BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tinea pedis adalah infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai sela jari kaki dan telapak kaki, dengan lesi terdiri dari beberapa tipe, bervariasi dari ringan, kronis dan berskuama hingga penyakit yang akut, eksfoliatif, pustula dan bulosa.1 Penyakit ini diperkirakan mengenai 10% populasi dunia.2,3 Prevalensinya di beberapa negara Asia cukup tinggi, antara 16,38% sampai 27,2%.4-6 Di Indonesia
sendiri, berapa tepatnya prevalensi tinea pedis tidak diketahui. Penelitian pada siswa pendidikan militer di Sumatera Utara pada tahun 2009 mendapatkan proporsi tinea pedis sebesar 55%.7 Data dari rekam medis RSUP H.Adam Malik Medan antara tahun 2009 – 2012 menunjukkan proporsi pasien tinea pedis dari seluruh kunjungan ke SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin (IKKK) adalah 7,9%.8
Penyebab tinea pedis adalah dermatofita. Dermatofita yang paling sering dijumpai pada lesi tinea pedis adalah Trichophyton rubrum (T.rubrum),
Trichophyton mentagrophytes var interdigitale (T.mentagrophytes var
interdigitale) dan Epidermophyton floccosum (E.floccosum).2,3,9,10
Mikroflora normal pada sela jari kaki antara lain Micrococcae (staph), coryneform aerobik dan beberapa bakteri Gram negatif. Daerah ini dapat
dikolonisasi oleh dermatofita dan kandida. Ketika sawar stratum korneum dirusak oleh dermatofita, bakteri pun mampu berproliferasi.11-13 Mula-mula koloni
difteroid berproliferasi namun dengan meningkatnya keparahan menyebabkan bakteri Gram negatif menjadi dominan. Perubahan ini bermanifestasi dengan
berkembangnya infeksi jamur superfisial yang tidak terkomplikasi menjadi lebih agresif dengan erosi dan maserasi pada daerah sela jari kaki.12,13 Beberapa penelitian mengenai superinfeksi bakteri pada infeksi jamur di kulit menemukan bakteri Gram positif maupun bakteri Gram negatif pada lesi.14,15 Mainiadi yang meneliti infeksi sekunder pada dermatofitosis mendapatkan Staphylococcus aureus sebagai bakteri penyebab utama infeksi sekunder di RSUP H.Adam Malik
Medan.15
Gambaran klinis tinea pedis terdiri dari empat bentuk yaitu tipe interdigitalis, hiperkeratotik kronik (mokasin), vesikobulosa, ulseratif akut atau kombinasi. 2,9 Pada banyak penelitian, tinea pedis yang paling sering dijumpai adalah tipe interdigitalis.16 Tinea pedis terutama tipe interdigitalis sering melibatkan
superinfeksi bakteri yang menyebabkan pengobatan menjadi sulit.17-19 Di samping itu, tinea pedis yang tidak segera mendapat pengobatan ataupun mendapat pengobatan yang tidak tepat dapat menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri.9 Pada keadaan infeksi yang berat, jamur semakin sulit ditemukan, sebaliknya bakteri semakin mudah ditemukan, sehingga diperlukan pemeriksaan kultur jamur dan juga kultur bakteri disertai tes sensitivitas antibiotika.2,12,13
Berdasarkan uraian di atas, peneliti berminat untuk meneliti identifikasi spesies dermatofita penyebabnya dan superinfeksi bakteri pada tinea pedis.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran spesies dermatofita dan superinfeksi bakteri pada tinea pedis di RSUP H. Adam Malik Medan ?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui gambaran spesies dermatofita dan superinfeksi bakteri pada tinea pedis di RSUP H. Adam Malik Medan. 1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui spesies dermatofita berdasarkan gambaran klinis tinea pedis.
2. Mengetahui superinfeksi bakteri berdasarkan gambaran klinis tinea pedis.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Bidang akademik
Menambah wawasan tentang spesies dermatofita penyebab tinea pedis dan superinfeksi bakteri di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.4.2 Bidang pelayanan masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat bahwa penyebab infeksi pada kaki dapat disebabkan jamur, bakteri atau keduanya sehingga masyarakat mampu melakukan pencegahan.
1.4.3 Bidang pengembangan penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar atau data
pendukung untuk penelitian selanjutnya.