• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES AWAL ISLAMISASI DI TANAH PAPUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROSES AWAL ISLAMISASI DI TANAH PAPUA"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES AWAL ISLAMISASI DI TANAH PAPUA

Oleh : Rustam.Lengkas SHI

A. Kedatangan Islam

Islam adalah suatu agama baru yang lahir di semenanjung Arabia sesudah agama Yahudi dan Kristen, dan merupakan agama terakhir dalam sejarah

agama-agama terbesar didunia. Suatu agama-agama wahyu yang bersifat Monotesis karena menerima wahyu dari Allah dan mengajarkan tentang Tuhan atau Allah Yang Esa (ajaran Tauhid). Islam mewajibkan para pengikutnya untuk melakukan dakwah (pewartaan) kepada ummat manusia tentang Allah yang Esa.

Kurang lebih seratus tahun setelah wafatnya nabi Muhammad saw, Islam mulai bergerak keluar dari tanah kelahirannya dan memasuki wilayah negara-negara tetangga di sekitar. Tujuan disebarkannya ajaran agama Islam sejak kelahiran dan perkembangannya ke berbagai penjuru dunia, bahkan ke Indonesia pun telah banyak di ketahui dalam sejarah bangsa-bangsa. Namun sejarah kedatangan ajaran agama Islam di tanah Papua masih merupakan sebuah polemic dan belum banyak diketahui, termasuk masuknya ajaran islam melalui pintu di semenanjung Onin Fakfak. Hal ini disebabkan karena ketiadaan literatur tertulis tentang historiografi masuknya ajaran agama Islam.

Sejauh menyangkut kedatangan Islam di Nusantara, terdapat diskusi dan perdebatan panjang di antara para ahli mengenai tiga masalah pokok: tempat asal kedatangan Islam, para pembawanya, dan waktu kedatangannya. Berbagai teori dan pembahasan yang berusaha menjawab ketiga masalah pokok ini jelas belum tuntas,

(2)

Terdapat kecenderungan kuat, suatu teori tertentu menekankan hanya aspek-aspek khusus dari ketiga masalah pokok, sementara mengabaikan aspek-aspek-aspek-aspek lainnya. Karena itu, kebanyakan teori yang ada dalam segi-segi tertentu gagal menjelaskan kedatangan Islam, konversi agama yang terjadi, dan proses-proses Islamisasi yang terlibat di dalamnya.1

Dalam perjalanannya, penyebaran Islam di tanah Papua dalam berbagai penelitian ilmiah telah menunjukan, bahwa wilayah Semenanjung Onin (Fakfak) di tanah Papua merupakan salah satu wilayah sentuhan batas akhir dari proses penyebaran Islam di dunia. Sebab penyiaran Islam tidak berhenti di Philipina dan atau Maluku seperti yang diduga selama ini, akan tetapi di Semenanjung Onin kabupaten Fakfak.

Dalam buku Sejarah Masuknya Islam di Fakfak yang disusun oleh Tim Ahli dari Pemerintah Daerah Fakfak tahun 2006, menyimpulkan bahwa Islam masuk di Fakfak pada tanggal 8 Agustus 1360 M dengan kehadiran mubaligh Abdul Ghaffar asal Aceh di Fatagar Lama, Kampung Rumbati2 Fakfak. Penetapan tanggal awal masuknya Islam tersebut berdasarkan tradisi lisan yang disampaikan oleh Putra Bungsu Raja Rumbati XVI (Muhammad Sidik Bauw) dan Raja Rumbati XVII (H.

Ismail Samali Bauw). Mubaligh Abdul Ghaffar berdakwah selama 14 tahun (1360 – 1374 M) di Rumbati dan sekitarnya, kemudian ia wafat dan dimakamkan dibelakang Masjid Kampung Rumbati pada tahun 1374 M.

Informasi lain tentang Abdul Gafur mubaligh asal Aceh, yang disampaikan Ibrahim Bauw (Raja Rumbati), bahwa Adul Gafur dan teman-temannya mendarat di Fatagar Lama, yang sebelumnya mencari rempah-rempah di Ternate, Bacan (Maluku Utara), dan pulau Misool. Menurutnya peristiwa ini terjadi sekitar tahun 1502 M,

1

Prof. Dr. Azyumadi Azra, MA. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII, (Bandung: Mizan 2004) h.2.

2

(3)

yakni pada masa berkuasanya Raja Rumbati Mansmamor (Manimbo). Hingga saat ini makam Gafur masih terdapat di samping masjid kampung Rumbati, Teluk Patipi Fakfak, seperti yang dikutip Ismael Bauw dalam tulisannya.3

Pernyataan H.A.R. Gibb, seorang sarjana barat yang dikenal luas sebagai orientalis menegaskan tentang penyebaran Islam ke Asia Tenggara (Semenanjung Malaya), kepulauan Indonesia dan philipina sebagai berikut :

In the malay archipelago itself Islam gained afooting in Sumatra and Java throght

traders in the thirt and fourteenth centuries, and gradually spread, partly by the

exploits of military chieftains but more effectively through peaceful

penetration,especially in Java. From Sumatra it was carried by colonists to the malay

peninsula, and from Java to the Moluccas, and it has gained a more or less firm

footing in all the islands eastwards to the sulu archipelago and Mindanao in the

Philipines.4

Pernyaataan diatas ini memperlihatkan bahwa sejarah ekspansi (gerakan keluar) dan penyebaran Islam sebagai mana nampak dalam peta penyebarannya di mulai pantai barat benua Afrika di Samudera Atlantik hingga Sulu di Philipina bagian

selatan, dan berakhir di kepulauan Maluku.

Uraian Gibb ini memperlihatkan pula, bahwa wilayah Semenanjung Onin di tanah Papua, tidak termasuk dalam peta penyebaran yang dikenal luas. Keadaa,n ini menunjukkan tentang adanya ketidaktahuan, serta tidak adanya pengenalan dan pemahaman yang baik dan jelas, terhadap penyebaran Islam sampai ke kepulakuan Raja Ampat di Sorong dan Semenanjung Onin (Fakfak di tanah Papua. Kelangkaan ini diakibatkan oleh tidak tersedianya informasi tertulis, baik dari para penulis Islam, maupun para pedagang yang menyebarkan agama Islam dan para ilmuwan non Islam

3 Majalah Suara Hidayatullah, “12/XIV/April 2002, Jaringan Masyarakat Betauhid

, (Jakarta: 2002), hal. 66.

4

(4)

tentang keadaan sesungguhnya yang terjadi dalam penyebaran itu. Hal ini diakibatkan kemungkinan bahwa para ahli sejarah, ilmu agama, dan para orientalis yang melakukan studi tentang Islam dunia masih beranggapan, atau melihat tanah Papua sebagai suatu pulau yang besar dan penuh dengan misteri dan hanya di huni oleh penduduk primitif yang masih menganut agama nenek moyang, yakni animisme dan dinamisme.

Penelitian ilmiah lainnya yang dilakukan Thomas W. Arnold seorang orientalis Inggris dalam bukunya The Preaching of Islam, berdasarkan sumber-sumber primer dari Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris dan lain-lainnya. Mencatat bahwa pada abad ke-16, suku-suku di Irian Jaya serta pulau-pulau di sebelah barat lautnya, seperti Waigeo, Misool, Waigama, dan Salawati, telah tunduk kepada Sultan Bacan5 salah seorang Raja Maluku. Kemudian Sultan Bacan meluaskan kekuasaannya sampai semenanjung Onin (Fakfak), di barat laut Irian pada tahun 1606, melalui pengaruhnya dan pedagang Muslim maka para pemuka masyarakat pulau-pulau tadi memeluk Agama Islam. Meskipun masyarakat pedalaman masih tetap menganut animisme,

tetapi rakyat pesisir adalah Islam.6

Dari keterangan-keterangan sumber lokal di atas, dapat diasumsikan bahwa

Islam telah dikenal oleh masyarakat Papua (darah Kepala Burung) melalui kontak dagang dengan para pedagang Muslim Maluku sekitar abad antara abad ke-14. Perbedaaan sumber tradisi lisan dari keturunan Sultan di Maluku dan keturunan Raja-raja di Fakfak (juga di Raja Ampat dan lain-lain), memang perlu diteliti dan dianalisis lebih dalam. Silang pendapat terjadi diakibatkan oleh prakiraan atau barangkali tuturan lisan dari sumber-sumber informasi yang kurang begitu mengetahui dengan baik peristiwa-peristiwa sejarah yang jauh beberpa abad dibelakangnya.

5

Raja Batjan pertama yang masuk Islam bernama Zainal Abidin, yang memerintah tahun 1521 bersamaan dengan datangnya bangsa Portugis kesana.

6

(5)

Sementara itu Thomas W.Arnold ( 1979 ) menuliskan kesaksiannya menyatakan bahwa Agama Islam disambut dengan hangat oleh suku-suku bangsa yang lebih maju peradabannya diantara penduduk kepulauan Nusantara dan kurang mendalam dikalangan penduduk yang lebih bersahaja.Demikianlah misalnya suku-suku didaratan Papua serta pulau-pulau sebelah barat lautnya seperti Waigeo, Misool ,Waigama,dan Salawati .Pulau-pulau tersebut breikut Semenanjung Onin di barat laut daratan Papua pada abad XVI tunduk kepada Sultan Bacan, salah seorang Raja Maluku. Melalui pengaruh Raja Bacan ini maka para pemuka masyarakat pulau-pulau tadi memeluk Islam dan meskipun massa rakyat pedalaman masih tetap menganut animisme,tetapi rakyat pesisir adalah Islam.

Didaratan Irian sendiri hanya sedikit penduduk yang memeluk Islam. Agama ini pertama kali dibawa masuk kedaerah pesisir barat (mungkin senanjung Onin) oleh para pedagang Muslim yang berusaha berdakwah dikalangan penduduk,dan itu terjadi sejak tahun 1606, Namun ada ditemukan nama seorang mubaligh yaitu Imam Dikir (Dzikir) yang datang dari salah satu Pulau Adi sebelah selatan semenanjung Onin ;

setelah menunaikan dakwah itu ia kembali pulang kekampungnya, menolak permintaan penduduk asli untuk tinggal menetap bersama mereka. “

Sedangkan penulis Barat yang mencatat bahwa adanya masyarakat Muslim di Papua sekitar abad ke-17 lebih ditentukan dengan Islamnya seorang Raja, diartikan bahwa Islam telah melembaga dan masuk dalam struktur kekuasaan. Pandangan semacam ini terjadi untuk mengidentifikasikann masuknya Islam seperti masuknya Islam ini terjadi di Sumatera pada abad ke-13 (Kerajaan Samudera Pasai, Sultan Malik al-Shaleh w. 1297 M); Maluku akhir abad ke-15 (Kerajaan Ternate, Sultan Zainal Abidin 1480 M); Jawa akhir abad ke-15 (Kerajaan Demak, Raden Patah) dan Sulawesi Selatan abad ke-17 (Kerajaan Gowa-Tallo, Sultan Alauddin 1605 M).

(6)

Keanekaragaman sumber atau informasi yang dimaksudkan menyatakan bahwa Menurut tradisi lisan setempat, pada abad kedua Hijriah atau abad ke delapan Masehi, telah tiba dikepulauan Maluku(utara) empat orang syekh dari Irak. Kedatangan mereka dikaitkan dengan pergolakan politik di Irak, dimana golongan Syi‟ah dikejar -kejar oleh penguasa;baik Bani Ummayah maupun golongan Bani Abbasiyah. Keempat orang asing itu membawa faham syi‟ah. Mereka adalah syekh Mansyur, Syekh Yakub, Syekh Amin, dan Syekh Umar. Syekh Umar menyiarkan agama Islam di Ternate dan Halmahera Muka, Syekh Yakub menyiarkan agama Islam di Tidore dan Makian. Ia meninggal dan dikuburkan dipuncak Kie Besi, Makian. Kedua Syekh yang lain, Syekh Amin dan Syekh Umar, menyiarkan agama Islam di Halmahera belakang, Maba, Patani dan sekitarnya. Keduanya dikabarkan kembali ke Irak.7

Sumber kedua menjelaskan kepada kita berdasarkan informasi seorang penulis bernama Naidah yang menguraikan dalam tulisannya tentang sejarah Ternate. Menurut sumber ini, Naidah dalam sejarah Ternatenya sama sekali tidak menyinggung atau menyebutkan tentang keempat pendatang Irak seperti yang disebutkan diatas.

Naidah selanjutnya menghadirkan peran seorang tokoh lain, yaitu Jafar Shadik (juga disebut Jafar Nuh) yang tiba di Ternate dari pulau Jawa, pada hari Senin 6 Muharram

643 Hijriah/1250 Masehi. Tentang orang yang bernama Jafar Shadik, penulis juga tidak menjelaskan apakah nama ini seidentik dengan Jafar Shadik yang adalah seorang wali songo di pulau Jawa, dalam hal ini Sunan Kudus dari Jawa Tengah. Penjelasannya selanjutnya mengatakan Jafar Shadik yang dihubungkan nasibnya dengan Ali Bin Abi Thalib itu, sebelum ke Ternate telah kawin di Jawa dan memperoleh empat orang anak. Di Ternate ia kawin dengan puteri setempat Nur Sifa namanya. Dari perkawinan ini ia memperoleh empat orang putera dan empat orang puteri. Salah seorang puteranya Masyhur Malano ditetapkan sebagai raja pertama di Ternate, setelah berhasil mempersatukan keempat kelompok masyarakat yang telah

7

(7)

ada sebelumnya. Raja pertama dari zaman Kalano dalam sejarah politik Ternate ini memerintah dari 1257-1277 Masehi. Tiga orang lainnya kemudian menjadi raja di Tidore, Jailolo dan Bacan.8

Sedangkan menurut sumber lain yang di kategorikan sebagai sumber ketiga dan sumber keempat; Islam masuk ke Ternate di sekitar tahun jatuhnya kerajaan Hindu Majapahit 1478, jadi sekitar akhir abad ke-15. Sumber kelima ialah catatan yang telah diberikan oleh Antonio Gavao dan Tome Pires, yang mencatat bahwa agama Islam masuk Ternate pada tahun 1460-1465.

Menurut kedua penulis asing ini, Islam masuk ke Maluku sekitar parohan kedua abad ke-15 dari Malaka. Dengan demikian, catatan mereka berbeda dengan tradisi masyarakat setempat yang mengatakan bahwa Islam masuk Maluku pada abad ke-14 M. Sumber ketiga dan keempat yang disebutkan diatas tadi selanjutnya mencatat bahwa Agama Islam dibawa oleh mubaligh-mubaligh dari Jawa, yang disamping berdagang juga mempropagandakan agama. Antonio Galvao mencatat bahwa agama Islam masuk Ternate pada tahun 1460 dan berasal dari malaka, mengingat terdapatnya jalan perdagangan melalui utara, yaitu Jalur Ternate ke Sulawesi Utara, kemudian ke Kalimantan Utara seterusnya ke Sulu dan akhirnya

Malaka M.A.P Meilink Roelofsz mengemukakan bahwa Islam mulai tersebar ke Maluku (Utara) lebih awal dari Banda. Dari dulu wilayah ini telah dikunjungi pedagang-pedagang Melayu dan Jawa. Melalui perdagangan pdagang inilah Islam di terima. Karena itu pula agama Islam tidak mendapat pengikut yang banyak. Hanya para penguasa dan sebagian kecil dari penduduk yang memeluk agama baru ini.9

Dari penjelasan dan uraian-uraian yang diketengahkan berbagai sumber diatas, penulis dapat menerima baik sumber-sumber barat, maupun sumber-sumber lainnya yang merupakan informasi lisan dari masyarakat. Alasan diterimanya kedua sumber

8E.K.M. Masinambow, Halmahera dan …et. al, 9

(8)

tersebut saling melengkapi dan dengan demikian dapat memungkinkan kita untuk dapat melakukan kajian-kajian lebih lanjut terhadap masuknya Islam di Tanah Papua dengan bertolak dari sumber atau informasi yang mereka berikan. Dari analisis atas informasi-informasi yang mereka ketengahkan, maka penulis dapat memilih atau berpatokan pada sumber-sumber yang merujuk kepada abad ke-15. Dengan demikian, dapat diperkirakan bahwa Islam dapat berkembang terlebih dahulu di Maluku selama kurang lebih satu dua abad, selanjutnya masuk ke Tanah Papua pada abad ke 16 dan atau abad ke-17.

Perkembangan Islam di Maluku berjalan tidak terlalu mulus, sebab pada awal abad ke 16 datanglah bangsa Portugis dan Spanyol disusul kemudian Belanda pada abad ke 17. Kedatangan Portugis dengan misi dagang dan misi politiknya dalam banyak hal menimbulkan kesulitan bagi hubungan dengan Islam dalam hal ini dengan kesultanan-kesultanan Islam seperti Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan di Maluku Utara.

Tujuan monopoli dagang dan misi keagamaan yang dibawa Portugis dan bangsa Barat lainnya menimbulkan sikap prasangka dan reaktif dari para pedagang Islam yang telah ada juga di wilayah itu. Dalam hal ini para pedagang Jawa yang telah

menganut agama Islam.

Dari beberapa uraian penelitian ilmiah diatas terdapat beberapa kesimpangsiuran bagaimana Islam masuk di Tanah Papua. Koentjoroningrat mengatakan bahwa Dari cerita rakyat dan informasi dari Tidore, bahwa pada abad ke-15 Biak telah menjadi wilayah Kesultanan Islam Tidore, dimana seorang tokoh masyarakat (mambri) yang bernama Gurabesi telah diangkat menjadi pejabat di pusat Kesultanan, bahkan dijadikan menantu Sultan.10

(9)

Sebuah Manuskrip tulisan tangan berbahasa Tidore yang ditemukan di Manokwari menceritakan bahwa pada tanggal 18 Agustus 1712, Sultan Tidore bernama Danu Sayid Muhammad Alting dan adiknya bernama Danu Muhammad Hasan, didampingi oleh Tolawa marwa (wazir kesultanan), telah mendarat di pulau Mansinam Manokwari Papua.

Secara etnografi, ada dua daerah di Tanah Papua yang karena letak geografisnya strategis, maka memiliki kekuatan relasi etnik dan kebudayaan dengan daerah Maluku. Dalam hal ini Fakfak (Jazirah Bomberay yang didalamnya terdapat Jazirah Onin) memiliki kekuatan kekuatan dengan Maluku Tengah dan Maluku Tenggara (Geser, Banda, dan Tual), sedangkan kepulauan Raja Ampat memiliki kekuatan dengan Maluku Utara. (Tidore dan Ternate). Oleh karena itu dalam membahas sejarah masuknya Islam di Tanah Papua, kedua alur komunikasi dan relasi ini perlu di telusuri. Hal ini perlu dillakukan, mengingat warga masyarakat baik di jazirah Bomberay (fakfak dan Kaimana) maupun dikepulauan Raja Ampat, keduanya telah lama menjadi ajang perebutan pengaruh kekuasaan antara dua kesultanan atau

kerajaan besar di Maluku Utara (Kesultanan Tidore dan Ternate).

Nampaknya historiografi Papua memperlihatkan bahwa Kesultanan Tidore

yang lebih besar dominasinya di pesisir pantai kepulauan Raja Ampat dan Jazirah Bomberay (Fakfak dan Kaimana). Walaupun demikian, tidak berarti bahwa kesultanan Ternate tidak ada pengaruhnya, justeru kesultanan ternate pun dalam banyak hal juga sangat berpengaruh. Dengan adanya pengaruh kedua kesultanan Islam ini di Jazirah Bomberay (Fakfak dan Kaimana) serta di kepulauan Raja Ampat dan pantai selatan Kepala Burung (Vogelkop) pada umumnya adalah dalam lingkup pengaruh kedua kesultanan ini.

(10)

Bomberay (Fakfak dan Kaimana) serta kepulauan Raja Ampat dan pantai selatan daerah Kepala Burung (Vogelkap) di Tanah Papua. tampaknya tidak demikian halnya, karena penyebaran Islam di Tanah Papua tidak dilakukan melalui instiusi resmi kedua kesultanan Islam Tidore dan Ternate. Tetapi melainkan upaya perorangan, yaitu para musafir pedagang Arab, Bugis, Makassar, Seram/Gorom, Banda, tidore, Ternate dan Buton serta migrasi penduduk dari Seram bagian Timur (Maluku tengah) ke Jazirah Bomberay (Fakfak dan Kaimana), serta Maluku Utara ke kepulauan Raja Ampat yang memiliki kedekatan kultural tersebut.

Sebelum adanya sistem kesultanan yang diperkenalkan oleh Islam di Kesultanan Tenate, Tidore, Bacan, Jailolo, maka Jazirah Bomberay (fakfak dan kaimana) serta kepulauan Raja Ampat, telah lama menjalin hubungan tradisional dengan daerah-daerah lainnya di Maluku dan maluku Utara, karena penduduk di Papua dan Maluku serta Maluku Utara adalah sesama warga bangsa yang memiliki kedekatan etnik dan kultural akibat migrasi dan perpindahan penduduk yang berlangsung silih berganti dari dan ke Maluku, Maluku Utara dan papua. dalam relasi

etnik kultural mereka yang berlangsung ini, kehidupan masyarakat sebelum masuknya Islam, hubungan kekeluargaan dan kekerabatan telah lama terjadi.

(11)

Seluruh wilayah atau region ini diikatkan bersama dalam satu kebudayaan, yaitu kebudayaan Onin atau pengaruh Onin dalam alur migrasi suku-suku sejak masa prasejarah Papua hingga abad-abad yang silam. Sejarah penyebaran penduduk (migrasi) diJazirah Bomberay dan pantai selatan Kepala Burung (Vogelkop) pada masa prasejarah adalah terjadi dalam region atau wilayah yang terbentang dari Fakfak hingga Kaimana/Namatota dari Fakfak hingga Seget (Sorong) dan berbagai pulau di Raja Ampat dan Seram bagian timur (Seram dan Gorom) halmahera Selatan dan pulau-pulau Lease (Saparua, Haruku dan Nusa Laut). Inilah suatu realitas etnis (etnografi) kesejarahan antropologi yang perlu diteliti kembali karena merupakan potensi bagi jalur perdagangan dan penyebaran agama Islam pada masa lalu. Juga ,karena didorong oleh perhatian dan adanya berbagai nilai yang mendasar yang mempersatukan berbagai suku yang mendiami Jazirah Bomberay dan pantai selaatan Kepala Burung (Vogelkop) karena mereka berada dalam lingkup pengaruh kebudayaan Onin yang saling terikat dengan sesamanya melalui kebudayaan lokal dan mereka yang secara bersama menggunakan bahasa-bahasa yang secara umum masih termasuk dalam suatu rumpun (keluarga) besar bahasa-bahasa (one great linguistic

family), yaitu bahasa Onin yang telah lama digunakan bersama sebagai ”lingua franca” atau digunakan bersama sebagai bahasa (alat) komunikasi perdagangan dan penyebaran Agama Islam.

(12)

Islam di Jazirah Onin (fakfak dan Kaimana), serta kepulauan Raja Ampat di Jazirah Onin (Fakfak dan kaimana) serta kepulapuan Raja Ampat (Salawati dan Misol)

Dalam seminar dengan topik yang sama yang diselenggarakan di Kota Merauke bulan Mei tahun 2000, didapatkan informasi dan data baru terutama dari Daerah Fakfak. Dalam makalah berjudul “ Islam di Kabupaten Fakfak “, satu tinjauan historis, Lukman Rahanwarat menyampaikan kesimpulan dan pendapat serta data sebagaaia berikut :

1. Penyebaran Agama Islam di Pulau Was, Wilayah Petuanan Rumbati , Kab. Fakfak terjadi pada tahun 1360 M sesuai dengan pengakuan Ismail Samali Bauw , Raja Rumbati XVII saat ini ( 1997 ) .Sumber ini menyebutkan bahwa pada tahun 1506 M di pulau Was terjadi perang antara armada laut Sultan Tidore pimpinan Panglima Arran dengan Rakyat Was dan tentara Raja Rumbati.

2. Sumber tadi juga menyebutkan bahwa mubaligh dari Aceh bernama Abdul Ghaffar tiba di Pulau Was pada tahun 1360 (sedang sebelumnya menurut catatan H.Ismail Arifin Bauw SH , mubaligh tsb tiba disana pada tahun 1502 ).

3. Dari dua versi data tahun yang berbeda ini , Rahanwarat membuat analisis sebagai berikut : „bila pendapat Ismail Arifin Bauw itu benar, maka ketika terjadi perang Was pada tahun 1506 , kerajaan Rumbati baru berumur empat tahun. Bila pendapat Ismail Samali Bauw ( Raja Rumbati XVIII saat ini ) benar , maka ketika Perang Was terjadi tahun 1506 itu , Kerajaan Rumbati telah berumur 142 tahun , sehingga wajar bila memiliki armada dan kekuatan yang cukup untuk meghadapi keluatan armada laut Kesultanan Tidore.

(13)

5. Berdasarkan sumber yang sama didapat pula informasi bahwa pada abad XV dan XVI Masehi di Fakfak telah banyak terdapat Kerajaan-Kerajaan Lokal yang telah memeluk Agama Islam.

6. Sejumlah kuburan yang diyakini sebagai makam Raja Ugar dan para pengikutnya menujukkan ciri-ciri kuburan Islam.Raja Ugar pertama bertnama RABBANA , yang bila diurut silsilahnya dengan Kapitan MAIDAMA di Kampung Ugar ,distrik Sekar yang diangkat Sultan Tidore dengan surat keputusan tanggal 5 Nopember 1929, diperkirakan hidup pada abad XVI. Dialah yang merupakan Raja Ugar pertama yang memeluk Islam.

7. Guna memperkuat hal-hal tersebut sejumlah data dapat disampaikan bukti fisik benda kuno antara lain sbb:

a. Teks khutbah berhuruf Arab berbahasa Melayu bertarikh tanggal 28 Rajab tahun 1319 M..

b. Kitab Maulid Geser , dibeli oleh Raja Rumbati Muhammad Sidik Bauw abad XV.

c. Kitab Barzanji yang ditulis 5 Ramadlan 1622 M.

Dari kesimpulan sementara, sedikitnya terdapat lima titik yang dipergunakan untuk melacak jejak sejarah dakwah di Irian Jaya, yaitu :

1. Daerah Kepulauan Raja Ampat di daerah Sorong.Selain daerah ini tercatat dalam sejarah sebagai bagian dari Kekuasaan Kesultanan-Kesultanan di Maluku ( Tidore, Ternate, Halmahera, Bacan, dsb ), juga karean letak geografisnya daerah ini merupakan jembatan darat multi fungsi yang menghubungkan daerah Irian dengan daerah-daerah (Islam) dikawasan timur Indonesia.

(14)

3. Daerah Biak-Numfor. Ketika terjadi gejolak masyarakat di daerah Maluku utara, diketahui bahwa terdapat jumlah masyarakat asal Biak yang telah beberapa generasi menetap di daerah Maluku utara tsb.Konon kehadiran mereka disana karena faktor ikatan psikologis -kultrural. Dahulunya mereka berada pada satu keluasaan yang sama: Sultan Tidore. Demikian pula adanya gelar-gelar jabatan yang kini telah berubah menjadi nama Keluarga,yang dahulunya berasal dari Sultan, membuktikan bahwa di Biak terdapat jejak da‟wah Islam yang bisa dilacak. 4. Daerah Manokwari, baik di sekitar Manokwari maupun daerah pedalaman yang

termasuk daerah kabupaten ini. Pulau Mansinam mengundang misteri yang perlu ditelusuri kejelasannya pula. Dijumpai dokumen tertulis yang masih harus diteliti lebih lanjut kebenaran isinya.

5. Daerah Jayapura, terutama daerah seputar pusat Kota.Terdapat sejumlah nama daerah yang bernuansa Islami,misalnya nama desa Hamadi,Tobati maupun Nafri.Begitu pula nama desa Gurabesi,yang terambil dari nama moyang penguasa Kepulauan Raja Ampat,salah seorang panglima Sultan Tidore abad XV.

B. Pola Penyebaran Islam

Kabupaten daerah tingkat II Fakfak luasnya 24. 820 Km2 dengan ketinggian bervariasi mulai dari 200-2.500 meter diatas permukaan laut. Topografinya juga bevariasi mulai dari pegununganm bertebing curam sampai dengan dataran rendah yang berwarna-warni. Kabupaten ini terletak memanjang dari barat ketimur di pantai selatan Papua, dengan batas wilayahnya sebagai berikut :

Sebelah timur : Kabupaten Mimika dan Paniai

Sebelah barat : Laut Seram, Teluk Berau, Kabupaten Sorong, kabupaten Maluku Tengah

(15)

Sebelah selatan : laut Arafuru dan Kabupaten Maluku Tenggara11

Sebagian besar wilayah Kabupaten Fakfak memiliki permukaan tanah yang terdiri dari daerah pegunungan, lereng-lerang, dan tebing-tebing curam serta beberapa puncak gunung yang ketinggiannya berkisar antara 200-2.500 Meter diatas permukaan laut. Tempat yang bergunung-gunung tersebut antara lain Semenanjung Onin, yang terdiri dari pegunungan Fakfak (Baham), pegunungan Kumawa, disekitar Kaimana, pegunungan Genofa di teluk Arguni, daerah pegunungan di teluk Triton, teluk kayu merah, dan teluk Etna dengan tempat-tempat yang berbatasan dengan kabupaten Paniai di sebelah utara. Pada bagian lain dari itu terdapat pula tempat-tempat yang berpermukaan tanah rendah, bahkan sebagian ditutupi rawa-rawa, yakni daerah-daerah yang terdapat di Kecamatan Kokas (daerah Bomberay), Kaimana yakni diteluk ,Kamrau dan Buruway, serta bagian teluk Arguni.12

Dari catatan sejarah, Jazirah Onin sebagai bagian dari kawasan Jazirah Bomberay merupakan satu-satunya wilayah di Tanah Papua yang paling sering di kunjungi oleh pelaut hatau pedagang asing maupun para musafir dan pedagang muslim lokal (Indonesia). Perdagangan di Jazirah Onin (Fakfak dan Kaimana) secara karakteristik memiliki akar-akar kebudayaan yang sama (common culturalroots)

dengan penduduk yang berada di kawasan Kaimana, Namatota dan pesisir teluk Berau/Teluk Bintuni, Seget, misool, Seram bagian timur (Seram dan Gorom), Halmahera bagian Selatan dan pulau-pulau Lease (Saparua, Haruku dan Nusa Laut). Bahkan seluruh wilayah diikatkan bersama dalam satu kebudayaan Onin atau pengaruh Onin, sehingga para musafir dan pedagang Muslim merasa aman (leluasa) mengunjungi Jazirah Onin untuk berdagang dan melakukan penyebaran Agama Islam.

11

Bambang Soerjono Wresnowiro dkk, Lembaga Kerapatan Adat Kabupaten Fakfak, 2004, hal 21, lihat juga :Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Fakfak, Fakfak dalam Angka, 2000, hal. 3

12 Pemerintah daerah Tingkat II Fakfak, “

(16)

Dr.F.C.KAMMA seorang missionaris terkenal, dalam buku catatan hariannya yang diterbitkan menjadi buku berjudul :” AJAIB DIMATA KITA “(Buku asli berjudul ”Dit Wonderlijke Werk) “ (jilid III ) antara lain menulis :

Penyair Prapanca dalam buku Negarakertagama pada abad ke-14 melukiskan betapa luasnya Kerajaan Mojo pahit di Jawa Timur. Didalamnya Daerah ONIN sudah disebut .Daerah Semenanjung yang terbagi atas sejumlah erajaan mini itu waktu itu sudah mengha silkan buah pala , tetapi bersamaan dengan itu juga budak yang terutama dirompak dari daerah Teluk Berau (Kepala Burung barat daya).Perdagangan budak dan buah pala itu rupanya sudah berada ditangan orang orang Seram dan Goram,negeri asal datangnya Raja -Raja Kecil yang kemudian bersama Ternate dan Tidore beralih kepada Agama Islam.Pada tahun 1663 N.VINCK penemu Teluk Bintuni sudah melihat adanya Islam disitu “13

.

Sebuah Survey kepurbakalaan didesa Saonek, Lopintol dan Desa Beo (seluruh penduduknya Islam Asli Irian ), kecamatan Waigeo, Sorong yang dilakukan oleh Tim Peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ( kini Depdiknas ) tahun 1995 dibawah pimpinan Prof.Dr.Muarif Ambary

menyimpulkan mungkin masuknya Islam didaerah tersebut mulai abad 15 atau 16 , atau mungkin abad sesudahnya.

Dari Manokwari didapatkan informasi yang berasal dari manuskrip tulisan tangan aslinya berbahasa TIDORE milik Keluarga Rumbobiar. Salinan naskah manuskrip tertanggal 3 Mei 1952, bertulisan tangan, menceritakan bahwa pada tanggal 18 Agustuis 1712 SultanTidore bernama DANO SAYID MUHAMMAD ALTING turun di pulau Mansi nam, bersama adiknya bernama DANO MUHAMMAD HASAN dan TOLOWA WARWA (Kasim Raja ) dengan sejumlah pengiringnya. Semula , kedatangan Sultan tak disambut ramah oleh penduduk setempat,tetapi setelah salah seorang pemimpin masyarakat yang bernana MAYOR KERUI RUMANDER berdialog dengan Sultan melalui juru bahasa, akhinya MAYOR KERUI RUMADER masuk Islam diikuti beberapa anggota keluarganya.

13

(17)

Secara etnografi, ada dua daerah di Tanah Papua yang karena letak geografisnya strategis maka memiliki kedekatan relasi etnik dan kebudayaan dengan daerah Maluku. Dalam hal ini Fakfak memiliki kedekatan dengan Maluku Utara. Oleh karena itu, dalam membahas sejarah masuknya Islam ke Fakfak, kedua alur komunikasi dan relasi ini perlu ditelusuri. Hal yang perlu dilakukan mengingat warga masyarakat baik di Semenanjung Onin Fakfak maupun Raja Ampat Sorong, keduanya telah lama menjadi wilayah ajang perebutan pengaruh kekuasaan antara dua buah kesultanan atau kerajaan besar di Maluku Utara (kesutanan Ternate dan Tidore). Nampaknya Hostorigrafi Papua memperlihatkan bahwa yang terakhir inilah (Kesultanan Tidore) yang lebih besar dominasinya di pesisir pantai kepulauan Raja Ampat dan semenanjung Onin Fakfak.

Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian lain, bahwa pada bagian lain, bahwa kedatangan Islam dan penyebarannya kepada masyarakat di Kepulauan Raja Ampat dan Semenanjung Onin fakfak dilakukan melalui cara-cara damai. Karena tak ada informasi tertulis yang memberikan kepastian tentang pola penyebaran Islam di tanah

Papua, khususnya di semenanjung Onin Fakfak dilakukan dengan beberapa cara antara lain adalah sebagai berikut :

1. Saluran Perdagangan

(18)

kelebihan-kelebihannya di bidang materi mempunyai daya tarik tersendiri dan meningkatkan status mereka dalam masyarakat, sehingga terkadang mereka di jadikan sebagai pemimpin. Dengan demikian mendapat kesempatan untuk meningkatkan peran dakwahnya. Usaha ini menjadikan banyak penduduk menagmbil keputusan untuk beralih status dari kepercayaan agama suku dengan beralih kepada agama Islam. Hal ini mereka lakukan dengan sukarela dan tanpa paksaan oleh siapapun. Daerah Fakfak yang kaya akan hasil pala dan lain-lain barang dagangan menjadi semakin ramai dan dengan demikian agama Islam pun mulai berkembang di daerah ini.

Kontak kebudayaan yang terjadi ditanah papua dengan penduduk dikawasan sekitarnya diawali dengan hubungan perdagangan, meskipun kontak atau hubungan yang sifatnya politik atau peperangan mungkin saja terjadi.tetapi secara umum kontak yang berjalan selama berabad-abad itu didominasi oleh hubungan perdagangan yang diselingi dengan hubungan politik dan peperangan. Hal ini mengacu pada peperangan yang terjadi antara ternate dan tidore yang memperebutkan daerah pengaruh yang mencakup daerah papua, yang juga melibatkan pihak Spanyol di satu sisi dengan

pihak VOC (Belanda) di sisi lain. Hal itu dapat dilihat dari dokumen perjanjian antara pihak-pihak yang bertikai.

Kontak perdagangan yang kemudian diikuti kontak kebudayaan atau lebih tepatnya pengaruh kebudayaan oleh masing-masing pihak pada awalnya mungkin berjalan satu arah. Namun lambat-laun berjalan dua arah, meskipun tidak sepenuhnya berjalan seimbang dengan intensitas yang sama. Hal ini dapat dilihat dari ekspedisi atau pelayaran orang papua di kepulauan Raja Ampat ke kawasan sekitarnya untuk berdagang dan terlibat dalam kegiatan politik (peperangan). Bukti-bukti tertulis mengenai hal ini sulit diperoleh, bahkan mungkin tidak akan diperoleh karena tidak tersedianya bukti tertulis di tanah papua, seperti prasasti dan lain-lain.

(19)

sekitar pesisir. Bagi penduduk Sailolof (Salawati Selatan/Raja Ampat) (di waktu dulu dan hingga sekarang juga) gelar Kapita-Laut atau Kapatia adalah sinonim dengan gelar raja. Gelar Kapita-Laut ini berasal dari maluku dan baru dipakai sesudah ada hubungan politik dan perdagangan antara kerajaan Sailolof dengan Kesultanan Tidore.

Kapita-Laut dari Sailolof ini merupakan kerajaan sendiri yang secara langsung berhubungan dengan kesultanan Tidore.

Dipeluknya agama Islam oleh kelompok elite di beberapa kerajaan kepulauan Raja Ampat menunjukan adanya hubungan atau pengaruh kebudayaan yang intensif yang berlangsung ratusan tahun. Pada umumnya kelompok elite (raja dan pembantunya) pada kerajaan-kerajaan dikepulauan Raja Ampat memeluk agama Islam. Menurut Leeden, agama Islam diterima lewat hubungan perdagangan antara kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku dengan kerajaan-kerajaan dikepulauan Raja Ampatyang diperkirakan terjadi pada akhir abad 15. oleh karena agama Islam masuk lewat hubungan perdagangan maka para pemeluknya hanya terbatas pada kelompok-kelompok yang terlibat dalam perdagangan.

Agama Islam datang ke tanah Papua jauh sebelum datangnya agama Kristen dan Khatolik yang sekarang menjadi agama dominan yang dipeluk orang papua.

(20)

Waigeo) pada tahun 1915, namun pekerjaan yang lebih insentif terjadi sekitar tahun 1930an.

Hal sama juga diungkapkan Mansoben, dengan mengutip beberapa pendapat ahli dinyatakan bahwa agama-agama besar seperti Islam dan Kristen masuk di daerah Papua terjadi pada periode waktu yang berbeda-beda. Agama besar pertama yang masuk dipapua adalah Islam. Agama Islam yang masuk di papua, yaitu di daerah kepulauan Raja Ampat dan daerah Fak-Fak berasal dari kepulauan Maluku dan disebarkan melalui hubungan perdagangan yang terjadi antara kedua daerah tersebut. Agama ini disebarkan para pedagang Islam yang berasala dari Kepulauan Maluku atau dibawa oleh orang-orang Papua sendiri yang melakukan pelayaran perdagangan kedaerah tersebut. Menurut A.C van der Leeden agama Islam masuk di Kepulauan Raja Ampat ketika daerah tersebut mendapat pengaruh dari kesultanan Tidore tidak lama sesudah agama tersebut masuk di Maluku pada abad ke 13. walaupun agama Islam lebih lama masuk di daerah tersebut diatas namun tidak disebarkan secara luas kepada penduduk, melainkan hanya dipeluk oleh golongan-golongan tertentu saja

dalam masyarakat, ialah golongan penguasa terutama di kalangan keluarga raja-raja dan pembantu-pembantunya.

(21)

Dari merauke aktivitas keagamaan misi katholik dimulai dan pada umumnya di sepanjang pantai selatan Papaua. Pada tahun 1933 tercatat sebanyak 7.100 orang pemeluk agama katholik. Berbagai bentuk pendidikan dasar sebagian besar diselenggarakan oleh kedua misi keagamaan tersebut, dimana guru sekolah dan guru agama didatangkan dari kawasan Indonesia lainnya. Pada umumnya tenaga-tenaga guru-guru itu berasal dari Indonesia Timur (Ambon,Ternate,Tidore,Seram, Key,Manado,Sanger-Talaud, dan Timor dan Flores). Uniknya pelajaran agama itu diberikan dalam bahasa melayu yang ketika itu memang menjadi bahasa pasar (lingua franca).

Proses terjadinya kontak perdagangan yang satu arah kemudian semakin intensif dengan penduduk dan tanah papua yang terjadi beberada abad itu kemudian diikuti adanya kontak kebudayaan bahkan hubungan politik yang tidak otomatis berjalan linier dalam bentuk sejajar dan emansipatif. Sebagaimana juga yang dilakuakan ekspedisi kerajaan belanda, yang diawali dengan hubungan perdagangan, kemudian diikuti dengan dominasi, dan praktik-praktik kekerasan untuk

mempertahankan kekuasaan dan kepentingannya. Hal serupa juga terjadi di Papua, dimasa lampau sebelum bangsa Eropa menginjakan kaki di tanah Papua, sampai era

Tidore-Ternate, Belanda, dan bahkan hingga sekarang ini ada kecenderungan terjadinya dominasi atas orang papua oleh penduduk pendatang. Kecenderungan ini harus dihentikan agar etno-nasionalisme orang papua tidak berujung pada upaya memisahkan diri dari NKRI kerena merasa masih dijajah oleh orang asing seperti yang dialami nenek moyang dan leluhurnya di masa lampau.

2. Saluran Perkawinan

(22)

terlebih dahulu ke daerah ini. Terutama orang Seram yang mempunyai pengaruh yang besar didaerah ini, karena kebanyakan dari mereka kawin dengan kaum wanitanya, dan juga banyak wanita Seram yang yang dikawinkan dengan pemuda-pemuda Kapaur. Pada saat itu orang-orang Seram bertindak sebagai Imam dan kawin dengan wanita-wanita Kapaur. Dengan demikian mereka dijadikan pemimpin dalam ajaran agama Islam.

3. Saluran Pendidikan Non Formal.

Penyebaran Islam diFakfak juga dilakukan melalui cara pendidikan non formal, dalam hal ini dilakukan melalui pusat-pusat pengajian yang berlokasi dimasjid-masjid maupun dirumah-rumah para mubaligh, organisasi model sekolah dan pesantren

belum banyak dikenal di Irian Jaya pada waktu itu. Pola pendidikan pesantren baru dikenal di Irian pada khususnya yakni sejak tahun 1963 hingga saat ini.

4. Saluran Melalui Politik

Yang dimaksudkan dengan penyebaran dakwah mealui politik ialah bahwa jasa atau upaya-upaya para raja dari kesembilan pertuanan dan keluarga-keluarganya, maka agama Islam pun turut disebarkan. Kondisi itulah yang terjadi di Inanwatan, Arandai, dan berbagai tempat lainnya di Distrik Kokas, Fakfak, Kaimana, Teluk Arguni, dan Teluk Etna. Di Inanwatan misalnya, agama Islam ada disana berkat usaha dan pengaruh dari salah seorang yang bernama Imam Tipari Aggeuly (Onim) dan raja Komisi Sernaman Aggeluly (Onim). Keduanya berasal dari pertuanan Patipi dan Rumbati di teluk Patipi. Dakwah di Inanwatan sudah berlangsung lama sebelum datangnya pemerintah Belanda dan Zending U.Z.V pada awal abad ke-20.

Menurut informasi para penduduk, beliau berdualah yang banyak memberikan

(23)

Islamkan, seperti bagian barat Distrik Inanwatan, sebelah utara hingga Distrik Teminabuan (daerah Kaibus), dan daerah Distrik Altinyo.

Kampung-kampung yang telah mereka Islamkan adalah negeri Besar, Siwatori, Tarof, Kasuweri, Benawa, Tambani, dan Migori yang terletak di sebelah timur Distrik Inanwatan. Dari ketujuh kampung ini, kampung-kampung yang 100% Islam adalah Tarof, Tambani, dan Migori.

Sekitar pertengahan abad XIV, Islam telah memperkuat kedudukannya di Malaka dan merupakan pusat route perdagangan Asia Tenggara yang kemuudian melebar sayapnya ke Sulawesi hingga Maluku. Sebuah catatan sejarah kesultanan Tidore ”Museum Memorial Kesultanan Tidore Sinyine Malige” dalam Burger, bahwa pada tahun 1453 Sultan Tidore yang ke 10 Ibnu Mansur bersama Sangaji Patani Sahmardan dan Kapitan Waigeo bernama Kapitan Gurabesi memimpin ekspedisi ke daratan tanah Besar. Ekspedisi ini terdiri dari satu armada Kora-kora berangkat ke Tanah besar dan menyinggahi pulau-pulau Patani Gebe, dan Waigeo. Ekspedisi ini berhasil menaklukkan beberapa wilayah di Irian Barat dan menjadi bagian dari kesultanan Tidore yang terdiri dari : Wilayah Raja Ampat atau Korano Ngaruha, (Waigeo, Salawati, Lilinta, dan Waigama), wilayah Papo Ua gamsio (Papo Ua sebilan

negeri), wilayah Mafor Soa raha (atau Mafor Ampat Soa), melipuri Rumberpon, Rumansar, Angradifa, dan Waropen.14

Sebelum Tidore menguasai wilayah-wilayah tersebut diatas, kerajaan Waigama dan Misool menjadi bagian dari kekuasaan Kesultanan bacan yang dipimpin oleh adik Sultan bacan yang bernama Kecil Jelman pada tahun 1512, dan merupakan penguasa Islam pertama di Irian. Wilayah-wilayah lain di Irian, baik dibagian utara maupun bagian barat dan bagian selatan diperebutkan oleh kerajaan Ternate dan Tidore melalui suatu peperangan. Akhirnya Ternate menguasai Halmahera bagian barat dan Salawati, sedangkan Tidore menguasai Seram bagian timur dan selatan Kepala

14

(24)

Burung. Sedangkan seluruh wilayah waigama dan Misool tetap dikuasai oleh kerajaan Bacan.

Uraian diatas telah menggambarkan bahwa masuknya Islam di Fakfak melalui beberapa pintou, yaitu, Ternate/tidore, Misool, salawati, Seram, dan banda. Ada beberapa gal penting yang digunakan sebagai faktor potensi oleh para musafir/mubaligh yang berinfeltrasi ke Fakfak, yaitu :

a. Terdapat beberapa titik armada perdagangan, selain Palembang (Malaka), Banten, Batavia, juga maluku (Ambon dan Ternate) sebagai armada terbesar di kawasan timur nusantara.

b. Selain Jawa dan Sumatera, Maluku merupakan salah satu wilayah pusat pemerintahan terbesar di wilayah Timur nusantara

c. Irian sebagai daerah sasaran pedagang, karena kaya akan rempah-rempah dan burung Cenderawasih.

d. Telah terbangun kongsi dagang antara pedagang luar dengan para saudagar lokal.

C. Kerajaan-Kerajaan Islam

Dari hasil penelitian penulis ke bebearapa lokasi sasaran studi meliputi :

1. Distrik Babo/teluk beraur Kab. Teluk Bintuni

2. Jazirah Onin kabupaten Fakfak.

3. Distrik Kaimana/Buruway kabupaten kaimana

1. Distrik Babo/teluk Beraur –kabupaten Teluk Bintuni

(25)

Hasil wawancara dan indept intervew dengan para tokoh (wawancara mendalam dengan Abd. Rasyid Fimbay, September 2006) diperoleh informasi bahwa beberapa kampung di Distrik Babo yang pernah diintervensi oleh pihak luar dalam penyebaran agama Islam, terdapat dipulau Nuswaman,, kampung Modan, kampung sara, kampung Warga Nusa, kampung Aroba, dan kampung Saengga. Dari jumlah kampung tersebut kemudian dilanjutkan dengan wawancara mendalam serta cross-chek (trianggulasi) diperoleh informasi bahwa kampung pertama yang didatangi pihak luar terdapat dipulau Nuswarman. Pulau ini pertama kali disingahi oleh Muballigh dari Ternate bernama Sultan Iskandar Muda (anak dari Sultan nahu), namun ada yang menyebutkan dari Aceh. Sultan Iskandar Muda tiba di Babo pertama kali di pulau Nuswaman pada tahun 1618 dari arah utara menuju ke Selatan dan ke Timur (Ternate-Misool).

Kehadiran Sultan Iskandar Muda di pulau Nuswarman dalam misi perdagangan rempah-rempah, Sultan Iskandar Muda berinteraksi dengan penduduk lokal sekitar delapan tahun dalam misi perdagangannya.praktek ajaran

Islam di pulau Nuswarman hanya bersifat individual dan dalam beberapa kelompok terbatas.

Sementara bagi penduduk lokal belum mengetahui prosesi apa yang dilakukan oleh sultan bersama teman-temannya. Bahkan ada yang menyebutnya bahwa apa ang dilakukan sultan bersama teman-temannya (melaksanakan Shalat) adalah tidak lain dari berbuat Mawi (yang konotasinya identik dengan mantrra), setelah delapan tahun di pulau Nuswarman( tidak menetap) tahun 1626 Masehi, Sultan Iskandar Muda hijrah ke kampung Modan (pulau berlabu dalam bahasa Irarutu) saat ini ibukota distrik Babo.

(26)

penduduk lokal. Pada tahun 1645 dibangun tempat ibadah (langgar) I di kampung Modan lama (dekat pelabuhan lama Babo) dengan Imam pertama bernama adam Kwamur. Pada tahun 1647 Masehi, Sultan iskandar Muda hijrah dari pulau Modan ke Misool melewati Taroy, Mongotira, Weriagar. Setelah tahun 1648 ajaran Islam telah berkembang disekitar pulau tersebut yang didiami penduduk lokal, diantaranya marga Fimbay, Manoarma,dan bauw (hasil wawancara dengan generasi ke 5 dari keluarga Monoama, September 2006).

b. Expansi Raja Namatota

Masuknya ajaran Islam di Teluk Beraur selain melalui jalur barat, juga melalui jalur selatan. (hasil wawancara dengan Muh Rum refedeso, Abd. Rasyid Fimbay, Edward kambia, Bapak manoama, September 2006) di tahun 1764 Masehi, Raja Namatota melakukan expansi ke teluk Beraur dalam rangka negosiasi dengan para kepala suku untuk mempertahankan wilaiyah adat dari intervensi pihak asing. Dalam misi tersebut, Raja Namatota membagikan 40 buah Kopiah merah di pulau Modan, Kasira, dan 2 kampung di tanah besar, masoing-masing kampung Arpoba dan kampung Onar.

c. Intervensi Raja Komisi

Selain Raja Namatota dari arah selatan, pada tahun 1761 Masehi dan tahun 1832 Masehi, Raja Komisi melakukan expansi ke teluk Beraur. Expansi pertama (1761 M) kaitannya dalam mensupport nasionalisme lokal terhadap ketahanan teritorial wilayah adat dari intervensi asing (konflik antara Inggris dan Jerman di satu pihak dengan Belanda di pihak yang lain).

Dalam kunjungan pertama ini, Raja Komisi pernah melaksanakan Shalat berjamaah di langgar yang dibangun di kampung Modan.

(27)

telah menganut ajarn Islam. Untuk membagi kampung-kampung di wilayah Babo untuk kepentingan syiar agama. Pembagian kampung ini pdifasilitasi oleh Raja Komisi. Dari pertemuan tersebut, diperoleh kesepakatan di Babo pada bulan Juni tahun 1823 M, sebagai berikut :

1. Kampung-kampug yang tersebar dikawasan pantai dan pesisir merupakan wilayah komunitas Islam.

2. Kampung-kampung yang ada dipedalaman dan kaki bukit dapat diletakkan patung Bunda Maria.

Namun dalam kenyataannya pemeluk agama di bagian pedalaman dan di Distrik babo adalah Kristen Protestan. (sumber diperoleh dari bapak Edward Kambia, Bapak Manoama, September 2006)

d. Umar Alkatiri

Salah satu keterwakilan bangsa Arab yang hijrah sampai ke teluk Beraur adalah Umar alkatiri pada tahun 1814 M, dengan kapal pioner (kapal putih sebagai sebutan orang Babo). Kehadirannya di Babo dalam rangka kontak dagang. Menurut sumber informasi yang diperoleh bahwa kampung-kampung yang dijelajahi meliputi : Modanm Tugurama, Sara dan Warga Nusa. Sekitar 2 tahun di

Babo, di tahun 1816 M. Umar Alkatiri memilih kampung Warga Nusa sebagai tempt domisilinya. (migrasi permanen).15

Ditahun 1818, Umar Alkatiri kawin dengan perempuan setempat (perempuan berwarga manoarma). Hasil perkawinan Manoarma ini diperoleh keturunan pertama bernama Abdullah Alkatiri yang kemudian kawin dengan perempuan di kampung Warga Nusa mempunyai anak laki-laki yang salah satunya bernama Musman Alkatiri. Sampai dengan penelitian ini berlangsung, (September

15

(28)

2006). Usia Musman Alkatiri 56 Tahun, dan salah satu generasi ke 4 dari Umar Alkatiri (anak dari Musman Alkatiri) berusia 24 tahun. Keturunan Alkatiri ini juga dapat dijumpai di Fakfak, Goras dan Fior. Salah satu perempuan Alkatiri yang kawin dengan penduduk Fior bermarga Kutanggas saat ini berdomisili di Kokas.

2. Jazirah Onin Kabupaten Fakfak

a. Rumbati-Patipi Kawasan teluk

Dari penuturan Raja Rumbati XVI diperoleh informasi bahwa pada tahun 1360 M telah tiba di Semenanjung Onin, tepatnya di Fatagar Lama (Tanjung Tutin) yang dalam bahasa derah disebut Gartuari sebelah selatan Was, seorang mubaligh dari Aceh bernama Abd. Ghafar dalam rangka mencari rempah-rempah. Sebagai seorang mubaligh Abd. Ghafar tekun menjalankan Shalat lima waktu.

Diketahui bahwa semasa hidup Raja Rumbati XVI (H. Ibrahim Bauw) pernah bertemu bertemu dengan presiden Soekarno pada tahun 1961. Dalam pertemuan tersebut, mereka membahas strategi perang merebut kembali Irian Barat kepangkuan ibu pertiwi. Dalam pertemuan tersebut Raja Rumbati (H.

Ibrahim Bauw) mengusulkan kepada presiden Soekarno agar dalam merebut Irian Barat pasukan pertama harus diterjunkan di Waigeo untuk wilayah Kepala

Burung, sedangkan pasukan kedua harus mditejunkan di Rumbakti untuk wilayah Jazirah Onin. Lebih lanjut dikatakan bahwa khusus penerjunan di Rumbati harus dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus sesuai dengan mengikuti sejarah Islam di Fakfak. Atas kesepakatan tesebut, maka pada hari Rabu, tanggal 8 Agustus 1962 M, sekitar pukul 01.00 dini hari, pasukan kedua diterjunkan di kawasan Rumbati. Dari pernyataan tersebut tersirat bahwa suatu pemberitaan Islam masuk ke Rumbati – Fakfak tanggal 8 Agustus 1360 M. 16

16

(29)

Pendapat ini dibenarkan oleh Muhammad Sidiq Bauw (Putra Bungsu Raja Rumbati ke XVI), dan Raja Rumbati ke XVIII (H. Ismail Samali Bauw) setelah berdakwa sekitar 14 tahun (1360 M-1374 M) di Rumbati dan sekitarnya, Mubaligh Abdul Ghafar akhirnya wafat pada tahun 1374 M dan dimakamkan di belakang Masjid Kampung Rumbati.

b. Patimburak Ugar kawasan Kokas.

Dari Patmburak menyebutkan bahwa Raja Wertuar saat ini merupakan generasi yang ke X dari pertuanan ini. Pada generasi ke tujuh pertuanan Wertuar terjadi pelantikan secara seremonial yang dilakukan oleh Sultan Tidore yang bernama Muhammad Tahir Atling terhadap Lakatey sebagai Raja Wertuar ke VII. Pelantikan ini dilaksanakn di kampung Karek (Sekar Lama) yang dihadiri oleh Abd Jalil (Raja Rumbati) dan Raja Abd. Majid (Raja Misool). Lebih lanjut dijelaskan bahwa masjid pertama Kerajaan Wertuar dibangun pada tahun 1870 M di masa pemerintahan Raja Wertuar ketujuh yang bernama Lakatey berlokasi di kampung Patmburak. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa agama Islam telah menyentuh masyarakat Patimburak beberapa puluh tahun sebelum ktahun 1870 M.17

Di kampung Ugar, dari dokumen silsilah Raja-raja Ugar, terdapat Surat Keputusan tertanggal 5 November 1929 yang diberikan Sultan Tidore kepada Moi Damar Ugar generasi kelima dari turunan Raja-raja Ugar sebagai pemangku jabatan kepala Kampung Ugar. Bapak dari Moi Damar Ugar bernama Hiriet Tetery hidup di abad XIX dikenal dengan nama Nadiwery hidup di abad XIX dikenal dengan nama Nadiwery atau Raja Teluk, dan dijuluki sebagai Raja Sholat Len atau Raja Shalat Teluk oleh penganut Islam di Ugar dan sekitarnya yang hidup dan meninggal di Karang Buder (Tibatibananam lama) diabad XVIII.

17

(30)

c. Tubir Seram.

Menurut penuturan Raja Fatagar (Arobby Uswanas) bahwa Raja fatagar I diperkirakan hidup tahun 1724-1814 M telah memeluk agama Islam. Raja Te,wal sebelum bertahta di Tubir Seram beliau hijrah dari Rumbati (Daerah Was). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyebaran agama Islam di daerah Rumbati dan sekitarnya telah ada sebelum tahun 1724. M.

Selanjutnya Mayor Tubir Seram memanggil Kapitan Brongkedik, Raduria dan Pasir Putih yang saat itu telah beragama Islam untuk berunding. Hasil perundingannya tidak banyak diketahui, namun nampaknya Kapitan-kapitan tersebut bersedia membantu menyebarkan agama Katholik di daerahnya. Dengan demikian maka pada generasi berikutnya penduduk di kampung-kampung tersebut telah memeluk agama Katholik, sedangkan di pasir putih sebagian Katholik dan sebagian tetap beragama Islam.

3. Distrik Kaimana-Buruway Kabupaten Kaimana

a. Namatota

Dari penuturan keluarga Ombair pewaris petuanan Namatota diketahui bahwa Raja Namatota ke I bernama Ulan Tua telah memeluk agama Islam.

(31)

b. Tanah haram di Adijaya

Menurut Hakim Ahmad Aituarauw putera Mahkota Raja Komisi menyebutkan bahwa kerajaan Islam pertama didirikan di pulau Adi pada tahun 1626 M dengan nama Eraam Moon (dalam bahasa Adi Jaya artinya Tanah haram) dengan raja pertama bernama Wara (Woran). Selanjutnya disebutkan bahwa di abad XV (1420 M-1541 M) Ade Aria Way penguasa pertama di pulau Adi telah ,menerima ajaran Islam yang dibawakan oleh Syarif Muaz (dikenal dengan sebutan Juba Biru) yang menyebarkan Islam di Irian Jaya, baik utara maupun selatan. Sejarah perjalanan Ade Aria Wai berkenaan dengan menerima ajaran Islam sebagai agamanya dan berganti nama menjadi Samay, dan mencatat bahwa pada tahun 1760 M Ndovib merupakan generasi ke lima dari Samay mendirikan kerajaan kaimana dan bertahta di sana dengan gelar Rat Umis Aiturarauw yang kemudian dikenal dengan Raja Komisi.

Dakwah yang dilakukan para mubaligh awal yang datang ke Papua bersifat amat alami dan konvensional.Mubaligh yang datangpun merupakan mubaligh perseorangan yang tidak terorganisir sebagaimana yang dilakukan oleh para zending Kristen Protestan maupun missionaris Kristen Katolik.Mubaligh tersebut datag atas

(32)

perhatian penduduk untuk mengetahuinya apakah yang sesungguhnya dilakukan oleh mubaligh Abdul Ghaffar itu.Setelah beberapa lama mempelajari bahasa daerah setempat dan dengan gaya dan pengetahuan yang ada, maka dijelaskannya apa yang dilakukannya setiap hari adalah menyembah Allah swt yang menciptakan langit dan bumi serta alam semesta ini.”

Kamma ( 1994 : 108-109 ) juga melukiskan bagaimana cara penyebaran agama Islam disejumlah daerah yang dilihatnya, mengatakan bahwa “Para zendeling merasa senang karena perhubungan dengan Maluku sudah menjadi lebih lancar, tetapi mereka tidak menyenangi dengan akibat-ak ibat sampingan dari keadaan yang baru itu. Van Haselt Sr menulis: Disamping perjuangan melawan kekafiran sudah muncul pula perjuangan melawan adat orang Islam, orang Cina dan orang Kristen nama Para pedagang Islam memang tidak melakukan propaganda langsung menyiarkan agamanya.Kita akan melihat nanti bahwa mereka sengaja telantarkan hal itu dengan maksud tertentu; kepentingan-kepentingan ekonomi mereka mengatasi keyakinan keagamaan. Namun demikian mereka itu kawin dengan perempuan-perempuan Irian,

yang sudah tentu berganti agama.Van Haselt Sr juga kecewa sekali ketika beberapa tahun kemudian seorang anak perempuan Cornelis Wijzer, anggota majelis jemaat dan

Kepala Kampung Kristen, kawin dengan seorang Islam dan memeluk Agama Islam.

Selain cara pengislaman melalui perkawinan dengan gadis-gadis Kristen,di ujung barat secara tak kentara terjadi juga peralihan agama.Dikepulauan Raja Ampat ( Sorong ) tinggal keturunan orang-orang Numfor dan mereka itu dengan kemauan sendiri beralih kepada Agama Islam ( di Arrar ) atau dipaksa oleh Raja-Raja Islam untuk memeluk Islam ( di Efman ).Pada daerah Manokwari kelompok Islam tetap kecil,sebab orang-orang Irian tidak bergabung dengannya kecuali melalui perkawinan.

(33)

urusan dakwah, pelaksanan kegiatan dan keberhasilannya tergantung kepada kemampuan dan kapasitas Mubaligh bersangkutan . Kisah dakwah Imam Dikir dari Pulau Adi juga menunjukkan bahwa beliau rupanya kurang komunikatif , sebab menolak tinggal bersama masyarakat yang butuh bimbingan ( Arnold , 1979 ).

Salah satu indikator bahwa kegiatan dakwah tidak terorganisir, bersifat personal dan konvensional adalah bahwa didaerah bersangkutan tidak ditemukan bekas-bekas pusat kegiatan proses belajar mengajar seperti madrasah, pondok pesantren dll, sebagaimana yang banyak terdapat di daerah Indonesia kawasan barat.

Pada masa berikutnya, kegiatan dakwah dan persebaran agama banyak dipengaruhi oleh situasi dan kondisi Politik yang berada di Tanah Papua.Pada masa Pemerintah Kolonial Belanda menguasai Tanah Papua, maka sesuai dengan watak Penjajah Belanda saat itu terjadilah kegiatan penginjilan secara besar-besaran dan teroganisir dan mendapat bantuan penuh dari Pemerintah Belanda. Koentjaraningrat ( 1963 : 105 ) menggambarkannya antara lain bahwa Sejak tahun 1885 ketika C.W.Ottotow dan G.J.Geisler menetap sebagai penyiar Kristen di daerah Doreri, lambat laun jumlah golongan orang-orang Belanda di Irian / Papua bertambah dengan para penyiar agama yang berusaha menyebarkan Kristen dikalangan penduduk

pribumi.Malah pada tahun-tahun pertama masa penjajahan Belanda di Irian Barat / Papua hampir seluruh golongan orang-orang Belanda di Daerah tersebut terdiri dari para penyiar Agama Kristen.

(34)

potensi dan penggerak dakwah.Karena faktor kebutuhan maka ber munculanlah kegiatan-kegiatan dakwah Islam di pusat-pusat komunitas migran tsb, bersamaan dengan itu dibangunlah sarana pembinaannya baik berupa mushala, masjid, majelis taklim dsb.Berbagai macam kegiatan itu masih bersifat pembinaan internal, yang tujuannya adalah : mengislamkan orang Islam. Dakwah keluar yang bersifat “ekspansif “ belum dapat dilaksanakan.

Terjadilah keajaiban yang mengesankan : sekitar tahun 1970-an , terjadilah proses “ islamisasi ” yang cukup menggembirakan , yang berlangsung secara alami, tanpa kegiatan dakwah dalam arti yang sebenarnya.Disebuah desa beranama Walesi, di dekat Kota Wamena . Daerah Jayawijaya, daerah pedalaman Papua, sebuah suku masuk Islam sesudah sang Kepala Suku masuk Islam.Saat ini persebaran komunitas Muslim telah menyebar keberbagai bagian kawasan didaerah tersebut, juga karena kepala suku atau tokoh suku ybs masuk Islam. Sejumlah anak-anak suku generasi muslim pertama saat ini telah ada yang sedang menempuh pendidikan universitas diberbagai kota di luar Papua, terutama di Pulau Jawa.

Didaerah lain persebaran Islam antara lain dapat dicatat sebagai berikut. Departemen Agama Papua ( 1985 ) melaporkan bahwa Agama Islam telah berada di

(35)

Setidaknya selama para tokoh tsb berada di Merauke, sempat berkenalaan dengan penduduk setempat.Salah seorang sahabat Teuku Bujang bernama Rimbo, yang semula adalah seorang prajurit KNIL,merupakan salah seorang pelanjut semangat perjuangan Islam di daerah Merauke tersebut.Masyarakat setempat mengabadikan nama Rimbo menjadi nama sebuah desa di daerah kota Merauke.

Konon pula persyarikatan Muhammadiyah pernah mengirimkan mubalighnya bernama Muhammad Habib ke Merauke sekitar tahun 1920-an.Konon pada tahun sesudah itu organisasi Muahmmadiyah telah “eksis”, antara lain dalam bentuk Hisbul Wathon atau HW. Sekitar tahun 1985 itu para bekas murid Teuku Bujang dan M .Habib masih melanjutkan kegiatan dakwahnya, antara lain adalah Rejo, Rimbo, dan Ponadi ( wafat tahun 2000 ) yang merupakan para pimpinan Muhammadiyah daerah setempat.Bekas monumental yang masih dapat dilihat adalah sebuah masjid jami‟, yang terletak pada daerah startegis dikota tersebut. Saat sekarang juga telah terdapat putra daerah asli Merauke yang memeluk Islam, meskipun jumlahnya belum besar.

Dakwah melalui bidang politik juga dilakukan para Tokoh Muslim setempat. Sejumlah tokoh politik dari berbagai daerah ,antara lain Alwi Rahman dan Raja Alam Ugar dari Kokas, adalah tokoh Muslim yang berjuang melawan penjajah Belanda

bersama dengan tokoh Papua lainnya seperti Silas Papare, Markus Indey , Marten Indey, Lukas Rumkorem dll. Lahir pula gerakan politik melalui organisasi politik,seperti GRIB (Gerakan Rakyat Irian Barat ) yang lahir pada tahun 1960, didirikan oleh Garim Reasa di Kota Fakfak. Setahun kemudian yakni 1961 dikota yang sama lahir organisasi politik yang bernama KING ( Kesatuan Islam Nieuw Guinea ) pimpinan Haji Ibrahim Bauw Raja Rumbati.

Referensi

Dokumen terkait

teknik observasi, wawancara, dan dokumenter. Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Uji keabsahan data dilakukan dengan triangulasi sumber. Hasil penelitian ini

Program Dokumenter “Kauman Undercover” diharapkan mampu menjadi salah satu referensi bagi masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami sejarah perkembangan suatu

Berdasarkan latar belakang yang penulis telah kemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat dengan perubahan

Jika ya, maka perintah break akan dieksekusi yang menyebabkan program keluar dari badan perulangan ke perintah berikutnya di luar badan perulangan.}. Kadang-kadang gaya

Al-Anshor Madinah Barokah Yogyakarta melakukan beberapa strategi yang membuat masyarakat menjadi lebih yakin seperti metode door to door untuk jama’ah yang berhalangan hadir

Adalah: Bagian dari akuntansi yang mengolah dan memberikan informasi kepada manajer dalam suatu organisasi, membantu dalam perencanaan, pengambilan keputusan,

Pelaksanaan tindakan pada kelompok B pada pertemuan I siklus I diperoleh angka rata ± rata pada indikator I yaitu melafalkan huruf ± huruf hijaiyah

Pemanfaatan tumbuhan pangan oleh masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Desa Pak Mayam digolongkan ke dalam beberapa kelompok yaitu buah-buahan yang mempunyai