• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERACUNAN SINGKONG .............................................................. 129KERATITIS (ULKUS

Dalam dokumen Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas 2007 (Halaman 60-111)

IV. ACUAN TERHADAP STANDAR KOMPETENSI DOKTER

5. KERACUNAN SINGKONG .............................................................. 129KERATITIS (ULKUS

Kompetensi : 3B Laporan Penyakit : 1903 ICD X : T.61.-T.62

Definisi

Beberapa jenis singkong mengandung cukup banyak sianida yang mungkin menimbulkan keracunan. Tanpa analisa kandungan sianida tidak dapat dipastikan singkong mana yang berbahaya bila dimakan kecuali dari rasanya.

Penyebab

Sianida ( HCN )

Gambaran Klinis

− Tanda keracunan timbul akut kira-kira setengah jam setelah makan singkong

beracun. − Gejala berawal dengan pusing dan muntah. − Dalam keadaan yang berat penderita sesak napas dan pingsan.

− Bibir, kuku, kemudian muka dan kulit berwarna kebiruan (sianosis). Sianosis perlu dibedakan dengan methaemoglobinemia yang timbul karena keracunan sulfa, DDS, nitrat atau nitrit, yang memerlukan pengobatan lain (metilen-biru).

Diagnosis

Riwayat makan singkong disertai dengan gejala klinis.

Penatalaksanaan

− Larutan Na-tiosulfat 25% disuntikan i.v. perlahan sebanyak 20 ml dan diulangi setiap 7-10 menit sampai gejala teratasi. Dosis total diberikan sampai penderita bangun, jumlahnya bergantung pada beratnya gejala.

− Berikan oksigen dan pernapasan buatan bila terdapat depresi napas.

− Penderita perlu dioservasi 24 jam dan dikirim ke rumah sakit bila keracunannya berat.

KERATITIS (ULKUS KORNEA)

Kompetensi : 2 Laporan Penyakit : 1004 ICD X : H.16

Definisi

Keratitis (Ulkus Kornea) adalah suatu keadaan infeksi pada kornea yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, virus dan faktor imunologis. Pada umumnya didahului oleh keadaan trauma pada kornea, penggunaan lensa kontak, pemakaian kortikosteroid topikal yang tidak terkontrol dan pemakaian obat tetes mata tradisional.

Penyebab

− Infeksi − Non Infeksi

Gejala dan tanda klinis

− Pasien datang dengan keluhan penurunan tajam penglihatan dan mata merah − Rasa nyeri dan mengganjal pada mata − Didapatkan lesi putih di kornea

Diagnosis

Penatalaksanaan

− Berikan tetes mata kloramfenikol (0,5 – 1 %) enam kali sehari, sekurangkurangnya selama 3 hari − Jangan diberikan antibiotika atau obat-obatan lainnya yang mengandung kortikosteroid. − Segera rujuk ke spesialis mata apabila :

Rasa nyeri dan mata merah menetap setelah 3 hari pengobatan Tampak lesi putih di kornea

−Tetap berikan kloramfenikol tetes mata tanpa dilakukan pemasangan verban saat merujuk ke dokter spesialis mata. KOLERA Ko mp ete nsi : 4 La por an Pe nya kit : 010 1 IC D X : A.0 0 Definisi

Kolera adalah suatu infeksi usus kecil karena bakteri Vibrio cholerae. Kolera menyebar melalui air yang diminum, makanan laut atau makanan lainnya yang tercemar oleh kotoran orang yang terinfeksi.

Penyebab

Bakteri kolera menghasilkan racun yang menyebabkan usus halus melepaskan sejumlah besar cairan yang banyak mengandung garam dan mineral. Karena bakteri sensitif terhadap asam lambung, maka penderita kekurangan asam lambung cenderung menderita penyakit ini.

Gambaran Klinis

−Gejala dimulai dalam 1 – 3 hari setelah terinfeksi bakteri, bervariasi mulai dari diare ringan-tanpa komplikasi sampai diare berat-yang bisa berakibat fatal. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala.

− Penyakit biasanya dimulai dengan diare akut encer seperti air cucian beras yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa rasa sakit disertai mual muntah-muntah.

−Pada kasus yang berat, diare menyebabkan kehilangan cairan sampai 1 liter dalam 1 jam. Kehilangan cairan dan garam yang berlebihan menyebabkan dehidrasi disertai rasa haus yang hebat, kram otot, lemah dan penurunan produksi air kemih

− Banyaknya cairan yang hilang dari jaringan menyebabkan mata menjadi cekung dan kulit jari-jari tangan menjadi keriput. − Jika tidak diobati, ketidakseimbangan volume darah dan peningkatan konsentrasi garam bisa menyebabkan gagal ginjal, syok dan koma.

− Gejala biasanya menghilang dalam 3 – 6 hari. Kebanyakan penderita akan terbebas dari organisme ini dalam waktu 2 minggu, tetapi beberapa diantara penderita menjadi pembawa dari bakteri ini.

Diagnosis

− Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. − Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan terhadap apusan rektum (rektal swab) atau contoh tinja segar.

Penatalaksanaan Pengobatan:

−Yang sangat penting adalah segera mengganti kehilangan cairan , garam dan mineral dari tubuh, dengan menilai derajat dehidrasi, dengan pemberian oralit ad lib.

− Untuk penderita yang mengalami dehidrasi berat, cairan rehidrasi diberikan melalui infus (cairan Ringer Lactat atau bila tidak tersedia bisa menggunakan cairan NaCl 0,9%). Di daerah wabah, kadang-kadang cairan diberikan melalui selang yang dimasukkan lewat hidung menuju ke lambung.

− Penggunaan antibiotik

Tetracycline

Anak–anak : 12,5 mg/kgBB ( 4 x sehari selama 3 hari ) Dewasa : 500 mg ( 4 x sehari selama 3 hari )

Trimethoprim (TMP) Sulfamethoxazole (SMX)

Anak-anak : TMP 5 mg/kgBB dan SMX 25 mg/kgBB (2 x sehari selama 3 hari) Dewasa : TMP 160 mg dan SMX 800 mg (2 x sehari selama 3 hari)

− Bila dehidrasi sudah diatasi tujuan pengobatan selanjutnya adalah menggantikan jumlah cairan

yang hilang karena diare dan muntah. Makanan padat bisa diberikan setelah muntah-muntah berhenti dan nafsu makan sudah kembali.

− Pengobatan awal dengan tetrasiklin atau antibiotik lainnya bisa membunuh bakteri dan biasanya akan menghentikan diare dalam 48 jam.

− Lebih dari 50% penderita kolera berat yang tidak diobati meninggal dunia. Kurang dari 1% penderita yang mendapat penggantian cairan yang adekuat, meninggal dunia.

Pencegahan:

− Penjernihan cadangan air dan pembuangan tinja yang memenuhi standar sangat penting dalam mencegah terjadinya kolera.

− Usaha lainnya adalah meminum air yang sudah terlebih dahulu dimasak dan menghindari sayuran mentah atau ikan dan kerang yang dimasak tidak sampai matang.

− Pemberian antibiotik tetrasiklin bisa membantu mencegah penyakit pada orang-orang yang sama-sama menggunakan perabotan rumah dengan orang yang terinfeksi kolera.

133

Ko mp ete nsi : 4 La por an Pe nya kit : 100 5 IC D X : H.0 0-H.0 1 Definisi

Konjungtivitis bakterial sering dijumpai pada anak-anak, biasanya dapat sembuh sendiri.

Penyebab

Infeksi ini umumnya disebabkan oleh bakteri Staph. epidermidis, Staph. aureus, Strep. pneumoniae

dan H. influenza. Penyebaran infeksi melalui kontak langsung dengan sekret air mata yang

terinfeksi.

Gambaran Klinis

− Mata terlihat merah − Rasa mengganjal dan panas pada mata − Sekret yang banyak, pada saat bangun tidur kelopak mata lengket dan sulit

dibuka.

−Kelopak mata bengkak dan berkrusta. Pada keadaan awal sekret berbentuk serosa (watery) menyerupai konjungtivitis virus, namun dalam beberapa hari sekret menjadi mukopurulen. − Injeksi konjungtiva dapat terlihat dengan jelas.

Diagnosis

Sekret mukopurulen.

Penatalaksanaan

Pemberian antibiotika dapat diberikan dalam bentuk tetes mata dan salep mata. − Kloramfenikol tetes mata yang dapat diberikan 4 – 6 kali sehari − Salep antibiotika kloranfenikol atau tetrasiklin dapat diberikan untuk

mendapatkan konsentrasi yang tinggi. Diberikan sebelum tidur agar tidak mengganggu aktivitas sehari-hari, karena pemberian salep mata dapat mengganggu penglihatan.

134

KONJUNGTIVITIS VIRAL

Kompetensi : 4 Laporan Penyakit : 1005 ICD X : H.00-H.01

Definisi

Konjungitivitis Viral biasanya disebabkan oleh Adenovirus. Penyakit ini sangat tinggi tingkat penyebarannya, melalui respirasi atau sekresi air mata, baik secara langsung maupun melalui bahan pengantar seperti handuk, sapu tangan yang digunakan bersama.

Penyebab

Infeksi ini disebabkan Adenovirus.

Gambaran Klinis

− Timbul secara akut − Mata merah dan berair − Biasanya mengenai dua mata − Dapat terjadi edema kelopak mata

− Pada konjungtiva akan terlihat folikel dan sekret serosa

− Pada kasus yang berat dapat terjadi subkonjungtiva, kemosis dan pseudomembran

− Apabila terjadi keratitis, maka akan terlihat lesi putih di kornea dengan bentuk pungtata di epitel

atau sub-epitel dan dalam keadaan berat dapat terjadi di stroma kornea.

Diagnosis

Sekret serosa.

Penatalaksanaan

− Pada umumnya penyakit ini dapat sembuh sendiri

− Pemberian steroid topikal (dapat dikombinasi dengan antibiotika) hanya diberikan bila mata dirasakan sangat tidak nyaman, untuk mengurangi peradangan atau terjadi gangguan penglihatan pada keratitis stromal.

KERATOKONJUNGTIVITIS VERNAL Ko mp ete nsi : 2 La por an Pe nya

kit : 100 4 IC D X : H.1 6 Definisi

Keratokonjungtivtis Vernal biasanya bersifat rekuren, bilateral dan terjadi pada masa anak-anak yang tinggal di daerah kering dan hangat. Onset terjadi pada usia 5 tahun ke atas dan berkurang setelah masa pubertas. Pada umumnya didapatkan riwayat atopi pada pasien atau keluarga.

Penyebab

Riwayat Alergi / Atopi

Gambaran Klinis

− Gejala utama yang paling sering dikeluhkan adalah rasa gatal yang diikuti

dengan lakrimasi, fotopobia, mengganjal dan rasa terbakar. − Pada pemeriksaan dapat terlihat papil di konjungtiva tarsal superior − Dalam keadaan berat dapat dijumpai Giant Papillae atau

Cobblestone. − Di daerah limbus, gambaran klinis yang terlihat adalah nodul berwarna putih

(trantas dot) dan bila kornea terkena dapat terjadi Shield Ulceration.

Penatalaksanaan

− Dalam keadaan akut atau eksaserbasi akut dapat diberikan Kortikosteroid topikal. − Fluorometolone dapat digunakan, karena mempunyai efek meningkatkan

tekanan intraokular yang lebih lemah daripada Deksametason. − Pemberian Kortikosteroid topikal dihentikan apabila keluhan akut telah hilang. − Mast cell stabilizers seperti Natrium Kromoglikat atau Lodoxamid dapat

diberikan untuk mencegah eksaserbasi akut. − Apabila kornea telah terkena, segera rujuk ke dokter spesialis mata.

Perhatian !!!

Jangan pernah memberikan kortikosteroid topikal untuk jangka panjang! Pemberian kortikosteroid topikal hanya untuk menekan peradangan dalam keadaan eksaserbasi akut dan dalam jangka waktu pendek (3 – 5 hari). Apabila masih sering terjadi eksaserbasi akut, segera rujuk ke dokter spesialis mata.

KONJUNGTIVITIS PURULENTA NEONATORUM

Kompetensi : 4 Laporan Penyakit : 1005 ICD X : H.00-H.01

Definisi

Radang konjungtiva yang terjadi pada bayi yang baru lahir. Gejala muncul beberapa jam sampai 3 hari pasca lahir.

Penyebab

Bayi baru lahir tertular infeksi gonore oleh ibunya ketika melewati jalan lahir.

Gejala Klinis

− Kelopak mata bengkak dan konjungtiva hyperemia hebat − Sekret mata purulen yang kadang bercampur darah. − Hasil pemeriksaan sekret atau kerokan konjungtiva dengan pewarnaan Gram

memperlihatkan banyak sekali sel polimorfonuklear. Kuman N.gonorrhoeae khas tampak sebagai kokus gram negatif yang berpasangan seperti biji kopi, tersebar di luar dan di dalam sel.

Diagnosis

Sekret purulen dengan riwayat ibu gonore.

Penatalaksanaan

− Pengobatan harus segera diberikan dengan intensif karena gonore ini dapat

menyebabkan perforasi kornea yang berakhir dengan kebutaan. − Bayi ini harus diisolasi untuk mencegah penularan. − Mata dibersihkan dahulu kemudian diberi salep mata penisilin setiap 15 menit − Secara sistemik diberikan penisilin prokain i.m. dosis tunggal 50.000

IU/kgBB/hari selama 5 hari. − Kedua orang tua sebagai sumber infeksi juga harus diperiksa dan diobati. − Bila pemeriksaan sekret telah negatif 3 hari berturut-turut, maka penderita

boleh dipulangkan dan pemberian salep mata diteruskan 3 kali sehari. Seminggu kemudian bila pemeriksaan sekret masih negatif pengobatan dihentikan.

KUSTA Ko mp ete nsi : 4 La por an Pe nya kit : 030 1 IC D X : A.3 0.0 -A.3 0.1 Definisi

Kusta atau lepra adalah suatu penyakit kulit menular menahun yang disebabkan oleh kuman

Mycobacterium leprae. Serangan kuman yang berbentuk batang ini biasanya pada kulit, saraf tepi,

mata, selaput lendir hidung, otot, tulang dan buah zakar.

Penyebab

Kuman Mycobacterium leprae.

Gambaran KlinisTanda utama ( Cardinal sign ) :

− Kelainan pada kulit, berupa bercak yang berwarna putih (hipopigmentasi) yang tak berasa atau kemerahan (eritematosus) yang mati rasa.

− Penebalan syaraf tepi.

− Gejala pada kulit, penderita kusta adalah pada kulit terjadi benjol-benjol kecil berwarna merah muda atau ungu. Benjolan kecil ini menyebar berkelompok dan biasanya terdapat pada mata dan mungkin juga timbul di hidung hingga menyebabkan perdarahan.

− Gejala pada saraf, berkurangnya perasaan pada anggota badan atau bagian tubuh yang terkena. Kadang-kadang terdapat radang syaraf yang nyeri. Adakalanya kaki dan tangan berubah bentuknya. Jari kaki sering hilang akibat serangan penyakit ini. Penderita merasa demam akibat reaksi penyakit tersebut.

− Penyakit kusta terdapat dalam bermacam-macam bentuk. Bentuk leproma mempunyai kelainan kulit yang tersebar secara simetris pada tubuh. Bentuk ini menular karena kelainan kulitnya mengandung banyak kuman.

− Ada juga bentuk tuberkuloid yang mempunyai kelainan pada jaringan syaraf yang mengakibatkan cacat pada tubuh. Bentuk ini tidak menular karena kelainan kulitnya mengandung sedikit kuman. Di antara bentuk leproma dan tuberkuloid ada bentuk peralihan yang bersifat stabil dan mudah berubah-ubah.

− Penyakit ini ditularkan melalui kontak erat dari kulit ke kulit dalam waktu yang cukup lama. Namun ada dugaan bahwa penyakit ini juga dapat ditularkan melalui udara pernapasan dari penderita yang selaput hidungnya

− terkena. Tidak semua orang yang berkontak dengan kuman penyebab akan menderita penyakit kusta. Hanya sedikit saja yang kemudian tertulari, sementara yang lain mempunyai kekebalan alami.

− Masa inkubasi penyakit ini dapat sampai belasan tahun. Gejala awal penyakit ini biasanya berupa kelainan kulit seperti panau yang disertai hilangnya rasa raba pada kelainan kulit tersebut.

Diagnosis

Dari gejala klinik

Penatalaksanaan

Klasifikasi Kusta menurut WHO untuk memudahkan pengobatan di lapangan :− PB ( Pauci

Bacillery )− MB ( Multi Bacillary )Prinsip Multi Drug Treatment (pengobatan kombinasi Regimen

MDT-StandarWHO)

a. Regimen MDT-Pausibasiler

-RifampisinDewasa : 600 mg/bulan, disupervisiBerat badan < 35 kg : 450 mg/bulanAnak 10 – 14 th : 450 mg/bulan (12 – 15 mg/kg BB/hari)Rifampisin : diminum di depan petugas ( Hari pertama )

1

Dewasa : 600 mg/bulan

2

Anak 10 – 14 tahun : 450 mg/bulan

1

• Anak 5 – 9 tahun : 300 mg/bulan

Dapson :

Dewasa : 100 mg/hari

Anak 10 – 14 tahun : 50 mg/hari Anak 5 – 9 tahun : 25 mg/hari

Diberikan dalam jangka waktu 6 – 9 bulan.

-Dapson Dewasa : 100 mg/hari Berat badan < 35 kg : 50 mg/hari Anak 10 – 14 th : 50 mg/hari (1 – 2 mg/kg BB/hari) Lama pengobatan : diberikan sebanyak 6 regimen dengan jangka

waktu maksimal 9 bulan. b. Regimen MDT-Multibasiler

-RifampisinDewasa : 600 mg/bulan, disupervisiDilanjutkan dengan 50 mg/hariAnak 10 – 14 th : 450 bulan (12 – 15 mg/kg BB/bulan)Rifampisin : diminum di depan petugas ( Hari pertama )

1

Dewasa : 600 mg/bulan

2

Anak 10 – 14 tahun : 450 mg/bulan

3

Anak 5 – 9 tahun : 300 mg/bulan

Lampren :

1

Dewasa : 300 mg/bulan

2

Anak 10 – 14 tahun : 150 mg/bulan

1

• Anak 5 – 9 tahun : 100 mg/bulan

Dapson :

Dewasa : 100 mg/hari

Anak 10 – 14 tahun : 50 mg/hari

Anak 5 – 9 tahun : 25 mg/hari Diberikan sebanyak 12 blister dengan jangka waktu 12 – 18 bulan.

-LamprenDewasa : 300 mg/bulan, disupervisiDilanjutkan dengan 50 mg/hariAnak 10 – 14 th : 200 mg/bulan, disupervisiDilanjutkan dengan 50 mg selang sehari.

- Dapson Dewasa : 100 mg/hari. Berat badan < 35 kg: 50 mg/hari Anak 10-14 tahun : 50 mg/hari(1 – 2 mg/hari/Kg BB/hari) Lama pengobatan : diberikan sebanyak 24 regimen dengan jangka waktu maksimal 36 bulan sedapat mungkin sampai apusan kulit menjadi negatif.

LEPTOSPIROSIS

Kompetensi : 3A Laporan Penyakit : 100 ICD X : A.27

Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi bakteri berbentuk spiral dan bergerak aktif yang dinamakan leptospira, yang menyerang hewan dan manusia dan dapat hidup di air tawar selama lebih kurang 1 bulan. Tetapi dalam air laut, selokan dan air kemih yang tidak diencerkan akan cepat mati.

Penyebab

Kontak dengan air, tanah atau tanaman yang telah tercemar oleh air seni hewan yang menderita leptospirosis. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet atau makanan yang terkontaminasi oleh urin hewan terinfeksi leptospira.

Gambaran klinis

Masa inkubasi berkisar 7 – 13 hari (rata-rata 10 hari). Stadium Pertama

− Demam ringan atau tinggi yang umumnya bersifat remiten − Nyeri kepala − Menggigil − Mialgia − Mual, muntah dan anoreksia − Nyeri kepala dapat berat, mirip yang terjadi pada infeksi dengue, disertai nyeri

retro-orbital dan fotopobia − Nyeri otot terutama di daerah betis sehingga pasien sukar berjalan, punggung dan paha. − Sklera ikterik dan conjunctival suffusion atau mata merah dan pembesaran kelenjar getah bening, limpa maupun hati. − Kelainan mata berupa uveitis dan iridosiklitis.

Gejala yang Kharakteristik − Konjungtivitis tanpa disertai eksudat serous/porulen (kemerahan pada mata) − Rasa nyeri pada otot-otot

Stadium Kedua

− Terbentuk anti bodi di dalam tubuh penderita − Gejala yang timbul lebih bervariasi dibandingkan dengan stadium pertama − Apabila demam dengan gejala-gejala lain timbul kemungkinan akan

terjadi

meningitis. − Stadium ini terjadi biasanya antara minggu kedua dan keempat.

Diagnosis

Dalam anamnesis perlu ditanyakan riwayat pekerjaan pasien sebelum sakit muncul,apakan termasuk kelompok risiko tinggi, riwayat bepergian ke hutan belantara,rawa, sungai dan lain-lain.Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala / keluhan berupa demam mendadak,nyeri kepala terutama di bagian frontal, mata merah / fotofobia, keluhangastrointestinal dan lain-lain.Pada pemeriksaan fisik

dijumpai bradikardi, nyeri tekan otot, rash hepatomegalidan lain-lain.Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin dapat dijumpai leukositosis, jumlahleukosit normal atau sedikit menurun disertai

gambaran neutrofilia dan laju endapdarah yang meninggi. Pada urin dijumpai proteinuria,

leukosituria dan terdapattorak. Bilirubin dalam darah bisa meninggi kalau organ hati telah terlibat, danpeninggian transaminase. Juga bisa dijumpai peninggian BUN, ureum dan kreatinindarah akibat keterlibatan ginjal.

Penatalaksanaan

− Penisilin adalah obat pilihan utama untuk pengobatan penyakit ini. Pemberian hari ke 1 – 3 mulainya infeksi memberikan hasil yang sangat baik, pemberian hari ke 4 – 6 hasilnya kurang memuaskan, lewat hari ke-7 tidak begitu bermanfaat. Biasanya diberikan penisilin G dengan dosis tinggi sebanyak

600.000 unit setiap 4 jam, kalau penyakit lebih berat dosis dapat ditingkatkan, bahkan sampai 8 – 12 juta unit/hari. Bila penderita datang pada hari ke-7, WHO menganjurkan pemberian penisilin G dengan dosis 6 – 12 juta unit/hari pada hari-hari pertama.

− Pilihan lain, Amoksisilin 500 mg 3 x sehari peroral, selama 7 – 10 hari.

− Pasien alergi penisilin dapat diberikan tetrasiklin atau eritromisin dengan khasiat yang kurang efektif. Tetrasiklin tidak dapat diberikan jika pasien mengalami gagal ginjal. Tetrasiklin

diberikan secepatnya dengan dosis 250 mg setiap 8 jam im atau iv. selama 24 jam, kemudian 250 – 500 mg setiap

− 6 jam secara oral selama 6 hari. Eritromisin diberikan dengan dosis 250 mg setiap jam selama 5 hari.

− Tindakan suportif dilakukan sesuai dengan keparahan penyakit dan komplikasi yang timbul.

LUKA BAKAR

Kompetensi : 3B Laporan Penyakit : 1901 ICD X : S.02...T.02

Definisi

Luka Bakar adalah cedera pada jaringan tubuh akibat panas, bahan kimia maupun arus listrik.

Penyebab

Akibat panas, bahan kimia maupun arus listrik.

Gambaran Klinis

Beratnya luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan kedalaman luka: − Luka bakar derajat I

Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar menjadi merah, nyeri, sangat sensitif terhadap sentuhan dan lembab atau membengkak. Jika ditekan, daerah yang terbakar akan memutih; belum terbentuk lepuhan.

− Luka bakar derajat II Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam. Kulit melepuh, dasarnya tampak merah atau keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih. Jika disentuh warnanya berubah menjadi putih dan terasa nyeri.

− Luka bakar derajat III Menyebabkan kerusakan yang paling dalam. Permukaannya bisa berwarna putih dan lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar. Kerusakan sel darah merah pada daerah yang terbakar bisa menyebabkan luka bakar berwarna merah terang. Kadang daerah yang terbakar melepuh dan rambut / bulu di tempat tersebut mudah dicabut dari akarnya. Jika disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena ujung saraf pada kulit telah mengalami kerusakan. Jika jaringan mengalami kerusakan akibat luka bakar, maka cairan akan merembes dari pembuluh darah dan menyebabkan pembengkakan. Kehilangan sejumlah besar cairan karena perembesan tersebut bisa menyebabkan terjadinya syok. Tekanan darah sangat rendah sehingga darah yang mengalir ke otak dan organ lainnya sangat sedikit.

Diagnosis

Penatalaksanaan

Sekitar 85% luka bakar bersifat ringan dan penderitanya tidak perlu dirawat di rumah sakit. Untuk membantu menghentikan luka bakar dan mencegah luka lebih lanjut, sebaiknya lepaskan semua pakaian penderita. Kulit segera dibersihkan dari bahan kimia (termasuk asam, basa dan senyawa organik) dengan mengguyurnya dengan air.

Penderita langsung dirujuk jika:

− Luka bakar mengenai wajah, tangan, alat kelamin atau kaki − Terkena arus listrik dan sambaran petir

− Penderita akan mengalami kesulitan dalam merawat lukanya secara baik dan benar di rumah. − Penderita berumur kurang dari 2 tahun atau lebih dari 70 tahun

− Terjadi luka bakar pada organ dalam.

Luka Bakar Ringan

− Jika memungkinkan, luka bakar ringan harus segera dicelupkan ke dalam air dingin. Luka bakar kimia sebaiknya dicuci dengan air sebanyak dan selama mungkin. Di tempat praktek dokter atau

di ruang emergensi, luka bakar dibersihkan secara hati-hati dengan sabun dan air untuk membuang semua kotoran yang melekat. Jika kotoran sukar dibersihkan, daerah yang terluka diberi obat bius dan digosok dengan sikat. Lepuhan yang telah pecah biasanya dibuang. Jika daerah yang terluka telah benar-benar bersih, maka dioleskan krim antibiotik (misalnya perak sulfadiazin).

−Untuk melindungi luka dari kotoran dan luka lebih lanjut, biasanya dipasang verban. Sangat penting untuk menjaga kebersihan di daerah yang terluka, karena jika lapisan kulit paling atas (epidermis) mengalami kerusakan maka bisa terjadi infeksi yang dengan mudah akan menyebar. Jika diperlukan, untuk mencegah infeksi bisa diberikan antibiotik, Untuk mengurangi pembengkakan, lengan atau tungkai yang mengalami luka bakar biasanya diletakkan/digantung dalam posisi yang lebih tinggi dari jantung. Pembidaian harus dilakukan pada persendian yang mengalami luka bakar derajat II atau III, karena pergerakan bisa memperburuk keadaan persendian. Mungkin perlu diberikan obat pereda nyeri selama beberapa hari. Pemberian booster tetanus disesuaikan dengan status imunisasi penderita.

Luka Bakar Berat

Luka bakar yang lebih berat dan membahayakan nyawa penderitanya harus segera ditangani, sebaiknya dirawat di rumah sakit.

MALARIA

Kompetensi : 4 Laporan Penyakit : 0503 ICD X : B.54

Definisi

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk

Anopheles betina. Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.

Penyebab

Ada 4 jenis plasmodium pada manusia yaitu :

Plasmodium falciparum Plasmodium vivax Plasmodium ovale Plasmodium malariae

Gambaran Klinis

1

Masa inkubasi berkisar 1-2 minggu.

2

Keluhan utama pada malaria tanpa komplikasi : demam, menggigil, berkeringat dapat

Dalam dokumen Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas 2007 (Halaman 60-111)

Dokumen terkait