• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerajaan-Kerajaan Islam

Dalam dokumen PROSES AWAL ISLAMISASI DI TANAH PAPUA (Halaman 24-35)

Dari hasil penelitian penulis ke bebearapa lokasi sasaran studi meliputi :

1. Distrik Babo/teluk beraur Kab. Teluk Bintuni

2. Jazirah Onin kabupaten Fakfak.

3. Distrik Kaimana/Buruway kabupaten kaimana

1. Distrik Babo/teluk Beraur –kabupaten Teluk Bintuni a. Sultan Iskandar Muda

Hasil wawancara dan indept intervew dengan para tokoh (wawancara mendalam dengan Abd. Rasyid Fimbay, September 2006) diperoleh informasi bahwa beberapa kampung di Distrik Babo yang pernah diintervensi oleh pihak luar dalam penyebaran agama Islam, terdapat dipulau Nuswaman,, kampung Modan, kampung sara, kampung Warga Nusa, kampung Aroba, dan kampung Saengga. Dari jumlah kampung tersebut kemudian dilanjutkan dengan wawancara mendalam serta cross-chek (trianggulasi) diperoleh informasi bahwa kampung pertama yang didatangi pihak luar terdapat dipulau Nuswarman. Pulau ini pertama kali disingahi oleh Muballigh dari Ternate bernama Sultan Iskandar Muda (anak dari Sultan nahu), namun ada yang menyebutkan dari Aceh. Sultan Iskandar Muda tiba di Babo pertama kali di pulau Nuswaman pada tahun 1618 dari arah utara menuju ke Selatan dan ke Timur (Ternate-Misool).

Kehadiran Sultan Iskandar Muda di pulau Nuswarman dalam misi perdagangan rempah-rempah, Sultan Iskandar Muda berinteraksi dengan penduduk lokal sekitar delapan tahun dalam misi perdagangannya.praktek ajaran Islam di pulau Nuswarman hanya bersifat individual dan dalam beberapa kelompok terbatas.

Sementara bagi penduduk lokal belum mengetahui prosesi apa yang dilakukan oleh sultan bersama teman-temannya. Bahkan ada yang menyebutnya bahwa apa ang dilakukan sultan bersama teman-temannya (melaksanakan Shalat) adalah tidak lain dari berbuat Mawi (yang konotasinya identik dengan mantrra), setelah delapan tahun di pulau Nuswarman( tidak menetap) tahun 1626 Masehi, Sultan Iskandar Muda hijrah ke kampung Modan (pulau berlabu dalam bahasa Irarutu) saat ini ibukota distrik Babo.

Dalam jangka waktu 16 tahun (1626-1642 M) penduduk lokal mulai tertarik dengan ajaran islam, diantaraanya dari marga Fimbay. Periode 1643 M, sudah ada migrasi dari tempat lain di Babo dan mulai berinteraksi dengan

penduduk lokal. Pada tahun 1645 dibangun tempat ibadah (langgar) I di kampung Modan lama (dekat pelabuhan lama Babo) dengan Imam pertama bernama adam Kwamur. Pada tahun 1647 Masehi, Sultan iskandar Muda hijrah dari pulau Modan ke Misool melewati Taroy, Mongotira, Weriagar. Setelah tahun 1648 ajaran Islam telah berkembang disekitar pulau tersebut yang didiami penduduk lokal, diantaranya marga Fimbay, Manoarma,dan bauw (hasil wawancara dengan generasi ke 5 dari keluarga Monoama, September 2006).

b. Expansi Raja Namatota

Masuknya ajaran Islam di Teluk Beraur selain melalui jalur barat, juga melalui jalur selatan. (hasil wawancara dengan Muh Rum refedeso, Abd. Rasyid Fimbay, Edward kambia, Bapak manoama, September 2006) di tahun 1764 Masehi, Raja Namatota melakukan expansi ke teluk Beraur dalam rangka negosiasi dengan para kepala suku untuk mempertahankan wilaiyah adat dari intervensi pihak asing. Dalam misi tersebut, Raja Namatota membagikan 40 buah Kopiah merah di pulau Modan, Kasira, dan 2 kampung di tanah besar, masoing-masing kampung Arpoba dan kampung Onar.

c. Intervensi Raja Komisi

Selain Raja Namatota dari arah selatan, pada tahun 1761 Masehi dan tahun 1832 Masehi, Raja Komisi melakukan expansi ke teluk Beraur. Expansi pertama (1761 M) kaitannya dalam mensupport nasionalisme lokal terhadap ketahanan teritorial wilayah adat dari intervensi asing (konflik antara Inggris dan Jerman di satu pihak dengan Belanda di pihak yang lain).

Dalam kunjungan pertama ini, Raja Komisi pernah melaksanakan Shalat berjamaah di langgar yang dibangun di kampung Modan.

Kedatangan Raja komisi yang kedua (1832 M) dalam kaitannya dengan kesepakatan bersama antara misi katholik dan pimpinan-pimpinan adat lokal yang

telah menganut ajarn Islam. Untuk membagi kampung-kampung di wilayah Babo untuk kepentingan syiar agama. Pembagian kampung ini pdifasilitasi oleh Raja Komisi. Dari pertemuan tersebut, diperoleh kesepakatan di Babo pada bulan Juni tahun 1823 M, sebagai berikut :

1. Kampung-kampug yang tersebar dikawasan pantai dan pesisir merupakan wilayah komunitas Islam.

2. Kampung-kampung yang ada dipedalaman dan kaki bukit dapat diletakkan patung Bunda Maria.

Namun dalam kenyataannya pemeluk agama di bagian pedalaman dan di Distrik babo adalah Kristen Protestan. (sumber diperoleh dari bapak Edward Kambia, Bapak Manoama, September 2006)

d. Umar Alkatiri

Salah satu keterwakilan bangsa Arab yang hijrah sampai ke teluk Beraur adalah Umar alkatiri pada tahun 1814 M, dengan kapal pioner (kapal putih sebagai sebutan orang Babo). Kehadirannya di Babo dalam rangka kontak dagang. Menurut sumber informasi yang diperoleh bahwa kampung-kampung yang dijelajahi meliputi : Modanm Tugurama, Sara dan Warga Nusa. Sekitar 2 tahun di Babo, di tahun 1816 M. Umar Alkatiri memilih kampung Warga Nusa sebagai tempt domisilinya. (migrasi permanen).15

Ditahun 1818, Umar Alkatiri kawin dengan perempuan setempat (perempuan berwarga manoarma). Hasil perkawinan Manoarma ini diperoleh keturunan pertama bernama Abdullah Alkatiri yang kemudian kawin dengan perempuan di kampung Warga Nusa mempunyai anak laki-laki yang salah satunya bernama Musman Alkatiri. Sampai dengan penelitian ini berlangsung, (September

15

Bapak Edwardr Kambia, Rasyid Fimbay, Musman Alkatiri, Wawancara, Babo, September, 2006

2006). Usia Musman Alkatiri 56 Tahun, dan salah satu generasi ke 4 dari Umar Alkatiri (anak dari Musman Alkatiri) berusia 24 tahun. Keturunan Alkatiri ini juga dapat dijumpai di Fakfak, Goras dan Fior. Salah satu perempuan Alkatiri yang kawin dengan penduduk Fior bermarga Kutanggas saat ini berdomisili di Kokas.

2. Jazirah Onin Kabupaten Fakfak

a. Rumbati-Patipi Kawasan teluk

Dari penuturan Raja Rumbati XVI diperoleh informasi bahwa pada tahun 1360 M telah tiba di Semenanjung Onin, tepatnya di Fatagar Lama (Tanjung Tutin) yang dalam bahasa derah disebut Gartuari sebelah selatan Was, seorang mubaligh dari Aceh bernama Abd. Ghafar dalam rangka mencari rempah-rempah. Sebagai seorang mubaligh Abd. Ghafar tekun menjalankan Shalat lima waktu.

Diketahui bahwa semasa hidup Raja Rumbati XVI (H. Ibrahim Bauw) pernah bertemu bertemu dengan presiden Soekarno pada tahun 1961. Dalam pertemuan tersebut, mereka membahas strategi perang merebut kembali Irian Barat kepangkuan ibu pertiwi. Dalam pertemuan tersebut Raja Rumbati (H. Ibrahim Bauw) mengusulkan kepada presiden Soekarno agar dalam merebut Irian Barat pasukan pertama harus diterjunkan di Waigeo untuk wilayah Kepala Burung, sedangkan pasukan kedua harus mditejunkan di Rumbakti untuk wilayah Jazirah Onin. Lebih lanjut dikatakan bahwa khusus penerjunan di Rumbati harus dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus sesuai dengan mengikuti sejarah Islam di Fakfak. Atas kesepakatan tesebut, maka pada hari Rabu, tanggal 8 Agustus 1962 M, sekitar pukul 01.00 dini hari, pasukan kedua diterjunkan di kawasan Rumbati. Dari pernyataan tersebut tersirat bahwa suatu pemberitaan Islam masuk ke Rumbati – Fakfak tanggal 8 Agustus 1360 M. 16

16

Pendapat ini dibenarkan oleh Muhammad Sidiq Bauw (Putra Bungsu Raja Rumbati ke XVI), dan Raja Rumbati ke XVIII (H. Ismail Samali Bauw) setelah berdakwa sekitar 14 tahun (1360 M-1374 M) di Rumbati dan sekitarnya, Mubaligh Abdul Ghafar akhirnya wafat pada tahun 1374 M dan dimakamkan di belakang Masjid Kampung Rumbati.

b. Patimburak Ugar kawasan Kokas.

Dari Patmburak menyebutkan bahwa Raja Wertuar saat ini merupakan generasi yang ke X dari pertuanan ini. Pada generasi ke tujuh pertuanan Wertuar terjadi pelantikan secara seremonial yang dilakukan oleh Sultan Tidore yang bernama Muhammad Tahir Atling terhadap Lakatey sebagai Raja Wertuar ke VII. Pelantikan ini dilaksanakn di kampung Karek (Sekar Lama) yang dihadiri oleh Abd Jalil (Raja Rumbati) dan Raja Abd. Majid (Raja Misool). Lebih lanjut dijelaskan bahwa masjid pertama Kerajaan Wertuar dibangun pada tahun 1870 M di masa pemerintahan Raja Wertuar ketujuh yang bernama Lakatey berlokasi di kampung Patmburak. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa agama Islam telah menyentuh masyarakat Patimburak beberapa puluh tahun sebelum ktahun 1870 M.17

Di kampung Ugar, dari dokumen silsilah Raja-raja Ugar, terdapat Surat Keputusan tertanggal 5 November 1929 yang diberikan Sultan Tidore kepada Moi Damar Ugar generasi kelima dari turunan Raja-raja Ugar sebagai pemangku jabatan kepala Kampung Ugar. Bapak dari Moi Damar Ugar bernama Hiriet Tetery hidup di abad XIX dikenal dengan nama Nadiwery hidup di abad XIX dikenal dengan nama Nadiwery atau Raja Teluk, dan dijuluki sebagai Raja Sholat Len atau Raja Shalat Teluk oleh penganut Islam di Ugar dan sekitarnya yang hidup dan meninggal di Karang Buder (Tibatibananam lama) diabad XVIII.

17

c. Tubir Seram.

Menurut penuturan Raja Fatagar (Arobby Uswanas) bahwa Raja fatagar I diperkirakan hidup tahun 1724-1814 M telah memeluk agama Islam. Raja Te,wal sebelum bertahta di Tubir Seram beliau hijrah dari Rumbati (Daerah Was). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyebaran agama Islam di daerah Rumbati dan sekitarnya telah ada sebelum tahun 1724. M.

Selanjutnya Mayor Tubir Seram memanggil Kapitan Brongkedik, Raduria dan Pasir Putih yang saat itu telah beragama Islam untuk berunding. Hasil perundingannya tidak banyak diketahui, namun nampaknya Kapitan-kapitan tersebut bersedia membantu menyebarkan agama Katholik di daerahnya. Dengan demikian maka pada generasi berikutnya penduduk di kampung-kampung tersebut telah memeluk agama Katholik, sedangkan di pasir putih sebagian Katholik dan sebagian tetap beragama Islam.

3. Distrik Kaimana-Buruway Kabupaten Kaimana

a. Namatota

Dari penuturan keluarga Ombair pewaris petuanan Namatota diketahui bahwa Raja Namatota ke I bernama Ulan Tua telah memeluk agama Islam. Diebutkan pula bahwa Raja-raja yang memegang pemerintah di Namatota sampai saat ini baru lima generasi. Raja Namatota ke II bernama Lamora yang hidup pada tahun 1778-1884 M adalah Raja namatota pertama yang datang ke Kokas dengan misi penyebagran Islam. Di Kokas Raja Lamora kawin dengan kofiah Bata. Turunan Raja Lamora inilah yang cikal bakal Raja-raja Wertuar. Silsilah lain dari kerajaan Namatota mengemukakan bahwa seorang Raja bernama Kipiah juga menyebarkan agama Islam sampai ke Mimika dan meninggal di sana.

b. Tanah haram di Adijaya

Menurut Hakim Ahmad Aituarauw putera Mahkota Raja Komisi menyebutkan bahwa kerajaan Islam pertama didirikan di pulau Adi pada tahun 1626 M dengan nama Eraam Moon (dalam bahasa Adi Jaya artinya Tanah haram) dengan raja pertama bernama Wara (Woran). Selanjutnya disebutkan bahwa di abad XV (1420 M-1541 M) Ade Aria Way penguasa pertama di pulau Adi telah ,menerima ajaran Islam yang dibawakan oleh Syarif Muaz (dikenal dengan sebutan Juba Biru) yang menyebarkan Islam di Irian Jaya, baik utara maupun selatan. Sejarah perjalanan Ade Aria Wai berkenaan dengan menerima ajaran Islam sebagai agamanya dan berganti nama menjadi Samay, dan mencatat bahwa pada tahun 1760 M Ndovib merupakan generasi ke lima dari Samay mendirikan kerajaan kaimana dan bertahta di sana dengan gelar Rat Umis Aiturarauw yang kemudian dikenal dengan Raja Komisi.

Dakwah yang dilakukan para mubaligh awal yang datang ke Papua bersifat amat alami dan konvensional.Mubaligh yang datangpun merupakan mubaligh perseorangan yang tidak terorganisir sebagaimana yang dilakukan oleh para zending Kristen Protestan maupun missionaris Kristen Katolik.Mubaligh tersebut datag atas nama diri sendiri, yang melakukan dakwah bukan sebagai tugas pokok. Sebagai gambaran dapat dicata penuturan Ismail Arifin Bauw (1963 ) antara lain menuturkan Cerita yang diturunkan oleh orang tua kepada anak keturunanya diperoleh catatan bahwa Abdul Ghaffar tidak secara langsung menjalankan dakwahnya kepada penduduk, akan tetapi yang dilakukan pada saat mendarat di daerah Fatagar Lama adalah menjalankan sholat lima waktu sehari semalam.Setiap kali melaksanakan sholat lima waktu , terutama waktu sholat dhuhur dan ashar, selalu diperhatikan penduduk setempat. Kedua waktu ini dilakukan pada saat matahari mulai condong kebarat apalagi menghadap kedinding kearah kiblat sambil mengucapkan kalimat tahmid dalam bentuk bisikan , suatuhal yang sangat menarik perhatian penduduk setempat.Hal ini dilakukan sedemiukian rupa sehingga kian hari kian menarik

perhatian penduduk untuk mengetahuinya apakah yang sesungguhnya dilakukan oleh mubaligh Abdul Ghaffar itu.Setelah beberapa lama mempelajari bahasa daerah setempat dan dengan gaya dan pengetahuan yang ada, maka dijelaskannya apa yang dilakukannya setiap hari adalah menyembah Allah swt yang menciptakan langit dan bumi serta alam semesta ini.”

Kamma ( 1994 : 108-109 ) juga melukiskan bagaimana cara penyebaran agama Islam disejumlah daerah yang dilihatnya, mengatakan bahwa “Para zendeling merasa senang karena perhubungan dengan Maluku sudah menjadi lebih lancar, tetapi mereka tidak menyenangi dengan akibat-ak ibat sampingan dari keadaan yang baru itu. Van Haselt Sr menulis: Disamping perjuangan melawan kekafiran sudah muncul pula perjuangan melawan adat orang Islam, orang Cina dan orang Kristen nama Para pedagang Islam memang tidak melakukan propaganda langsung menyiarkan agamanya.Kita akan melihat nanti bahwa mereka sengaja telantarkan hal itu dengan maksud tertentu; kepentingan-kepentingan ekonomi mereka mengatasi keyakinan keagamaan. Namun demikian mereka itu kawin dengan perempuan-perempuan Irian, yang sudah tentu berganti agama.Van Haselt Sr juga kecewa sekali ketika beberapa tahun kemudian seorang anak perempuan Cornelis Wijzer, anggota majelis jemaat dan Kepala Kampung Kristen, kawin dengan seorang Islam dan memeluk Agama Islam.

Selain cara pengislaman melalui perkawinan dengan gadis-gadis Kristen,di ujung barat secara tak kentara terjadi juga peralihan agama.Dikepulauan Raja Ampat ( Sorong ) tinggal keturunan orang-orang Numfor dan mereka itu dengan kemauan sendiri beralih kepada Agama Islam ( di Arrar ) atau dipaksa oleh Raja-Raja Islam untuk memeluk Islam ( di Efman ).Pada daerah Manokwari kelompok Islam tetap kecil,sebab orang-orang Irian tidak bergabung dengannya kecuali melalui perkawinan.

Dari berbagai kutipan tersebut, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan dakwah masih beresifat individual, konvensional dan tidak terorganisir. Pengelolaan segala

urusan dakwah, pelaksanan kegiatan dan keberhasilannya tergantung kepada kemampuan dan kapasitas Mubaligh bersangkutan . Kisah dakwah Imam Dikir dari Pulau Adi juga menunjukkan bahwa beliau rupanya kurang komunikatif , sebab menolak tinggal bersama masyarakat yang butuh bimbingan ( Arnold , 1979 ).

Salah satu indikator bahwa kegiatan dakwah tidak terorganisir, bersifat personal dan konvensional adalah bahwa didaerah bersangkutan tidak ditemukan bekas-bekas pusat kegiatan proses belajar mengajar seperti madrasah, pondok pesantren dll, sebagaimana yang banyak terdapat di daerah Indonesia kawasan barat.

Pada masa berikutnya, kegiatan dakwah dan persebaran agama banyak dipengaruhi oleh situasi dan kondisi Politik yang berada di Tanah Papua.Pada masa Pemerintah Kolonial Belanda menguasai Tanah Papua, maka sesuai dengan watak Penjajah Belanda saat itu terjadilah kegiatan penginjilan secara besar-besaran dan teroganisir dan mendapat bantuan penuh dari Pemerintah Belanda. Koentjaraningrat ( 1963 : 105 ) menggambarkannya antara lain bahwa Sejak tahun 1885 ketika C.W.Ottotow dan G.J.Geisler menetap sebagai penyiar Kristen di daerah Doreri, lambat laun jumlah golongan orang-orang Belanda di Irian / Papua bertambah dengan para penyiar agama yang berusaha menyebarkan Kristen dikalangan penduduk pribumi.Malah pada tahun-tahun pertama masa penjajahan Belanda di Irian Barat / Papua hampir seluruh golongan orang-orang Belanda di Daerah tersebut terdiri dari para penyiar Agama Kristen.

Dakwah Islam seakan mendapat nafas segar kembali ketika Tanah Papua kembali menjadi bagian wilayah NKRI pada tahun 1963 setelah melalui proses perjuangan yang panjang, terakhir melalui apa yang dikenal dengan Komando TRIKORA. Terjadilah proses migrasi penduduk ke daerah Papua tersebut yang cukup pesat , baik migrasi spontan maupun terprogram.Sebagian besar para imigran itu adalah Muslim, baik mereka sebagai aparat/petugas Pemerintah RI maupun sebagai pendatang dengan alasaan sosial ekonomi.Para pendatang tersebut merupakan sumber

potensi dan penggerak dakwah.Karena faktor kebutuhan maka ber munculanlah kegiatan-kegiatan dakwah Islam di pusat-pusat komunitas migran tsb, bersamaan dengan itu dibangunlah sarana pembinaannya baik berupa mushala, masjid, majelis taklim dsb.Berbagai macam kegiatan itu masih bersifat pembinaan internal, yang tujuannya adalah : mengislamkan orang Islam. Dakwah keluar yang bersifat “ekspansif “ belum dapat dilaksanakan.

Terjadilah keajaiban yang mengesankan : sekitar tahun 1970-an , terjadilah proses “ islamisasi ” yang cukup menggembirakan , yang berlangsung secara alami, tanpa kegiatan dakwah dalam arti yang sebenarnya.Disebuah desa beranama Walesi, di dekat Kota Wamena . Daerah Jayawijaya, daerah pedalaman Papua, sebuah suku masuk Islam sesudah sang Kepala Suku masuk Islam.Saat ini persebaran komunitas Muslim telah menyebar keberbagai bagian kawasan didaerah tersebut, juga karena kepala suku atau tokoh suku ybs masuk Islam. Sejumlah anak-anak suku generasi muslim pertama saat ini telah ada yang sedang menempuh pendidikan universitas diberbagai kota di luar Papua, terutama di Pulau Jawa.

Didaerah lain persebaran Islam antara lain dapat dicatat sebagai berikut. Departemen Agama Papua ( 1985 ) melaporkan bahwa Agama Islam telah berada di Merauke pada tahun 1905, dibawa oleh para pekerja berbagai perusahaan yang dibawa Belanda kesana. Selanjutnya pada ahun1910 , sejumlah tokoh pergerakan oleh Pemerintah Belanda dibuang ke Merauke, suatu pusat interniran yang dikenal dengan nama Boven Digul.Sejumlah tokoh pergerakan nasional yang pernah menghuni kamp ini antara lain: Bung Hatta ( Tokoh Proklamator Drs.Muhammad Hatta ), Bung Syahrir ( Stan Syahrir ), KH Muchtar Luthfi , Ilyas , Teuku Raja Bujang alias Teuku Bujang Selamat , Muhammad Hasan dan sejumlah tokoh Muslim lainnya.Para tokoh inilah yang menyuburkan semangat nasionalisme dan keislaman kepada masyarakat setempat., terutama para Muslim pendatang.

Setidaknya selama para tokoh tsb berada di Merauke, sempat berkenalaan dengan penduduk setempat.Salah seorang sahabat Teuku Bujang bernama Rimbo, yang semula adalah seorang prajurit KNIL,merupakan salah seorang pelanjut semangat perjuangan Islam di daerah Merauke tersebut.Masyarakat setempat mengabadikan nama Rimbo menjadi nama sebuah desa di daerah kota Merauke.

Konon pula persyarikatan Muhammadiyah pernah mengirimkan mubalighnya bernama Muhammad Habib ke Merauke sekitar tahun 1920-an.Konon pada tahun sesudah itu organisasi Muahmmadiyah telah “eksis”, antara lain dalam bentuk Hisbul Wathon atau HW. Sekitar tahun 1985 itu para bekas murid Teuku Bujang dan M .Habib masih melanjutkan kegiatan dakwahnya, antara lain adalah Rejo, Rimbo, dan Ponadi ( wafat tahun 2000 ) yang merupakan para pimpinan Muhammadiyah daerah setempat.Bekas monumental yang masih dapat dilihat adalah sebuah masjid jami‟, yang terletak pada daerah startegis dikota tersebut. Saat sekarang juga telah terdapat putra daerah asli Merauke yang memeluk Islam, meskipun jumlahnya belum besar.

Dakwah melalui bidang politik juga dilakukan para Tokoh Muslim setempat. Sejumlah tokoh politik dari berbagai daerah ,antara lain Alwi Rahman dan Raja Alam Ugar dari Kokas, adalah tokoh Muslim yang berjuang melawan penjajah Belanda bersama dengan tokoh Papua lainnya seperti Silas Papare, Markus Indey , Marten Indey, Lukas Rumkorem dll. Lahir pula gerakan politik melalui organisasi politik,seperti GRIB (Gerakan Rakyat Irian Barat ) yang lahir pada tahun 1960, didirikan oleh Garim Reasa di Kota Fakfak. Setahun kemudian yakni 1961 dikota yang sama lahir organisasi politik yang bernama KING ( Kesatuan Islam Nieuw Guinea ) pimpinan Haji Ibrahim Bauw Raja Rumbati.

Di Fakfak pula lahir sebuah sekolah Islam pertama bernama Openbaare Vervolg School ( OVS ) Islam, yang kemudian berkembang menjadi Pendidikan Guru Agama, kemudian menjadi MTS dan MAN daan saat ini telaah berdiri sebuah Sekolah Tinggi AgamamIslam Swasta..

Dalam dokumen PROSES AWAL ISLAMISASI DI TANAH PAPUA (Halaman 24-35)

Dokumen terkait