• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Chapter III VI"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada lahan persawahan di UPT Balai Benih Induk Padi Murni Tanjung Morawa Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian + 20 meter di atas permukaan laut, mulai bulan November 2016 sampai dengan Maret 2017.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit padi varietas (Mekongga, Situ Bagendit, Inpari 32, Inpari 30) sebagai bahan tanam, pupuk NPK, SS, Urea sebagai bahan penambah unsur hara pada tanah, pestisida sebagai bahan pengendali hama, aquades untuk perlakuan perendaman benih.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini traktor digunakan untuk mengolah tanah dan membersihkan lahan penelitian, tali plastik digunakan sebagai pembatas setiap plot percobaan, meteran untuk mengukur luas lahan yang digunakan dalam penelitian, timbangan analitik untuk menimbang bahan pendukung penelitian, spidol/pensil sebagai alat tulis, kamera sebagai alat dokumentasi, dan sejumlah alat-alat yang digunakan dalam membantu proses penelitian.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu :

Faktor I : Sistem Tanam Jajar Legowo yang terdiri atas 3 taraf, yaitu : L0

L

= Kontrol (10 x 25 cm)

(2)

L2

Faktor II : Varietas Padi yang terdiri atas 4 jenis, yaitu : = 4:1 (10 x 25 cm)

= Varietas Situ Bagendit

3

V

= Varietas Inpari 32

4

Jumlah ulangan (Blok) : 3 ulangan = Varietas Inpari 30

Jumlah sampel/plot : 5 tanaman : 44 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya : 180 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 1.008 tanaman Ukuran plot : 40 cm x 75 cm

70 cm x 75 cm 110 cm x 75 cm Jarak antar plot : 50 cm

Jarak antar blok : 50 cm

Model Linear Adatif dari Rancangan di atas adalah: Yij= μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + ε

i= 1,2,3 j= 1,2,3 k= 1,2,3,4

(3)

Keterangan: Yijk

μ : Nilai tengah

: Nilai pengamatan pengaruh blok ke-i, sistem tanam legowo ke-j dan varietas padi sawah ke-k

ρi

α

: Pengaruh blok ke-i

j :

β

Pengaruh sistem tanam legowo ke-j

k

(αβ)

: Pengaruh varietas padi sawah ke-k

jk

padi sawah ke-k

: Pengaruh interaksi sistem tanam legowo pada taraf ke-j dan varietas

εijk

Jika dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%

(4)

PELAKSANAAN PENELITIAN Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dilakukan menggunakan alat hand traktor dengan kedalaman 20 cm, untuk mengubah tekstur tanah sampai berlumpur dengan alat bajak dan garu. Saluran air masuk dan air keluar diatur sedemikian rupa sehingga sistem pengairan berjalan baik dan lancar. Saat penggaruan tanah usahakan kondisi lahan dalam keadaan tergenang agar memudahkan pembentukan tanah yang berlumpur dan permukaan tanah yang merata.

Pembibitan

Benih direndam dengan air, tiriskan, benih padi yang mengambang dibuang. Selanjutnya diperam di dalam goni selama 1 malam hingga benih berkecambah serentak. Lahan untuk tempat pembibitan terlebih dahulu diolah dengan cara mencangkul hingga tanah menjadi lumpur halus dan tidak terdapat lagi bongkahan batu. Kemudian dibuat petak pembibitan dengan ukuran 1,6 m x 0,4 m (± 10% dari total luas lahan yang akan ditanam). Benih yang sudah diperam kemudian disebar merata pada tempat pembibitan yang telah dipersiapkan dengan keadaan merata dan tidak terlalu rapat.

Penanaman

(5)

tanaman akan menghasilkan., anakan yang lebih banyak, anakan yang lebih banyak akan lebih tahan rebah dan tanaman akan lebih tahan kekeringan.

Pemeliharaan Tanaman Pemberian air irigasi

Penggenangan air dilakukan setelah kodisi lahan sudah tampak mengering saat tanaman berumur 3 HST dan hari berikutnya tidak diari kembali sampai lahan kembali menjadi kering. Penggenangan ini juga dilakukan pada fase anakan maksimal, pada fase pembentukan dan pengisian malai dengan kedalaman air 10 cm dan dilakukan 10 hari sebelum panen.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan 7 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan pada tanaman padi yang tidak tumbuh normal atau mati.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan setiap minggu secara manual yaitu mencabut gulma dengan tangan, ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perebutan unsur hara dari dalam tanah. Penyiangan disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Pemupukan

(6)

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan insektisida dan fungisida. Insektisida yang digunakan adalah Bestox 50 EC dan Hamasid 25 EC sebanyak 250 ml untuk tanaman padi. Fungisida yang digunakan yaitu Victory Mix 8/64 WP sebanyak 400 g dan Fitokarb 50 WP sebanyak 250 g. Penyemprotan insektisida dan fungisida dilakukan 10 hari sekali atau melihat gejala yang timbul akibat serangan hama dan penyakit dilapangan.

Panen

Pemanenan dilakukan pada saat 85% bulir telah menguning atau setelah tanaman berumur 116 - 125 hari (33-36 hari setelah berbunga) bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau.

Peubah Amatan Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman diukur mulai tanaman berumur 2 MST dan diambil sampai akhir masa vegetatif, dengan interval waktu 1 minggu. Tanaman diukur mulai pangkal batang (permukaan tanah) hingga ujung daun tertinggi setelah diluruskan, diukur dengan menggunakan meteran. Pada setiap pengambilan tinggi tanaman diberi tanda pada pacak sampel.

Jumlah anakan per rumpun (anakan)

(7)

Jumlah malai per rumpun (tangkai)

Jumlah malai per rumpun dapat dihitung pada saat tanaman mengeluarkan malai secara keseluruhan pada anakan. Penghitungan malai dilakukan pada saat malai telah keluar penuh pada saat pemanenan.

Jumlah gabah bernas per plot (bulir)

Jumlah biji bernas per plot dihitung pada saat panen dengan cara menghitung jumlah biji bernas tiap malai dalam satu rumpun setiap tanaman sampel.

Persentase gabah hampa per rumpun (%)

Dihitung persentase gabah hampa per rumpun dengan rumus : % gabah hampa per rumpun = Jumlah gabah hampa per rumpun

Jumlah gabah total per rumpun Bobot per 1000 gabah kering (g)

Bobot per 1000 gabah kering dihitung dengan cara menimbang 1000 gabah bernas yang dikeringkan selama satu hari dari setiap rumpun tanaman sampel.

Bobot gabah bruto kering per sampel (g)

Bobot gabah bruto kering dihitung dengan cara menimbang hasil gabah bernas yang dikeringkan selama satu hari dari setiap rumpun tanaman sampel.

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi tanaman

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa sistem tanam pada umur 7 MST dan 8 MST berpengaruh nyata tetapi tidak berpengaruh nyata pada umur 2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST dan 6 MST. Pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata pada semua umur pengamatan (MST).

Pada tabel 1 dari uji hasil uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap tinggi tanaman (cm) umur 7 MST dan 8 MST. Pada 7 MST dapat dilihat bahwa perlakuan L2 (4:1)

berbeda nyata dengan L0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L1 (2:1)

sedangkan pada umur 8 MST, L2 (4:1) berbeda nyata dengan L0 (Kontrol) tetapi

tidak berbeda nyata dengan L1

Tabel 1 menunjukkan tinggi tanaman (cm) padi tertinggi diperoleh pada sistem tanam legowo 4:1 (L

(2:1).

2) pada umur 7 MST (88,9 cm) & 8 MST (92,95 cm)

sedangkan terendah pada sistem tanam kontrol (L0

Tinggi tanaman padi umur 2-8 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 1.

(9)

Tabel 1. Tinggi tanaman padi (cm) umur 2-8 MST pada sistem tanam dan

(10)

Jumlah anakan padi umur 2-8 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah anakan padi (anakan) umur 2-8 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas

(11)

(2:1) berbeda nyata dengan L0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L2

(4:1) sedangkan pada umur 7 MST dapat dilihat bahwa pada perlakuan L1 (2:1)

berbeda nyata dengan L0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L2 (4:1) dan

pada umur 8 MST dapat dilihat bahwa L1 (2:1) berbeda nyata dengan L0

(Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L2

Tabel 2 menunjukkan anakan padi (anakan) terbanyak diperoleh pada sistem tanam legowo 2:1 (L

(4:1).

1) pada umur 6 MST (24 anakan), 7 MST (24 anakan)

& 8 MST (24 anakan) sedangkan terendah pada sistem tanam kontrol (L0

Jumlah malai per rumpun

) pada umur 6 MST (20 anakan), 7 MST (19 anakan) dan 8 MST (19 anakan).

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa sistem tanam pada umur 17 MST berpengaruh nyata sedangkan pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Pada tabel 3 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap jumlah malai per rumpun (tangkai) umur 17 MST. Pada umur 17 MST dapat dilihat bahwa perlakuan L1 (2:1) berbeda nyata dengan L0

(Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L2

(12)

Tabel 3 menunjukkan jumlah malai per rumpun (tangkai) terbanyak diperoleh pada sistem tanam jajar legowo 2:1 (L1) sebanyak 7 tangkai malai

sedangkan terendah pada sistem tanam kontrol (L0

Jumlah gabah bernas per plot

) sebanyak 5 tangkai malai.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa sistem tanam pada umur 17 MST berpengaruh nyata sedangkan pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Pada tabel 4 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap jumlah gabah bernas per plot (bulir) umur 17 MST. Pada umur 17 MST dapat dilihat bahwa pada perlakuan L2 (4:1) berbeda nyata dengan

L0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L1

Jumlah gabah bernas per plot umur 17 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 4.

(2:1).

Tabel 4. Jumlah gabah bernas per plot umur 17 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas

Sistem Tanam

Varietas

Rataan

V1 V2 V3 V

---bulir---

4

L0(Kontrol) 114,20 110,53 106,53 118,67 112,48b

L1(2:1) 138,20 127,47 130,13 119,33 128,78a

L2(4:1) 119,60 135,87 126,33 145,47 131,82a

Rataan 124,00 124,62 121,00 127,82

Tabel 4 menunjukkan jumlah gabah bernas per plot (bulir) terbanyak diperoleh pada sistem tanam jajar legowo 4:1 (L2) sebanyak 132 bulir sedangkan

(13)

Persentase gabah hampa per sampel

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pada perlakuan sistem tanam, varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Pada tabel 5 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam, varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap persentase gabah bernas per plot (%).

Persentase gabah hampa per sampel umur 17 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Persentase gabah hampa per sampel umur 17 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas

Sistem Tanam

Varietas

Rataan

V1 V2 V3 V

---%---

4

L0(Kontrol) 0,08 0,10 0,11 0,11 0,10

L1(2:1) 0,10 0,11 0,13 0,07 0,10

L2(4:1) 0,10 0,12 0,16 0,12 0,13

Rataan 0,09 0,11 0,13 0,10

Bobot per 1000 gabah kering

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pada perlakuan sistem tanam, varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas berpengaruh nyata. Pada tabel 6 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam, varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap bobot per 1000 gabah kering (g).

(14)

Tabel 6. Bobot per 1000 gabah kering umur 17 MST pada sistem tanam dan

Bobot gabah bruto kering per sampel

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa sistem tanam pada umur 17 MST berpengaruh nyata sedangkan pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Pada tabel 7 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap bobot gabah bruto kering per sampel (g) umur 17 MST. Pada umur 17 MST dapat dilihat bahwa pada perlakuan L2 (4:1) berbeda nyata

dengan L0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L1

Bobot gabah bruto kering per sampel umur 17 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 7.

(2:1).

Tabel 7. Bobot gabah bruto kering per sampel umur 17 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas

(15)

Pembahasan

Dari penelitian diperoleh bahwa sistem tanam nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai per sampel, jumlah gabah bernas per plot, bobot gabah netto kering per sampel, bobot gabah netto kering per plot Hal ini dikarenakan sistem tanam yang digunakan berpengaruh terhadap kualitas padi dikarenakan seluruh barisan padi berada di pinggir maka penyinaran akan optimal, mudah dalam pemeliharaan tanaman padi. Sedangkan pada sistem tanam legowo berpengaruh untuk menghasilkan produktifitas gabah yang sejalan dengan pertumbuhan tinggi tanaman padi menyebabkan tanaman mempunyai potensi untuk berproduksi lebih tinggi dan sistem tanam legowo memudahkan dalam pengaturan air, menghemat penggunaan pupuk. Meskipun penyerapan hara oleh tanaman lebih banyak, tetapi karena tanaman lebih kokoh sehingga mampu meminimalkan resiko kerebahan. Hal ini sesuai dengan literatur itu Departemen Pertanian (2014) yang menyatakan sistem tanam legowo memanipulasi lokasi tanaman sehingga seolah-olah tanaman padi dibuat menjadi taping (tanaman pinggir) lebih banyak. Seperti yang diketahui tanaman padi yang berada dipinggir akan menghasilkan produksi lebih tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik hal ini disebabkan karena tanaman tepi akan mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak.

(16)

tanaman (HPT) salah satunya hama wereng batang coklat dengan menimbulkan gejala daun terpuntir, batang tanaman berwarna kuning, gabah hampa, anakan bercabang banyak dan kerdil. Hal ini didukung dengan iklim dan tanah yang mendukung untuk pertumbuhan hama wereng batang coklat. Hal ini sesuai dengan literatur Balai Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian (2009) yang menyatakan penggerek batang yang rentan kerusakan dari pembibitan sampai pembentukan malai dan gejala kerusakan yang ditimbulkannya mengakibatkan anakan coati yang disebut sundep pada tanaman stadia vegetatif, beluk (malai hampa) pada tanaman stadia generatif, penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB) disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campesti-is pv oryzae dengan gejala penyakit berupa bercak berwarna kuning sampai putih berawal dari terbentuknya garis lebam berair pada bagian tepi daun

Dari penelitian yang telah dilaksanakan, perlakuan interaksi sistem tanam legowo dan varietas padi sawah tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun, jumlah malai per rumpun, jumlah gabah bernas per plot, persentase gabah hampa per rumpun, bobot per 1000 gabah kering, bobot gabah netto kering per sampel, bobot gabah netto kering per plot. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abbas (2015) yang menyatakan bahwa dengan kata lain, pengaruh sistem tanam konsisten pada semua varietas yang dicobakan. Demikian pula sebaliknya, pengaruh varietas juga konsisten pada semua sistem tanam yang dicobakan.

(17)

berpengaruh nyata pada umur 2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST dan 6 MST. Pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata pada semua umur pengamatan (MST). Hal ini sesuai dengan literatur Saeroji (2013) menyatakan bahwa penerapan sistem tanam jajar legowo akan memberikan hasil maksimal dengan memperhatikan arah barisan tanaman dan arah datangnya sinar matahari. Lajur barisan tanaman dibuat menghadap ke arah matahari terbit agar seluruh barisan tanaman pinggir dapat memperoleh intensitas sinar matahari yang optimum.

(18)

akan terjadi persaingan terhadap penyerapan nutrisi dan cahaya matahari sehingga daun-daun tidak mengembang tetapi ruas-ruas batang beberapa kali lebih panjang.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa sistem tanam pada umur 17 MST berpengaruh nyata sedangkan pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Pada tabel 3 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap jumlah malai per rumpun (tangkai) umur 17 MST. Pada umur 17 MST dapat dilihat bahwa perlakuan L1 (2:1) berbeda nyata dengan L0

(Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L2 (4:1). Hal ini sejalan dengan

(19)

pembentukan anakan produktif terlihat dari jumlah anakan, tetapi tidak selamanya demikian karena pembentukan anakan dipengaruhi oleh lingkungannya.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pada tabel 4 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap jumlah gabah bernas per plot (bulir) umur 17 MST sedangkan pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Hal ini dikarenakan pada masa awal penanaman sampai fase pertumbuhan banyak tanaman yang hidup sehingga kompetisi antar tanaman baik dalam unsur hara maupun kondisi suhu lapangan yang sangat tinggi sehingga menyebabkan proses fotosintesis meningkat. yang menyebabkan pembagian hasil fotosintesis untuk pengisian bulirmalai menjadi lebih efisien. Hal ini sesuai dengan literatur Husna (2010) yang menyatakan bahwa perlakuan sistem tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase biji berisi, karena pada proses fase generatif tanaman pengisian biji tidak mengalami hambatan. Hal ini disebabkan karena hama penyakit yang mengganggu tanaman sedikit, pengaruh pemeliharaan yang intensif. Selain itu penanaman dilakukan pada musim tanam besar.

(20)

pembagian hasil fotosintesis untuk pengisian bulir malai menjadi lebih efisien. Hal ini sesuai dengan literatur Diraatmaja (2002) yang menyatakan bahwa dengan prinsip dasar menjadikan semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir dan diantara kelompok barisan tanaman padi terdapat lorong yang luas dan memanjang sepanjang barisan menyebabkan sinar matahari lebih banyak masuk ke petakan sawah dan membuka peluang terjadinya pengaruh samping

(border effect) yang sama besar untuk setiap tanaman, sehingga tanaman tumbuh

lebih baik, bulir yang dihasilkan lebih berisi (bernas) yang pada akhirnya hasilnya pun lebih tinggi.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pada tabel 8 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap bobot gabah bruto kering per plot (g) umur 17 MST sedangkan pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Hal ini sesuai dengan literatur Saeroji (2013) yang menyatakan bahwa lajur barisan tanaman dibuat menghadap ke arah matahari terbit agar seluruh barisan tanaman pinggir dapat memperoleh intensitas sinar matahari yang optimum, dengan demikian tidak ada barisan tanaman terutama tanaman pinggir yang terhalangi oleh tanaman lain dalam mendapatkan sinar matahari untuk dapat melakukan proses fotosintesis.

(21)
(22)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan sistem tanam nyata meningkatkan produktivitas padi sawah dimana pada sistem tanam jajar legowo 4:1 (L2) lebih tinggi dibandingkan sistem tanam jajar legowo 2:1 (L1) dan sistem tanam kontrol (L0

2. Pada perlakuan varietas berpengaruh tidak nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi sawah.

).

3. Interaksi sistem tanam dan varietas berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah.

Saran

Gambar

Tabel 1. Tinggi tanaman padi (cm) umur 2-8 MST pada sistem tanam dan       beberapa varietas
Tabel 2. Jumlah anakan padi (anakan) umur 2-8 MST pada sistem tanam dan  beberapa varietas
Tabel 3. Jumlah malai per rumpun padi umur 17 MST pada sistem tanam dan  beberapa varietas
Tabel 4. Jumlah gabah bernas per plot umur 17 MST pada sistem tanam dan  beberapa varietas
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap penggunaan OAT pada penderita TB Paru di Indonesia ditinjau

Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional Dimensi Indikator Kepercayaan merk (X2) Kepercayaan merk didefinisikan sebagai persepsi akan kehandalan dari sudut

Dalam hal Konsumen sudah diberikan waktu untuk menyampaikan pendapatnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan Konsumen tidak memberikan pendapatnya maka Pelaku Usaha Jasa

Konsentrasi 100 ppm dan 300 ppm merupakan perlakuan yang mampu menekan pertumbuhan tanaman paling baik dibandingkan dengan kontrol maupun perlakuan lain pada minggu

Gum arab digunakan pada permen untuk mencegah melting/meleleh khususnya pada permen gum dengan kadar padatan terlarut yang tinggi, menjaga perisa dan aroma sehingga rasa permen

Perusahaan pada umumnya menginginkan produk yang buatnya dapat diterima dengan baik oleh konsumen dan mampu memberikan keuntungan bagi perusahaan, akan tetapi

IDENTIFIKASI PRIORITAS PENGEMBANGAN OBYEK WISATA DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR DENGAN METODE ANALITYCAL.. HIERARCHY

(peran domestik), sebagai perempuan yang bekerja (peran publik). Faktor – faktor yang menimbulkan konflik peran