• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota yang baik adalah kota yang mengenang sejarahnya dalam tahapan pembangunan, bagaikan makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang, kemudian musnah apabila tidak dipelihara ataupun dirawat. Kota bisa tumbuh dan berkembang karena kota tersebut memiliki kawasan bersejarah yang mengingatkan pembentukan awal mula kota. Dalam setiap kota masih melekat sejarah dari sang kota, yang menandai perjalanan hidup dari kota selama berabad-abad yang lalu dan masih dapat diingat kembali melalui bangunan-bangunan tua, jembatan, kanal, tolklore, tradisi, dan segala hal yang masih terus bisa dilestarikan. Serta pembentukan kota ini pada dasarnya karena adanya aktivitas masyarakat yang dilengkapi dengan fasilitas sarana dan prasarana sebagai penunjang dari aktivitas tersebut. (Leitmann, 28:1999 dalam Sabrina Sabila)

Dalam sejarah perkembangan masyarakat Indonesia, kota-kota tua yang mempunyai akar sejarah, banyak ditentukan di daerah-daerah pedalaman, muara sungai-sungai besar dan daerah pesisir pantai di kepulauan Jawa, seperti Tuban, Surabaya, Pasuruan, Banten, ataupun Cirebon. Banyak kota-kota tersebut yang mempunyai karakteristik, yaitu terletak berdekatan dengan pusat-pusat pemerintahan kekuasaan tradisional.

Kota-kota itu sendiri, tidaklah muncul dan berkembang secara spontan dari kemauan masyarakat yang ada didalamnya. Namun, lokasi, desain, dan ukuran kota-kota itu bergantung pada pola pengembangan yang dimiliki oleh pemegang otoritas tradisional tersebut. Untuk beberapa kasus kota-kota di Jawa, pola pembentukannya mengkombinasikan berbagai dimensi, baik

(2)

sosial, ekonomi, pendidikan, ataupun agama. Hal itu tampak dalam relasi antar variable dalam keberadaan kota-kota tua itu, mulai dari keraton sebagai sentral kekuasaan yang diimbangi dengan keberadaan masjid sebagai lambang pemaknaan religiusitas, alun-alun, hingga keberadaan pasar sebagai faktor untuk memobilisasi kehidupan ekonomi masyrakatnya. Sehingga, suasana yang terbentuk pun otomatis penuh dengan nuansa tradisional dan kental akan kekhasan Jawa.

Namun, seiring dengan berkembangnya jaman dan adanya kemajuan teknologi yang terjadi pada jaman globalisasi seperti sekarang, menjadikan nuansa tradisional nan kental perlahan luntur. Banyak generasi muda melupakan simbol-simbol budaya yang mempunyai nilai-nilai sejarah yang tinggi. Bahkan, tidak sedikit generasi muda yang enggan untuk mengunjungi situs-situs bersejarah yang ada. Hal seperti ini sudah menjadi hal yang biasa terjadi dan sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Maka, tidak salah jika akhirnya situs-situs bersejarah yang ada kini patut dilindungi dan dijaga keberadaannya. Salah satu situs bersejarah yang patut untuk dilindungi dan dijaga keberadaannya adalah Kampung Kauman Yogyakarta.

Sejarah terjadinya Kampung Kauman Yogyakarta memang menyatu dengan sejarah berdirinya Kasultanan Yogyakarta, karena kampung tersebut merupakan bagian dari birokrasi kerajaan. Perjanjian Giyanti pada tahun 1755 telah memecah Kerajaan Mataram menjadi dua bagian, Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono I mendirikan Kasultanan Yogyakarta, sedangkan Paku Buwono III mendirikan Kasunanan Surakarta. Keraton Kasultanan Yogyakarta selesai dibangun pada tanggal 7 Oktober 1756 oleh Sultan Hamengku Buwono I, yang kemudian dilanjutkan pembangunan Masjid Agung yang selesai dibangun pada tanggal 29 Mei 1773. Untuk urusan keagamaan, dibentuklah lembaga kepenguluan. Pengulu dan seluruh aparatnya disebut abdi dalem pamethakan. Kantong kepenguluan Kasultanan Yogyakarta disebut dengan Kawedanan Pengulon yang tugasnya

(3)

meliputi urusan administrasi bidang keagamaan (pernikahan, talak, rujuk, juru kunci makam Dalem Pamethakan, naib, hukum dalem, peradilan agama dan kemasjidan). Sultan mengangkat sebanyak 15 pengulu untuk mengurusi Masjid Agung, oleh Sultan beberapa abdi dalem yang bertugas mengurusi Masjid Agung diberi tempat di sekitar masjid. Kemudian mereka membentuk masyarakat yang disebut Kauman. Oleh itulah, lokasi dimana masyarakat Kauman tinggal, hingga kini disebut dengan Kampung Kauman. (Adaby Darban, Sejarah Kauman, Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah, Penerbit Terawang, Yogya, 2000.)

Menyusuri gang-gang Kampung Kauman, berbagai hal yang menjadi ciri khas dan beberapa bangunan yang menjadi saksi biksu adanya sebuah perjuangan keagamaan akan terlihat disudut-sudut kampung ini, seperti tanda dilarang menggunakan kendaraan, monumen kecil dengan tulisan “Syuhada

bin Fisabillillah” yang memuat daftar nama 25 orang, Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, perpustakan Mabulir, Langgar wanita, TK Aba, Hooge School Muhammadiyah, dan lain-lain.

Mengenai struktur kehidupan sosial masyarakat di Kampung Kauman, kini Kauman telah mengalami perubahan yang sangat besar seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern. Ditinjau dari pendekatan antropologis, dulu masyarakat Kauman adalah masyarakat yang endogami, artinya penduduknya mengadakan perkawinan dengan orang dari kampung sendiri dan tidak mencari jodoh dari luar kampung. Perkawinan antara keluarga para ketib (orang yang bertugas sebagai penceramah shalat Jum’at), modin (muadzin juru azan shalat), merbot (marbut pengurus masjid yang yang tugasnya menjadi juru bersih masjid dan mengelola fisik masjid) telah terjadi di Kauman. (Selo Sumardjan, Perubahan Sosial Di Yogyakarta, Penerbit Bentang Ilmu)

Perubahan struktur kehidupan sosial masyarakat di Kampung Kauman terjadi pada era 1960-an, yang dimana banyak pelajar dari luar Jawa tinggal

(4)

sementara di Kauman dan menyebabkan akulturasi budaya. Dampaknya orang asli Kauman menikah dengan orang di luar kauman dan regenerasi berjalan lambat, putra-putri penduduk Kauman banyak yang melakukan studi pengetahuan umum non keagamaan. Pendidikan masyarakat Kauman pada awalnya berorientasi pada pendidikan pesantren, namun setelah tahun1931 beralih kependidikan sekolah umum. Sementara untuk perubahan di bidang kebudayaan, kurang lebih 60 tahun masyarakat Kauman mengalami perubahan seni budaya dan adat istiadat yang mencolok. (Abdurrahman Surjomihardjo, Kota Yogyakarta Tempo Doloe: Sejarah Sosial 1880-1930, Penerbit Terawang)

Pada tahun 1912, adanya pergerakan reformasi Islam Muhammadiyah di Kauman, mengubah ajaran-ajaran Islam yang salah. Sebelum abad 20 Masehi, Masyarakat Kauman menganut pola ajaran Islam sinkretis tradisional, yang dimana mencampuradukkan upacara Islam dengan kepercayaan di luar ajaran yang telah ditentukan, seperti selametan untuk siklus kehidupan, membakar kemenyan, dan hal-hal lain yang berbau mistik. Kemudian setelah memasuki abad 20 Masehi, ajaran-ajaran tersebut hilang dengan adanya gerakan reformasi Islam yang mengembalikan kemurnian ajaran Islam yang sebagaimana semestinya. Tidak ada lagi ada upacara-upacara adat yang berbau mistik, melainkan malakukan kegiatan-kegiatan positif yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadist. (Adaby Darban, Sejarah Kauman: Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah, Penerbit Terawang, Yogya, 2000)

Perubahan yang terjadi tidak hanya pada sektor pendidikan, sosial, dan agama. Namun, perubahan juga terjadi pada sektor ekonomi. Mata pencaharian sebagai abdi dalem di Kampung Kauman memang menjadi hal yang sangat diinginkan oleh masyarakat Kampung Kauman, karena dengan menjadi abdi dalem mereka mendapat penghasilan dari tanah pelungguh yang diberikan oleh keraton. Tidak melulu memandang pekerjaan sebagai abdi

(5)

dalem, masyarakat Kauman juga bekerja sebagai pengrajin batik. Usaha batik yang dijalankan oleh masyarakat Kauman akhirnya berkembang dengan pesat, sehingga menghasilkan para pengusaha-pengusaha batik yang kemudian disebut sebagai batik handel. Namun, pada tahun 1939, krisis malaise melanda perekonomian di dunia, termasuk perekonomian di Kampung Kauman. Adanya krisis malaise yang melanda, mengakibatkan usaha batik di Kampung Kauman mengalami kebangkrutan dan mengharuskan para masyarakat Kampung Kauman mencari mata pencaharian lain. (Selo Sumardjan, Perubahan Sosial Di Yogyakarta, Penerbit Bentang Ilmu)

Peran globalisasi yang signifikan, dapat merubah peran masyarakat di sudut dunia manapun, dan itu juga terjadi di Kampung Kauman. Kultur keagamaan yang begitu kental sedikit demi sedikit luntur, namun tidak dapat dikatakan sepenuhnya murni menghilang. Hal ini dibuktikan dengan meredupnya para ulama atau ketib yang sudah tidak lagi memiliki otoritas yang kuat dalam mengendalikan dan menjaga masyarakat Kauman. Bahkan, langgar-langgar yang dulu didirikan oleh para ketib, tidak lagi berfungsi dengan baik dan dapat dikatakan beralih fungsi menjadi tempat tinggal. Tidak berfungsi dan beralih fungsinya langgar-langgar tersebut, menjadikan Masjid Gedhe sebagai pusat keagamaan dari dulu hingga sekarang. (Adaby Darban, Sejarah Kauman: Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah, Penerbit Terawang, Yogya, 2000)

Berangkat dari keterangan diatas, dalam karya ini tema yang diambil penulis adalah sejarah dan perkembangan yang terjadi di Kampung Kauman. Selain itu, narasumber yang dipilih penulis adalah tokoh-tokoh masyarakat yang memang mengetahui tentang sejarah dan perkembangan yang terjadi di Kampung Kauman dan beberapa penduduk sekitar yang paham tentang kehidupan di Kampung Kauman. Dalam karya ini, penulis juga berusaha menyajikan sesuatu sebagaimana adanya, meskipun tentu saja menyajikan sesuatu secara objektif itu hampir tidak mungkin (Wibowo, Fred. 2007).

(6)

Dari pemikiran-pemikiran inilah, penulis memilih format dokumenter dengan judul “KAUMAN UNDERCOVER”. Makna dari judul ini sendiri memiliki arti mengupas dan memahami seluk beluk dalam segala aspek tentang sebuah kampung/pemukiman di Yogyakarta yang bernama Kauman.

1.1.1 Alasan Pemilihan Tema

Dalam pembuatan film dokumenter yang berjudul “KAUMAN UNDERCOVER”, penulis mengangkat sebuah cerita yang mengulas sejarah perkembangan dan perubahan yang terjadi di Kampung Kauman Yogyakarta. Hal ini dikarenakan sejarah perkembangan dan perubahan yang terjadi di Kampung Kauman Yogyakarta berbeda dengan Kampung Kauman di kota-kota lain. Mulai dari perkembangan dan perubahan yang terjadi di kehidupan sosial masyarakat, kehidupan beragama, pendidikan, ekonomi, hingga perubahan-perubahan signifikan yang sangat mencolok di Kampung Kauman.

1.1.2 Alasan Pemilihan Jenis Karya

Format karya yang dihasilkan penulis dalam Proyek Akhir yang berjudul “KAUMAN UNDERCOVER” adalah Film Dokumenter. Film dokumenter dengan durasi kurang lebih 15 menit, penulis sebagai Produser dituntut untuk memilah dan memilih informasi mana saja yang pantas untuk dijadikan bahan pembuatan film dokumenter, sehingga pesan yang ingin disampaikan mampu diinformasikan dalam waktu yang singkat. Selain itu, dokumenter memiliki satu kelebihan sebagai sarana informasi sekaligus sebagai media promosi, yaitu kemampuannya untuk menampilkan hal-hal yang selama ini belum pernah dipublikasikan atau diketahui orang lain.

(7)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dan penjabaran mengenai sejarah dan perkembangan yang terjadi di Kampung Kauman Yogyakarta pada latar belakang, maka penulis merumuskan permasalahan, sebagai berikut :

1. Bagaimana memproduksi sebuah program dokumenter yang mengulas tentang sejarah, perkembangan dan perubahan yang terjadi di Kampung Kauman Yogyakarta?

2. Bagaimana teknik, peranan serta tanggung jawab Produser dalam program Dokumenter Kauman Undercover?

1.3 Tujuan

Setelah mencoba menjabarkan beberapa perumusan masalah, adapun tujuan yang ingin disampaikan penulis dalam karya ini, yaitu :

1. Menjelaskan bagaimana memproduksi sebuah program dokumenter yang mengulas tentang sejarah, perkembangan dan perubahan yang terjadi di Kampung Kauman Yogyakarta

2. Menjelaskan teknik, peranan serta tanggung jawab Produser dalam program Dokumenter Kauman Undercover

1.4 Batasan Masalah

Untuk membatasi masalah yang berkaitan dengan sejarah dan perkembangan Kampung Kauman Yogyakarta, penulis lebih menitikberatkan

job description selaku Produser dalam program dokumenter, sebagai kompetensi pilihan yang dikuatkan dalam berkarya. Adapun batasan masalah bagi penulis agar menghasilkan sebuah karya dokumenter yang baik, yaitu : 1. Judul yang dipilih adalah Kauman Undercover, dengan harapan pemirsa

atau penonton yang menyaksikan program yang berformat dokumenter ini dapat lebih mengenal sejarah dan perkembangan suatu kampung

(8)

yang bernama Kauman yang merupakan salah satu perkampungan Islam yang terletak di Yogyakarta.

2. Penulis menitikberatkan job description selaku Produser dalam program Kauman Undercover yang berformat dokumenter, sebagai kompetensi pilihan yang dikuatkan dalam berkarya. Bagaimana perananan serta tanggung jawab seorang Produser mulai dari tahapan Pra Produksi hingga Pasca Produksi.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Akademis

 Sebagai dokumen dan arsip dalam bentuk karya audio visual.

 Sebagai referensi untuk pembelajaran mahasiswa di Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

 Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan mutu dan kualitas belajar di Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

1.5.2 Manfaat Praktis

 Menambah ilmu pengetahuan mengenai sejarah Kampung Kauman Yogyakarta tempo dulu hingga sekarang.

 Sebagai acuan bagi penulis untuk menciptakan sebuah karya.

 Bukti penulis mampu mengaplikasikan ide kreatif menjadi sebuah karya dokumenter.

1.5.3 Manfaat Sosial

 Sebagai sarana media pembelajaran bagi masyarakat yang melihat tayangan ini.

(9)

 Sebagai sarana media informasi mengenai tempat-tempat yang memiliki nilai sejarah yang tinggi yang mampu memberikan pengetahuan kepada masyarakat.

 Sebagai tayangan yang mampu memberikan informasi menarik terhadap masyarakat yang menontonnya.

1.6 Metode Pengumpulan Data

Metode yang dilakukan penulis untuk penyusunan proposal ini adalah dengan cara melakukan survey langsung ke lapangan yang didasari dengan pengumpulan data untuk bahan pertimbangan sebagai salah satu usaha dalam penyusunan proposal ini.

1.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Penulis mengumpulkan data-data yang ada di Kampung Kauman Yogyakartauntukmelengkapi proposal, yang kemudian dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dan perbandingan antara teori dengan kenyataan yang ada di Kampung Kauman Yogyakarta. Adapun teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah sebagai berikut :

1. Observasi (Pengamatan)

Pengamatan ini dimaksudkan untuk melihat langsung keadaan disekitar Kampung Kauman Yogyakarta.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan beberapa orang sejarawan, serta tokoh-tokoh masyarakat di daerah Kampung Kauman. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi secara lengkap sehubungan dengan sejarah dan perkembangan Kampung Kauman Yogyakarta sejak awal mulai hingga sekarang.

(10)

3. Dokumentasi

Kegiatan dokumentasi dimaksudkan untuk memperoleh berbagai dokumen atau data tertulis, serta gambar yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.

1.6.2 Pemilihan Narasumber

Dalam mencari informasi yang lebih akurat mengenai sejarah dan perkembangan Kampung Kauman, penulis memilih beberapa tokoh masyarakat, seperti :

1. Sejarawan

2. Tokoh masyarakat di Kampung Kauman Yogyakarta 3. Penduduk sekitar Kampung Kauman Yogyakarta

1.6.3 Pemilihan Lokasi

Penulis memilih Kampung Kauman Yogyakarta sebagai lokasi pengambilan gambar, karena dinilai sesuai dengan karya yang akan penulis hasilkan. Selain itu, penulis juga memilih beberapa bagian dari kota Yogyakarta yang memiliki ciri khas dan juga berkaitan erat dengan sejarah Kampung Kauman.

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Tema 2.1.1 Sejarah

Sejarah dapat diartikan sebagai peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau yang mempunyai pengaruh besar sehingga peristiwa tersebut mendapat andil dalam peradaban kehidupan manusia dalam suatu ruang lingkup tertentu. Kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu Syajarotun yang berarti pohon kayu. Pohon dalam pengertian ini merupakan suatu simbol, yaitu simbol kehidupan. Di dalam pohon terdapat bagian-bagian, seperti batang, ranting, daun, akar, dan buah. Bagian-bagian dari pohon menunjukkan adanya aspek-aspek kehidupan satu sama lain yang saling berhubungan untuk membentuk sesuatu menjadi hidup. Dinamika ini terus menerus terjadi beriringan dengan waktu dan ruang dimana kehidupan itu ada. Lambang pohon menunjukkan adanya pertumbuhan dan perkembangan.

Adapun pendapat dari beberapa tokoh mengenai definisi pengertian sejarah, antara lain :

1. Menurut Drs. Sidi Gazalba, sejarah sebagai masa lalu manusia dan seputarnya yang disusun secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan kefahaman tentang apa yang berlaku. (Drs. Sidi Gazalba, 1966, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu, Jakarta, hlm. 11.)

(12)

2. Menurut R.G. Collingwood, sejarah ialah sebuah bentuk penyelidikan tentang hal-hal yang telah dilakukan oleh manusia pada masa lampau. (Collingwood R.G. The Idea Of History, Oxford University Press, 1966, hlm. 39.)

3. Menurut E.H. Carr dalam buku teksnya “What is History”, sejarah adalah dialog yang tak pernah selesai antara masa sekarang dan lampau, suatu proses interaksi yang berkesinambungan antara sejarawan dan fakta-fakta yang dimilikinya. (Carr E.H., What Is History. Pelicon Book. London. 1965.)

4. Menurut Shafer, sejarah adalah peristiwa yang telah lalu dan benar-benar terjadi. (Shafer R.G. Jones, A Guide To Historical Method, Illineis, hlm. 2.)

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa tokoh diatas tidaklah sama dalam hal isi, taraf, dan tujuannya. Namun, dapat diambil beberapa unsur pokoknya, yakni adanya peristiwa, kisah, dan ilmu sejarah.

2.1.2 Yogyakarta

Daerah istimewa Yogyakarta atau biasa disingkat dengan DIY adalah salah satu daerah otonom setingkat provinsi yang ada di Indonesia. Provinsi ini beribukota di Yogyakarta. Dari nama daerah ini, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta sekaligus statusnya sebagai Daerah Istimewa berkenaan dengan runutan sejarah berdirinya provinsi ini, baik sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Menurut Babad Gianti, Yogyakarta atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa) adalah nama yang diberikan Paku Buwono II (raja Mataram tahun 1719-1727) sebagai pengganti nama pesanggrahan Gartitawati. Yogyakarta berarti Yogya yang kerta, Yogya yang

(13)

makmur, sedangkan Ngayogyakarta Hadiningrat berarti Yogya yang makmur dan yang paling utama. Sumber lain mengatakan, nama Yogyakarta diambil dari nama (ibu) kota Sanskrit Ayodhya dalam epos Ramayana. Dalam penggunaannya sehari-hari, Yogyakarta lazim diucapkan Jogja(karta) atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa).

Sebelum Indonesia merdeka, Yogyakarta sudah mempunyai tradisi pemerintahan karena Yogyakarta adalah Kasultanan, termasuk di dalamnya terdapat juga Kadipaten Pakualaman. Daerah yang mempunyai asal-usul dengan pemerintahannya sendiri, di jaman penjajahan Hindia Belanda disebut Zelfbesturende Landschappen. Di jaman kemerdekaan disebut dengan nama daerah Swapraja. (Suwarno PJ, 2008, Hamengkubuwono IX Dan Sistem Birokrasi Pemerintahan Yogyakarta, hlm.35)

Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri sejak 1755, didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I. Kadipaten Pakualaman, berdiri sejak 1813, didirikan oleh Pangeran Notokusumo, (saudara Sultan Hamengku Buwono II) yang kemudian bergelar Adipati Paku Alam I. (Suwarno PJ, 2008, Hamengkubuwono IX Dan Sistem Birokrasi Pemerintahan Yogyakarta, hlm.56)

Baik Kasultanan maupun Pakualaman, diakui oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai kerajaan dengan hak mengatur rumah tangga sendiri. Semua dinyatakan dalam kontrak politik. Terakhir kontrak politik Kasultanan tercantum dalam Staatsblad 1941 No. 47 dan kontrak politik Pakualaman dalam Staatsblad 1941 No. 577.

Pada saat Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII mengetok kawat kepada Presiden Republik Indonesia, menyatakan bahwa Daerah Kasultanan Yogyakarta dan Daearah Pakualaman menjadi

(14)

bagian wilayah Negara Republik Indonesia, serta bergabung menjadi satu mewujudkan satu kesatuan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. Pegangan hukumnya adalah :

1. Piagam kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 19 Agustus 1945 dari Presiden Republik Indonesia

2. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Amanat Sri Paku Alam VIII tertanggal 5 September 1945 (yang dibuat sendiri-sendiri secara terpisah)

3. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 30 Oktober 1945 (yang dibuat bersama dalam satu naskah). (Ki Sabdacarakatama, 2011, Sejarah Keraton Yogyakarta, hlm.15)

Dari 4 Januari 1946 hingga 17 Desember 1949, Yogyakarta menjadi Ibukota Negara Republik Indonesia. Dimasa perjuangan, Yogyakarta bahkan mengalami saat-saat yang sangat mendebarkan, hampir saja Negara Republik Indonesia tamat riwayatnya. Oleh karena itu, pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia yang berkumpul dan berjuang di Yogyakarta mempunyai kenangan tersendiri tentang wilayah ini. Apalagi pemuda-pemudanya yang setelah perang selesai, melanjutkan pendidikannya di Universitas Gajah Mada, sebuah Universitas Negeri yang pertama didirikan oleh Presiden Republik Indonesia, sekaligus menjadi monumen hidup untuk memperingati perjuangan Yogyakarta.

Pada saat ini Kraton Yogyakarta dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Puro Pakualaman oleh Sri Paduka Paku Alam IX. Keduanya memainkan peranan yang sangat menentukan

(15)

dalam memelihara nilai-nilai budaya dan adat-istiadat Jawa dan merupakan pemersatu masyarakat Yogyakarta.

Dengan dasar pasal 18 Undang-Undang 1945, Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menghendaki agar kedudukan sebagai Daerah Istimewa untuk Daerah Tingkat I, tetap lestari dengan mengingat sejarah pembentukan dan perkembangan Pemerintahan Daerahnya yang sepatutnya dihormati.

Pasal 18 Undang-Uundang Dasar 1945 menyatakan, bahwa “pembagian Daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem Pemerintahan Negara dan hak-hak asal-usul dalam Daerah-daerah yang bersifat Istimewa.”

Sebagai Daerah Otonom setingkat Provinsi, Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk dengan Undang-Undang No.3 tahun 1950, sesuai dengan maksud pasal 18 UUD 1945 tersebut. Disebutkan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta adalah meliputi bekas Daerah atau Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman.

Sebagai ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kota Yogyakarta kaya predikat, baik berasal dari sejarah maupun potensi yang ada, seperti sebagai kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pelajar, dan kota pariwisata.

Sebutan kota perjuangan untuk kota ini berkenaan dengan peran Yogyakarta dalam konstelasi perjuangan bangsa Indonesia pada jaman kolonial Belanda, jaman penjajahan Jepang, maupun pada jaman perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Yogyakarta pernah menjadi pusat kerajaan, baik Kerajaan Mataram (Islam), Kesultanan Yogyakarta maupun Kadipaten Pakualaman. (Aburrahman Surjomihardjo, 2003, Kota Yogyakarta Tempo Doloe)

(16)

Sebutan kota kebudayaan untuk kota ini berkaitan erat dengan peninggalan-peninggalan budaya bernilai tinggi semasa kerajaan-kerajaan tersebut yang sampai kini masih tetap lestari. Sebutan ini juga berkaitan dengan banyaknya pusat-pusat seni dan budaya. Sebutan kata Mataram yang banyak digunakan sekarang ini, tidak lain adalah sebuah kebanggaan atas kejayaan Kerajaan Mataram.

Predikat sebagai kota pelajar berkaitan dengan sejarah dan peran kota ini dalam dunia pendidikan di Indonesia. Di samping adanya berbagai pendidikan di setiap jenjang pendidikan tersedia di Provinsi ini, di Yogyakarta terdapat banyak mahasiswa dan pelajar dari seluruh daerah di Indonesia. Tidak berlebihan bila Yogyakarta disebut sebagai miniatur Indonesia.

Sebutan Yogyakarta sebagai kota pariwisata menggambarkan potensi Provinsi ini dalam kacamata kepariwisataan. Yogyakarta adalah daerah tujuan wisata terbesar kedua setelah Bali. Berbagai jenis obyek wisata dikembangkan di wilayah ini, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata pendidikan, bahkan, yang terbaru wisata malam.

Disamping predikat-predikat diatas, sejarah dan status Yogyakarta merupakan hal menarik untuk disimak. Nama daerahnya memakai sebutan DIY sekaligus statusnya sebagai Daerah Istimewa. Status Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa berkenaan dengan runutan sejarah Yogyakarta, baik sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, piagam kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 19 Agustus 1945 dari Presiden Republik Indonesia.

(17)

2.1.3 Kauman

Kauman adalah sebuah kampung yang terletak di kelurahan Ngupasan, kecamatan Gondomanan, Yogyakarta. Asal muasal adanya Kampung Kauman di Yogyakarta adalah berawal dari ditempatkannya abdi dalem Pamethakan yang memiliki tugas mengurusi masalah keagamaan.

Nama kauman sendiri berasal dari kata pa-kaum-an, yang dimana Pa berarti tempat, kaum dari kata qaaimuddin yang berarti penegak agama. Jadi, Kauman adalah tempat para penegak agama atau para ulama. (Ahmad Adaby Darban,2000, Sejarah Kauman: Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah,hlm.3)

Berdasarkan beberapa sumber dan fakta sejarah yang ditemukan, gambaran Kampung Kauman Yogyakarta tempo dulu adalah sebuah kampung yang dihuni oleh para ulama, Pengulu Kraton dan 9 Ketib. Perkembangan sosial perkampungan para ulama, berkembang dengan pernikahan indogami, yang membuat satu kampung memiliki ikatan kekerabatan dan ikatan keagamaan, sehingga solidaritas yang dimiliki kuat, baik dalam membela agama Islam, keadilan dan kebenaran, maupun juga membela komunitasnya.

Pada tahun 1912 merupakan tahun monumental bagi Kauman, yaitu munculnya seorang ulama yang cerdas dan memiliki perspektif yang tepat dalam pencerahan masa depan, K.H. Ahmad Dahlan. Dalam rangka memajukan dan mengembangkan umat Islam, K.H Ahmad Dahlan memiliki jurus yang handal, yaitu :

1. Menggerakkan Sosial-keagamaan.

2. Menggerakkan pembaharuan pendidikan Islam.

3. Menggerakkan pemurnian Islam, kembali pada Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah.

(18)

Gerakan yang dilakukan K.H. Ahmad Dahlan diberi nama Muhammadiyah. Dengan adanya Muhammadiyah ini, Kampung Kauman mulai dikenal oleh masyarakat luas secara Nasional maupun Internasional. Kauman juga dikenal sebagai tempat persemaian ulama dan gudangnya ulama serta muballigh atau muballighot. Di Kampung Kauman memiliki Perguruan Bela-diri yang khas, bernama Tapak Suci. Tapak Suci di samping sebagai media membangun jiwa dan raga bagi generasi muda Kauman, juga pada kelahirannya dipersiapkan untuk pertahanan menghadapi kaum Komunis (PKI). Pada perkembangannya, Tapak Suci secara resmi menjadi bagian dari Muhammadiyah sebagai Tapak Suci Putera Muhammadiyah, dan selanjutnya menjadi Beladiri yang menasional dan juga mengglobal.

(Ahmad Adaby Darban,2000, Sejarah Kauman: Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah,hlm.49)

Dalam berbagai era perjuangan, Kampung Kauman punya andil yang tidak sedikit, antara lain menghadapi penjajah di Zaman Jepang, yang dimana para ulama Kauman berani menentang Seikere, sehingga sekolah-sekolah Muhammadiyah dan warga Kampung Kauman tidak diwajibkan Seikere. Putera-putera Kauman menjadi motor di pasukan Hizbullah Sabilillah, dan kemudian dari Kauman pula didirikan Markas Ulama Asykar Perang Sabil (MU-APS) yang pusatnya di Gedung Pejagan Plataran masjid Gedhe. Pasukan-pasukan yang dimotori oleh putera-putera Kauman ini ikut perang gerilya membantu TNI sampai ke Semarang, Ambarawa, Kedu, dan Kebumen. (Aburrahman Surjomihardjo, 2003, Kota Yogyakarta Tempo Doloe, hlm.62)

Dalam peristiwa Kota Baru, Plataran Masjid Gedhe juga digunakan menyusun kekuatan untuk penyerbuan, putera-putera Kauman pun ikut aktif dan juga ada yang menjadi korban sebagai

(19)

pahlawan. Plataran Masjid Gedhe Kauman pun dipakai juga untuk menyusun kekuatan dalam rangka penumpasan pemberontakan PKI, dan juga Demonstrasi Pembubaran PKI tahun 1965 karena pemberontakan G-30S/PKI. Dari tuntutan Demonstrasi Generasi Muda Islam (GEMUIS) Yogyakarta, maka PKI dibekukan di Yogyakarta.

Plataran Masjid Gedhe Kauman juga dikenal sebagai ajang perjuangan umat, karena angkatan 1966 (KAMI-KAPPI-KAWI-KASI) bila demonstrasi berangkat dari plataran Masjid Gedhe. Demonstrasi untuk Reformasi dan menurunkan rezim Soeharto salah satu tempat konsentrasinya adalah plataran Masjid Gedhe Yogyakarta, dan warga Kauman pun ikut berpartisipasi, baik tenaga maupun logistiknya. (Adaby Darban, Sejarah Kauman, Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah, Penerbit Terawang, Yogya, 2000.)

2.2 Landasan Karya

Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1992, definisi Film yaitu karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan atau lainnya.

2.2.1 Dokumenter

Film Dokumenter merupakan satu bentuk produk audio visual yang menceritakan suatu fenomena keseharian. Fenomena tersebut cukup pantas diangkat menjadi perenungan bagi penonton. Materi dokumenter dapat berupa cerita tentang keprihatinan sosial, pengalaman, dan pergulatan hidup yang memberikan inspirasi dan

(20)

semangat hidup bagi penonton, atau kilas balik dan kupasan tentang peristiwa yang pernah terjadi dan ada kaitannya dengan masa sekarang. (Brata, 2007:57)

Video Dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya, video dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin. (Javandalasta, 2011:2)

Kunci utama dalam dokumenter merupakan penyajian fakta. Film dokumenter berhubungan dengan tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Dokumenter merekam peristiwa yang sungguh terjadi dan bukan menciptakan suatu kejadian.

Suatu film dokumenter dapat dikatakan bagus apabila memenuhi kriteria-kriteria berikut ini:

1. Merupakan para pelaku yang sesungguhnya. 2. Tidak memiliki tokoh protagonis dan antagonis. 3. Struktur film sederhana.

4. Film berisi kenyataan atau fakta, bukan rekayasa.

Dokumenter terbagi menjadi beberapa bentuk, yaitu: 1. Dokumenter berdasarkan stock shot

Program dokumenter yang berdasarkan stock shot ini tinggal menyusun daftar shot yang diperlukan dan mencarinya di perpustakaan. Kekurangan shot tertentu dengan mudah diupayakan dengan pengambilan baru.

(Sutisno, 1993:74)

2. Dokumenter yang didramatisir

Format ini lebih sesuai menggunakann model

(21)

diketahui sebelumnya dan dapat direncanakan seperti halnya sebuah drama yang disutradarai.

3. Dokumenter model instruksional

Jenis ini termasuk dokumenter yang sebenarnya karena shootingnya tidak dapat direncanakan cepat sebelumnya. Dokumenter jenis ini banyak dirancang khusus untuk mengajari penonton bagaimana melakukan berbagai macam hal yang mereka ingin lakukan.

Melalui pengertian dokumenter menurut beberapa para ahli, Gerzon R. Ayawaila membagi film dokumenter menjadi 12 jenis, yaitu :

1. Laporan Perjalanan

Jenis dokumenter ini awalnya adalah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog atau etnografi. Namun, dalam perkembangannya bisa membahas banyak hal dari yang paling penting hingga yang remeh-temeh, sesuai dengan pesan dan gaya yang dibuat. Istilah lain yang sering digunakan untuk jenis dokumenter ini adalah travelogue, travel film, travel documentary, dan adventures film.

2. Sejarah

Dalam film dokumenter, genre sejarah menjadi salah satu yang sangat kental aspek referential meaning-nya (makna yang sangat bergantung pada referensi peristiwanya), sebab keakuratan data sangat dijaga dan hampir tidak boleh ada yang salah baik pemaparan datanya maupun penafsirannya.

3. Potret Biografi

Sesuai dengan namanya, jenis ini lebih berkaitan dengan sosok seseorang. Mereka yang diangkat menjadi tema utama

(22)

biasanya seseorang yang dikenal luas atau seseorang yang biasa namun memiliki kehebatan, keunikan maupun aspek lain yang menarik. Ada beberapa istilah yang merujuk kepada hal yang sama untuk menggolongkannya. Pertama, potret yaitu film dokumenter yang mengupas aspek human interest dari seseorang. Kedua, biografi yang cenderung mengupas secara kronologis dari yang secara garis penceritaan bisa dari awal tokoh dilahirkan hingga saat tertentu (masa sekarang, saat meninggal atau saat kesuksesan sang tokoh) yang diinginkan oleh pembuat filmnya. Ketiga, profil. Sub-genre ini walaupun banyak persamaannya namun memiliki perbedaan dengan dua di atas terutama karena adanya unsur pariwara (iklan atau promosi) dari tokoh tersebut.

4. Nostalgia

Film–film jenis ini sebenarnya dekat dengan jenis sejarah, namun biasanya banyak mengetengahkan kilas balik atau napak tilas dari kejadian-kejadian dari seseorang atau satu kelompok. 5. Rekonstruksi

Dokumenter jenis ini mencoba memberi gambaran ulang terhadap peristiwa yang terjadi secara utuh. Biasanya ada kesulitan tersendiri dalam mempresentasikannya kepada penonton sehingga harus dibantu rekonstruksi peristiwanya. Perisitiwa yang memungkinkan direkonstruksi dalam film-film jenis ini adalah peristiwa kriminal (pembunuhan atau perampokan), bencana (jatuhnya pesawat dan tabrakan kendaraan), dan lain sebagainya. 6. Investigasi

Jenis dokumenter ini kepanjangan dari investigasi jurnalistik. Biasanya aspek visualnya yang tetap ditonjolkan. Peristiwa yang diangkat merupakan peristiwa yang ingin diketahui lebih mendalam, baik diketahui oleh publik ataupun tidak.

(23)

Terkadang, dokumenter seperti ini membutuhkan rekonstruksi untuk membantu memperjelas proses terjadinya peristiwa. Bahkan, di beberapa film aspek rekonstruksinya digunakan untuk menggambarkan dugaan-dugaan para subjek di dalamnya.

7. Perbandingan dan Kontradiksi

Dokumenter ini menngetengahkan sebuah perbandingan, bisa dari seseorang atau sesuatu.

8. Ilmu Pengetahuan

Film dokumenter genre ini sebenarnya yang paling dekat dengan masyarakat Indonesia. Jenis ini bisa terbgai menjadi sub-genre yang sangat banyak:

a. Film Dokumenter Sains

Film ini biasanya ditujukan untuk publik umum yang menjelaskan tentang suatu ilmu pengetahuan tertentu misalnya dunia binatang, dunia teknologi, dunia kebudayaan, dunia tata kota, dunia lingkungan, dunia kuliner dan sebagainya.

b. Film Instruksional

Film ini dirancang khusus untuk mengajari pemirsanya bagaimana melakukan berbagai macam hal mereka ingin lakukan, mulai dari bermain gitar akustik atau gitar blues pada tingkat awal, memasang instalasi listrik, penanaman bungan yang dijamin tumbuh, menari perut untuk menurunkan berat badan, bermain rafting untuk mengarungi arung jeram dan sebagainya.

9. Buku Harian (Diary)

Seperti halnya sebuah buku harian, maka film bergenre ini mengacu pada catatan perjalanan kehidupan seseorang yang diceritakan kepada orang lain. Dari segi pendekatan, film jenis ini

(24)

memiliki beberapa ciri, yang pada akhirnya banyak yang menganggap gayanya konvensional. Struktur ceritanya cenderung linear serta kronologis, narasi menjadi unsur suara lebih banyak digunakan serta seringkali mencantumkan ruang dan waktu kejadian yang cukup detil.

10.Musik

Genre musik memang tidak setua genre yang lain, namun pada masa 1980 hingga sekarang. Dokumenter jenis ini sangat banyak diproduksi, namun dalam membuat jenis dokumenter ini tidak semuanya merupakan dokumentasi konser musik ataupun perjalanan tur keliling untuk mempromosikan sebuah album.

11.Association Picture Story

Jenis dokumenter ini dipengaruhi oleh film eksperimental. Sesuai dengan namanya, film ini mengandalkan gambar–gambar yang tidak berhubungan namun ketika disatukan dengan editing, maka makna yang muncul dapat ditangkap penonton melalui asosiasi yang terbentuk di benak mereka.

12.Dokudrama

Selain menjadi sub-tipe film, dokudrama juga merupakan salah satu dari jenis dokumenter. Film jenis ini merupakan penafsiran ulang terhadap kejadian nyata, bahkan selain peristiwanya hampir seluruh aspek filmnya (tokoh, ruang dan waktu) cenderung untuk direkonstruksi. Ruang (tempat) akan dicari yang mirip dengan tempat aslinya bahkan kalau memungkinkan dibangun lagi hanya untuk keperluan film tersebut. Begitu pula dengan tokoh, pastinya akan dimainkan oleh aktor yang sebisa mungkin dibuat mirip dengan tokoh aslinya.

(25)

a. Gambar (visual)

Gambar yang diambil berdasarkan peristiwa tertentu. Orang-orang yang direkam. Orang-Orang-orang yang direkam dalam video tersebut benar-benar ada dan pernah ada bukan sebagai pemeran yang menggantikan seseorang dalam video tersebut. (Gatot Prakoso, Film Pinggiran: Antologi Film Pendek, Film Eksperimentel, dan Film Dokumenter)

b. Kata-kata (verbal)

Kata-kata dalam video dokumenter berasal dari penuturan langsung dari subjek yang menjadi tokoh dalam video dokumenter tersebut. Kata-kata yang dilontarkan biasanya berupa kesaksian atas sejarah maupun peristiwa tertentu. Namun kata-kata tersebut juga bisa berasal dari narator atau narasumber untuk menggambarkan peristiwa maupun memberikan keterangan tertentu pada tempat-tempat yang direkam dalam gambar. (Gatot Prakoso, Film Pinggiran: Antologi Film Pendek, Film Eksperimentel, dan Film Dokumenter)

2.2.2 Produser (Producer)

Dalam memproduksi sebuah program ataupun film, tidak lepas dari peran dan tanggung jawab seorang Produser. Produser adalah seseorang yang bertanggungjawab terhadap perencanaan suatu siaran program ataupun film. (Tommy Suprapto, Berkarir Di Bidang Broadcasting, 2008)

Secara umum Produser memiliki tanggungjawab dalam sebuah produksi film atau siaran televisi, dari mulai pra produksi, produksi, hingga paska produksi.

(26)

Dalam bukunya, Tommy Suprapto juga menyebutkan tugas pokok dari seorang Produser, antara lain:

1. Menciptakan dan mengembangkan ide untuk memproduksi sebuah program siaran ataupun film.

2. Membuat desain produksi 3. Menentukan tim kreatif

4. Menentukan satuan kerja produksi

5. Bersama dengan pengarah acara memilih dan menentukan pengisi acara

6. Menyusun anggaran biaya produksi

7. Melakukan koordinasi, promosi, dan publikasi

8. Melakukan evaluasi terhadap program maupun film yang diproduksi

Dalam produksi sebuah program ataupun film dokumenter, jabatan Produser seringkali merangkap sebagai Penulis Naskah, maupun Sutradara. Itu merupakan kelebihan dalam produksi sebuah dokumenter. Hal ini dilakukan untuk menekan budget dan juga efisisensi waktu. Yang paling utama yang harus diperhatikan ketika menjabat sebagai seorang Produser adalah, mampu mengantisipasi segala macam situasi dan juga kondisi yang terjadi di lapangan ketika sedang berlangsung produksi program maupun film itu sendiri. Seorang Produser dituntut untuk selalu cepat dan tanggap dalam menghadapi segala jenis masalah, dan memiliki kemampuan untuk menganbil keputusan di bawah tekanan.

Sebelum melakukan proses produksi, Produser harus melakukan persiapan yang matang bersama dengan kru yang telah ditentukan. Dalam hal ini, seorang Produser Dokumenter, sebaiknya memeriksa kembali hasil riset yang telah didapatkan sebelumnya,

(27)

dievalusi, kemudian dibuat checklist segala kebutuhan untuk memudahkan proses produksi.

2.2.2.1 Tugas Produser

Seperti yang telah kita ketahui, sebelum merencanakan suatu program ataupun film, dibutuhkan sebuah ide. Ide merupakan buah pikiran dari seorang perencana program atau film dalam hal ini adalah Produser.

Sesuai dengan teori komunikasi, ide merupakan rancangan pesan yang akan disampaikan kepada khalayak penonton, melalui medium televise dengan maksud dan tujuan tertentu. Oleh karena itu, sewaktu akan menuangkan idenya dalam bentuk naskah, harus selalu memperhatikan factor penonton, agar apa yang disajikan dalam bentuk acara siaran tersebut dapat mencapai sasarannya. (Fitriyan G. Dennis, Bekerja sebagai Produser)

Adapun tugas dan tanggungjawab seorang Produser terbagi dalam tiga tahap, yaitu:

1. Pra Produksi

a. Mengembangkan konsep gagasan b. Membuat rencana biaya produksi c. Menentukan kru produksi

d. Berdiskusi dengan penulis naskah e. Berdiskusi dengan kru produksi

f. Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh rencana produksi

2. Produksi

a. Mengawasi kegiatan produksi secara keseluruhan b. Menentukan gambar-gambar yang akan digunakan

(28)

c. Sebagai pimpinan pelaksana produksi 3. Paska Produksi

a. Menyetujui hasil akhir sesuai dengan rencana yang telah ditentukan

b. Mengadakan koordinasi dengan stasiun penyiaran untuk promosi atau publikasi (Alan Wurtzel, Television Production, 2012)

Dalam melaksanankan tugasnya, seorang Produser akan selalu mengembangkan programnya agar dapat sesuai dengan rencana awal da sekaligus mampu memenuhi kebutuhan pasar / penonton.

2.2.2.2 Tahapan Kerja Produser

Di dalam bukunya Television Production, Alan Wurtzel menguraikan kerja produser untuk memproduksi program siaran televisi, For Stage of Television Production. Keempat tahapannya adalah sebagai berikut:

a. Pre Production Planning

Tahapan ini merupakan proses awal dari seluruh kegiatan yang akan datang atau tahap perencanaan.Bermula dari timbulnya sebuah gagasan atau disebut ide, ini merupakan tanggung jawab seorang produser tapi dapat saja datangnya dari luar, hanya tanggung jawab ide tadi diambil alih oleh produser dari acara yang bersangkutan

Dengan bertitik tolak dari gagasan tadi, produser yang bersangkutan segera mulai melakukan berbagai kegiatan untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk bahan pengembangan, selanjutnya data dan fakta yang diperoleh

(29)

segera meminta kepada penulis naskah untuk menuangkan dalam bentuk tulisan

Apabila naskah dinilai telah memenuhi sarat,maka produser menyelengarakan planning meeting, dengan mengundang anggota kerabat kerja inti yang terdiri dari pengarah acara, technical director, audio engineer, engineering, art director.

Dalam planning meeting produser melakukan pendekatan produksi tentang rencana produksinya dan seluruh anggota inti memberikan berbagai masukan, sehingga akhirnya rencana produksi tadi akan dapat direalisasikan atas kesepakatan bersama.

Selanjutnya produser mempersiapkan berbagai hal yang bersifat mendukung rencananya, misalnya merencanakan anggaran yang diperlukan. Sedangkan anggota inti dengan selesainya planning meeting berarti telah mempunyai bahan-bahan sebagai rencana kerja, yang bersifat mendukung rencana produksi nantinya.

b. Setup and Rehearsal

Setup merupakan tahap persiapan-persiapan yang bersifat teknis dan dilakukan oleh anggota inti bersama kerabat kerjanya, sejak dari mempersiapkan peralatan yang akan digunkan baik untuk keperluan di dalam maupun di luar studio, seperti mempersiapkandenah. Sedang masalah latihan tidak saja berlaku bagi para artis pendukungnya, tapi sangat penting pula bagi anggota keraba kerja seperti peñata lampu, peñata suara, kameramen, switcher, floor director sampai ke pengarah acaranya sendiri. Dalam latihan ini dipimpin langsung oleh pengarah acara.

(30)

c. Production

Production adalah upaya merubah bentuk naskah menjadi bentuk auditif bagi radio dan bentuk audio visual untuk televisi.

Seperti telah kita ketahui bahwa pelaksanaan produksinya tergantung dari naskahnya, dengan demikian karakter produksi lebih ditentukan oleh karakter naskahnya yang mana naskah merupakan hasil perenungan ide.

Karakter produksi dibagi atau ditentuka menurut lokasinya:

a. Produksi yang diselenggarakan sepenuhnya di dalam studio

b. Produksi yang sepenuhnya diselenggarakan di luar studio c. Produksinya merupakan gabungan di dalam dan di luar

Sedangkan kamera yang digunakan dapat meggunakan kamera labih dari satu kamera atau hanya menggunakan satu kamera jinjing.

d. Post Production

Pada tahapan terakhir merupakan tahapan penyelesaian atau tahap penyempurnaan, dari bahan baik yang berupa pita auditif maupun pita audio visual.

Tahap penyelesaian meliputi :

1. Melakukan editing baik gambar atau suara

2. Pengisian grafik pemangku gelar atau berupa insert visualisasinya

3. Pengisian narasi

4. Pengisian sound efek dan ilustrasi

(31)

Di dalam evaluasi ini dapat saja hasil produksi tadi dinyatakan layak siar, tetapi dapat pula masih diberikan beberapa catatan misalnya, masalah ilustrasi, editing gambar dan sebagainya, sehingga masih harus dilakukan perbaikan.

(32)

BAB III

METODE PENCIPTAAN KARYA

3.1 Deskripsi Karya

Penulis memilih format dokumenter dalam produksi ini, isi cerita dalam dokumenterbersifat sejarah.

1. Nama Program : Kauman Undercover

2. Kategori Program : Edukatif Informatif – Sejarah

3. Media : Audio Visual (TV)

4. Format program : Dokumenter 5. Format Produksi : Outdoor

6. Target Audience : Anak-anak, Remaja, Dewasa 7. Jenis Kelamin : Perempuan dan Laki-laki 8. Strata Ekonomi Sosial : A, B, C, D, dan E

9. Karakter Produksi : Tapping

10. Durasi : ± 15 Menit

3.2 Obyek Karya dan Analisa Obyek

Dalam karya ini penulis mengangkat tema sejarah, khususnya sejarah perkembangan dan perubahan yang terjadi di Kampung Kauman Yogyakarta. Latar belakang sejarah dan perkembangan yang terjadi di Kampung Kauman Yogyakarta yang membuat penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam sebuah karya berformatkan dokumenter.

Kauman merupakan ciri khas kebudayaan Jawa yang lebih dekat dengan agama Islam. Ciri khas utama kauman adalah adanya masjid wali, bundaran alun-alun, pusat pemerintahan, dan pasar tradisional. Walaupun rumus tersebut tidak harus sama. Keempat pilar utama tersebut yang menjadikan pencirikhasan Kauman. Masjid sebagai tempat ibadah, bundaran

(33)

alun-alun sebagai sarana sosial masyarakat dan pemerintah, pasar tradisional sebagai pusat bisnis dan kebutuhan sehari-hari, dan pusat pemerintahan merupakan pengatur regulasi yang diterjemahkan kedalam peraturan.

Dalam karya ini penulis lebih memilih Yogyakarta sebagai tempat pencarian data dan produksi karya ini, dibandingkan kota-kota lain yang juga memiliki desa atau Kampung Kauman. Yogyakarta dipilih karena sejarah pembentukan Kampung Kauman erat hubungannya dengan berdirinya Keraton Ngayogyakartadiningrat. Selain itu, sejarah mencatat banyak ulama-ulama penting yang berasal dari Kampung Kauman Yogyakarta, serta tidak lupa berdirinya organisasi Islam pertama atau yang lebih dikenal dengan nama Muhammadiyah.

Objek dalam karya ini tentu adalah Kampung Kauman Yoyakarta.

3.3 Komparasi Program

Setiap program pasti memiliki ciri khas atau kekuatan tersendiri sebagai daya tarik, baik menciptakan konsep baru maupun memodifikasi program yang sudah ada, begitu pula dengan program dokumenter “Kauman Undercover” yang terinspirasi dari beberapa program, diantaranya :

1.Tarung – Kompas TV

Salah satu program terbaru dari Kompas TV ini merupakan sebuah petualangan seorang penulis novel sekaligus seorang comic, Raditya Dika dalam mempelajari ilmu seni bela diri tradisional. Program acara Tarung yang berformatkan film dokumenter ini tidak hanya sekadar menayangkan ilmu seni bela diri semata, namun disini Raditya Dika juga menyelami berbagai kebudayaan daerah tempat dimana bela diri tradisional itu berada.

(34)

2. Eagle Award Documentary Competition – Metro TV

Sebuah program acara Metro TV yang diciptakan sebagai ajang kompetisi film dokumenter setiap satu tahun sekali yang diperuntukkan bagi para kaum muda dalam menyampaikan kreatifitas mereka menjadi sebuah catatan sejarah yang divisualkan. Ajang yang satu ini dapat dikatakan cukup menarik perhatian, karena dari kompetisi ini sering melahirkan documentary film maker yang berkualitas.

Tujuan dari diadakannya Eagle Award Documentary Competition ini adalah untuk mendorong kemajuan industri film dokumenter Indonesia dengan menghasilkan sineas muda dokumenter.

3.4 Perencanaan Konsep Kreatif dan Konsep Teknis 3.4.1 Konsep Kreatif

Kekhasan “Kauman Undercover” berada di format penyajiannya yang membahas mengenai sejarah perkembangan dan perubahan yang terjadi di Kampung Kauman Yogyakarta yang belum pernah dibahas oleh program acara lain. Hal ini yang kemudian membuat penulis tertarik mengangkatnya sebagai sebuah karya dalam Proyek Akhir ini dengan format dokumenter.

Konsep yang penulis tuangkan dalam Proyek Akhir ini adalah sebuah dokumenter sejarah dengan gaya penyajian yang menarik serta menggunakan struktur penuturan yang naratif.

1. Penulis Naskah

Ketika ide dan konsep program yang akan diproduksi sudah jelas, penulis sebagai Produser berdiskusi dengan Penulis Naskah tentang bagaimana bentuk dan format naskah dokumenter tersebut. Dimulai dari menentukan alur cerita yang akan digunakan serta membuat treatment yang kemudian akan dikembangkan lebih lanjut menjadi sebuah naskah yang utuh oleh Penulis Naskah.

(35)

Dalam proses riset dan penulisan naskah, Produser banyak berdiskusi dengan narasumber dan juga Penulis Naskah, tentang informasi apa saja yang akan diangkat dalam “Kauman Undercover”.

2. Pengarah Acara

Ketika proses penulisan naskah telah selesai, penulis sebagai Produser akan berdiskusi dengan Pengarah Acara tentang bagaimana menginterpretasikan naskah yang sudah jadi ke dalam bentuk audio visual. Siapa saja narasumber yang akan digunakan, setting waktu dan juga tempat, serta peralatan apa saja yang dibutuhkan untuk proses produksi.

3. Kameraman

Dalam produksi ini, selain menjadi Produser, penulis juga merangkap jobdesc sebagai kameraman. Hal ini selain memudahkan, namun juga menghemat biaya pengeluaran. Penulis sebagai produser tentunya sudah memahami seperti apa konsep dokumenter yang akan diproduksi. Terutama setelah berdiskusi dengan Pengarah Acara, penulis sebagai Produser yang juga merangkap sebagai Kameraman sudah mengerti visual seperti apa yang akan diambil ketika produksi dan yang sesuai dengan konsep serta naskah yang telah dibuat sebelumnya. Mengacu pada treatment yang telah disepakati penulis sebagai Produser bersama dengan Pengarah Acara, dapat memudahkan Kameraman untuk mengambil gambar disaat produksi.

4. Editor

Setelah proses produksi selesai, saatnya tahapan editing. Semua file audio dan juga visual, serta naskah akan diserahkan kepada editor. Dalam hal ini penulis selain sebagai Produser dan juga Kameraman, merangkap sebagai editor. Untuk “Kauman

(36)

Undercover”, editor yang digunakan ada 2 orang. Dalam proses paska produksi ini, kami bersama-sama berdiskusi tentang tampilan akhir dari program “Kauman Undercover”. Logging, layout, dubbing, serta statement narasumber yang mana saja yang akan digunakan. Sebagai Produser, tentunya penuis sudah memahami konsep secara mendalam, sehingga tidak merasa terlalu kesulitan dalam menjalani proses editing. Dengan panduan naskah dan juga berdiskusi dengan editor yang lain, proses editing program “Kauman Undercover” tidak mengalami kesulitan yang terlalu berarti.

3.4.1.1 Sinopsis

Program dokumenter yang berdurasikan sekitar kurang lebih lima belas menit ini menginformasikan mengenai sejarah perkembangan dan perubahan yang terjadi di Kampung Kauman Yogyakarta. Diawali dengan background coklat dengan kalimat pembukaan sebagai opening awal lalu opening tune, kemudian dilanjutkan dengan visual gambar tulisan Kota Yogyakarta, suasana Kota Yogyakarta, lalu Tugu Yogyakarta serta tempat-tempat bersejarah yang ada di kota Yogyakarta, narator mulai menjelaskan tentang kota Yogyakarta, Kampung Kauman Yogyakarta, fungsi Kampung Kauman Yogyakarta jaman dahulu, hingga perubahan sosial dan perubahan ajaran agama yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Kampung Kauman Yogyakarta, serta statement dari narasumber. Setelah statement dari narasumber, kemudian narator langsung menjelaskan perubahan pola pendidikan dan perekonomian yang terjadi di Kampung Kauman, serta beberapa statement

(37)

narasumber menjelaskan perubahan mengenai pola pendidikan dan perekonomian, narator kemudian menjelaskan perubahan yang mencolok di Kampung Kauman, yaitu berubah dan meredupnya para ulama di Kampung Kauman, serta perubahan ketidakberfungsi dan beralih fungsinya langgar-langgar, serta disisipi statement dari narasumber, lalu ditutup dengan closing

(38)

3.4.1.2 Treatment

Tabel 3.1 : Treatment Dokumenter “Kauman Undercover”

NO VISUAL DUR AUDIO

1. Colorbar 2. Identitas Karya 3. Countdown

4. Background Coklat dan tulisan kalimat pembuka hingga selesai

 Backsound Type

Writer  Narasi

5. OPENING TUNE Ilustrasi Musik

6.  Insert tulisan Kota Yogyakarta  Suasana Kota Yogyakarta  Insert Tugu Yogyakarta  Tempat-tempat bersejarah di Kota Yogyakarta  Ilustrasi Musik  Narasi 7.  Suasana Kampung Kauman Yogyakarta  Insert Gerbang bertuliskan Kauman  Suasana di Masjid Gedhe Kauman  Ilustrasi Musik  Narasi 8.  Insert peta Yogyakarta  Keraton Yogyakarta  Ilustrasi Musik  Narasi

(39)

 Insert foto ketib yang tinggal di Kampung Kauman

 Insert foto Sri Sultan Hamengku Buwono 1

 Suasana Kampung Kauman

9. Pak Ghifari menjelaskan tentang kehidupan sosial masyarakat Kampung Kauman

Sound Up Narasi

10.  Suasana Kampung Kauman

 Insert foto keluarga masyarakat Kauman jaman dulu

 Suasana di Masjid Gedhe

 Insert foto Kyai Haji Ahmad Dahlan

 Insert papan tulisan Muhammadiyah  Kegiatan masyarakat Kauman yang melakukan upacara tradisional pada tempo dulu  Ilustrasi Musik  Narasi

(40)

11. Pak Ghifari menjelaskan tentang kehidupan perubahan ajaran agama tradisional masyarakat Kampung Kauman

Sound Up Narasi

12.  Suasana di

Kampung Kauman

 Insert papan tulisan SD Muhammadiyah 1 dan bangunan sekolah yang ada di Kampung Kauman  Suasana kegiatan anak-anak sekolah  Ilustrasi Musik  Narasi 13.  Insert tulisan pesantren dan bangunan pesantren  Suasana kegiatan anak-anak melakukan pesantren  Suasana kegiataan pengajian di Masjid Gedhe  Insert bangunan-bangunan langgar di Kampung Kauman  Suasana kegiataan sholat di Masjid  Ilustrasi Musik  Narasi

(41)

Gedhe

14. Pak Budi menjelaskan tentang pola pendidikan masyarakat Kampung Kauman

Sound Up Narasi

15.  Bangunan-bangunan langgar Kyai Haji Ahmad Dahlan

 Insert foto-foto murid sekolah jaman dahulu  Suasana kegiatan anak-anak sekolah  bangunan-bangunan sekolah di Kampung Kauman  Suasana kegiatan anak-anak sekolah  Ilustrasi Musik  Narasi 16.  Suasana di Kampung Kauman  Suasana Karnaval di Yogyakarta  Insert toko-toko disekitaran Kauman  Kegiatan masyarakat Kauman yang sedang membatik  Ilustrasi Musik  Narasi

(42)

17. Pak Budi menjelaskan tentang krisis malaise yang melanda pabrik batik di Kampung Kauman Sound Up Narasi 18.  Suasana di Kampung  Insert bangunan-bangunan toko di Kampung Kauman  Kegiatan masyarakat Kampung Kauman  Kegiatan sholat masyarakat di Masjid Gedhe  Ilustrasi Musik  Narasi 19.  Insert bangunan-bangunan yang didirikan oleh Muhammadiyah  Insert foto-foto kegiatan abdi dalem Kampung Kauman

 Ilustrasi Musik

 Narasi

20. Pak Ghifari menjelaskan tentang kyai atau ulama atau ketib di Kampung Kauman Sound Up Narasi 21.  Insert bangunan-bangunan langgar di  Ilustrasi Musik  Narasi

(43)

Kampung Kauman

 Suasana kegiataan sholat di Masjid Gedhe

22. Pak Budi menjelaskan tentang langgar yang ada di Kampung Kauman

Sound Up Narasi

23.  Cuplikan film “Sang Pencerah”

 Suasana di

Kampung Kauman

 Ilustrasi Musik

 Narasi

24. Pak Budi menjelaskan tentang kegiatan yang ada di Kampung Kauman Sound Up Narasi 25.  Bangunan tua di Kampung Kauman  Suasana di Kampung Kauman  Suasana kegiataan sholat di Masjid Gedhe  Ilustrasi Musik  Narasi

26. Pak Budi menjelaskan tentang harapan di

Kampung Kauman

kedepannya

Sound Up Narasi

(44)

di sore hari

Suasana di

Kampung Kauman

 Kegiatan sholat yang ada di Masjid Gedhe

 Narasi

28. Credit Tittle  Ilustrasi Musik

 Daftar Kru

29. CLOSING TUNE Ilustrasi Musik

30. LOGO UDINUS DAN BROADCASTING COPYRIGHT @2014

(45)

3.4.1.3 Naskah

Tabel 3.2 : Naskah Dokumenter “Kauman Undercover”

NO VISUAL DUR AUDIO

1. Colorbar 2. Identitas Karya 3. Countdown

4. Background Coklat dan tulisan kalimat pembuka hingga selesai ...NARASI……. HIDUP TERUS BERJALAN LAYAKNYA RODA YANG BERPUTAR// SEIRING DENGAN PERPUTARAN WAKTU/ PERUBAHAN DEMI PERUBAHAN

AKAN TERUS TERJADI

DAN BERKEMBANG SESUAI DENGAN DINAMIKA ZAMAN// NAMUN/ DENGAN ADANYA PERKEMBANGAN YANG TERJADI/ AKANKAH MEMBAWA PERUBAHAN YANG

LEBIH BAIK ATAU JUSTRU

(46)

5. OPENING TUNE Ilustrasi Musik 6.  Insert tulisan Kota Yogyakarta  Suasana Kota Yogyakarta  Insert Tugu Yogyakarta  Tempat-tempat bersejarah di Kota Yogyakarta ...NARASI……. DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ATAU YANG LEBIH DIKENAL DENGAN SEBUTAN YOGYAKARTA/ MERUPAKAN SALAH

SATU KOTA YANG

KAYA AKAN

PREDIKAT/ DILIHAT DARI POTENSI YANG DIMILIKINYA// YA/

ANGGAPAN YANG

DEMIKIAN MEMANG

BENAR/ KARENA

KOTA YANG JUGA

TERKENAL DENGAN SEBUTAN KOTA PELAJAR INI/ TERNYATA MENYIMPAN BANYAK SITUS BERSEJARAH/ YANG MENARIK UNTUK DITELUSURI PADA SETIAP

(47)

TERBUKTI DENGAN MUNCULNYA SALAH SATU PERKAMPUNGAN ISLAM TERBESAR DI YOGYAKARTA/ YAITU KAMPUNG KAUMAN// 7.  Suasana Kampung Kauman Yogyakarta  Insert Gerbang bertuliskan Kauman  Suasana di Masjid Gedhe Kauman ...NARASI……. SEPINTAS MEMANG

TIDAK ADA YANG

BERBEDA DAN ISTIMEWA DARI KAMPUNG KAUMAN YOGYAKARTA DENGAN KAMPUNG KAUMAN DI KOTA LAINNYA// NAMUN/ HAL ITU TERTEPIS/

KETIKA MELEWATI GERBANG UTAMA KAUMAN YANG BERDIRI KOKOH LAYAKNYA SEBUAH BENTENG// PEMANDANGAN

YANG TIDAK BIASA

DENGAN NUANSA

(48)

KENTAL AKAN

TERASA/ SAAT

MEMASUKI

PELATARAN SEBUAH

BANGUNAN MASJID

TUA NAN MEGAH/

MASJID GEDHE

KAUMAN

YOGYAKARTA/ YANG

DIDIRIKAN PADA

TAHUN 1773// DI MASJID INILAH PUSAT

DARI SEMUA KEGIATAN KEAGAMAAN DI KAMPUNG KAUMAN DILAKSANAKAN// 8.  Insert peta Yogyakarta  Keraton Yogyakarta

 Insert foto ketib yang tinggal di Kampung Kauman

 Insert foto Sri Sultan ...NARASI……. BERADA DI KELURAHAN NGUPASAN/ KECAMATAN GONDOMANAN/ KOTA YOGYAKARTA/ LAHIRNYA KAMPUNG KAUMAN MEMANG TIDAK DAPAT DIPISAHKAN DARI

(49)

Hamengku Buwono 1  Suasana Kampung Kauman KESULTANAN YOGYAKARTA BESERTA BIROKRASI DI DALAMNYA// DIKENAL SEBAGAI KAMPUNG SANTRI/ KAUMAN MERUPAKAN TEMPAT TINGGAL BAGI PARA

9 KETIB YANG DITUNJUK OLEH SULTAN HAMENGKU BUWONO I UNTUK MEMELIHARA/ MENGELOLA/ DAN MEMAKMURKAN MASJID/ SEKALIGUS MENJADI TEMPAT

TINGGAL BAGI ABDI

DALEM GUNA MEMBAWAHI URUSAN KEAGAMAAN// CITRA KAUMAN SEBAGAI KAMPUNG YANG BERNADA ISLAM/ MASIH BISA DIRASAKAN HINGGA

(50)

SEKARANG// HAL INI DIKARENAKAN MASYARAKAT KAUMAN MERUPAKAN MASYARAKAT ENDOGAMI// 9. Pak Ghifari menjelaskan tentang kehidupan sosial masyarakat Kampung Kauman ….SOUND UP…. ORANG-ORANG YANG TINGGAL DI KAUMAN ITU ADALAH ABDI

DALEM URUSAN AGAMA YANG DITUGASKAN OLEH KASULTANAN YOGYAKARTA/ OLEH SULTAN MELALUI KYAI PENGHULU// KYAI PENGHULU MERUPAKAN ORANG YANG ATAU REPRESENTASI DARI SULTAN UNTUK URUSAN AGAMA

ATAU YANG BISA

DIKATAKAN JUGA ITU

ADALAH MENTERI

(51)

KASULTANAN

YOGYAKARTA// DAN ADA HIERARKI YANG TERBANGUN DISANA MULAI DARI KYAI

PENGHULU/ DAN

DIBAWAHNYA ADA

KETIB ATAU KHOTIB// ADA 9 KETIB DI

KAUMAN// DAN

DIBAWAH KETIB ITU

ADA MODIN ATAU

MUADZIN/ DAN

DIBAWAHNYA ITU

ADALAH BARJAMAAH ATAU ABDI DALEM

YANG KHUSUS

BERTUGAS UNTUK

MENGHADIRI SHALAT JAMAAH/ DAN YANG

PALING BAWAH ADALAH MERBOT ADALAH ATAU ORANG-ORANG YANG MENJAGA ATAU MEMBERSIHKAN MASJID// DAN MEREKA BERANAK

(52)

PINAK DI KAUMAN/ MEREKA MENIKAH SECARA ENDOGAMI/ ATAU DALAM JARINGAN KEKELUARGAAN ATAU MEMANG BETUL-BETUL ANTARA SATU

DENGAN YANG LAIN

ITU MENIKAH DENGAN KELUARGA// 10.  Suasana Kampung Kauman  Insert foto keluarga masyarakat Kauman jaman dulu  Suasana di Masjid Gedhe

 Insert foto Kyai Haji Ahmad Dahlan  Insert papan tulisan ...NARASI……. DALAM PERKEMBANGANNYA / KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT KAMPUNG KAUMAN LAMBAT LAUN BERUBAH// MASYARAKAT YANG AWALNYA HANYA MENJALIN HUBUNGAN DENGAN KELUARGA KETIB/ MODIN/ BARJAMA’AH/ MERBOT/ DAN PENGHULU/ KINI

(53)

Muhammadiyah  Kegiatan masyarakat Kauman yang melakukan upacara tradisional pada tempo dulu DAPAT MENJALIN HUBUNGAN DENGAN MASYARAKAT PENDATANG BARU YANG MENETAP DI KAMPUNG KAUMAN// TIDAK HANYA PERUBAHAN SOSIAL SAJA YANG TERJADI/ NAMUN MASYARAKAT KAMPUNG KAUMAN JUGA MENGALAMI PERUBAHAN DALAM MENJALANKAN SYARIAT ISLAM//

HINGGA PADA TAHUN

1912/ MENJADI

TAHUN YANG BEGITU MONUMENTAL BAGI KAMPUNG KAUMAN/ KARENA MUNCULNYA SEORANG MUHAMMAD DARWIS ATAU YANG LEBIH

DIKENAL DENGAN

(54)

DAHLAN DALAM MENDIRIKAN ORGANISASI ISLAM/ MUHAMMADIYAH// MUNCULNYA ORGANISASI MUHAMMADIYAH JELAS MEMBAWA PERUBAHAN DALAM AJARAN SYARIAT

ISLAM// AKAN TETAPI

TIDAK DAPAT DIPUNGKIRI/ BAHWA PADA MASA SEBELUM ABAD 20 MASEHI/ MASYARAKAT KAUMAN MENJALANKAN AJARAN AGAMA

ISLAM DENGAN CARA TRADISIONAL// 11. Pak Ghifari menjelaskan tentang kehidupan perubahan ajaran agama tradisional masyarakat ….SOUND UP…. ADA PERUBAHAN SOSIAL YANG DINAMIS DI KAUMAN/ YANG MULANYA KEHIDUPAN

(55)

Kampung Kauman KEAGAMAANNYA BIASA-BIASA SAJA DAN BAHKAN CENDERUNG MENDEKATI TRADISI-TRADISI JAWA/ ANIMISME/ DINAMISME/ ATAUPUN DALAM ISTILAH LAIN ADALAH TAKHAYUL BITH AL KHUROFAT YANG SANGAT DOMINAN DAN MELEKAT DI TENGAH MASYARAKAT ITU/ PERLAHAN-LAHAN MULAI BERUBAH// ADA GERAKAN PEMURNIAN ATAU PURIVIKASI ATAS AGAMA YANG MENGEMBALIKAN KEPADA TUNTUNAN YANG SEBENARNYA/ YAKNI AL-QUR’AN

DAN HADIST/ YAITU

(56)

OLEH AHMAD DAHLAN YANG MERUBAH SECARA SIGNIFIKAN KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT DI KAUMAN// TIDAK LAGI DITEMUKAN KENDUREN/ TIDAK LAGI DITEMUKAN SLAMETAN-SLAMETAN YANG CENDERUNG KEPADA WILAYAH-WILAYAH YANG TAKHAYUL// 12.  Suasana di Kampung Kauman  Insert papan tulisan SD Muhammadiyah 1 dan bangunan sekolah yang ada di Kampung Kauman  Suasana kegiatan anak-anak sekolah ...NARASI……. BERUBAHNYA AJARAN AGAMA ISLAM DI KAMPUNG KAUMAN MEMANG MEMBAWA WARNA TERSENDIRI// BAHKAN/ KETIKA

KATA TIDAK PUAS AKAN KONDISI YANG

TERCIPTA/ MAKA

TERJADILAH

(57)

PERUBAHAN YANG MENONJOL// SEPERTI JAMAN SEKARANG/ PERUBAHAN JUGA MERUBAH PEMIKIRAN MASYARAKAT AKAN PENTINGNYA MENGENYAM BANGKU PENDIDIKAN/ KHUSUSNYA UNTUK ILMU PENGETAHUAN UMUM// BAHKAN/ BANYAK DARI MEREKA YANG MENEMPUH PENDIDIKAN HINGGA KELUAR NEGERI//

HAL INILAH/ YANG

PADA AKHIRNYA JUGA DIRASAKAN OLEH MASYARAKAT KAUMAN AKAN PENTINGNYA MENGENYAM SEBUAH BANGKU PENDIDIKAN//

(58)

13.  Insert tulisan pesantren dan bangunan pesantren  Suasana kegiatan anak-anak melakukan pesantren  Suasana kegiataan pengajian di Masjid Gedhe  Insert bangunan-bangunan langgar di Kampung Kauman  Suasana kegiataan sholat di Masjid Gedhe ...NARASI……. SEBELUM ADANYA REFORMASI ISLAM/ PARA SANTRI KAMPUNG KAUMAN MENGENYAM BANGKU PENDIDIKAN DI PESANTREN/ YANG DIMANA DALAM PENGAJARANNYA HANYA SEPUTAR BIDANG KEAGAMAAN TANPA ADANYA PENGAJARAN UNTUK ILMU PENGETAHUAN UMUM// PARA SANTRI DIDIDIK OLEH PARA

KETIB YANG MEMPUNYAI LANGGAR/ YANG DIMANA LANGGAR TERSEBUT BERFUNGSI SEBAGAI TEMPAT IBADAH/ SEKALIGUS PONDOK PESANTREN// TIDAK HANYA MENGENYAM

(59)

BANGKU PENDIDIKAN DI PESANTREN SAJA/ PARA SANTRI YANG TERGOLONG MAMPU/ MENEMPUH PENDIDIKAN HINGGA KE TIMUR TENGAH// YANG MANA SEKEMBALINYA MEREKA KE KAMPUNG KAUMAN/ MEMBAWA PENGARUH YANG BESAR DALAM PERGERAKAN REFORMASI ISLAM// LAHIR SEBAGAI BENTUK PERGERAKAN REFORMASI ISLAM/ MUHAMMADIYAH TURUT MEMBAWA PERUBAHAN DALAM BIDANG PENDIDIKAN// 14. Pak Budi menjelaskan tentang pola ….SOUND UP…. KARENA MUHAMMADIYAH

Gambar

Tabel 3.1 : Treatment Dokumenter “Kauman Undercover”
Tabel 3.2 : Naskah Dokumenter “Kauman Undercover”
Tabel 3.3 : Alat dan Bahan Dokumenter
Tabel 3.4 : Crew Dokumenter “Kauman Undercover”
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini ditujukan untuk pengembangan sistem informasi administrasi, diharapkan dapat menghasilkan sebuah produk berupa Sistem Informasi Administrasi Santri Pada

Definisi presentasi menurut kamus Oxford adalah a way in which something is presented, yaitu suatu cara untuk mempresentasikan sesuatu. Dalam hal ini, cara dan sesuatu

peneliti akan menganalisis unsur intrinsik terlebih dahulu agar memudahkan peneliti menemukan unsur romantisme. Peneliti menggunakan teori yang diambil dari buku Sémiotique

Kita dapat melihat bahwa ada suatu instruksi lainnya setelah instruksi RET, Ini terjadi karena disassembler tidak tahu dimana data dimulai , dia hanya memproses nilai

Kesalahan kedua pada input informasi adalah tidak dinyatakan dalam kepentingan probabilitas maksimum, contoh: diasumsikan kita memiliki model valuasi saham yang menghasilkan

untuk liabilitas keuangan non-derivatif dengan periode pembayaran yang disepakati Grup. Tabel telah dibuat berdasarkan arus kas yang didiskontokan dari liabilitas

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk