• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

NEGATIF/ MENGGANGGU

D. Keramba Jaring Apung (KJA)

Untuk menentukan dimana saja lokasi (kecamatan) terpusatnya budidaya KJA berada maka digunakan persentase/proporsi produksi (ton) ikan yang ada di Kabupaten Bandung Barat. Kolom pemusatan ekonomi (LQ) pada Tabel 73 untuk menunjukkan pemusatan ekonomi sub-sektor perikanan secara umum.

Seperti sudah diterangkan dalam analisis sebelumnya bahwa budidaya KJA merupakan budidaya perikanan unggulan di Kabupaten Bandung Barat. Dilihat dari Tabel 73, pemusatan ekonomi terbesar perikanan ada di Kecamatan Cililin (6,39), baru diikuti oleh Kecamatan Cipeundeuy (4,01). Namun jika melihat produksi perikanannya (% ton), baik total maupun KJA justru berada di Kecamatan Cipeundeuy (78,6 % dan 67,52 %). Hal ini menandakan bahwa nilai

32 Perum Perhutani. Peternak Sapi Kesulitan Pakan. www.perumperhutani.com. Senin, 14 Juli 2008

33 Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Jabar Target Produksi Susu 221.593 Ton. www.jabar.go.id. Kamis, 12 Februari 2009

153

tambah hasil budidaya perikanan darat di Kecamatan Cipeundeuy banyak yang lari keluar (regional leakages) yang dapat disebabkan oleh 2 kemungkinan, yaitu: (1) dijual di luar Kecamatan Cipeundeuy, (2) dimiliki oleh orang luar Kecamatan Cipeundeuy.

Tabel 73 Lokasi Unggulan Budidaya Keramba Jaring Apung

No Kecamatan LQ Perikanan % Produksi Total (ton) % Produksi KJA (ton) 1 Cililin 6.39 11.63 17.04 2 Cihampelas 1.94 3.08 7.69 3 Sindangkerta 2.18 0.31 - 4 Gununghalu 0.32 0.70 - 5 Rongga 0.47 - - 6 Cipongkor 1.32 3.15 4.44 7 Batujajar 1.74 1.19 3.30 8 Lembang 0.18 0.20 - 9 Parongpong 0.09 0.03 - 10 Cisarua 0.03 0.12 - 11 Ngamprah 0.03 0.08 - 12 Padalarang 0.10 0.17 - 13 Cipatat 1.14 0.42 - 14 Cipeundeuy 4.01 78.60 67.52 15 Cikalongwetan 0.72 0.32 - 100 100

Sumber: Hasil Analisis, 2009

Budidaya KJA sangat dipengaruhi oleh keberadaan Waduk Cirata dan Saguling yang membendung Sungai Citarum. Jenis ikan yang dibudidayakan di Waduk Cirata adalah ikan emas, sedangkan di Waduk Saguling adalah ikan patin dan lele karena kualitas air di Waduk Cirata lebih baik. Jumlah produksi ikan yang dihasilkan petani ikan Cirata dalam sehari bisa mencapai 50 ton, sedangkan di Saguling mencapai 7 ton34.

Ada beberapa tantangan budidaya KJA di kedua waduk ini. Tantangan yang pertama adalah sisa usia Waduk Cirata yang tinggal enam puluh tahun lagi akibat sedimentasi yang semakin meningkat. Padahal dalam skenario normal, Waduk Cirata bisa bertahan hingga delapan puluh tahun lagi. Kapasitas jaring

34 “Produksi Di Cirata Stabil, Harga Ikan Turun”. Harian Umum Pikiran Rakyat. Rabu, 27 Mei 2009.

apung Waduk Cirata sudah over loaded. Kapasitas maksimal Waduk Cirata sebesar 12.000 jaring apung; namun saat ini terdapat sebanyak 52.000 jaring apung. Luas permukaan Waduk Cirata yang tercemar sampah organik dan anorganik sudah mencakup 100 ha. Sampah yang mendominasi, terutama sampah anorganik yaitu styrofoam yang berasal dari jaring apung petani ikan. Hal ini akan berpengaruh pada pergerakan turbin untuk pasokan listrik Jawa-Bali35.

Tantangan kedua adalah kewenangan penangan. Penataan jaring apung yang ada Cirata bukan hanya kewenangan dinas Kabupaten Bandung Barat karena pembudidaya ikan di Cirata berasal dari tiga wilayah: Kabupaten Cianjur, Bandung Barat, dan Purwakarta. Oleh karena itu, perlu peran Provinsi Jawa Barat untuk penataan jaring apung36.

Waduk Saguling kondisinya lebih mengkhawatirkan daripada Waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur yang sudah dibangun lebih dahulu. Hal tersebut terjadi karena sebagai pintu pertama Sungai Citarum, di Saguling inilah semua kotoran "disaring" untuk pertama kali sebelum kemudian disaring kembali oleh Waduk Cirata dan terakhir oleh Waduk Jatiluhur37.

Tantangan bagi Waduk Saguling adalah pencemaran air baik akibat aktvitas budidaya KJA maupun limbah rumah tangga dan industri yang dibuang lansung ke Sungai Citarum. Matinya ribuan hingga jutaan ekor ikan yang diusahakan dengan sistem jaring apung di kawasan Waduk Saguling sudah menjadi semakin parah karena kekurangan oksigen dalam air, yang salah satunya dikarenakan sudah tingginya kandungan limbah di sekitar Waduk Saguling.

Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air Waduk Saguling yang dilaksanakan bekerja sama dengan Pusat Penelitian Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PPSDAL) Universitas Padjadjaran Bandung, kualitas air Waduk Saguling sudah mengalami penurunan dari kategori golongan C menjadi kategori golongan D. Meningkatnya pencemaran di Waduk Saguling ditandai dengan meningkatnya populasi eceng gondok dan bau tidak sedap yang disebabkan

menguapnya H2S (asam belerang)38. Berdasarkan kenyataan tersebut, tak heran

35 “Usia Waduk Cirata Tinggal 60 Tahun Lagi”. Harian Umum Pikiran Rakyat. Rabu, 27 Mei 2009

36 Ibid.

37 “Waduk Saguling yang Kian Terancam”. Harian Umum Kompas. Jumat, 5 Maret 2004 38 “Waduk Saguling Kian Terancam”. Harian Umum Kompas. Jumat, 5 Maret 2004

155

jika 96 % wilayah genangan Saguling sudah tak lagi memenuhi baku mutu golongan B (air minum), golongan C (perikanan, peternakan, dan pertanian), dan golongan D (sumber air baku industri)39.

Penurunan kualitas air berdampak pada operasional PLTA Saguling. Penurunan kualitas air antara lain disebabkan meningkatnya kandungan H2S yang mengakibatkan kerusakan PLTA. Permasalahan utama kualitas air ini dipicu oleh rendahnya komitmen pelaksanaan pengelolaan lingkungan dari industri-industri

yang mengeluarkan limbah di sepanjang aliran Citarum40. Penanganan masalah

limbah harus melibatkan berbagai kalangan, mulai industri, masyarakat,

perikanan, sampai pertanian41. Khsusus bagi para petani ikan KJA, upaya yang

dilakukan adalah tidak memberikan pakan berlebihan dan bukan yang berjenis tenggelam (sinking food). Selain itu, jaring yang digunakan harus tiga atau setidaknya dua lapis42.

5.4.3 Hiburan dan Rekreasi

Pada dasarnya penentuan lokasi unggulan hiburan dan rekreasi (pariwisata) di Kabupaten Bandung Barat berdasarkan pada jumlah obyek wisata terpopuler di setiap kecamatan beserta komponen pendukungnya lainnya. Pada analisis sebelumnya telah ditentukan obyek wisata apa yang menjadi unggulan dilihat dari sisi banyaknya pengunjung. Dari analisis tersebut didapat Gunung Tangkuban Perahu, Taman Wisata Maribaya, dan Curug Omas sebagai tiga besar obyek wisata unggulan. Pada prinsipnya, wisata yang berkembang di Kabupaten Bandung Barat adalah wisata alam.

Untuk mengetahui kecamatan mana saja yang unggul karena terdapatnya obyek wisata digunakan analisis proporsionalitas seperti ditampilkan pada Gambar 22 berikut ini.

39 “Mission (Im)Possible di Waduk Saguling”. Harian Umum Pikiran Rakyat. Kamis, 28 Mei 2009 40 “Waduk Saguling Kian Terancam”. Harian Umum Kompas. Jumat, 5 Maret 2004

41 “Saguling, Septic Tank Raksasa Itu”. Harian Umum Kompas. Kamis, 31 Agustus 2006 42 Ibid.

157 36 5 2 3 6 0 1 1 3 4 7 15 0 8 10 31 19 8 8 8 4 4 4 4 4 4 4 0 0 0 Lem bang Cip atat Cis aru a Cik alon gweta n Cip eun deuy Cipo ngko r Ngam prah Cililin Sindan gke rta Gunun ghal u Paro ngpon g Pada lara ng Rong ga Ciha mpe las Batu jaja r

% Sarana Pendukung % Obyek Wisata Gambar 22 Lokasi Unggulan Obyek Wisata

Dilihat dari proporsi obyek wisata yang ada maka Kecamatan Lembang adalah kecamatan dengan proporsi obyek wisata terbesar. Obyek wisata di kecamatan ini banyak yang berupa wisata alam hijau. Dilihat dari sarana pendukung wisata seperti tempat oleh-oleh, penginapan, dan sebagainya, Kecamatan Lembang juga yang mempunyai kelengkapan terbaik dibandingkan dengan yang lainnya.

Dilihat dari pemusatan ekonomi (LQ) sub-sektor hiburan dan rekreasi menunujukkan pemusatan ekonomi dari obyek dan daya tarik wisata terlihat bahwa hanya Kecamatan Lembang, Parongpong, dan Cisarua yang memiliki nilai tinggi. Oleh karena itu pada dasarnya pemaknaan wisata tidak sebatas obyek wisata saja tetapi juga daya tarik wisata alam di ketiga provinsi itu yang sangat tinggi. Oleh karena itu jika berbicara keseluruhan obyek dan daya tarik wisata (ODTW) maka Kecamatan Lembang, Parongpong, dan Cisarua adalah lokasi unggulan wisata alam. Nilai pemusatan ekonomi sub-sektor hiburan dan rekreasi detailnya ditampilkan pada Tabel 74 berikut ini.

Tabel 74 Lokasi Unggulan Hiburan dan Rekreasi

No Kecamatan LQ Hiburan & Rekreasi

1 Cililin 0.59 2 Cihampelas 0.10 3 Sindangkerta 0.68 4 Gununghalu 0.11 5 Rongga 0.15 6 Cipongkor 0.14 7 Batujajar 0.17 8 Lembang 6.23 9 Parongpong 1.28 10 Cisarua 1.15 11 Ngamprah 0.07 12 Padalarang 0.26 13 Cipatat 0.36 14 Cipeundeuy 0.96 15 Cikalongwetan 0.38

Sumber: Hasil Analisis, 2009

Di Kecamatan Lembang, wisata juga terkait dengan sektor pertanian khususnya strawberry dan susu. Keterkaitan dengan pertanian ini didukung oleh sarana penginapan dan restoran yang memadai. Kecamatan Cisarua dan Parongpong merupakan kecamatan yang berlokasi di sekitar Kecamatan Lembang dan mempunyai daya tarik alam sama. Namun kedua kecamatan ini tidak menghasilkan perputaran ekonomi sebesar Kecamatan Lembang. Beberapa kegiatan pengolahan pertanian di Kecamatan Lembang mengalami proses kreatif untuk selalu berkembang dan meningkatkan daya tarik seperti daya tarik pabrik pembuatan tahu susu.

Di luar ketiga kecamatan unggulan wisata, ada beberapa obyek wisata di Bandung Barat yang potensial, seperti Curug Malela di Kecamatan Rongga untuk wisata alam dan Gua Pawon di Kecamatan Cipatat untuk wisata sejarah. Gua Pawon merupakan salah satu situs purbakala dari lima situs di dunia. Namun pengelolaan onyek wisata ini masih minim sehingga masyarakat kesulitan mengakses43.

43 “Wisata Gua Pawon Segera Dilengkapi Sarana Umum”. Harian Umum Pikiran Rakyat. Sabtu, 18 April 2009

5.4.4 Kompilasi Lokasi Unggulan

Dari analisis lokasi unggulan sebelumnya didapatkan beberapa kecamatan unggulan untuk setiap sektor unggulan. Sebagai catatan, industri kecil kurang memberikan kontribusi ekonomi makro; namun mampu memberikan kontribusi bagi masyarakat. Kecamatan Lembang, Parongpong, dan Cisarua mempunyai komoditas unggulan terbanyak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 75 di bawah ini.

Tabel 75 Kompilasi Lokasi Unggulan

No Kecamatan Industri M B I nudstri Ke cil Wisata Ala m Pertanian T O TAL Sapi Per

Dokumen terkait