd-02/76 Tentang Pemindahan/ Penempatan Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Pemerintah Kuantan Singingi telah bertentangan dengan peraturan perundang-undangan khususnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Pasal 17 angka (2), Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural, Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dari jabatan struktural point d, Pasal 7 A

64 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan Struktural.

Dalam Kasus Almadi telah memilih menjadi Pegawai Negeri Sipil sebagai pilihan hidup dan karir. Selama menjalani hidup sebagai Pegawai Negeri Sipil dari tahun ke tahun, dari masa ke masa bekerja Almadi memberikan kemampuan dan pengabdian terbaik dalam memenuhi tugas, kewajiban dan tanggung jawab yang dibebankan. Atas pemenuhan tugas, kewajiban dan tanggung jawab tersebut serta prestasi kerja Almadi diberikan kepercayaan memangku jabatan struktural.

akan tetapi di tangan Bupati Kuantan Singingi, karir yang sudah dirintis Almadi selama bertahun-tahun itu tidak memiliki nilai sama sekali dan tidak berarti apa-apa dengan dibebas tugaskannya Almadi dari jabatan struktural (demosi) dan dipindahtugaskan (mutasi) menjadi pegawai (staf) di berbagai Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) di Iingkungan Pemerintahan Kabupaten Kuantan Singingi setelah dilangsungkannya Pemilihan Umum Kepala Daerah di Kaibupaten Kuantan Singingi.

Syarat-syarat, tata cara, prosedur dan mekanisme, hukuman disiplin diatur dalam Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, dan Pasal 28 Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut :

Pasal 23

(1) PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dipanggil secara tertulis oleh atasan langsung untuk dilakukan pemeriksaan.

65 (2) Pemanggilan kepada PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum tanggal pemeriksaan.

(3) Apabila pada tanggal yang seharusnya yang bersangkutan diperiksa tidak hadir, maka dilakukan pemanggilan kedua paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal seharusnya yang bersangkutan diperiksa pada pemanggilan pertama.

(4) Apabila pada tanggal pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) PNS yang bersangkutan tidak hadir juga maka pejabat yang berwenang menghukum menjatuhkan hukuman disiplin berdasarkan slat bukti dan keterangan yang ada tanpa dilakukan pemeriksaan.

Pasal 24

(1) Sebelum PNS dijatuhi hukuman disiplin setiap atasan langsung wajib memeriksa terlebih dahulu PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin.

(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara tertutup dan hasilnya dituangkan dalam bentuk bents acara pemeriksaan.

(3) Apabila menurut hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kewenangan untuk menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS tersebut merupakan kewenangan:

66 a. Atasan langsung yang bersangkutan maka atasan langsung tersebut wajib menjatuhkan hukuman disiplin;

b. Pejabat yang lebih tinggi maka atasan langsung tersebut wajib melaporkan secara hierarki disertai berita scars pemeriksaan.

Pasal 25

(1) Khusus untuk pelanggaran disiplin yang ancaman hukumannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) dapat dibentuk Tim Pemeriksa.

(2) Tim Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari atasan langsung, unsur pengawasan, dan unsur kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk.

(3) Tim Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk.

Pasal 26

Apabila diperlukan, atasan langsung, Tim Pemeriksa atau pejabat yang berwenang menghukum dapat meminta keterangan dari orang lain.

Pasal 27

(1) Dalam rangka kelancaran pemeriksaan, PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dan kemungkinan akan dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat, dapat dibebaskan sementara dari tugas jabatannya oleh atasan langsung sejak yang bersangkutan diperiksa.

67 (2) Pembebasan sementara dari tugas jabatannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sampai dengan ditetapkannya keputusan hukuman disiplin.

(3) PNS yang dibebaskan sementara dari tugas jabatannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap diberikan hak-hak kepegawaiannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(4) Dalam hal atasan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ada, maka pembebasan sementara dari jabatannya dilakukan oleh pejabat yang lebih tinggi.

Pasal 28

(1) Berita acara pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) harus ditandatangani oleh pejabat yang memeriksa dan PNS yang diperiksa.

(2) Dalam hal PNS yang diperiksa tidal< bersedia menandatangani berita acara pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat ayat (1), berita acara pemeriksaan tersebut tetap dijadikan sebagai dasar untuk menjatuhkan hukuman disiplin.

(3) PNS yang diperiksa berhak mendapat foto kopi berita acara pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Dalam menjatuhkan hukuman, Almadi tidak pernah mendapat panggilan sama sekali, tidak pernah dilakukan pemeriksaan, dan karena itu Almadi tidak mengetahui apa kesalahannya sehingga dijatuhkan hukuman disiplin berat berupa pembebabasan dari jabatan dan mutasi.

68 Ketentuan Pasal 22 UU No. 49 Tahun 1999 mengamanatkan bahwa untuk kepentingan pelaksanaan tugas kedinasan dan dalam rangka pembinaan Pegawai Negeri Sipil dapat diadakan perpindahan jabatan, tugas, dan/atau wilayah kerja.

Dengan demikian perpindahan jabatan, tugas dan atau wilayah kerjanya dimaksudkan adalah untuk kepentingan pelaksanaan tugas kedinasan dalam rangka pembinaan Pegawai Negeri Sipil, bukan dengan cara pembebasan dari jabatan (demosi) yang dijabat oleh Pegawai Negeri Sipil;

Pembebasan dari jabatan dan mutasi yang dilakukan Tergugat terhadap Para Penggugat bukan dimaksudkan untuk kepentingan pelaksanaan tugas kedinasan atau dalam rangka pembinaan Pegawai Negeri Sipil.

Dengan demikian proses penjatuhan hukuman kepada Bapak Almadi tidak memenuhi syarat-syarat, mekanisme dan prosedur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 Peraturan Pemerintah No. 100 Tahun 2000 sebagaimana diubah dengan Peraturan Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2002, Pasal 10, Pasal 13, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28 Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil dan Pasal 22 UU No. 49 Tahun 1999;

Pembebasan dari jabatan dan mutasi yang dilakukan terhadap Alamadi tidak berlandaskan peraturan perundang¬undangan, bahkan melanggar peraturan perundang-undangan, tidak berlandaskan pada kepatutan, tidak didasarkan pada profesionalisme dan keahlian, oleh karena itu surat keputusan tersebut bertentangan dengan Azas Pemerintahan Yang Baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 UU No. 28 Tahun 1999.

69 Menurut Penulis Pembebasan dari jabatan dan mutasi yang dilakukan terhadap Bapak Almadi tidak berlandaskan peraturan perundang¬undangan, bahkan melanggar peraturan perundang-undangan, tidak berlandaskan pada kepatutan, tidak didasarkan pada profesionalisme dan keahlian, oleh karena itu surat keputusan tersebut bertentangan dengan Azas Pemerintahan Yang Baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Dan tidak Sesuai Dengan Konsep Negara hukum Yaitu Konsep negara hukum sendiri bersandar pada keyakinan bahwa kekuasaan negara harus dijalankan atas dasar hukum yang adil dan baik. Hubungan antara yang diperintah (governed) dan memerintah (governor) dijalankan berdasarkan suatu norma objektif, bukan pada suatu kekuasaan absolut semata. Empat elemen penting Dalam negara hukum, yaitu:

1. Perlindungan hak asasi manusia.

2. Pembagian kekuasaan.

3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang.

4. Peradilan tata usaha Negara.

B. Mekanisme pengisian Jabatan Struktural Secara terbuka di